JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2016
ARTIKEL
pedas tidak hanya ditujukan kepada teori evolusi, sosok Darwin pun dikecam
keras dan dianggap berusaha menyebarkan ateisme dengan kedok teori ilmiah.
Kebenaran tuduhan-tuduhan tersebut mungkin hanya Darwin yang tahu.
Di sinilah agama dan ilmu pengetahuan seolah-olah tidak bisa dipertemukan
karena metode dan sudut pandang yang digunakan oleh keduanya untuk
menemukan kebenaran dan menerangkan sebuah fenomena tidak sama. Sehingga
wajar jika dalam beberapa kasus dalam hal ini teori evolusi seolah tidak sejalan
dengan agama yang dalam konteks ini diwakili kreasionisme.
Kreasionis atau pihak yang mendukung penuh konsep penciptaan sering
melontarkan kritik bahkan tuduhan dengan dasar yang tidak ilmiah terhadap
Darwin. Padahal mereka selalu menganggap teori evolusi Darwin sebagai teori
yang tidak ilmiah juga. Darwin dianggap sebagai ateis sehingga kaum beragama
yang mendukung teori evolusi Darwin berarti juga mengingkari imannya sendiri.
Menurut mereka kerusakan dan bencana akibat teori evolusi Darwin sangat nyata
sehingga seorang muslim atau penganut agama harus menolak Darwinisme dan
meyakininya sebagai ancaman yang besar bagi kehidupan.
Salah satu kelemahan teori evolusi adalah ketidaklengkapan bukti fosil
yang memberikan petunjuk mengenai adanya transformasi antar kelompok
makhluk hidup. Hal ini berdampak besar dalam beberapa cabang ilmu
pengetahuan. Dalam Biologi misalnya, ketiadaan fosil mempersulit penyusunan
filogeni Mamalia dan Tumbuhan berbiji. Padahal selama ini evolusi sering
digunakan untuk menjelaskan perkembangan Mamalia dan Tumbuhan.
Dalam bukunya, Darwin juga secara tersirat mengakui kekurangankekurangan teori evolusinya. Jadi jelaslah sudah bahwa mereka yang
menyebutkan Darwin dan teori evolusinya menyimpang karena mendefinisikan
manusia berasal dari kera adalah sebuah persepsi yang terlalu dini atau bahkan
cenderung emosional. Persepsi dan emosi yang awalnya wajar namun sering
digiring kepada masalah keyakinan seseorang. Sayangnya, mereka yang memiliki
kecerdasan tinggi tentang agama dan ilmu pengetahuan justru terlanjur terjebak
pada kubu pro dan kontra dan melupakan tugas sesungguhnya yaitu menarik
kesimpulan.
Jika seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi Darwin bekerja
sebagai kemauan alam tanpa campur tangan Tuhan, berarti ada mekanisme yang
perlu dijelaskan. Inilah hutang Darwin yang tak sempat dijelaskannya atau
memang Darwin tidak mampu merangkai jawabannya. Teori evolusi Darwin yang
awalnya dianggap bisa menjelaskan mekanisme tersebut ternyata gagal. Darwin
memang berhasil menunjukkan bukti-bukti produk evolusi, namun dia luput
menjelaskan secara elegan apa yang terjadi dan bagaimana bukti-bukti itu
berevolusi. Sebagian kalangan mungkin maklum karena Darwin sebenarnya tak
pernah mengeyam pendidikan formal Biologi, dia hanyalah seorang biasa yang
tertarik kepada alam dan makhluk hidup pengisinya. Tapi teorinya terlanjur
mengguncang zaman.
Kepercayaan tentang penciptaan oleh Tuhan mungkin sebaiknya disertai
pemahaman bahwa selama penciptaan tersebut Tuhan juga berkuasa untuk
memberikan dinamika dan memunculkan proses perkembangan menuju bentuk
yang lebih rumit hingga menghasilkan jenis yang beragam seperti saat ini. Tak
perlu juga menyalahkan waktu kalau seandainya Darwin diberi kesempatan
menjelaskan maksud tulisannya mungkin semuanya akan lebih jelas, belum tentu
juga. Bisa jadi evolusi adalah bahasa yang digunakan oleh Darwin untuk
menjelaskan sebuah fenomena. Sementara agama memiliki bahasa lain untuk
menjelaskan yang sama. Tapi di luar itu semua harus diakui kalau teori evolusi
Darwin membuka jalan bagi ilmu pengetahuan modern untuk menjelaskan asulusul kehidupan. Teori evolusi Darwin memang gagal menjelaskan mekanisme
tentang terbentuknya keanekaragaman makhluk. Namun bukti bahwa evolusi
pernah terjadi sukar untuk dingkari.
Penjelasan-penjelasan diatas telah menjawab pertanyaan haruskah evolusi
bertentangan dengan agama?. Evolusi merupakan ilmu pengetahuan yang mana
merupakan pemikiran-pemikiran manusia dan bersifat relative yang mana jauh
dari ilmu agama yang didalamnya terdapat kitab suci berisikan kalam-kalam Sang
Pencipta dan bersifat mutlak. Keduanya tak dapat dianggap saling bertentangan
karena pada dasarnya mereka saling membangun dan saling melengkapi.
Adapun pembantahan teori evolusi berdasarkan Al-Quran merupakan hal
yang bersifat mutlak dan tidak terbantahkan. Namun, hal yang bersifat