Anda di halaman 1dari 3

Etik dan hukum mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk mengatur tertib dan

tentramnya pergaulan hidup dalam masyarakat. Namun pengertian etik dan hukum berbeda. Etik
(ethics) berasal dari kata yunani ethos yang berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan,
sikap, yang baik, yang layak. Sedanngkan Etika adalah ilmu pengetahuan tentang azas akhlak.
Etik merupakan norma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok profesi tertentu dalam
memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Pekerjaan profesi (professio berarti pengakuan)
merupakan pekerjaan yang memerlukan pendidikandan latihan tertentu, memiliki kedudukan
yang tinggi dalam masyarakat, seperti ahli hukum (hakim, pengecara), wartawan, dosen, dokter,
dokter gigi, dan apoteker (Hanafiah, 2009).
Ciri-ciri umum pekerjaaan profesi adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pendidikan sesuai standar nasional


Mengutamakam panggilan kemanusiaan
Berlandasan etik profesi, mengikat seumur hidup
Legal melalui perizinan
Belajar sepanjang hayat
Anggota bergabung dalam satu organisasi profesi (Hanafiah, 2009).

Dalam pekerjaan profesi sangat di handalkan etik profesi dalam memberikan pelayanan
kepada publik. Etik profesi merupakan seprangkat prilaku anggota profesi dalam hubugannya
dengan orang lain. Pengalaman etika membuat kelompok menjadi baik dalam arti moral
(Hanafiah, 2009).
Ciri-ciri etik profesi adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Berlaku untuk lingkungan profesi


Disusun oleh organisasi profesi bersangkutan
Mengandung kewajiban dan larangan
Menggugah sikap manusiawi (Hanafiah, 2009)

Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan dalam
mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat. Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar
Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI), adalah semua ketentuan hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapan hak dan
kewajiban baik bagi perseorangan maupun segenap lapisan masyarakat, baik sebagai penerima
pelayanan kesehatan maupun sebagai pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam dalam

segala aspek, organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu pegetahuan kesehatan
dan hukum, sergta sumber-sumber hukum lain. Hukum kedokteran merupakan bagian hukum
kesehatan yaitu yang menyangkut pelayanan kesehatan (Hanafiah, 2009).
Hukum kesehatan merupakan hukum yang masih muda. Perkembangan di mulai pada
waktu word congress on medical law di belgia pada tahun 1967 dan diteruskan secara periodik
untuk beberapa lama. Di indonesia, perkembangan hukum kesehatan dimulai sejak terbentuknya
kolompok studi untuk huku kedokteran UI/RS Ciptomangunkusumo di jakarta pada tahun 1982.
Perhimpunan untuk hukum kedokteran indonesia (PERHUKI), terbentuk di jakarta pada tahun
1983 dan berubah menjadi perhimpunan hukum kesehatan indonesia (PERHUKI). Hukum
kesehatan mencakup komponen hukum bidang kesehatan yang bersinggungan satu dengan yang
lain yaitu hukum kedokteran/dokter gigi, hukum keperawatan, hukum farmasi klinik, hukum
rumah sakit, hukum kesehatan masyarakat, hukum kesehatan lingkungan dan sebagainya
(Hanafiah, 2009).
Persamaan etik dan hukum adalah:
1. Sama-sama merupakan alat untuk mengatur tertibnya hidup bermasyarakat
2. Sebagai obyeknya adalah tingkah laku manusia
3. Mengandung hak dan kewajiban anggota-anggota masyarakat agar tidak saling
merugikan
4. Menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi
5. Sumbernya adalah hasil pemikiran para pakar dan pengalaman para anggota senior
(Hanafiah, 2009).

Perbedaan etik dan hukum adalah:


1. Etik berlaku untuk lingkungan profesi. Hukum berlaku untuk umum
2. Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi. Hukum disusun oleh badan
pemerintahan
3. Etik tidak seluruhnya tertulis. Hukum tercantum secara terinci dalam kitab undangundang dan lembaran/berita Negara
4. Sanksi terhadap pelanggaran etik berupa tuntunan. Sanksi terhadap pelanggaran hukum
berupa tuntutan.

5. Pelanggaran etik diselesaikan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK), yang
dibentuk oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan kalau perlu diteruskan kepada Panitia
Pertimbangan dan Pembinaan Etika Kedokteran (P3EK), yang dibentuk oleh
Departemen Kesehatan (DEPKES).
6. Penyelesaian pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti fisik. Penyelesaian pelanggaran
hukum memerlukan bukti fisik. (Hanafiah, 2009)

Daftar pustaka
Hanafiah MJ, Amri A. 2009. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Edisi 4. Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai