DASAR TEORI
2.1 Pembebanan Pada Gedung
Dalam mendesain suatu struktur sebelumnya harus ditetapkan komponenkomponen yang akan digunakan sebagai ukuran maupun yang dapat menentukan
apakah gedung tersebut sesuai atau layak dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku.
Dalam perencanaan yang akan dibahas pada laporan ini adalah
perencanaan dengan menggunakan struktur beton bertulang. Beton bertulang
adalah bahan bangunan yang digunakan seluruh dunia. Beton yang ditulangi
dengan luas dan jumlah tulangan tidak kurang dari nilai minimum yang
disyaratkan dengan atau tanpa prategang dan direncanakan berdasarkan asumsi
bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.
Alasan digunakan beton bertulang sebagai bahan baku utama dalam
perencanaan struktur adalah karena lebih efisien (murah), mudah dibentuk,
mempunyai ketahanan terhadap api yang tinggi, mempunyai kekakuan yang
tinggi, mudah dalam perawatannya dan relatif murah, dan material dalam
pembuatannnya mudah didapatkan. Namun, ada kekurangan dari material beton
itu sendiri dibandingkan dengan material bangunan lainnya, antara lain
mempunyai daya kekuatan tarik yang rendah, membutuhkan bekisting dan
penumpu sementara selama proses konstruksi, rasio kekuatan terhadap berat
yang rendah dan stabilitas volumenya relatif rendah. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pencanaan desain suatu struktur diantaranya :
1. Kemampuan layan
Dalam perencanaan, struktur yang di desain tersebut harus dapat menahan
beban tanpa kelebihan tegangan pada material dan mempunyai deformasi
yang masih dalam batas-batas yang diijinkan. Pemilihan ukuran dan elemen
yang dipilih merupakan penentu utama dalam menahan kemampuan layan
tersebut
2. Efisiensi
Prinsip utama perencanaan desain struktur dalam bidang konstruksi adalah
bagaimana mendesain bangunan yang kuat dan aman namun dengan biaya
yang relatif ekonomis.
3. Konstruksi
Tinjauan konstruksi sering dipengaruhi pilihan struktural dimana
penggunaan elemen-elemen struktural akan efisien apabila material yang
digunakan mudah didapat dan dibuat. Desain struktural harus mencakup :
a. Keamanan
Struktur yang didesain harus aman dan kuat. Pada Struktur akan mencakup
beban beban yang bekerja padanya desain.Yaitu beban mati (berat
sendiri), beban hidup (manusia, angin, dll) dan beban gempa.
b. Kekakuan
Dalam perencanaan suatu gedung perlu diperhitungkan kekakuannya agar
didapat struktur yang kaku dan dapat memperkuat struktur saat terjadi
gempa.Kekakuan merupakan syarat mutlak yang harus sangat dipikirkan
oleh perencana dalam merencanakan suatu bangunan struktur.Karena suatu
struktur tidak akan dapat diterima jika bangunan tersebut tidak kaku
walaupun sangat kuat.
4. Stabilitas
Faktor stabilitas harus diperhatikan dalam mendesain struktur. Stabilitras
diperlukan untuk dapat menghitung momen momen yang bekerja pada
struktur.Stabilitas juga harus diperhatikan agar mencegah bangunan
mengalami guling. Momen momen yang bekerja pada struktur adalah
momen geser dan momen uplift.
5. Beban beban pada struktur
Dalam perencanaan desain struktur, perlu memperkirakan secara
mendalam mengenai beban-beban yang bekerja pada struktur serta besarnya
beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Perencanaan bangunan
konstruksi pada umumnya berdasarkan pada keadaan batas atau ultimit.
a. Beban mati
Beban mati merupakan berat struktur gedung itu sendiri, yang memiliki
besar yang kostan dan terdapat pada satu posisi tertentu. Berat sendiri
struktur bangunan beton bertulang adalah pelat, balok, kolom, dinding,
tangga, langit-langit, dan saliran air. Semua metode untuk menghitung
beban mati adalah untuk menghitung elemen didasarkan atas peninjauan
berat suatu material yang terlibat berdasarkan volume elemen tersebut.
Struktur luar dari desain menggunakan elemen kaca sebagai pembentuk
dari struktur bangunan. Pembebanan elemen kaca harus diperhatikan,
mengingat desain berbentuk oval yang mempunyai perhitungan lebih detail
akibat kelengkungan dari struktur.
Berikut tabel yang menyajikan nilai berat sendiri bahan bangunan dan
komponen gedung berdasarkan SNI 03-1726-2002 :
a. Bahan Bangunan
Tabel 2.1 Berat Sendiri Bahan Bangunan
b. Komponen Gedung
Tabel 2.2 Berat Sendiri Komponen Gedung
b. Beban hidup
Beban hidup adalah beban yang letaknya dapat berubah atau berpindah,
beban tersebut dapat ada ataupun tidak ada. Beban hidup pada perencana
struktur adalah beban orang, barang-barang, beban angin, ataupun mesinmesin yang sedang bekerja pada struktur.Walaupun beban hidup ini dapat
ada atau tidak, beban hidup harus tetap menjadi perhatian dalam
c. Beban gempa
Gempa merupakan fenomena alam yang tidak dapat dihindari. Didunia ini
banyak daerah yang menjadi daerah langganan gempa. Indonesia
merupakan salah satunya. Oleh karena itu daerah yang merupakan daerah
rawan gempa perlu memperhitungkan beban gempa dalam desain semua
jenis struktur. Menurut SNI-03-1726-2002 sub bab 4.1.1, peraturan ini
menentukan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam
perencanaan struktur gedung. Gempa rencana merupakan beban gempa
yang ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, agar probabilitas
terjadinya terbatas pada 10% selama umur gedung 50 tahun.
2.2 Pelat
Pelat atau slab adalah elemen bidang tipis yang menahan beban-beban
transversal melalui aksi lentur ke masing-masing tumpuan.
Teori pertama tentang bangunan dengan lantai beton bertulang diturunan
berdasarkan asumsi yang identik dengan bangunan kayu. Gaya-gaya pada
struktur kayu ditransmisikan dari lantai kayu ke balok anak, balok induk dan ke
kolom. Sistem slab-balok-kolom beton bertulangpun dianggap serupa. Distribusi
bebannya sedemikian rupa, sehingga defleksi lajur pelat yang orthogonal adalah
sama.
Pada konstruksi beton bertulang, pelat digunakan sebagai lantai, atap dari
gedung, lantai jembatan, lapis perkerasan pada jalan raya dan landasan bagi
pesawat terbang di bandara. Hal ini terjadi karena pelat merupakan elemen
struktur penahan beban vertikal yang rata dan dapat dibuat dengan luasan yang
cukup besar.
2.2.1 Syarat syarat tumpuan
Untuk merencanakan pelat beton bertulang, yang perlu dipertimbangkan
bukan hanya pembebanan, tetapi juga ukuran dan syarat-syarat tumpuan pada
tepi.Ada tiga jenis perletakan pada pelat, yaitu:
1. Tertumpu bebas
2. Terjepit penuh / terjepit sempurna
3. Terjepit sebagian / terjepit elasits
Pelat beton bertulang bisa dibagi menjadi beberapa kategori, salah satunya
adalah pelat beton satu arah. Disebut satu arah karena pelat ini lebih suka
menyalurkan berat beban hanya pada balok-balok yang searah saja, yaitu balokbalok yang letaknya saling berdekatan, dibandingkan menyalurkan beban-beban
pada balok yang letaknya berjauhan.
Desain pelat beton satu arah hampir sama dengan desain balok. Hanya saja, ada
beberapa hal yang berbeda seperti menentukan tebal pelat.
Untuk perhitungan sederhananya, tebal pelat bisa ditentukan berdasarkan SNI beton
03-2847-2002. Dengan menggunakan SNI ini, kita tidak perlu lagi memperhitungakan
lendutan yang terjadi pada pelat. Bisa saja kita tidak mengikuti aturan SNI dan
menghitung sendiri tebal optimum yang dibutuhkan pelat, namun lendutan akibat
beban pada pelat harus kita perhitungakan.
Tebal pelat bisa mengikuti aturan SNI seperti gambar di bawah ini.
pelat
Tebal pelat lantai tidak boleh diambil kurang dari 7 cm untuk pelat
beton.
3.
arah saja, maka tegak lurus pada tulangan pokok tersebut harus dipasang
tulangan pembagi, minimum 20% dari luas tulangan pokoknya.
4.
menurut perhitungan teoritis oleh pengaruh pembebanan bentangbentang pelat yang berbatas hanya memikul momen negatif, tetapi juga
harus diberi tulangan bawah. Jumlah tulangan bewah ini harus diambil
a1 l 21
tidak boleh kurang dari 0,2 dan tidak boleh lebih dari 5,0.
