Anda di halaman 1dari 16

KASUS PIDANA PENCABULAN

(SODOMI)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Acara Pidana
Yang Dibina Oleh Pak Ali Imron, SH., SS., M.H

Disusun Oleh :
Nama : Rizki Syeptian Saputra
NIM : 2014 020 598

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


(S-1)
FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PAMULANG

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak nikmatnya kepada saya sehingga atas berkat dan rahmat serta karunia
-Nyalah saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kasus pidana Pencabulan
(sodomi) ini sesuai dengan waktu yang saya rencanakan.
Terima kasih saya sampaikan juga kepada dosen Hukum Acara Pidana Bapak Ali
Imron, SH., SS ., M.H yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk mengerjakan
tugas ini, sehingga saya menjadi lebih mengerti dan memahami tentang berlakunya hukum
pidana itu sendiri, tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
dalam upaya penyelesaian makalah ini baik mendukung secara moril maupun materil.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah
Hukum Acara Pidana di Universitas Pamulang, Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk
mengubah materi yang sudah tersusun. Namun, hanya lebih pendekatan pada study banding
atau membandingkan beberapa materi yang sama dari berbagai referensi. Dan semoga bisa
memberi tambahan pengetahuan bagi kita semua Terima Kasih.

Pamulang, 16 Mei 2016

Rizki Syeptian Saputra

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang. 1
B. Perumusan masalah. 2
BAB ll PEMBAHASAN

A. Perbuatan Sodomi Merupakan Tindak Pidana atau Bukan 3


1.1.
Pengertian Sodomi
....3
Pengertian dibawah umur

1.2.

.3
1.3.
Pengertian tindak pidana
. 3
1.4.
Pelaku pencabulan termasuk dengan melakukan sodomi
B. Rincian Kasus Sodomi yang Terjadi di Taman Kanak-Kanak Jakarta
International School . 6
2.1. Kasus Adalah .. 6
2.2. Analisis Kasus ..6
C.
D.
E.
F.

Proses peradilan terhadap perbuatan sodomi anak dibawah umur .7


Peran penting keluar bagi anak 8
Penyelesaian kasus ..9
Faktor penyebab .11

BAB III PENUTUP

13

A. Kesimpulan ..13
B. Saran ....13
DAFTAR PUSAKA

14

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Saat ini perbuatan sodomi merupakan kejahatan yang cukup mendapat
perhatian di kalangan masyarakat. Sering di koran atau majalah diberitakan
terjadi tindak pidana pencabulan yang akhir-akhir ini terdapat kasus seorang
anak taman kanak-kanak Jakarta International School yang menjadi korban
sodomi cleaning service di taman kanak-kanak tersebut.
Jika mempelajari sejarah, sebenarnya jenis perbuatan ini sudah ada
sejak dulu, atau dapat dikatakan sebagai suatu bentuk kejahatan klasik yang
akan selalu mengikuti perkembangan kebudayaan manusia itu sendiri, ia akan
selalu ada dan berkembang setiap saat walaupun mungkin tidak terlalu
berbeda jauh dengan sebelumnya.
Perbuatan sodomi anak dibawah umur ini tidak hanya terjadi di kotakota besar yang relatif lebih maju kebudayaan dan kesadaran atau
pengetahuan hukumnya, tapi juga terjadi di pedesaan yang relatif masih
memegang nilai tradisi dan adat istiadat.
Terkadang pelaku melakukan perbuatan sodomi tersebut dikarenakan
pelaku itu juga telah menjadi korban perbuatan sodomi sewaktu pelakunya
masih kecil. Oleh karena itu pelaku melakukan perbuatan tersebut terhadap
orang lain yang dalam hal ini anak dari taman kanak-kanak Jakarta
International School. Maka dari itu pelaku melakukan kembali apa yang telah
dialaminya semasanya kecil.

B. Perumusan Masalah
1. Apakah perbuatan sodomi dibawah umur ini termasuk tindak pidana?
2. Bagaimanakah rincian kasus sodomi yang terjadi di taman kanak-kanak(TK)
Jakarta International School akhir-akhir ini?
3. Bagaimanakah proses peradilan kasus sodomi yang terjadi di
tamankanak-kanak (TK) Jakarta International School?
4. Dikenakan dalam pasal berapa kasus sodomi ini ?

