Pemicu 2 Blok Urologi
Pemicu 2 Blok Urologi
Jessica oktavia
405120054
LO 1
MM. edem, hematuria, proteinuria,
oligouria
Edema
Edema: penimbunan cairan secara berlebihan di
antara sel- sel tubuh atau di dalam berbagai
rongga tubuh, terjadi karena ketidakseimbangan
faktor pemindahan cairan tubuh ( gangguan
hemodinamik sistem kapiler, penyakit ginjal)
Patofisiologi edema
Terjadi: peningkatan tekanan hidrostatik kapiler,
peningkatan permeabilitas kapiler, penurunan
tekanan osmotik plasma.
VDAE ( volum daerah arteri efektif ) : volum darah
arteri yang adekuat utk mengisi keseluruhan
kapasitas pembuluh darah arteri.
VDAE berkurang dalam kondisi: perdarahan,
dehidrasi, penurunan gagal jantung, sirosis hati.
Bila VDAE berkurang ginjal akan memicu
retensi air dan natrium.
Sumber : IPD edisi 5
jilid II
Penurunan
LFG
Proteinuria
Hipoalbuminemia
Penurunan VDAE
jilid II
Skema hipotesis
underfill
Terapi edema
Terapi harus mencakup penyebab yang
mendasari.
Pengurangan asupan natrium utk meminimalisasi
retensi air.
Pemberian obat diuretik dan tirah baring.
Hematuria
Hematuria: keadaan abnormal dengan
ditemukannya sel darah merah dalam urin.
Dibagi menjadi hematuria : mikroskopis dam
makroskopis.
Hematuria mikroskopis bila pada pemeriksaan
mikroskop ditemukan sel darah merah 3/ > per
lapang pandang urin yang disentrifugasi.
Hematuria makroskopis bila sedikitnya 1 cc
darh per liter urin
etiologi hematuria
Vaskular
Gangguan koagulasi
Kelebihan obat anti koagulan
Trombosis
Malformasi arteri-vena
Glomerular
Nefropati Ig A
Alport sindrom
Glomerulonefritis primer dan sekunder
Sumber : IPD edisi 5
jilid II
Etiologi hematuria
Interstisial
Pielonefritis akut
Tuberkulosis
Uroepitelium
Trauma
Sistitis/ uretritis/prostatitis
Keganasan ginjal dan saluran kemih
Penyebab lain
Hiperkalsiuria
Hiperurikosuria
Penyakit sel sabit
Sumber : IPD edisi 5
jilid II
DD hematuria
Glomerulonefritis
Nefritis tubulointerstisial
Kelainan urologi
Proteinuria
Proteinuria:
adanya protein dalam urin yang
Patofisiologi proteinuria
Perubahan permeabilitas glomerulus yang
mengikuti peningkatan filtrasi dari protein plasma
normal terutama albumin.
Kegagalan tubulus mereabsorpsi sejumlah kecil
protein yang normal difiltrasi.
Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal, low
molecular weight protein (LMWP) dalam jumlah
melebihi kapasitas reabsorpsi tubulus.
Sekresi yang meningkat dari makuloprotein
uroepitel dan sekresi Ig A dalam respon utk
inflamasi.
Sumber : IPD edisi 5
jilid II
Oligouria
http://emedicine.medscape.co
m/
Prerenal failure
http://emedicine.medscape.co
http://emedicine.medscape.co
m/
http://emedicine.medscape.co
m/
http://emedicine.medscape.co
m/
LO 2
MM. sindrom nefrotik
Definisi
Merupakan salah satu manifestasi klinik glomerulonefritis (GN)
ditandai
dengan edema anasarka, proteinuria masif > 3,5g/hari,
hipoalbuminemia <
3,5 g/dl, hiperkolesterolemia dan lipiduria.
Edema
Sekunder
dari
tekanan
onkotik
yang
rendah
(hypoalbuminemia) serta tambahan reabsorbsi garam (NaCl)
& air oleh ginjal
Proteinuria yang masif
Disebabkan inflamasi (radang) ginjal
Hipoalbuminemia
Albumin serum terbocor oleh ginjal yang radang.
Hiperkolesterolemia
Karena peningkatan LDL , penurunan katabolisme
Lipiduria
Sumber : IPD edisi 5
jilid II
epidemiologi
Epidemiologi
Dari 387 biopsi ginjal pasien SN dewasa di
Jakarta (1990-1999) GNLM (44.7%), GNMsP
(14.2%), GSFS (11.6%), GNMP (8%), GNMN
(6.5%)
Sindrom Nefrotik
Etiologi :
Penyebab sindrom nefrotik pada anak-anak adalah :
a. Glomerulonefritis kelainan minimal (sebagian besar)
b. Glomerulonefritis fokal dan segmental
c. Glomerulonefritis membranoproliferatif
d. Glomerulonefritis pascastreptokok
Penyebab sindrom nefrotik pada dewasa adalah :
e. Glomerulonefritis primer (sebagian besar tidak diketahui
sebabnya)
Glomerulonefritis
Glomerulonefritis
Glomerulonefirits
Glomerulonefritis
membranosa
kelainan minimal
membranoproliferatif
pascastreptokok
f. Glomerulonefritis sekunder
Sindrom Nefrotik
Manifestasi Klinis
Gejala utama yang ditemukan adalah :
Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05
g/kg BB/hari pada anak-anak.