7. Redistribusi momen seperti yang diizinkan pada 10.4 tidak berlaku pada
sistem pelat yang direncanakan dengan cara perencanaan langsung.
8. Penyimpangan dari ketentuan pada 15.6(1) dapat diterima bila dapat
ditunjukkan dengan analisis bahwa persyaratan pada 15.5(1) dipenuhi
2.2.3.4 Pembebanan sesuai dengan Peraturan Pembangunan 1976
2.2.3.4.1 Beban hidup pada lantai gedung
Beban hidup pada lantai gedung harus diambil menurut Tabel 2.4. Ke
dalam beban hidup tersebut sudah termasuk perlengkapan ruang sesuai
dengan kegunaan lantai ruang yang bersangkutan, dan juga dinding-dinding
pemisah ringan dengan berat tidak lebih dari 100 kg/m2. Beban-beban berat,
misalnya yang disebabkan oleh lemari-lemari arsip dan perpustakaan serta
oleh alat-alat, mesin-mesin, dan barang-barang lain tertentu yang sangat
berat, harus ditentukan tersendiri.
Beban hidup yang ditentukan dalam pasal ini tidak perlu dikalikan
dengan suatu koefisien kejut.
Lantau-lantai gedung yang dapat diharapkan akan dipakai berbagai
tujuan, harus direncankan terhadap beban hidup terberat yang mungkin dapat
terjadi.
2.2.3.4.2 Beban hidup pada atap gedung
Beban hidup pada atau dan/atau bagian atap serta pada struktur tudung
(canopy) yang dapat dicapai dan dibebani oleh orang, harus diambil minimum
sebesar 100 kg/m2 bidang datar.
Beban hidup pada atap dan/atau bagian atap yang tidak dapat dicapai
dan dibebani oleh orang, harus diambil yang paling menentukan diantara dua
macam beban berikut:
a. Beban terbagi rata per m2 bidang datar berasal dari beban air hujan
sebesar ( 40 0,8 ) kg/m2 dimana adalah sudut kemiringan atap dalam
derajat, dengan ketentuan bahwa beban tersebut tidak perlu diambil lebih
besar dari 50o.
b. Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam
kebakaran dengan peralatannya sebesar minimum 100 kg.
Pada balok tepi atau gordeng tepi dari atap yang tidak cukup ditunjang
oleh dinding atau penunjang lainnya dan pada kantilever harus ditinjau
kemungkinan adanya beban hidup terpusat sebesar minimum 200 kg.
Beban hidup pada atap gedung tinggi yang dilengkapi dengan
landasan helicopter (Helipad) haruss diambil sebesar minimum 200 kg/m2
di luar daerah landasan, sedangkan pada daerah landasannya harus
diambil beban yang berasal dari helicopter sewaktu mendarat dan
mengangkasa.
Tabel 2.4 Beban hidup pada lantai gedung
2.3 Balok
Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi untuk
menopang lantai diatasnya. Balok dikenal sebagai elemen lentur yaitu elemen
struktur yang dominan memikul gaya dalam berupa momen lentur dan juga
geser. Balok dapat terdiri dari balok anak (joint) dan balok induk (beam).
Perencanaan balok beton bertulang bertujuan untuk menghitung tulangan dan
membuat detail-detail konstruksi untuk menahan momen-momen lentur ultimit,
gaya-gaya lintang, dan momen-momen puntir lengan cukup kuat. Kekuatan
suatu balok lebih banyak dipengaruhi oleh tinggi daripada lebarnya. Lebarnya
dapat sepertiga sampai setengah dari tinggi ruangan.
Ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan dan perlu menjadi pertimbangan
dalam mendesain balok beton bertulang, yaitu :
1.Lokasi tulangan
2.Tinggi minimum balok
3.Selimut beton (concrete cover) dan jarak tulangan
a. Lokasi Tulangan
Tulangan dipasang dibagian struktur yang membutuhkan, yaitu pada lokasi
dimana beton tidak sanggup melakukan perlawanan akibat beban, yakni di
daerah tarik (karena beton lemah dalam menerima tarik). Sehingga dapat
dilihat pada gambar serat yang tertarik.
1.
1
L
16
1
L
18,5
2.
3.
4.
40
Batang D-44 dan D56
Batang D-36 dan yang
lebihkecil
Balok, kolom :
Tulang utama, pengikat, sengkang, lilitan
spiral
Komponen struktur cangkang, pelat lipat :
Batang D-19 dan yang lebih
besar
Batang D-16 jaring kawat polos P-16
atau ulir D-16 dan yang lebih
kecil
20
40
20
15
5 Wu L4
384 EI
Keterangan :
L = panjang bentang balok
E = modulus elastisitas balok
I
= momen inersia balok
B
H
As
As'
L
8
2.4 Kolom
Kolom adalah komponen struktur vertikal yang menerima dan menyalurkan
gaya tekan axial bersamaan atau tidak dengan gaya momen. Dikarenakan resiko
keruntuhan kolom lebih berbahaya dibanding struktur lantai, baik pelat atau
balok, karena kolom lebih banyak memikul bagian struktur dibanding balok
sehingga bila kolom runtuh akan lebih banyak bagian dari bangunan yang hancur
dibanding bila balok yang runtuh. Oleh karena itu dalam mendesain kolom harus
mengandung dasar filosofi perencanaan kolom yaitu strong column weak
beam.
Jenis Kolom
Kolom dari karakteristik/sifat-sifat property, pembebanan dan lainnya dapat
dikatagorikan sebagai berikut:
-
Kolom tekan pendek, seperti pedestal, umumnya beban aksial yang besar
dan momen yang kecil atau diabaikan, kolom tipe ini bisa didesain tanpa
tulangan walaupun penulangan hanya tulangan minimum.
Kolom pendek, struktur yang kokoh dengan flesibilitas yang kecil.
Kolom langsing/panjang, dengan bertambahnya rasio kelangsingan,
deformasi lentur bertambah. Apabila kolom langsing menerima momen, sumbu
kolom akan berdefleksi secara lateral, akibatnya akan ada beban tambahan
yaitu beban kolom dikalikan defleksi lateral, hal ini disebut momen sekunder,
atau momen P.
Kolom sengkang persegi, kolom dimana tulangan longitudinalnya diikat
oleh tulangan sengkang berbentuk persegi, tulangan sengkang mencegah
tulangan longitudinal bergerak saat konstruksi dan mencegah tulangan
longitudinal menekuk kearah luar pada saat menerima beban.
Kolom sengkang spiral, kolom dengan tulangan sengkang melingkar.
Kolom komposit, kolom yang diberi tulangan longitudinal dengan profil baja
struktur.
akibat sokongan tulangan spiral (seperti pada gambar 1.3), yang selanjutnya
kolom akan berdeformasi lebih lanjut sampai tulangan longitudinal leleh dan
kolom runtuh. Gompal pada pembungkus beton sebagai peringatan akan terjadi
keruntuhan kolom apabila beban terus bertambah beban lagi sampi akhirnya
runtuh. Hal ini menjadikan kolom spiral lebih daktail (runtuh bertahap) dibanding
kolom persegi.
Ps 0.85 f c' ( Ag Ac )
(1.1)
(1.2)
( 1.4 )
0.75
0.65
0.75
0.75
0.85
Apabila faktor reduksi kekuatan beton tekan (SNI 11.3-2) dimasukan kedalam
persamaan kuat tekan rencana diatas, maka persamaan menjadi,
SNI 12.3-5
Untuk kolom sengkang spiral ( =0.7)
Beban Hidup, beban yang berasal dari pemakai gedung atau isinya yang
letaknya dapat berubah seperti, beban orang, alat-alat, peralatan tambahan,
bahan yang disimpan dan lain-lain.
Beban Operasi, beban mati dari peralatan ditambah beban cairan dan material
lain (air atau zat kimia lainnya) yangterdapat pada tanki, peralatan-peralatan,
pipa dan lainnya pada saat beroperasi.
Beban Test, beban seperti pada beban operasi tetapi hanya berlangsung pada
saat pengetesan fungsi dari tanki/perlatan.