BAB II

PEMBAHASAN
A. Perbuatan Sodomi Merupakan Tindak Pidana atau Bukan
1.1 Pengertian Sodomi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sodomi adalah sanggama
antarmanusia secara oral atau anal, biasanya antar-pria; pencabulan
dengan sesama jenis kelamin atau dengan binatang.
Definisi sodomi menurut situs kamuskesehatan.com adalah sodomi juga
dikenal sebagai seks anal, adalah penyisipan penis ke dalam anus
pasangan, dengan atau tanpa paksaan.
1.2 Pengertian Dibawah Umur
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, anak adalah keturunan yang kedua
yang berarti dari seorang pria dan seorang wanita yang melahirkan
keturunannya, yang dimana keturunan tersebut secara biologis berasal
dari sel telur laki-laki yang kemudian berkembang biak di dalam rahim
wanita berupa suatu kandungan dan kemudian wanita tersebut pada
waktunya nanti melahirkan keturunannya.
1.3 Pengertian Tindak Pidana
Pengertian tindak pidana merupakan suatu dasar dalam ilmu
hukum terutama hukum pidana yang dimana ditujukan sebagai suatu
istilah perbuatan yang melanggar norma-norma atau aturan hukum yang berlaku di
suatu negara. Oleh karena itu dapat dikatakan sebagai tindak
pidana harus memenuhi syarat-syarat seperti :
a. Harus ada suatu perbuatan, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang.
b. Perbuatan harus sesuai sebagaimana yang dirumuskan dalam undang4

undang. Pelakunya harus telah melakukan suatu kesalahan dan harus

mempertanggungjawabkan perbuatannya.
c. Harus ada kesalahan yang dapat dipertanggungjawabkan. Jadi
perbuatan itu memang dapat dibuktikan sebagai suatu perbuatan yang
melanggar ketentuan hukum.
d. Harus ada ancaman hukumannya. Dengan kata lain, ketentuan hukum
yang dilanggar itu mencantumkan sanksinya.
Dari syarat-syarat di atas, perbuatan yang dapat dikatakan suatu
tindak pidana ialah perbuatan yang dapat dibuktikan sebagai suatu
perbuatan yang melanggar ketentuan hukum atau undang-undang yang
berlaku dan disertai ancaman hukumannya untuk mempertanggung
jawabkan perbuatannya.
Dalam hukum pidana di Indonesia, istilah sodomi sebenarnya belum
dikenal. Pasal-pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
maupun peraturan perundang-undangan lainnya belum mengatur tentang
sodomi secara tersendiri.
Hukum pidana Indonesia sampai saat ini hanya mengenal istilah
pencabulan dan persetubuhan. Namun, walaupun belum diatur secara khusus,
perbuatan sodomi dapat dikategorikan sebagai pencabulan, sehingga dalam
praktiknya, kasus sodomi dikenakan dengan pasal-pasal tentang pencabulan
yang diatur dalam KUHP maupun peraturan perundang-undangan di luar
KUHP
1.4 Pelaku pencabulan, termasuk dengan melakukan sodomi,
Pelaku pencabulan (sodomi) dapat dijeratdengan Pasal 290 KUHP tentang
pencabulan, yang berbunyi:Dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun
dihukum:
(1) Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang,sedang
diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya.
(2) Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang,sedang
diketahuinya atau patut harus disangkanya, bahwa umur orangitu belum cukup 15
tahun atau kalau tidak nyata berapa umurnya,bahwa orang itu belum masanya
5

(3) Barang siapa membujuk (menggoda) seseorang, yang diketahuinyaatau patut harus
disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup 15tahun atau kalau tidak
nyata berapa umurnya, bahwa ia belummasanya buat kawin, akan

melakukan atau membiarkan dilakukanpada dirinya perbuatan cabul, atau akan


bersetubuh dengan orang laindengan tiada kawin.Jika dalam hal perbuatan
sodomi yang dimaksud dilakukan dengansesama jenis yang mana pelakunya
adalah orang dewasa terhadap anak dibawah umur, Pasal 292 KUHP
menyatakan:Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul denganorang
yang belum dewasa dari jenis kelamin yang sama, sedangdiketahuinya
atau patut harus disangkanya hal belum dewasa itu,dihukum penjara
selama-lamanya lima tahun.Sementara itu, mengenai perbuatan cabul yang
dilakukan terhadapanak di bawah umur diatur secara khusus dalam Pasal 82
Undang-UndangNomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
menyatakan:Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan
atauancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat,
serangkaiankebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau
membiarkandilakukannya perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan dendapaling
banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan palingsedikit Rp.
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).Dari pasal-pasal diatas dapat
disimpulkan bahwa perbuatansodomi anak dibawah umur merukapan suatu
tindakan tindak pidanadan dapat dipidanakan sebagaimana perbuatan tindak
pidana lainnyayang diatur dalam pasal-pasal yang telah disebutkan di atas

B. Rincian Kasus Sodomi yang Terjadi di Taman Kanak-Kanak Jakarta


International School

2.1.

Kasus adalah sebagai berikut:


Tak ada yang menyangka Virgiawan Amin bin Suparmanalias Awan (20)
bisa berbuat keji pada anak lima tahun di JakartaInternational School (JIS). Keluarga
pun kaget begitu mendengarkabar kasus kekerasan seksual tersebut."Kejadian begini
Masya Allah, saya kaget banget lemesdengernya. Sekarang di penjara udah dua
minggu dari tanggal 3April," kata nenek Awan, Saunih, saat ditemui
detikcom dikediamannya di kawasan Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Kamis
(17/4/2014).Menurut Saunih, Awan belum berkeluarga. Dia tinggal dirumah tersebut
bersama nenek dan pamannya Marwadi yangbekerja sebagai petugas
keamanan.Saunih tak berhenti menyiratkan kesedihan saat melihatpemberitaan
soal Awan. Alasannya, Awan yang membantukehidupannya sehari-sehari. "Saya
lemas dengarnya rasanya mau pingsan liat britanya ditv. Dia pendiam. Sehari- hari
kerja, tidur. Maen paling jauh keempang ke warnet ama teman-temannya," sambung
Saunih. Marwadi mengaku sudah menjenguk Awan di penjara.Kondisi
keponakannya tersebut sehat, namun memang belumberadaptasi dengan situasi
di tahanan."Saya sedih liat ibu saya (nenek Awan) sering nangis kalaumalam," terang
Marwadi.Awan dan Agun ditetapkan sebagai tersangka sodomikepada bocah
5 tahun di JIS. Keduanya dijerat dengan pasalpencabulan dan UU
Perlindungan Anak. Mereka terancam 15 tahun penjara.Keduanya sudah ditahan
sejak dua pekan lalu. Kepada polisi, awalnya mereka tak mengaku, namun
belakangan mengakui perbuatan sodomi kepada bocah tersebut di toilet sekolah JIS.

2.2.

Analisis Kasus
Dalam kasus tersebut memang benar pelaku mengakui atau menginsyafi telah
melakukan tindakan sodomi terhadap anak ditaman kanak-kanak tersebut. Pelaku
melanggar pasal-pasal yangdiatur undang-undang diantara lain:
a. Pasal 290 KUHP yang berbunyi:Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan
seseorang,sedang diketahuinya atau patut harus disangkanya,
7

bahwa umur orang itu belum cukup 15 tahun atau kalau tidak nyata berapa
umurnya, bahwa orang itu belum masanya buat di kawin.
b. Pasal 292 KUHP yang berbunyi:Orang dewasa yang melakukan perbuatan
cabul dengan orang yang belum dewasa dari jenis kelamin yang
sama,sedang diketahuinya atau patut harus disangkanya hal belum dewasa itu,
c.

dihukum penjara selama-lamanya lima tahun.


Pasal 82 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
yang berbunyi: Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau

ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian


kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan
dilakukannya perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00
(enam puluh juta rupiah).
C. Proses Peradilan terhadap Perbuatan Sodomi Anak Dibawah Umur
Proses peradilan terhadap perbuatan sodomi anak dibawah umur dapat dilakukan
sebagaimana dilakukan proses hukum tindak pidana lainnya dikarenakan
perbuatan sodomi dalam kasus di atas bukanlah delik aduan. Jadi tidak tergantung
dengan adanya aduan atau tidak dari pihak korban maka dalam kasus tersebut
tetap akan diproses hokum sebagaimana mestinya dengan proses sidangnya
bersifat tertutup untuk umum. Apabila antara korban dan pelaku ingin melakukan
perdamaian diantara mereka juga tidak dapat menghapuskan proses hukum yang
menimpa pelaku dalam artian pelaku dan korban boleh-boleh saja
melakukan pedamaian tetapi pelaku tetap saja akan diproses sebagaimana
undang-undang yang telah mengatur

