Anda di halaman 1dari 3

Kekuatan dan Kelemahan

Beberapa Sistem Penyuluhan yang Ada di Jawa Timur


Oleh : Nugraha dan Anang Muhariyanto
Sejak era otonomi bergulir, di Jawa Timur paling tidak telah ada 3 (tiga) versi sistem
penyuluhan di kabupaten/kota dengan variasinya yang masing-masing tentunya
mempunyai kekuatan dan kelemahan.
Dari hasil observasi lapangan selama ini, maka telah diketahui pula bahwa institusi di
kabupaten/kota yang berwenang membuat program pembangunan (seperti peningkatan
produksi pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) adalah dinas
kabupaten/kota, sedangkan KIPP/BIPP (Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian/Balai
Informasi Penyuluhan Pertanian) di kabupaten umumnya membawa program
peningkatan SDM petani (seperti penguatan kelompok/kelembagaan petani, perbaikan
metode penyuluhan dan pemberdayaan petani). Berikut ini akan diuraikan kekuatan dan
kelemahan dari ketiga penyuluhan yang ada di Jawa Timur.
(I) Sistem Penyuluhan dengan Dominasi Salah Satu Dinas
Dalam sistem ini salah satu Dinas menjadi SATMINKAL (Satuan Administrasi
Pangkal) seluruh penyuluh pertanian yang ada di kabupaten (misal Dinas Pertanian).
Dinas lingkup pertanian lainnya seperti Dinas Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan tidak mempunyai tenaga penyuluh. Sistem seperti ini mempunyai banyak
kelemahan. Kelemahannya antara lain adalah (a) Dinas Peternakan, Perkebunan,
Perikanan dan Kehutanan tidak punya tenaga penyuluh. Mereka umumnya hanya
memanfaatkan tenaga KCD (Kantor Cabang Dinas) yang jumlahnya terbatas (1 orang
terkadang membawahi 2-3 kecamatan), (b) Program yang disampaikan ke petani oleh
KCD cenderung hanya program pembangunan pertanian, tidak ada program
pemberdayaan SDM petani (karena mereka bukan penyuluh), (c) Program pemberdaya
petani sekaligus program pembangunan dapat dilakukan hanya oleh Dinas Pertanian
saja yang merupakan SATMINKAL penyuluh, (d) Loyalitas penyuluh hanya pada
Dinas Pertanian, Sehingga agak sulit dimanfaatkan oleh Dinas lainnya, (e) Kegiatan
koordinasi, kerjasama pengkajian dan penyuluhan yang berasal dari institusi vertikal
(misal Badan PSDM (Pengembangan Sumberdaya Manusia), BPTP (Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian) dan bersifat diversifikasi horizontal tidak mudah dilakukan,
karena harus melibatkan semua dinas, (f) Penyuluh hanya berorientasi pada program
Dinas terutama pertanian, sehingga teknologi kebutuhan petani murni harus
diakomodasikan oleh penyuluh swadaya/swasta.
(II) Sistem Penyuluhan dengan Dominasi KIPP/BIPP
Pada sistem ini KIPP/BIPP menjadi SATMINKAL seluruh penyuluh pertanian yang ada
di kabupaten. Dinas lingkup pertanian lainnya seperti Dinas Pertanian, Perkebunan,
Peternakan, Kehutanan dan Perikanan tidak mempunyai tenaga penyuluh. Jika ini
terjadi, maka kelemahan sistem ini mirip dengan sistem I, yaitu Dinas hanya dapat
membawa program pembangunan, sedangkan KIPP/BIPP hanya dapat membawa
program peningkatan SDM petani/pemberdayaan. Penyuluh mempunyai loyalitas pada
KIPP/BIPP sebagai SATMINKAL, dinas lainnya relatif sulit memanfaatkan tenaga

