Anda di halaman 1dari 5

APLIKASI KLINIS

1. Otitis Eksterna
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang
mempermudah radang telinga luar ialah pH di liang telinga yang biasanya
normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun.
Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah
tumbuh.1 Faktor lain penyebab otitis eksterna adalah trauma lokal dan alergi.
Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan
edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang
mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat.
Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41%),
strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). 2 Istilah
otitis eksterna akut meliputi adanya kondisi inflasi kulit dari liang telinga
bagian luar (Suardana, 2007).
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar
yang dapat menyebar ke pinna, periaurikular, atau ke tulang temporal.
Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar
dapat dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa
merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh
pseudomonas, stafilokokus dan proteus, atau jamur (Adam et al., 2007).
Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas dan
lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis
eksterna sangat komplek dan sejak tahun 1844 banyak peneliti mengemukakan
faktor pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953) mengatakan bahwa
berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Senturia dkk
(1984) menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel
dari liang telinga luar merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis
eksterna. Howke dkk (1984) mengemukakan pemaparan terhadap air dan
penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang
akut maupun kronik (Suardana, 2007).
Umumnya penderita datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit
pada telinga, terutama bila daun telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila

peradangan ini tidak diobati secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti rasa
sakit, gatal dan mungkin sekret yang berbau akan menetap (Adam et al., 2007).
Pembersihan yg terbaik adalah dengan sunction dan menggunakan
otoskop.

Alternative

lain

untuk

membersihkan

telinga

adalah

dgn

menggunakan kapas untuk mengeluarkan secara perlahan-lahan secret tebal


dari saluran telinga luar. Jika secret tipis, keras atau lengket maka pemberian
antibiotic atau hydrogen peroksida dapat menolong untuk melembutkan secret
tsb agar mudah dikeluarkan. Dapat juga diberikan alcohol sesudahnya untuk
membersihkan saluran, tetapi hal ini mungkin menyebabkan iritasi jika saluran
telah mengalami peradangan. Pasien harus dievaluasi kembali apabila sekret
susah untuk dikeluarkan akibat adanya pembengkakan atau nyeri (Suardana,
2007).
2. Otitis Media Akut
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tubaeustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. otitis media
terbagi atas otitis mediasupuratif dan non-supuratif, dimana masing-masing
memiliki bentuk akut dan kronis.Otitis media akut termasuk kedalam jenis
otitis media supuratif. Selain itu, terdapat juga jenis otitis media spesifik, yaitu
otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitik, dan otitismedia adhesiva (Efiaty
et al., 2007).
Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian atau
seluruh bagian mukosa telinga tengah, tuba Eusthacius, antrum mastoid dan
sel-sel mastoid yang berlangsung mendadak yang disebabkan oleh invasi
bakteri maupun virus ke dalam telinga tengah baik secara langsung maupun
secara tidak langsung sebagai akibat dari infeksi saluran napas atas yang
berulang (Djaafar, 2010).
Tuba Eusthacius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga
tengah dengan nasofaring yang berfungsi sebagai ventilasi, drainase sekret dan
menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah (Efiaty et al.,
2007).
Prevalensi kejadian OMA banyak diderita oleh anak-anak maupun
bayi dibandingkan pada orang dewasa tua maupun dewasa muda. Pada bayi
terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachius lebih pendek, lebar
dan letaknya agak horizontal. Pada anak-anak makin sering menderita infeksi