Hipoalbuminemia <30 g/l.
Edema anasarka. Edema terutama jelas pada
kaki, namun dapat ditemukan edema
muka,rongga periorbital, asites dan efusi pleura.
Hiperlipidemia,umumnya ditemukan
hiperkolesterolemia.
Hiperkoagulabilitas, yang akan meningkatkan
risiko trombosis vena dan arteri.
Manifestasi Klinik
Gejala utama yang ditemukan adalah :
Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg
BB/hari pada anak-anak.
Hipoalbuminemia < 30 g/l.
Edema generalisata. Edema terutama jelas pada kaki,
namun dapat ditemukan edema muka, ascxites dan efusi
pleura.
Anorexia
Fatique
Nyeri abdomen
Berat badan meningkat
Hiperlipidemia, umumnya ditemukan hiperkolesterolemia.
Hiperkoagualabilitas, yang akan meningkatkan resiko
trombosis vena dan arteri.
Cairan intravaskular
edema
Renin - angiotensin
Cairan ekstrasel
Retensi Na dan H2O
aldosteron
Reabsorbsi Na pada
tubulus
Pemeriksaan Diagnostik
Adanya tanda klinis
Riwayat infeksi saluran nafas atas
Analisa urin : meningkatnya protein dalam
urin
Menurunnya serum protein
Biopsi ginjal
DIAGNOSIS
Diagnosis SN dibuat berdasarkan gambaran klinis dan
pemeriksaan laboratorium berupa :
proteinuri masif (> 3,5 g/1,73 m2 luas permukaan tubuh/hari)
hipoalbuminemi (<3 g/dl)
Edema
Hiperlipidemi
Lipiduri
hiperkoagulabilitas.
* Pemeriksaan tambahan seperti venografi diperlukan untuk
menegakkan diagnosis trombosis vena yang dapat terjadi akibat
hiperkoagulabilitas.
* Pada SN primer untuk menentukan jenis
kelainan histopatologi ginjal yang menentukan prognosis dan
respon terhadap terapi, diperlukan biopsi ginjal
Komplikasi
Infeksi (akibat defisiensi respon imun)
Tromboembolisme (terutama vena
renal)
Emboli pulmo
Peningkatan terjadinya aterosklerosis
Hypovolemia
Hilangnya protein dalam urin
Dehidrasi
PROGNOSIS
80-90% masuk remisi dengan regimen Prednisone
pertama.
Namun 80% akan relaps/kambuh bekali-kali.
Makin lama makin jarang kambuh, sesudah 10
tahun.
LO 3
MM. glomerulonefritis
Definisi
Glomerulonefritis adalah penyakit akibat respon
imunologik dan hanya jenis tertentu saja yang
secara pasti telah diketahui etiologinya
Imunopatogenesis GN
Respon imunologik Glomerulonefritis
Ada 2 mekanisme GN (imunologis)
Circulating immune-complex
Terbentuknya deposit kompleks imun secara
in-situ
Patofisiologi
Mekanisme pertama :
Ag dari luar memicu terbentuknya antibodi (Ab) spesifik
Mekanisme kedua :
Ab berikatan dengan Ag komponen glomerulus atau
Ag non-glomerulus yang terjebak pada bagian
anionik glomerulus
Klasifikasi
Primer Penyakit yg mendasari berasal dr
ginjal sendiri
Sekunder kelainan ginjal yg tjd akibat
penyakit sistemik lain (DM, lupus eritematosus
sistemik, mieloma multipel, atau amiloidosis)
GN Primer
GN non-proliferatif
GN lesi minimal
Glomerulo sklerosis fokal dan segmental
(GSFS)
Glomerulo nefritis membranosa (GNMN)
GN proliferatif
GN membranoproliferatif
GN mesangioproliferatif
GN kresentik
GlomerulonefritisMembranosa
(GNMN)
Disebut juga nefropati membranosa sering mjd
penyebab sindroma nefrotik
Berkaitan dg SLE, infeksi virus hepatitis B atau
C, tumor ganas, atau akibat obat (preparat emas,
penisilinamin, obat anti inflamasi non steroid)
Pemeriksaan mikroskop cahayatdk ditemukan
kelainan berarti, tp pd mikroskop IF deposit IgG
& komplemen C3 berbentuk glanular pd dinding
kapiler glomerulus
Glomerulonefritis Proliferatif
Dibedakan menjadi
GN membranoproliferatif (GNMP)
GN mesangioproliferatif ( GNMsP)
GN kresentik
Nefropati IgA
Nefropati IgM
Sindrom Klinik GN
Nefritik lokal
Hematuria, red cell cast, dan proteinuria<1.5 g/24 jam
Nefritik difus
Proteinuria lebih berat dr nefritik lokal tp blm
mencapai std. nefrotik, edema, hipertensi, dan
ggnfgsginjal
Sindrom nefrotik
Edema anasarka, proteinuria masif, hiperlipidemia,
hipoalbuminemia, pemeriksaan urin : lipiduria, dan red
cell cast
GN pola non spesifiknefritis lupus, inf. Virus hepatitis
B/C
Sumber : IPD edisi 5
jilid II
Pemeriksaan fisik
Pengukuran BB dan TB
Tekanan darah
Adanya sembab atau asites
Pemeriksaan kemungkinan adanya penyakit
sistemik yang berhubungan dengan kelainan
ginjal seperti:
Artritis
Ruam kulit
Gangguan KV, paru dan sistem saraf pusat
Pemeriksaan Laboratorium
Hematuria mencari adanya torak eritrosit,
morfologi eritrosit dan memprakirakan derajat
hematuria dan leukosituria.