penyuluh, dinas dalam membawa misi program hanya bertumpu pada tenaga KCD yang
terbatas.
Di kabupaten tertentu di Jatim, sistem II ini ada variasinya, yaitu walaupun penyuluh
berSATMINKAL di KIPP/BIPP, tetapi bupati telah menempatkan tenaga penyuluh
tersebut sehari-hari pada Dinas sub sektor masing-masing (SK Bupati) (contoh:
Kabupaten Madiun), sehingga sistem II ini mempunyai kekuatan, yaitu: (1) Dinas
Peternakan, Perkebunan, Perikanan dan Tanaman Pangan masing-masing mempunyai
tenaga penyuluh yang cukup; (2) Program yang disosialisasikan ke petani meliputi
program pemberdayaan SDM petani dan program pembangunan sub sektor (karena
penyuluhnya bernaung di bawah KIPP dan Dinas); (3) Kegiatan pengkajian dan
penyuluhan yang bersifat diversifikasi horizontal mudah dikoordinasikan, karena
masing-masing Dinas ada penyuluh dan penyuluh membawa 2 (dua) misi sekaligus,
yaitu program pembangunan dan program pemberdayaan petani. Tetapi sistem ini juga
masih punya kelemahan, yaitu penyuluh relatif lebih loyal hanya pada KIPP/BIPP,
karena SATMINKAL ada pada KIPP/BIPP, penyuluh hanya berorientasi pada program
Dinas dan KIPP/BIPP, sehingga teknologi kebutuhan petani murni harus diakomodasi
oleh penyuluh swadaya/swasta.
(III) Sitem Penyuluhan Dalam Satu Dinas
Pada sistem ini hanya dikenal satu Dinas, yaitu Dinas Pertanian, Peternakan,
Perkebunan, dan Kehutanan (misal Kabupaten Banyuwangi dan Trenggalek) dan semua
penyuluh pertanian berSATMINKAL pada Dinas tersebut. Pada sistem ini telah
diidentifikasi banyak manfaatnya. Kekuatan sistemnya terletak pada; (1) Subsektor
Peternakan, Perkebunan, Perikanan dan Tanaman Pangan/Pertanian mempunyai tenaga
penyuluh yang cukup da terpadu; (2) Program yang disosialisasikan ke petani meliputi
program pemberdayaan SDM petani sekaligus program pembangunan subsektor; (3)
Penyuluh loyal hanya pada satu dinas yang melibatkan semua subsektor; (4) Kegiatan
pengkajian dan penyuluhan yang bersifat diversifikasi Horizontal mudah
dikoordinasikan; (5) Tidak akan terjadi pergesekan kepentingan antar subsektor di
lapangan, karena komandonya hanya satu.
Kelemahan sistem ini adalah penyuluh hanya berorientasi pada program Dinas,
sehingga teknologi kebutuhan petani murni harus diakomodasi oleh penyuluh
swadaya/swasta.
Implikasi dari berbagai macam sistem penyuluhan yang ada di Kabupaten tersebut
menyebabkan, komunikasi, koordinasi yang akan dilakukan oleh institusi vertikal (misal
Badan PSDM, Balai Penelitian dan BPTP) menjadi tidak mudah. Setiap Kabupaten
harus dipelajari dahulu organisasi dan sistem penyuluhannya serta mekanisme kerja dari
institusi dalam sistem tersebut. Pengetahuan tersebut sangat penting untuk menentukan
pola distribusi media informasi yang dihasilkan BPTP, pelibatan jenis institusi yang
akan diundang dalam pertemuan atau kegiatan pengkajian di lapangan serta penjaringan
Informasi umpan balik yang digunakan dalam perencanaan penelitian.
Dengan masih terdapatnya kelemahan dari masing-masing sistem yang ada, yaitu
penyuluh kurang respon terhadap aspirasi petani murni, maka peluang adanya penyuluh
swadaya dan agen swasta cukup besar. Para agen swasta inilah yang umumnya bergerak

mengakomodir
program (paket
pesanan petani.
sistem (sistem
pesanan).

keinginan petani. Jika penyuluh pertanian bergerak berdasarkan


program dari Dinas), maka penyuluh swasta bergerak berdasarkan
Maka penyuluhan di masa mendatang akan diwarnai oleh delivery
paket) dan extension acquisition systems (penyuluhan berdasarkan

Nugraha dan Anang Muhariyanto


Penulis dari BPTP Jawa Timur
Dimuat pada Tabloid Sinar Tani, 21 Juni 2006

Anda mungkin juga menyukai