D. Peran penting keluarga bagi anak


Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri mengingatkan pentingnya peran keluarga
terhadap perkembangan anak. Orang tua harus aktif mengontrol anaknya agar tidak
melakukan penyimpangan.
Hal ini disampaikan Mensos saat bersilaturahim dengan pengurus, santri dan
santriwati di Ponpes Nabil Husein di Jalan Rapak Indah, Kecamatan Sei Kunjang,
Samarinda, Jumat (2/5/2014) malam.
Mensos menturkan, keluarga merupakan himpunan masyarakat terkecil, tempat
pembelajaran yang paling tepat bagi anak sebelum bersosialisasi dengan
lingkungannya.

Menurutnya, banyak kejadian yang menimpa anak seperti kekerasan seksual, fisik
maupun perilaku salah karena unsur pendidikan dalam keluarga tidak berjalan baik.
Kecerdasan lanjut Mensos tidak cukup bagi seseorang untuk menghindari tindakan
menyimpang. "Pendidikan yang baik harus secara seimbang menempatkan kecerdasan
intelektual, spiritual, emosional. Sistem pendidikan nasional harus menerapkannya,"
ujarnya.
Mensos mengambil contoh kasus kejahatan seksual yang terjadi di Jakarta
International School (JIS). Mahalnya biaya sekolah tidak menjamin baiknya sistem
pendidikan termasuk moral guru.
Kemensos mencatat lebih dari 20 kasus per bulan yang terkait tindak kekerasan anak
pada seusianya, 122 kasus anak yang mendapat perlakuan salah dari orang tuanya, 97
kasus anak yang terlibat tawuran. "Ini patut menjadi perhatian kita semua," sebutnya.
Kemensos sudah memfasilitasi sarana yang terkait dengan pelayanan keluarga berupa
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3), Unit Pelayanan Sosial Keliling
(UPSK) yang tujuannya membantu menangani dan mencari jalan keluar atas masalah
sosial yang terjadi.
9

Kemensos juga telah melatih 5 ribu Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan, 15 ribu
pekerja sosial, dan Tim Reaksi Cepat yang bertugas melakukan penjangkauan bagi
menyelamatkan, melindungi warga warga yang mengalami masalah sosial.
Mensos menegaskan lembaga yang dipimpinnya tersebut sudah punya Rumah
Perlindungan Trauma bagi para tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri
yang mengalami masalah sosial, Rumah Kasih Sayang bagi para penyandang penyakit
kronis, Rumah Perlindungan Sosial Anak bagi anak anak yang mengalami perlakuan
salah, anak anak jalanan.
Fasilitasi ini bisa diadopsi di daerah sebagai upaya penanganan cepat mengantisipasi
dan menyelesaikan masalah sosial yang terjadi.
"Penyelesaian masalah sosial harus dilakukan secara terintegrasi, terpola sehingga
hasilnya benar benar dapat menyelesaikan.
E. Penyelesaian kasus
Tugas polri sebagai penegak hukum sekaligu pengayom masyarakat tentu memiliki
andil penting dalam penyelesaian kasus pelecehan seksua di TK JIS. Agar kinerjanya

maksimal, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) meminta masyarakat memberi


ruang Polri untuk menyelesaikan tugasnya tersebut.
"Polri perlu diberikan kesempatan waktu dan ruang yang cukup untuk melakukan
seluruh proses yang terkait dengan skandal seksual di JIS. Polri harus bekerja
profesional dan tidak mudah digiring opini yang dapat menganggu independensi
seluruh proses," kata komisioner Kompolnas M Nasser, saat dihubungi
Nasser meminta masyarakat atau siapa saja untuk tidak mengeluarkan statement atau
pernyataan yang dapat membelokkan penyidikan dan memojokkan Polri. Menurut
Nasser ada 5 hal yang perlu diselesaikan Polri sehubungan dengan kejadian ini.
Pertama mengungkap semua orang yang melakukan kejahatan seksual pada anak di
lingkungan JIS, tidak peduli pegawai kontrakan, guru atau siapapun. Kedua
mengungkap apakah ada kecendrungan kejahatan seksual ini didalam JIS dilakukan
secara sistimatis atau terorganisir.
10

