Anda di halaman 1dari 20

1

MAKALAH
HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

Disusun oleh :

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas

limpahan

rahmatnya, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan telah rampung.
Makalah ini berjudulHAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM. Dengan
tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang

dapat digunakan untuk

memperdalam pemahaman dari materi ini.


Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam.
Namun tim penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
pembaca yang bersifat membangun.
Surabaya , Oktober 2012
Tim Penulis.

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Manusia adalah aspek yang sangat penting dalam agama Islam. Pembahasan
tentang hubungan manusia dan agama, sejak dahulu, merupakan topik yang
sangat menarik bagi para pemikir dan cendekiawan. Mungkin hal itu disebabkan
oleh fakta sejarah umat manusia dengan suku bangsanya yang beragam bercerita
kepada kita akan keterkaitan makhluk Tuhan ini dengan agama. Umat manusia
secara umum meyakini adanya Tuhan yang menciptakan alam dan wajib untuk
dipuja dan disembah. Keyakinan yang demikian itu merupakan asas dan pokok
dari sebuah agama.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang misterius dan sangat
menarik. Dikatakan misterius karena semakin di kaji semakin terungkap betapa
banyak hal hal mengenai manusia yang belum terungkapkan. Dan dikatakan
mearik karena manusia sebagai subjek sekaligus sebagai objek kajian yangtiada
henti hentinya dilakukan manusia khususnya ara ilmuan. Oleh karena itu ia telah
menjadi sasaran studi sejak dahulu, kini dan kemudian hari. Hamper semua
lembaga perguruan tinggi mengkaji manusi, karya dan dmapak karyanya terhadap
dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4

Apa yang dimaksud dengan konsep tentang manusia?


Apa yang dimaksud dengan martabat dan eksistensi manusia?
Bagaimana hubungan agama dan manusia?
bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah?

1.3 Tujuan penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memperdalam pengetahuan
saya dalam materi HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM dan memenuhi
tugas Tugas Makalah dari dosen pengampu yaitu TIM DOSEN PAI ITS.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep tentang Manusia


Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah,
alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang
memiliki berbagai kemampuan. Olehkarena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia
yang telah diberikan Allah Swt. Al-Quran tidak menjelaskan asal-usul kejadian manusia
secara rinci. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh 17, AshShaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9, AlHijr 28, dan Al-Hajj 5. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan
mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan
Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusiadiciptakan Allah dari
bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapantahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang
sekarangini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan
yangmendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang
proses penciptaannyadimulai sejak pertemuan antara permatozoa dengan ovum.
2.1.1 Pandangan Umum tentang Manusia
Manusia merupakan satu bagian dari alam semesta yang bersama-sama
dengan makhluk hidup lainnya mengisi kehidupan di alam semesta ini. Para ahli
ilmu pengetahuan tidak memiliki kesamaan pendapat mengenai manusia.
Perbedaan pendapat ini disebabkan oleh adanya kekuatan dan peran
multidimensional yang diperankan oleh manusia. Para ahli juga memberikan
sebutan yang berbeda-beda untuk manusia. Ada yang menyebut manusia sebagai
homo sapiens (binatang yang berpikir), homo volens (binatang yang
berkeinginan), homo mechanicus (binatang yang mekanis), dan homo
ludens(binatang yang bermain). Sebutan-sebutan seperti ini dapat dipelajari
dalam ilmu psikologi dalam berbagai aliran yang ada. Tentu saja dalam disiplin
ilmu yang lain, seperti sosiologi, antropologi, dan biologi, sebutan atau
pensifatan yang diberikan kepada manusia juga berbeda-beda.
2.1.2 Manusia dalam Pandangan al-Quran

Untuk melihat pandangan al-Quran mengenai manusia, di bawah ini akan


diuraikan satu persatu mengenai kata yang digunakan al-Quran untuk menyebut
manusia, asal kejadian manusia, potensi manusia, dan fungsi manusia.
a.

Sebutan al-Quran untuk Manusia


Ada beberapa kata atau istilah yang digunakan al-Quran untuk menyebut

manusia, yaitu kata ins dijumpai sebanyak 18 kali dalam 9 surat. Kata ins
digunakan untuk dihadapkan (berlawanan) dengan kata jinn yang berarti jin atau
makhluk halus, atau dihadapkan dengan kata jaan yang juga bermakna jin.
(Aflatun Mukhtar, 2001:106-107).
Kata insan dijumpai dalam al-Quran sebanyak 65 kali. Penekanan kata insan
ini adalah lebih mengacu pada peningkatan manusia ke derajat yang dapat
memberinya potensi dan kemampuan untuk memangku jabatan khalifah dan
memikul tanggung jawab dan amanat manusia di muka bumi, karena sebagai
khalifah manusia dibekali dengan berbagai potensi seperti ilmu, persepsi, akal,
dan nurani. (Aflatun Mukhtar, 2001:107).
Kata nas merupakan bentuk jamak dari kata insan yang tentau saja memiliki
makna yang sama. Al-Quran menyebutkan kata nas sebanyak 240 kali.
Penyebutan manusia dengan nas lebih menonjolkan bahwa manusia merupakan
makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan dan bersama-sama
manusia lainnya. Al-Quran menginformasikan bahwa penciptaan manusia
menjadi berbagai suku dan bangsa bertujuan untuk bergaul dan berhubungan
antarvsesamanya (taaruf) (QS. al-hujurat [49]: 13), saling membantu dalam
melaksanakan kebajikan (QS. al-Maidah [5]: 2), saling menasihati agar selalu
dalam kebenaran dan kesabaran (QS. al-Ashr [103]: 3), dan menanamkan
kesadaran bahwa kebahagiaan manusia hanya mungkin terwujud bila mereka
mampu membina hubungan antar sesamanya (QS. Ali Imran [3]: 112).
Kata insan dan nas inilah yang paling banyak digunakan oleh al-Quran dalam
menyebut manusia (Quraish Shihab, 1996: 280). Di antara ayat al-Quran yang
menyebut manusia dengan kata insan adalah (QS. al-Alaq [96]: 2 dan 5) :

...

Artinya: Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah ... Dia
mengajarkepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. al-Alaq [96]: 2
dan 5).
Sedang penyebutan kata nas dalam al-Quran misalnya QS. al-Hujurat
[49]:13:

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS.
al-Hujurat [49]: 13).
Selain itu kata basyar secara etimologis berasal dari kata ba, syin, dan ra
yang berarti sesuatu yang tampak baik dan indah, bergembira, menggembirakan,
menguliti/mengupas (buah), atau memperhatikan dan mengurus suatu. Menurut
al-Raghib al-Ashfahani, manusia disebut basyar karena manusia memiliki kulit
yang permukaannya ditumbuhi rambut dan berbeda dengan kulit hewan yang
ditumbuhi bulu. Kata ini dalam al-Quran digunakan dalam makna yang khusus
untuk menggambarkan sosok tubuh lahiriah manusia (Aflatun Mukhtar, 2001:
104-105).
b. Asal Kejadian Manusia
Mengenai asal kejadian manusia ini, al-Quran menjelaskan melalui beberapa
ayatnya yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Al-Quran menegaskan bahwa manusia pertama adalah Adam a.s. Allah
menciptakan Adam a.s. melalui proses yang unik dan berbeda dengan
manusia-manusia lainnya. Allah dengan sifat Maha Kuasa-Nya menciptakan

Adam dari tanah (turab) dan hanya dengan firman-Nya: kun fayakun yang
berarti jadilah, maka jadilah ia. Allah Swt. Berfirman :

Artinya:
Sesungguhnya
misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya:
"Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (QS. Ali Imran [3]: 59).
Manusia yang lain (selain Adam atau keturunan Adam) diciptakan oleh Allah
dari saripati tanah, yang berproses menjadi sperma (nuthfah), segumpal darah
(alaqah), segumpal daging (mudghah), tulang belulang (izham), hingga
menjadi janin (khalqan akhar). Firman Allah Swt. dalam surat al-Muminun
(23): 12-14:

Artinya:

Dan

sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)


dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang
itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang Paling Baik.
(QS. al-Muminun [23]: 12-14).
2) Proses manusia selanjutnya dijelaskan, mulai dalam kandungan manusia
dibekali ruh kemudian potensi pendengaran, penglihatan, dan hati. Dalam alQuran surat al-Sajdah (32): 9 Allah Swt. berfirman:

Artinya: Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya


roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan,
dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS. al-Sajdah [32]: 9).
Setelah sempurna proses kejadiannya kemudian Allah mengeluarkannya
menjadi bayi, tumbuh menjadi dewasa, hingga dimatikan.
c. Potensi Manusia
Dalam al-Quran dijelaskan bahwa Allah membekali manusia dengan dua potensi
pokok, yakni:
1) Potensi kecerdasan (IQ). Al-Quran mengisyaratkan hal ini dengan
menjelaskan proses pengajaran yang diberikan oleh Allah kepada Adam, yang
dalam waktu singkat dapat menguasai semua nama yang ada di surga. Allah
berfirman dalam al-Baqarah (2): 31:
Dan

Dia

mengajarkan

kepada

Adam

nama-nama

(benda-benda)

seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu


berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!" (QS. al-Baqarah [2]: 31).
Hal tersebut mengindikasikan bahwa Adam, sebagai manusia pertama,
memiliki kecerdasan yang lebih dibandingkan malaikat yang ternyata tidak
mampu menyebutkan semua nama yang ada di surga. Potensi ini akan
berkembang, dengan maksimal atau tidak, sangat tergantung pada
pengalaman manusia, terutama dalam menempuh pendidikannya. Semakin
baik pengalaman atau pendidikan seseorang maka akan semakin baik tingkat
kecerdasannya. Sebaliknya, semakin buruk pengalaman atau pendidikannya
maka akan semakin buruk pula tingkat kecerdasannya. Untuk mendukung
kecerdasan manusia ini, Allah membekali manusia dengan potensi dasar
berupa ruh (nyawa), pendengaran, penglihatan, dan hati (akal dan nurani)
(QS. al-Sajdah [32]: 9).
2) Potensi tauhid (agama).

Hal ini diisyaratkan oleh al-Quran dengan persaksian yang diberikan oleh
Allah kepada jiwa (ruh) yang ada pada setiap calon bayi yang masih dalam
kandungan sang ibu. Semua jiwa itu mempersaksikan bahwa Allah sebagai
Tuhannya. Demikian firman Allah Swt. dalam surat al-Araf (7): 172 :
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya

berfirman):

"Bukankah

Aku

ini

Tuhanmu?"

Mereka

menjawab:"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami


lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)". (QS. al-Araf [7]: 172).
Ini suatu bukti bahwa manusia, dalam pandangan al-Quran, dilahirkan sudah
memiliki bekal tauhid (beragama). Namun demikian, eksistensi tauhid ini pada
akhirnya banyak ditentukan oleh pengalaman manusia dalam hidupnya kelak.
d. Fungsi Manusia
Peran apa saja yang dimainkan manusia di bumi ini, al-Quran menggariskan
jangan sampai manusia keluar dari dua fungsi pokoknya, yakni:
1) Fungsi kekhalifahan (khalifah Allah). Kehadiran manusia di bumi ini adalah
sebagai khalifah atau wakil Allah di bumi. Khalifah bisa juga diartikan
sebagai pemimpin. Karena itu, manusia harus dapat memerankan dirinya
sebagai pemimpin di muka bumi ini. Allah Swt. berfirman dalam surat alBaqarah (2): 30:
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui". (QS. al-Baqarah [2]: 30).
Fungsi kepemimpinan ini harus diperankan manusia sesuai dengan
kapasitasnya