saluran napas atas, maka makin besar pula kemungkinan terjadinya OMA
disamping oleh karena system imunitas anak yang belum berkembang secara
sempurna (Efiaty et al., 2007).
Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada
saluran pernapasan atas. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media
berusia 1 thn sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 thn sekitar 83%. Di
Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode
otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka
mengalaminya tiga kali atau lebih (Djaafar, 2010).
3. Barotrauma
Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan
yang tiba-tiba diluar telinga tengah sewaktu pesawat terbang atau menyelam,
yang menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Apabila perbedaan tekanan
melebihi 90 cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu
membuka tuba. Pada saat ini terjadi tekanan negatif dirongga telinga tengah,
sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadangkadang disertai dengan ruptur pembuluh darah, sehingga cairan ditelinga
tengah dan rongga mastoid bercampur darah (Efiaty et al., 2007).
Keluhan pasien berupa kurang dengar, rasa nyeri dalam telinga,
autofoni, perasaan ada air dalam telinga dan kadang-kadang tinitus atau
vertigo. Pengobatan biasanya cukup dengan cara konservatif saja, yaitu dengan
memberikan dekongestan lokal atau dengan melakukan perasat valsava selama
tidak terdapat infeksi dijalan napas atas. Apabila cairan atau cairan yang
bercampur darah menetap ditelinga tengah sampai beberapa minggu, maka
dianjurkan untuk tindakan miringotomi dan bila perlu memasang pipa ventilasi
(Grommet) (Efiaty et al., 2007).
Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu
mengunyah permen karet atau melakukan perasat valsava, terutama sewaktu
pesawat terbang mulai turun untuk mendarat (Efiaty et al., 2007).
4. Perforasi membran timpani
Perforasi membran timpani adalah suatu keadaan dimana ditemukan
lubang pada gendang telinga. umumnya timbul sebagai akibat dari trauma,
otitis media atau komplikasi bedah. Membran timpani telah menunjukkan

kemampuan luar biasa untuk regenerasi dan penyembuhan secara spontan,


namun perforasi kronis masih dapat muncul sehingga membutuhkan
miringoplasti untuk perbaikan. Beberapa teknik miringoplasti yang tidak
invasif, mudah dan efektif seperti kauterisasi, kemoterapi, metode patch dan
tandur lemak telah dilakukan baik secara sendiri atau kombinasi, namun,
efektivitas pengobatan tersebut tetap kontroversial (Djaafar, 2010).
Infeksi adalah sebab utama perforasi membran timpani. Infeksi akut
dari telinga dapat mengakibatkan iskemik relative pada membran timpani
bersamaan dengan tekanan yang meningkat dalam ruang telinga tengah. Pada
kondisi ini, rupture membran timpani didahului nyeri hebat pada telinga.
Perforasi traumatic dapat terjadi dari benda asing yang masuk ke liang telinga
(missal : dipukul dengan tangan, jatuh ke air dengan kepala lebih dulu masuk
ke air). Paparan tekanan tinggi dari sebuah ledakan dapat merobek membran
timpani. Perforasi membran timpani yang terjadi dari tekanan air, pada
olahraga yang menerjunkan kepala terlebih dahulu kedalam air, dapat terjadi
pada membrane timpani yang sudah atrofi karena penyakit sebelumnya. Objek
yang digunakan untuk membersihkan liang telinga dapat mengakibatkan
perforasi (Djaafar, 2010).
5. Serumen prop
Serumen dapat ditemukan pada kanalis akustikus eksternus. Serumen
merupakan campuran dari material sebaseus dan hasil sekresi apokrin dari
glandula seruminosa yang bercampur dengan epitel deskuamasi dan rambut
(Soepardi et al., 2010).
Bila tidak dibersihkan dan menumpuk maka akan menimbulkan
sumbatan pada kanalis akustikus eksternus. Keadaan ini disebut serumen
obsturans (serumen yang menutupi kanalis akustikus eksternus). Sumbatan
serumen kemudian menimbulkan gejala berupa penurunan fungsi pendengaran,
menyebabkan rasa tertekan/ penuh pada telinga, vertigo, dan tinitus(Soepardi
et al., 2010).
Sumbatan serumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dermatitis
kronik, liang telinga sempit, produksi serumen yang banyak dan kental, adanya
benda asing, serumen terdorong masuk kedalam liang telinga yang lebih dalam
saat mencoba membersihkan telinga (Soepardi et al., 2010).

DAFTAR PUSTAKA
Suardana, W. dkk. 2007. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga,
Hidung dan Tenggorok RSUP Denpasar. Denpasar : Lab/UPF Telinga
Hidung dan Tenggorok FK Unud.
Efiaty AS, Nurbaiti, Jenny B, Ratna DR. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan :
Telinga, Hidung, Tenggorokan Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta :
FKUI.
Djaafar ZA. 2010. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.
Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Jakarta:
FKUI.
Soepardi E. Iskandar N. Bashiruddin J. Restuti R. 2010. Serumen. Dalam Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta
: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai