Anda di halaman 1dari 6

Nama

: Satria Rakha Amrullah

NPM

: 1506671985

POLITIK NASIONAL INDONESIA


oleh Satria Rakha Amrullah, 1506671985

Politik nasional Indonesia merupakan asas, haluan, usaha, dan kebijakan


tindakan dari negara tentang pembinaan dan penggunaan segenap potensi
nasional, baik untuk mencapai tujuan nasional. Pembahasan politik nasional
Indonesia mencakup pemisahan kekuasaan (separation of power), termasuk
kelembagaan politik, kedaulatan negara, dan tujuan negara. Pemisahan kekuasaan
di Indonesia adalah pemisahan lembaga-lembaga negara secara horizontal
menurut fungsinya, sebagaimana dinyatakan dalam doktrin Trias Politica.
Doktrin itu membagi kekuasaan negara ke dalam tiga bagian, yaitu kekuasaan
legislatif

(kekuasaan

membuat

undang-undang

(rule-making

function)),

kekuasaan eksekutif (kekuasaan melaksanakan undang-undang (rule-application


function)), dan kekuasaan yudikatif (kekuasaan mengawasi pelaksanaan undangundang atau kekuasaan mengadili pelanggaran undang-undang (rule-adjudication
function)).
Implementasi pembagian kekuasaan di Indonesia merupakan varian dari
Trias Politica sesuai dengan konstitusi Indonesia, UUD NRI Tahun 1945. Fungsi
dan kekuasaan negara itu tidak dibagi secara terpisah dalam tiga lembaga saja tapi
didistribusikan ke dalam enam lembaga tinggi negara. Setelah UUD 1945
diamandemensampai amandemen keempatada satu lembaga tinggi negara yang
dihapuskan yaitu Dewan Pertimbangan Agung (DPA), yang sebelumnya mempunyai
kekuasaan konsultatif bagi Presiden, dan ada satu lembaga tinggi negara baru yang
dibentuk yaitu Mahkamah Konstitusi (MK).
Penafsiran Trias politica tidak lagi sebagai pemisahan kekuasaan tetapi
sebagai pembagian kekuasaan. Artinya, hanya fungsi pokok yang dibedakan
menurut sifatnya dan diserahkan kepada badan yang berbeda, tetapi kerja sama di

antara fungsi-fungsi tersebut tetap diperlukan untuk kelancaran organisasi .


Berdasarkan ketentuan UUD NRI Tahun 1945, kekuasaan yang ada pada
negara didistribusikan kepada 1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), lembaga
tinggi negara yang memiliki kekuasaan konstitutif yaitu kekuasaan membentuk
Undang-Undang Dasar (Pasal 2 dan 3); 2) Pemerintah negara yaitu Presiden serta
Menteri dan aparat di bawahnya, yang memiliki kekuasaan eksekutif yaitu
menjalankan pemerintahan negara (Pasal 417) ; 3) Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), lembaga tinggi negara yang memiliki kekuasaan legislatif yaitu membentuk
undang-undang (Pasal 1922); 4) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), lembaga
tinggi negara yang memiliki kekuasaan inspektif yaitu melakukan pemeriksaan
keuangan negara (Pasal 23 E23 G); 5) Mahkamah Agung (MA), lembaga tinggi
negara yang memiliki kekuasaan yudikatif yaitu mengawasi pelaksanaan undangundang (Pasal 24, 24A24B, dan 25); dan 6) Mahkamah Konstitusi (MK), lembaga
tinggi negara yang memiliki kekuasaan menguji Undang-Undang Dasar (Pasal 24C
dan 25).
Pendistribusian kekuasaan negara pada lembaga-lembaga tinggi negara di atas
merupakan bentuk pembatasan antar-lembaga secara horizontal atau sederajat.
Pembatasan tersebut juga menunjukkan pembagian kewenangan pada beberapa
lembaga tinggi negara sehingga kewenangan tidak didominasi oleh satu lembaga
saja. Hal ini memungkinkan adanya saling kontrol di antara lembaga-lembaga
tersebut dalam permasalahan yang berkaitan. Berikut ini uraian mengenai
lingkup kewenangan dari beberapa lembaga negara tersebut di atas.

Pemerintah atau badan eksekutif adalah organisasi yang berwenang


merumuskan dan melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh
penduduk dalam suatu wilayah. Pemerintah bertindak atas nama negara dan
menyelenggarakan kekuasaan negara. Di negara demokrasi biasanya badan
eksekutif terdiri dari kepala negara atau kepala pemerintahan, beserta menterimenteri, pegawai negeri sipil, dan militer. Dalam buku ini pengertian badan
eksekutif dipersempit, yakni hanya mencakup kepala negara, kepala pemerintahan,
dan para menterinya. Tugas badan eksekutif, menurut tafsiran tradisional asas trias

politika, hanya melaksanakan kebijakan yang telah ditentukan oleh badan


legislatif.
Tetapi pada kenyataannya badan eksekutif lebih luas ruang geraknya
dibandingkan

dengan

badan

legislatif.