masing-masing

yang

banyak

didukung

oleh

potensi

10

kecerdasannya. Ada manusia yang dapat mencapai derajat kepemimpinan


tertinggi, seperti presiden, gubernur, atau bupati, namun ada juga yang hanya
mampu menjadi pemimpin atas dirinya sendiri.
2) Fungsi ibadah (hamba Allah). Di samping manusia harus menjadi khalifah di
bumi, manusia juga harus melakukan fungsi utamanya, yakni beribadah
kepada Allah. Allah Swt. berfirman:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. (QS. al-Dzariyat [51]: 56).
Fungsi ibadah ini dapat dijalankan manusia sesuai dengan petunjuk-petunjuk
yang diberikan oleh Allah melalui al-Quran dan juga yang dijelaskan oleh
Nabi melalui hadisnya. Fungsi ini sangat didukung oleh potensi agama yang
dimiliki manusia. Semakin tinggi potensi keagamaan manusia, maka akan
semakin maksimal dia dapat beribadah kepada Allah. Dua fungsi di atas harus
berjalan bersama-sama dan tidak boleh manusia hanya menjalankan satu
fungsi saja serta meninggalkan fungsi yang lain. Sebagai teladan manusia,
Nabi Muhammad saw. menyontohkan bagaimana melakukan kedua fungsi itu
dalam kehidupan beliau, baik sebagai kepala negara maupun sebagai nabi,
yang dua-duanya dijalankan dengan sebaik mungkin. Sebagai umatnya kita
pun harus meneladaninya dengan berusaha memaksimalkan kedua fungsi itu
dalam kehidupan kita.
2.2 Martabat dan Eksistensi Manusia
2.2.1 Pengertian Eksistensi martabat manusia adalah
Bahwasanya manusia diciptakan kedunia ini oleh Allah melaui berbagai
rintangan tentunya tiada lain untuk mengabdi kepadaNya, sehingga dengan segala
kelebihan yang tidak dimiliki mahluk Allah lainya tentunya kita dapat
memanfaatkan bumi dan isinya untuk satu tujuan yaitu mengharapkan ridho dari
Allah SWT. Dan dengan segala potensi diri masing-masing kita berusaha untuk
meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan kita sehingga dapat selamat Dunia dan
Akhirat.
2.2.2 Tujuan manusia diciptakan Allah
Didunia ini tentunya kita lihat begitu kita lahir, biasanya diberikan adzan dan
iqomah di telinga kanan dan kiri, maka kita diperdengarkan kebesaran Allah,

11

mengakui Allah dan Rasulullah, mengerjakan shalat dan berbuat kebajikan.


Manusia ada di dunia karena sebagai tanda kebesaran Allah dan wajib membentuk
Keimanan kepada Allah ( hablum minnallah ) dan berbuat baik pada sesame
manusia dan alam sebagai bentuk hubungan social kemasyarakatan ( hablum
minannaas). Firman Allah QS Adz-dzaariyaat [51]:56
dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku
Jadi jawaban Allah atas keberadaan manusia didunia adalah untuk mengabdi
kepada Allah. Dengan melaksanakan perintahnya dan menjahui laranganNya.
( Mengikuti Rukun Iman dan Islam ).
2.3 Agama dan Manusia
2.3.1 Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama
Manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya
yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan. Sehingga
keseimbangan manusia dilandasi kepercayaan beragama. Kestabilan hidup
seseorang dalam beragama dan tingkah laku keagamaan seseorang, bukanlah
kestabilan yang statis. Adanya perubahan itu terjadi karena proses pertimbangan
pikiran, pengetahuan yang dimiliki dan mungkin karena kondisi yang ada.Tingkah
laku keagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan atas
nilai-nilai yang dipilihnya.
Agama mengambil bagian pada saat-saat yang paling penting dan pada
pengalaman hidup. Agama merayakan kelahiran, menandai pergantian jenjang
masa dewasa, mengesahkan perkawinan, serta kehidupan keluarga, dan
melapangkan jalan dari kehidupan kini menuju kehidupan yang akan datang. Bagi
juataan manusia, agama berada dalam kehidupan mereka pada saat-saat yang
paling khusus maupun pada saat-saat yang paling mengerikan. agama juga
memberikan

jawaban-jawaban

terhadap

pertanyaan-pertanyaan

yang

membingungkan kita. Adakah kekuatan tertinggi lain yang mampu memberikan


jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan kita?

12

Mengingat hal demikian wajarlah jika agama menjadi sangat dibutuhkan oleh
manusia, karenanya ia mampu memberikan jawaban sekaligus inspirasi bagi
terwujudnya kehidupan yang diinginkan manusia.
2.3.2 Fungsi Agama Dalam Kehidupan Manusia
a. Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia
Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia
sentiasanya memberipenerangan kepada dunia (secara keseluruhan), dan juga
kedudukan manusia di dalam dunia.Contohnya, agama Islam menerangkan
kepada umatnya bahwadunia adalah ciptaan Allah SWT dan setiap manusia
harus menaati Allah(s.w.t). begitu jugauntuk yang beragama lain dengan
kepercayaan kepada Tuhan yg di miliki.
b. Menjawab pelbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia
Sebagian pertanyaan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan
pertanyaan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri.
c. Memberi rasa keterikitaan kepada sesuatu kelompok manusia
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini
adalah

karena

sistemagama

menimbulkan

keseragaman

bukan

saja

kepercayaan yang sama, melainkan tingkah laku,pandangan dunia dan nilai


yang sama.
d. Memainkan fungsi peranan sosial
Kebanyakan agama di dunia ini menyarankan kepada kebaikan. Dalam
ajaran agama sendirisebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib
dilakukan oleh penganutnya. Maka inidikatakan agama memainkan fungsi
peranan sosial.

