Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL

HARUSKAH EVOLUSI BERTENTANGAN DENGAN AGAMA?


Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Matakuliah Evolusi
Dosen Pengampu:
Dr. Eko Budi Minarno, M. Pd
Disusun Oleh :
Izatu Septinaharin M (13620019)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2016
ARTIKEL

HARUSKAH EVOLUSI BERTENTANGAN


DENGAN AGAMA?

Artinya: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya


langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mereka tiada juga beriman? Q.S. AlAnbiyaa (21:30)
Pada dasarnya mengeani teori mengenai evolusi adalah bentuk ujian pada
keimanan bagi setiap makhluk Tuhan terutama sebagai umat muslim. Dimana
ketika terdapat pendapat seseorang mengenai penciptaan manusia dan makhluk
hidup lainnya sedangkan sudah dijelaskan dalam Al-Quran mengenai penciptaan
alam semesta tersebut. Manakah yang akan dipercayai?. Hal ini sangat tergantung
pada keimanan seseorang, sebagaimana yang tersampaikan dalam Q.S. AlAnbiyaa (21:30) tersebut.
Perdebatan antara ilmu pengetahuan dan agama bukan hal yang baru.
Sejak manusia mengenal agama dan di sisi lain kecerdasan manusia berkembang,
manusia menggunakan daya nalarnya untuk menangkap dan memahami fenomena
alam. Ilmu pengetahuan lahir sebagai konsekuensi kecerdasan manusia. Dengan
ilmu pengetahuan manusia berusaha menjelaskan kehidupan yang pada beberapa
hal jika dijelaskan dari sudut pandang agama sering sukar difahami secara
langsung.
Sering kita terlalu dini menilai suatu teori ilmiah bertentangan dengan
agama. Sementara perkembangan ilmu telah banyak mengungkap kesesuaian
antar isi kitab suci dengan fenomena yang ada di alam. Sungguh kurang adil dan
kadang
tidak pada tempatnya jika selalu mengadu kebenaran ilmu pengetahuan
dengan agama. Keduanya mempunyai dasar yang berbeda.

Mempertanyakan mana yang lebih benar dan ilmiah apakah ilmu


pengetahuan ataukah agama akan sangat membuang waktu dan energi. Keduanya
memiliki dasar dan metode pamahaman yang berbeda. Yang perlu disadari
seberapapun besar usaha yang dilakukan oleh ilmu pengetahuan untuk
mengungkap alam semesta, masih sangat kecil dibanding dengan apa yang ada
dan sesungguhnya terjadi di alam ini, yang masih menjadi rahasia milik Tuhan.
Kadang terasa tidak adil jika ilmu pengetahuan selalu diadu dengan iman
dan kitab suci. Bahkan dalam beberapa hal mungkin keduanya kelihatannya tidak
akan pernah satu, meskipun sebenarnya dapat didamaikan. Dapat didamaikan
karena Tuhan telah menyediakan jalan bagi manusia sebagai makhluk berakal dan
berbudaya untuk mengembangkan pengetahuan. Jalan berupa kecerdasan
termasuk indera yang sempurna untuk menangkap fenomena alam. Agama
memberi jalan bagi umat manusia untuk terus belajar dan mengungkap rahasia
alam raya. Di sinilah sebenarnya ilmu pengetahuan dapat didamaikan dengan
agama.
Ilmu pengetahuan adalah jalan untuk mencapai kebenaran seperti halnya
agama. Mengenai apakah sebuah teori ilmiah akhirnya terbukti benar atau salah
itu masalah lain karena ilmu pengetahuan terus berkembang dan bersifat relatif.
Bahkan kesalahan dalam ilmu pengetahuan tetap dianggap sebagai sesuatu yang
berharga untuk perkembangan pengetahuan itu sendiri.
Agama adalah keyakinan yang harus dipercayai. Apa yang dikatakan oleh
agama dalam hal ini kitab suci tidak boleh diragukan apalagi dipertanyakan
kebenarannya. Sementara ilmu pengetahuan lahir dari sebuah proses berfikir
mengikuti metode-metode ilmiah. Yang dipelajari dalam ilmu pengetahuan adalah
materi yang mewujud atau fenomena-fenomena yang konkret. Kebenaran suatu
pengetahuan tidak bersifat mutlak, artinya dapat berubah karena manusia akan
terus berfikir.
Perdebatan pemikiran ilmu pengetahuan dan agama tak jarang bermuara
pada sebuah pertentangan tajam. Teori Evolusi Darwin yang dituangkan dalam
buku The Origin Of Species adalah contoh nyata terbesar bagaimana sebuah ilmu
pengetahuan dianggap melawan firman Tuhan dan mengancam agama. Kritik