Untuk

memperlancar

tugasnya

dibentuklah badan pelaksana yang bersifat permanen dan profesional yakni


birokrasi. Birokrasi dibangun untuk melaksanakan tugas-tugas administrasi yang
bersifat teknis yang tentu tidak dapat ditangani oleh para politisi. Oleh karena itu
tidak terelakkan bahwa kaum ahli perlu ditunjuk.
Terdapat kontroversi mengenai perlu tidaknya dibentuk birokrasi. Harold
Laski tidak setuju dibentuk birokrasi dan mengatakan bahwa kekuasaan kaum
birokrat tidak mudah dikendalikan oleh lembaga-lembaga demokratis. Kaum
birokrat secara terus- menerus memperluas ruang lingkup kekuasaannya sehingga
sulit dikendalikan. Di sisi lain, Max Weber setuju dengan adanya lembaga ini dan
menyatakan bahwa birokrasi mampu mencapai efisiensi yang paling tinggi dan
bentuk administrasi yang paling rasional karena birokrasi merupakan pelaksana.
Pengendalian dilakukan oleh pemerintah melalui ilmu pengetahuan. Dalam kaitan
ini militer, yaitu angkatan darat, laut, dan udara, adalah bagian dari birokrasi yang
harus langsung di bawah Kepala Negara bukan di bawah Kepala Pemerintahan.
Badan

yudikatif

merupakan

kekuasaan

yang

merdeka

untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Dalam konsep


politik, badan yudikatif sebenarnya berperan juga sebagai penguji peraturan
perundang-undangan (judicial review). Dalam konsep trias politika klasik, ketiga
cabang kekuasaan harus benar-benar dipisahkan (Budiardjo, 2008: 200). Pada
kenyataannya, pemisahanan tidak mungkin dapat dilaksanakan sepenuhnya,
sehingga pada zaman modern ini yang ada adalah distribusi kekuasaan saja. Artinya,
hanya fungsi pokoknya saja yang dipisahkan sedangkan fungsi lainnya yang bersifat
teknis dari ketiga cabang tersebut terjalin satu sama lain.
Ini disebabkan semakin kompleksnya tugas-tugas kenegaraan. Indonesia kini

memiliki tiga badan yudikatif yakni Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi
(MK), dan Komisi Yudisial. Mahkamah Agung berfungsi menyelenggarakan
peradilan termasuk menguji materi perundang-undangan di bawah UU. Mahkamah
Konstitusi
kewenangan

berfungsi
lembaga

menguji
yang

UU

terhadap

kewenangannya

UUD,

memutuskan

diberikan

sengketa

UUDtermasuk

membubarkan partai politikdan perselisihan hasil pemilihan umum. Merujuk


kepada UUD 1945 amandemen keempat tahun 2002, MK wajib memberikan
pendapat atas pendapat DPR tentang dugaan pelanggaran oleh Presiden. Komisi
Yudisial mempunyai kewenangan untuk mengusulkan Hakim Agung dan
kewenangan lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran,
martabat, serta perilaku hakim.
Badan legislatif adalah badan yang membuat undang-undang. Anggotanya
dianggap mewakili rakyat. Menurut teori yang berlaku maka rakyatlah yang
berdaulat dan mempunyai suatu kemauan. Badan legislatif dianggap merumuskan
kemauan rakyat dengan jalan menentukan kebijakan umum (public policy) yang
mengikat seluruh masyarakat.
Badan legislatif di Indonesia adalah Volksraad, Komite Nasional Indonesia,
DPR dan Senat RIS, DPR Sementara, DPR Hasil Pemilu, DPR Peralihan, DPR
Gotong-Royong (Demokrasi Terpimpin), DPR Gotong-Royong (Demokrasi
Pancasila) DPR hasil Pemilihan Umum secara periodik, DPR dan DPD hasil
Pemilihan Umum 2004 dan 2009.

Sumber :
Dewi, R. Ismala, Slamet Soemiarno, Agnes Sri Poerbasari, Eko A. Minarno. 2015. Buku Ajar
III : Bangsa, Negara, dan Pancasila. Universitas Indonesia
http://www.indonesia.go.id/in/sekilas-indonesia/politik-dan-pemerintahan
http://www.tugassekolah.com/2016/03/definisi-pengertian-politik-dan-strategi-nasional.html
http://www.kompasiana.com/nurdiansyahrachman/pengertian-politik-dan-strateginasional_552fe84b6ea8342b648b45c2

Anda mungkin juga menyukai