2.3.3 Pentingnya Agama Dalam Kehidupan Manusia


Berikut ini adalah sebagian dari bukti-bukti mengapa agama itu sangat penting
dalam kehidupan manusia.
a. Karena agama sumber moral
b. Karena agama merupakan petunjuk kebenaran.

13

c. Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.


d. Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik di kala
suka maupun dikala duka
Peran yang paling pertama dan utama dalam hidup dan kehidupan manusia itu
tidak lain adalah agama, dengan kata lain hanya dengan agamalah manusia hidup
teratur dan terkendali juga sebagai penggerak atau pendorong untuk semangat
hidup yang lebih baik didunia ini dan untuk kembali ketempat yang lebih kekal
yaitu diakhirat kelak. Keimanan dan ketaqwaan terhadap ajaran agama adalah
merupakan kunci dan kendali segala pemuas kebutuhan manusia yang tidak ada
batasnya, hal itu merupakan pengawasan interen yang ada pada diri kita sedang
pengawasan ekterennya adalah norma atau aturan. Kenapa hal ini perlu
ditegaskan? karena dalam diri manusia terdapat motivasi (dorongan) untuk
pemuas kebutuhan dasar seperti dikatakan oleh Teori Abraham A Maslow :
1. Kebutuhan fisik
Untuk kesehatannya manusia perlu asupan makanan dengan gizi yang sehat
dan seimbang, sehat menurut ilmu kesehatan bahwa makanan yang kita makan
adalah makanan yang dibuat, dan disajikan dari bahan dan penyajian yang
sehat. Sedangkan menurut ilmu agama bahwa makanan yang sehat itu selain
yang disebutkan diatas, bahwa makanan atau minuman itu harus baik dan halal.
Dasar hukum tentang makanan yang halal sebagaimana firman Allah yang
artinya berbunyi :
Hai para Rasul, makanlah dari yang baik baik (QS AL-Muminun:51)
Perintah Allah kepada rasul juga merupakan perintah kepada umatnya
bahwa makanan yang kita makan itu betul-betul dibuat dari bahan yang halal
dan baik, baik disini berarti makanan tersebut bergizi yang dapat menimbulkan
kesehatan dan keadaannya tidak menjijikan.
2. Kebutuhan rasa aman
Artinya bahwa manusia hidup perlu adanya pelindung sehingga terhindar
dari gangguan atau ancaman darimana pun, sehingga tercipta ketenangan hidup
dan keamanan dalam dirinya.
3. Kebutuhan integrasi sosial

14

Sebagai manusia yang normal pasti berintegrasi dengan manusia yang


lainnya baik secara lagsung maupun tidak langsung akan saling membantu dan
saling membutuhkan satu sama lain.
4. Kebutuhan harga diri
Manusia dalam hidupnya perlu adanya harga diri atau kebanggaan diri atau
kata lain rasa ingin dihargai dilingkungannya baik dilingkungan keluaraga,
masyarakat ataupun dilingkungan kerjanya.
5. Kebutuhan untuk mengembangkan diri
Artinya bahwa manusia itu dalam hidupnya ada kebutuhan untuk
berapresiasi mengembangkan bakat dan hobinya sehingga menghasilkan karya
yang baik dan berguna baik untuk dirinya maupun untuk orang lain sehingga
tejadi kepuasan didalam dirinya.
Kembali kepada pengawasan, diatas telah disebutkan bahwa pengawasan interen
yang ada pada diri kita itu adalah keiman dan ketakwaan yang diajarkan oleh
agama islam. Keimananpun bisa tipis dan bisa tebal itu tergantung usaha kita
bagaimana supaya selalu dekat kepada Allah caranya dengan beribadah dan selalu
mempelajari ajarannya.
Setiap manusia yang normal tentunya tidak akan terlepas dari lima kebutuhan
tersebut dan selalu berkaitan satu sama lain.
2.4 Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah Allah
Sebagai seorang khalifah, apa yang dilakukan tidak boleh hanya untuk
kepentingan diri pribadi dan tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri saja.
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama umat
manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada tiga instansi, yaitu:
a.