pedas tidak hanya ditujukan kepada teori evolusi, sosok Darwin pun dikecam
keras dan dianggap berusaha menyebarkan ateisme dengan kedok teori ilmiah.
Kebenaran tuduhan-tuduhan tersebut mungkin hanya Darwin yang tahu.
Di sinilah agama dan ilmu pengetahuan seolah-olah tidak bisa dipertemukan
karena metode dan sudut pandang yang digunakan oleh keduanya untuk
menemukan kebenaran dan menerangkan sebuah fenomena tidak sama. Sehingga
wajar jika dalam beberapa kasus dalam hal ini teori evolusi seolah tidak sejalan
dengan agama yang dalam konteks ini diwakili kreasionisme.
Kreasionis atau pihak yang mendukung penuh konsep penciptaan sering
melontarkan kritik bahkan tuduhan dengan dasar yang tidak ilmiah terhadap
Darwin. Padahal mereka selalu menganggap teori evolusi Darwin sebagai teori
yang tidak ilmiah juga. Darwin dianggap sebagai ateis sehingga kaum beragama
yang mendukung teori evolusi Darwin berarti juga mengingkari imannya sendiri.
Menurut mereka kerusakan dan bencana akibat teori evolusi Darwin sangat nyata
sehingga seorang muslim atau penganut agama harus menolak Darwinisme dan
meyakininya sebagai ancaman yang besar bagi kehidupan.
Salah satu kelemahan teori evolusi adalah ketidaklengkapan bukti fosil
yang memberikan petunjuk mengenai adanya transformasi antar kelompok
makhluk hidup. Hal ini berdampak besar dalam beberapa cabang ilmu
pengetahuan. Dalam Biologi misalnya, ketiadaan fosil mempersulit penyusunan
filogeni Mamalia dan Tumbuhan berbiji. Padahal selama ini evolusi sering
digunakan untuk menjelaskan perkembangan Mamalia dan Tumbuhan.
Dalam bukunya, Darwin juga secara tersirat mengakui kekurangankekurangan teori evolusinya. Jadi jelaslah sudah bahwa mereka yang
menyebutkan Darwin dan teori evolusinya menyimpang karena mendefinisikan
manusia berasal dari kera adalah sebuah persepsi yang terlalu dini atau bahkan
cenderung emosional. Persepsi dan emosi yang awalnya wajar namun sering
digiring kepada masalah keyakinan seseorang. Sayangnya, mereka yang memiliki
kecerdasan tinggi tentang agama dan ilmu pengetahuan justru terlanjur terjebak
pada kubu pro dan kontra dan melupakan tugas sesungguhnya yaitu menarik
kesimpulan.

Jika seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi Darwin bekerja
sebagai kemauan alam tanpa campur tangan Tuhan, berarti ada mekanisme yang
perlu dijelaskan. Inilah hutang Darwin yang tak sempat dijelaskannya atau
memang Darwin tidak mampu merangkai jawabannya. Teori evolusi Darwin yang
awalnya dianggap bisa menjelaskan mekanisme tersebut ternyata gagal. Darwin
memang berhasil menunjukkan bukti-bukti produk evolusi, namun dia luput
menjelaskan secara elegan apa yang terjadi dan bagaimana bukti-bukti itu
berevolusi. Sebagian kalangan mungkin maklum karena Darwin sebenarnya tak
pernah mengeyam pendidikan formal Biologi, dia hanyalah seorang biasa yang
tertarik kepada alam dan makhluk hidup pengisinya. Tapi teorinya terlanjur
mengguncang zaman.
Kepercayaan tentang penciptaan oleh Tuhan mungkin sebaiknya disertai
pemahaman bahwa selama penciptaan tersebut Tuhan juga berkuasa untuk
memberikan dinamika dan memunculkan proses perkembangan menuju bentuk
yang lebih rumit hingga menghasilkan jenis yang beragam seperti saat ini. Tak
perlu juga menyalahkan waktu kalau seandainya Darwin diberi kesempatan
menjelaskan maksud tulisannya mungkin semuanya akan lebih jelas, belum tentu
juga. Bisa jadi evolusi adalah bahasa yang digunakan oleh Darwin untuk
menjelaskan sebuah fenomena. Sementara agama memiliki bahasa lain untuk
menjelaskan yang sama. Tapi di luar itu semua harus diakui kalau teori evolusi
Darwin membuka jalan bagi ilmu pengetahuan modern untuk menjelaskan asulusul kehidupan. Teori evolusi Darwin memang gagal menjelaskan mekanisme
tentang terbentuknya keanekaragaman makhluk. Namun bukti bahwa evolusi
pernah terjadi sukar untuk dingkari.
Penjelasan-penjelasan diatas telah menjawab pertanyaan haruskah evolusi
bertentangan dengan agama?. Evolusi merupakan ilmu pengetahuan yang mana
merupakan pemikiran-pemikiran manusia dan bersifat relative yang mana jauh
dari ilmu agama yang didalamnya terdapat kitab suci berisikan kalam-kalam Sang
Pencipta dan bersifat mutlak. Keduanya tak dapat dianggap saling bertentangan
karena pada dasarnya mereka saling membangun dan saling melengkapi.
Adapun pembantahan teori evolusi berdasarkan Al-Quran merupakan hal
yang bersifat mutlak dan tidak terbantahkan. Namun, hal yang bersifat

membuatnya terperangkap dalam keraguan. Allah SWT telah berfirman dalam


Q.S Qaaf ayat15, sebagaimana berikut;

Artinya:Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? Sebenarnya


mereka dalam kadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru.
Hal seperti itu adalah hal yang haruslah kita imani dan yakini. Adapun
sikap yang bijaksana mengenai hal ini ialah terus belajar dan mengkaji ilmu
pengetahuan tanpa henti. Sebagaimana hadits Nabi SAW yang berbunyi:
Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat.

Anda mungkin juga menyukai