Proteinuria secara kualitatif.
Tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi guna
mengukur jumlah proteinuria pada bayi.
Kadar protein dan kreatinin urin ditampung 12 24
jam.
GFR
Hematokrit
Biopsi ginjal menegakkan diagnosis penyakit
glomerulus
LO 4
MM. gangguan ginjal akut dan kronik
Klasifikasi
Derajat
Penjelasan
LFG (ml/menit/1,73
m2)
Kerusakan ginjal +
LFG normal /
>=90
Kerusakan ginjal +
LFG ringan
60 89
Kerusakan ginjal +
LFG sedang
30 59
Kerusakan ginjal +
LFG berat
15 29
Gagal ginjal
Patofisiologi
Tergantung dari penyakit yang
mendasarinya massa ginjal
menurun hipertrofi struktural dan
fungsional sel nefron (surviving
nefron) hiperfiltrasi, tekanan
kapiler glomerulus meningkat
(singkat) maladaptasi berupa
sklerosis nefron penurunan fungsi
ginjal yang progresif.
Vojvodic M, Young A,
editors. Toronto notes
2014. Toronto:
Faktor progesivitas
Tidak dapat dimodifikasi
Dapat dimodifikasi
Hipertensi
Proteinuria
Albuminuria
Genetik
Glikemia
Obesitas
Dislipidemia
Merokok
Kadar asam urat
Kapita selekta kedokteran. Edisi 4.
Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
Gambaran Laboratorium
Fase ekstensi
Jejas iskemik dan inflamasi kontinu
Jejas endotel
Fase pemulihan
LFG kembali ke kondisi premorbid
Terjadi perbaikan dan regenerasi epitel tubulus
Tanto C, Liwang F, Hanifati S,
Pradipta EA, editors. Kapita selekta
kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media
Nyeri suprapubik
Nyeri abdomen
Kolik obstruksi ureter
Nokturia, frekuensi miksi >>,
pembesaran prostat patologi pada
prostat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
GANGGUAN GINJAL AKUT
Urinalisis jumlah urin, BJ urin,
sedimen, elektrolit, hematuria, piuria
Sedimen granuler berwarna coklat
seperti lumpur nekrosis tubular akut
Sedimen eritrosit dismorfik jejas
glomerulus
Sedimen leukosit dan tidak berpigmen
nefritis interstisial
Kapita selekta kedokteran. Edisi 4.
Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
GANGGUAN GINJAL AKUT
Indeks gangguan ginjal
membedakan prerenal dengan renal
Fraksi ekskresi Na (FENa) = (UNa+ / PNa+) /
(UCr / PCr)
< 1% prerenal, e.c. zat kontras atau
glomerulonefritis
> 2% nekrosis tubular akut
PEMERIKSAAN PENUNJANG
GANGGUAN GINJAL AKUT
Laboratorium darah perifer
lengkap, kreatinin serum, elektrolit
(Na+, K+, fosfat, Ca2+), asam urat,
kreatinin kinase, LFG
Pemeriksaan radiologi USG ginjal
(pilihan), CT scan, MRI
Biopsi ginjal diagnosis pasti pasien
yang dicurigai gangguan ginjal akut
renal
Tanto C, Liwang F, Hanifati S,
Pradipta EA, editors. Kapita selekta
kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media
Indikasi dialisis
Asidosis berat (pH < 7,1)
Intoksikasi : metanol, litium, salisilat
Uremia perikarditis uremikum, ensefalopati
uremikum, perdarahan, azotemia (ureum > 200
mg/dl)
Gangguan elektrolit hiperkalemia (K+ > 6,5
mEq/L), hiperkalsemia, hipernatremia berat (Na +
> 160 mEq/L) atau hiponatremia berat (Na+ <
115 mEq/L)
Overload cairan edema paru, dsb.
Kapita selekta kedokteran. Edisi 4.
Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
Jumlah
Protein
Energi
30 40 kkal/kgBB kering/hari
Kalium
Cairan
Fosforus
Jumlah
20 40 mEq/hari pada fase oliguria (tergantung
dari output urin, edema, dialisis, dan kadar Na+
serum). Ganti kehilangan pada fase diuresis
Ganti kehilangan pada hari sebelumnya (e.c.
vomitus, diare, urin) + 500 ml
Batasi seperlunya