Pertanggung jawaban pada diri sendiri.

b.

Pertanggung jawaban pada masyarakat.

c.

Pertanggung jawaban pada Allah.

2.4.1 Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah


Makna yang esensial dari kataabd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan. Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan hanya layak diberikan kepada

15

Allah, yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan pada


kebenaran dan keadilan.
Sebagai hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada
Sang Khaliq; menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Demikianlah, karena posisinya sebagai abid, kewajiban manusia di bumi ini
adalah beribadah kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati . firman Allah dalam
(QS. Al-Bayyinah [98]: 5) :



Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah [98]: 5)
Tanggung jawab abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang
dimiliki dan bersifat fluktuatif (naik-turun), yang dalam istilah hadist Nabi SAW
dikatakan yazidu wayanqushu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang
berkurang atau melemah).
Seorang hamba Allah juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga .
tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggung jawab
terhadap diri sendiri, karena memelihara diri sendiri berkaitan dengan perintah
memelihara iman keluarga. Oleh karena itu dalam al-quran dinyatakan dengan
quu anfusakum waahlikum naaran (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman,
dari neraka).
2.4.2 Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah
Tugas hidup yang dipikul manusia dimuka bumi adalah tugas kekhalifahan,
yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allahdi muka bumi untuk mengelola dan
memelihara alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.Manusia
menjadi khalifah, berarti manusia memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan
kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepadamanusia bersifat

16

kreatif, yang memungkinkan dirinya mengolah danmendayagunakan apa yang ada


di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Allah.
Kekuasaan manusia sebagai khalifah Allah dibatasi oleh ketentuan-ketentuan
yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukumTuhan baik
yang tertulis dalam kitab suci (al-qaul), maupun yang tersirat dalam kandungan
pada setiap gejala alam semesta (al-kaun).
Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil
yang mengingkari kedudukan dan peranannya serta mengkhianati kepercayaan
yang diwakilinya.Oleh karena itu dia diminta pertanggungjawaban terhadap
penggunaan kewenangannya dihadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman
Allah dalam (Q.S Fathir [35]:39) :





Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa
yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran
orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada
sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kerugian mereka belaka. (Q.S Fathir [35]:39)
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua
peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat.
Pertama, memakmurkan bumi (al imarah).
Yakni dengan mengexploitasi alam dengan sebaik-baiknya dengan adil dan
merata dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah, supaya generasi
berikutnya dapat melanjutkan exploitasi itu.
Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak
manapun (ar riayah). Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara
akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara
dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi
kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangat
potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.

17

Dua peran yang dipegang manusia dimuka bumi, sebagai khalifah danabdun
merupakan keterpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika
hidup yang sarat dengan kreatifitas dan amaliyah yang selalu berpihak pada nilainilai kebenaran.
Dua sisi tugas dan tanggungjawab ini tertata dalam diri setiap muslim
sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat
tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling
rendah, seperti firman Allah dalam (Q.S At-Tin [95]:4)











Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia, dalam bentuk yang sebaikbaiknya." (Q.S At-Tin [95]:4)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

18

Manusia adalah makhluk paling sempurna yang di ciptakan Allah yang pada
dasarnya berasal dari tanah. Allah telah berfirman di dalam al-Quran tentang
penjelasan umum asal kejadian manusia, potensi dan fungsi manusia. Di dalam alQuran manusia di sebut dengan 4 sebutan yaitu Al basyar, Al Insan, An Nas, dan
Bani Adam. Asal kejadian manusia berdasarkan firman Allah salah satunya adalah
tentang penciptaan nabi Adam a.s. melalui proses yang unik seperti dalam surah
A-Muminun (23):12-14. Di dalam al-Quran sendiri Allah SWT menyebutkan
bahwa manusia diciptakan dengan dua potesi, yaitu, potensi kecerdasan (IQ) dan
potensi ketauhidan (agama). Namun apabila ke dua potensi tersebut tidak di
kembangkan maka yang yang akan berkembang adalah potesi keburukan
(jahiliyah).
Fungsi penciptaan manusia sejak awal dapat digaris besarkan ada dua, yaitu;
fungsi kekhalifahan; dan fungsi ibadah. Manusia diharapkan memenuhi ke dua
fungsi

tersebut agar dapat membawa keselamatan bagi dunia juga bagi dirinya

sendiri semasa hidup maupu di akhirat kelak.