"Ketiga mencari tahu apakah pimpinan JIS tahu atas berbagai kejadian kejahatan
seksual didalam lingkungan sekolah," ujar Nasser.
Keempat menjabarkan bagaimana seharusnya konstruksi pidananya di rangkai. Hal
kelima yaitu bagaimana seharusnya konstruksi sosial dikreasi sehingga belajar dari
pengalaman ini Polri dapat mngantisipasi kejahatan seksual pada anak ini.
Prinsip paling mendasar dalam upaya perlindungan anak adalah kepentingan terbaik
untuk anak, the best interest of the child, yang diatur dalam UU Perlindungan Anak
No 23/2002 dan Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak. Dalam kasus JIS, yang
dimaksud dengan anak adalah korban (berapa pun jumlahnya) dan semua anak yang
bersekolah di sekolah itu. Semua anak ini punya hak sama dilindungi. Bagi korban,
perlindungan berarti membantu menjaga kerahasiaan pribadinya, menentukan dan
menyediakan bantuan mental-psikologis terbaik, dan tetap dapat melanjutkan
pendidikannya.
Persoalan utama dalam kasus ini adalah mencari predator seksual dan (kalau ada)
jaringan mereka. Tak hanya di sekolah ini. Di mana pun. Karena itu, yang berwenang
adalah kepolisian. Pihak sekolah dan yayasannya serta orangtua harus menunjukkan
sikap kooperatif sepenuhnya.
Bagaimana penyidikan dapat dilakukan dengan baik jika semua pihak (termasuk
aktivis perlindungan anak) bertindak seolah-olah mereka juga polisi? Kehebohan

penyidikan inilah yang menyebabkan predator kabur dan mereka akan menertawai
para penyidik dan berterima kasih bagi yang ikut menghebohkan kasus ini karena
tidak perlu susah payah mencari informasi untuk menyelamatkan diri.
Persoalan utama berikutnya tentulah kesejahteraan korban dan anak-anak yang
bersekolah di JIS. Bagi korban yang telah terbuka, diperlukan tindakan mentalpsikologis segera. Bagi korban lain yang belum terbuka, dibutuhkan suasana aman
dan penjaminan kerahasiaan untuk ikut membantu penyidikan. Suasana yang
dibangun media, KPAI, dan Komnas Anak dapat memicu pengalaman traumatik bagi
anak-anak yang tak terlibat, reaksi trauma sekunder bagi yang telah menjadi korban,
dan ketakutan/kecemasan yang tinggi bagi pengasuh, guru, dan orangtua anak-anak
lainnya.
11

F. Faktor penyebab
Faktor penyebab pelanggar seksual anak tidak diketahui secara
meyakinkan.Pengalaman pelecehan seksual sebagai seorang anak yang sebelumnya
dianggap sebagai faktor risiko yang amat kuat, tetapi penelitian tidak menunjukkan
hubungan kausal, karena sebagian besar anak-anak dilecehkan secara seksual tidak
tumbuh menjadi seorang pelaku pada saat telah dewasa, juga tidak ada mayoritas
pelaku dewasa yang dilaporkan mengalami pelecehan seksual masa kanak-kanak.
Kantor Akuntabilitas Pemerintah Amerika Serikat menyimpulkan "adanya sebuah
siklus pelecehan seksual yang tidak bisa dipungkiri."
Sebelum tahun 1996, ada kepercayaan yang lebih besar dalam teori tentang "siklus
kekerasan," karena sebagian besar yang dilakukan peneliti adalah retrospektif-pelaku
ditanya apakah mereka pernah mengalami pelecehan sebelumnya. Bahkan sebagian
besar studi menemukan bahwa sebagian besar pelaku seksual dewasa mengatakan
mereka tidak mengalami kekerasan seksual selama masa kanak-kanak, namun studi
menghasilkan hasil yang bervariasi dalam hal perkiraan mereka persentase pelaku
seperti yang telah disalahgunakan dari 0 hingga 79 persen. Lebih baru prospektif
longitudinal penelitian-mempelajari anak-anak dengan kasus-kasus pelecehan seksual
didokumentasikan dari waktu ke waktu untuk menentukan berapa persen yang
menjadi pelaku setelah dewasa-telah menunjukkan bahwa teori siklus kekerasan
bukan penjelasan yang memadai untuk mengapa orang menganiaya anak-anak.
Pelanggaran dapat difasilitasi oleh distorsi kognitif pelaku, seperti minimalisasi
pelecehan, menyalahkan korban, dan alasan.