Ekistensi dan martabat manusia tidak lain hanyalah untuk mengabdi kepada
Allah, melaksanakan perintah dan menjauhi segala larangannya. Dengan segala
kelebihan kita sebagai manusia, kita harus dapat ememanfaatkan bumi beserta
isinya dengan satu tujuan pnting yaitu, mendapat ridho Allah SWT
Bukti bahwa agama merupakan suatu kebutuhan penting bagi manusia adalah
karena, agama sumber moral, agama merupakan petunjuk kebenaran, agama
merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika, dan agama memberikan
bimbingan rohani bagi manusia, baik di kala suka maupun dikala duka. Agama
juga penting untuk mengkontorol 5 kebutuhan dasar manusia, yaitu, Kebutuhan
fisik , Kebutuhan rasa aman, kebutuhan integrasi social, Kebutuhan harga diri dan
Kebutuhan untuk mengembangkan diri.
Ada 2 tanggung jawab penting bagi kita sebagai manusia kepada Allah SWT,
yaitu tanggung jawab sebagi hambaNya bahwa kita harus memiliki ketaatan,
ketundukan dan kepatuhan hanya layak diberikan kepada Allah, yang dicerminkan
dalam ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan; lalu,
tanggung jawab sebagai khalifah yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allahdi muka
bumi untuk mengelola dan memelihara alam.

19

3.2 Usul dan Saran


Demikianlah sedikit pembahasan terhadap sebuah masalah yang timbul di
kalangan masyarakat luas tentang hakikat manusia menurut Islam. Semoga dari
apa yang disajikan bisa membawa manfaat bagi penulis dan juga para pembaca.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah dengan segala kelebihan dan
kekurangannya, untuk itu apabila di dalam penyajian makalah tentang hakikat
manusia menurut ini terdapat sesuatu yang lebih, maka semata-mata itu hanyalah
berasal dari Allah SWT dan apabila terdapat sesuatu yang mengganjal hati para
pembaca, maka itu adalah sebuah kesalahan pribadi dari penulis. Untuk itu penulis
meminta maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan yang ada dan
berharap kepada pembaca untuk menegur kami bila ada kesalahan agar bisa kami
perbaiki di kemudian hari. Semoga makalah ini bisa berguna bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
Yuda,

Radit.

Konsep

Manusia

dalam

Islam.

Oktober

2014.

Http://Www.Academia.Edu/4727825/KONSEP_MANUSIA_DALAM_ISL
AM_Manusia_Diciptakan_Allah_Swt
Wardana,

hadi.

Manusia

Dalam

Perspektif

Islam.

Oktober

Http://Elearning.Gunadarma.Ac.Id/Docmodul/Agama_Islam/Bab2Manusia_Dalam_Perspektif_Islam.Pdf

2014.

20

Tim Dosen PAI PTU. 1984. Proyek Pembinaan Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Grafindo
Meij, Dick van der. 2003. Dinamika Kontemporer dalam Masyarakat Islam.
Jakarta: INIS
Marzuki. Konsep Manusia dan Agama. 5 oktober 2014. http://staff.uny.ac.id/PAI
Lang, Jeffrey. 2004. Aku Beriman, maka Aku Bertanya. Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta
Fareed, saiyad. 2008. 5 Tantangan Abadi Terhadap Agama dan Jawaban Islam
Terhadapnya. Tanggerang: Mizan pustaka
Boisard, PROF. DR. Marcel A. 1979. Humanisme dalam Islam. Jakarta: Bulan
Bintang
Beck, Herman Leonard & Nico Kaptein. Studi Belanda Kontemporer Tentang
Islam. Jakarta: INIS

Anda mungkin juga menyukai