Komisi VIII DPR mengadakan audiensi dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI), Jumat, 25 April 2014. Ketua KPAI Asrorun Niam mengaku mendapatkan
laporan adanya korban lain yang mengalami kekerasan seksual di Jakarta
International School (JIS).
"Tanda-tanda dan indikasi persis yang dialami korban pertama (bocah AK). Mulai dari
kondisi fisik dan perubahan perilaku dan masalah psikisnya," ujar Asrorun di Gedung
DPR, Jakarta.

12

Berdasarkan laporan dari orangtua, alumni, warga yang rumahnya dikontrak oleh guru
JIS, dan testimoni lainnya, dia menilai lingkungan di JIS tidak mencegah adanya
kekerasan seksual terhadap anak.
Dia menyebut, pemicu tindak kekerasan seksual di JIS, antara lain permisivitas norma
agama serta pembiaran adanya adegan pornografi di area publik di lingkungan JIS.
"Misalnya ciuman dewasa di area publik dan itu ditonton seluruh elemen di dalam
JIS. Hal itu sebenarnya bisa termasuk pidana dalam Undang-undang Pornografi," kata
dia.
Faktor pemicu kedua, adanya indikasi beberapa guru di JIS homoseksual.
Menurutnya, hal ini diperkuat dengan adanya fakta buronan FBI yang bekerja di JIS
berpuluh-puluh tahun dan aman-aman saja.
"Ini yang mendorong atau setidaknya menyebabkan tumbuh suburnya tindak
kekerasan terhadap anak," kata dia.
Asrorun menyatakan, KPAI telah berkoordinasi dengan LPSK dan kepolisian agar
kasus ini dikembangkan.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal KPAI Erlinda menyatakan Indonesia sedang dalam
keadaan darurat predator kejahatan seksual di lingkungan sekolah. (ita)
"Predator-predator ini sengaja membuat anak-anak menjadi lemah dan mencabut
karakter-karakter nasionalnya. Kita dalam bahaya dan bencana besar. Kami dari KPAI
menginginkan adanya dukungan dari semua pihak yang memiliki kebijakan," kata
Erlinda.
Di depan perwakilan anggora dewan itu, Erlinda meminta agar wewenang dan
anggaran KPAI ditambah untuk penanganan kejahatan seksual terhadap anak di
perbatasan dan di jalanan.
Serta ada Efek kekerasan seksual terhadap anak antara lain depresi, gangguan stres
pascatrauma, kegelisahan, kecenderungan untuk menjadi korban lebih lanjut pada

masa dewasa, dan dan cedera fisik untuk anak di antara masalah lainnya. Pelecehan
seksual oleh anggota keluarga adalah bentuk inses, dan dapat menghasilkan dampak
yang lebih serius dan trauma psikologis jangka panjang, terutama dalam kasus inses
orangtua.
13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perbuatan sodomi terhadap anak dibawah umur yang terdapat dalamkasus
perlakuan sodomi terhadap anak taman kanak-kanak di
JakartaInternational School merupakan suatu tindak pidana yang termasuk
bukansuatu delik aduan. Dalam artian tetap diproses walaupun tidak adanya
aduandari pihak korban dan juga dalam proses pengadilan diproses
sebagaimanamestinya yang telah diatur oleh undang-undang yang
dimana ada unsurasusila maka pada saat sidang perkara tersebut bersifat
tertutup untuk umum
B. Saran
Perbuatan sodomi terhadap anak di bawah umur merupakan perbuatan yang
sangat mencelakan terhadap korban dan keluarga , perbuatan tercela ini lah
yang membuat korban memiliki rasa trauma terhadap lingkungan sekitar ,
maka bagi pelaku sodomi ini dipantaskan di hokum seberat beratnya atas apa
yang dia lakukan terhadap anak dibawah umur , karna merusak nilai moral
yang ada , karna sekolahan Jakarta internasional school memiliki nilai
pendidikan yang sangat tinggi , dengan ulah tersebut sudah banyak merugikan
hal layak baik keluarga korban dan nama baik sekolah , maka dihukum lah
dengat seberat beratnya.

14

DAFTAR PUSAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru


www.kamuskesehatan.com diakses tanggal 19 April 2014
Daliyo, J.B, Pengantar Hukum Indonesia, Prenhallindo, Jakarta, 2001
Kitab Undang-Undang Hukum PidanaUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anakwww.detik.com diakses tanggal 19 April 2014

Anda mungkin juga menyukai