6
7
Kombinasi
Kosong/erection
1.4D
1.2D+1.0L+1.6W
Operasi
1.2(D+O+Th)+1.6(L+I)
Operasi + Angin
1.2(D+O)+1.0L+1.6 W
Operasi + Gempa
1.2(D+O)+1.0L+1.0E
Testing
1.2(D+T)+1.6L
Keterangan Notasi
Beban
Simbol
Beban Mati
Beban Operasi
Beban Testing
Beban Hidup
Beban Angin
Beban Gempa
Beban Impact
Beban Thermal
Th
Tekanan Tanah
Kombinasi
D
D+(W or V)
Operasi
D+O+Th+L+I
Operasi + Angin
D+O+L+W
Operasi + Gempa
D+O+L+V
Testing
D+T+L+0.25W
D+T+L
Stabilitas
Kondisi Stabilitas
Faktor Keamanan
Sliding
Overturning
pondasi seperti dijelaskan pada gambar., tekanan tanah dibawah pondasi seperti
pada gambar dapat ditulis pada persamaan dibawah ini,
q
P My
A
I
Dimana :
P adalah beban vertikal, positif pada kondisi tekan
A adalah luas kontak permukaan antara tanah dan pondasi telapak
M adalah momen pada sumbu tengah
I adalah momen inersia dari luas kontak tanah dan pondasi
Y adalah jarak dari sumbu tengah ke titik dimana tegangan dihitung.
Tekanan Tanah (Gross Dan Net)
Tekanan gross tanah adalah tekanan pada tanah dibawah pondasi yang
mempertimbangkan semua beban diatas pondasi termasuk beban vertical struktur
atas yang bekerja pada pondasi ditambah beban timbunan dan pondasi itu sendiri.
Tekanan gross tanah ini tidak boleh melebihi dari tegangan izin qa tanah. Dari
hubungan tekanan gross tanah dan daya dukung izin tanah qa dapat dipilih luas
pondasi dengan persamaan dibawah ini, (beban tidak terfaktor)
D( struktur atas, pondasi, timb & lapsn) L
A
qa
Apabila beban angin diperhitungkan, dan menambah faktor qa 33% (kebanyakan
peraturan menambah 33% qa), maka persamaan menjadi,
A
Gambar 2.18 Lebar area tekan f pada pondasi telapak akibat momen Momen
yang bekerja pada pondasi telapak adalah,
f
M u qnu bf
2
Tulangan lentur pada pondasi telapak tidak boleh kurang dari 0.0018 b h, dan
jarak tulangan pondasi telapak tidak boleh melebihi dari nilai terkecil diantara 3 x
tebal pondasi telapak atau 50 cm.
Geser
Geser Satu Arah (One Way Shear)
Pondasi telapak dapat mengalami kegagalan akibat dari geser satu arah atau dua
arah (punching shear), geser pada pondasi telapak seperti desain pada balok yang
sangat lebar, desain geser harus memenuhi,
Vu Vc Vs
Nilai diambil adalah 0.75, dimana Vu adalah gaya geser terfaktor yang bekerja
dan Vc adalah kemampunan nominal beton dalam menahan gaya geser dan Vs
adalah kuat geser yang disumbangan oleh tulangan.
Vc
1
6
f c' bw d
Tulangan sengkang wap pada pondasi telapak adalah sangat jarang terjadi,
sehingga Vs = 0, penentuan tinggi telapak pondasi dapat dihitung dari persamaan
diatas yaitu,
6Vu
f c' b
Vu1 adalah geser total pada daerah arsiran geser satu arah. Dan Vu adalah qnu
dikalikan dengan luas arsiran pada telapak pondasi untuk geser satu arah.
Jalur retak pada telapak pondasi seperti dijelaskan pada gambar dibawah, jalur
retak akan bertemu dasar pondasi sejauh d dari muka kolom, oleh sebab itu,
daerah kritis untuk geser satu arah akan berada sejauh d dari muka kolom seperti
diterangkan pada gambar dibawah.
Gambar 2.19 Daerah geser untuk geser satu dan dua arah
Geser Dua Arah (Two Way Shear)
Penelitian menunjukan bahwa bagian kritis akibat geser adalah terletak pada
muka kolom, untuk penyederhanaan dalam mendesain, keliling kritis geser pada
geser dua arah ditentukan terletak pada d/2 dari muka kolom seperti dijelaskan
gambar 2.19.
bo 2 c1 d 2 c2 d
Beban geser maksimum Vu tidak boleh melebihi Vc seperti persamaan dibawah
ini,
Vu Vc
Nilai Vc diambil yang terkecil dari persamaan Vc berikut,
Vc (1
2
)
c
f c' bo d
6
Vc
f c' bo d
12
adalah 40 untuk kolom dipusat pondasi, 30 untuk kolom dipinggir pondasi dan
20 untuk kolom di ujung pondasi.
1
Vc
f c' bo d
3
Dari persamaan Vc diatas, maka nilai d pada pondasi telapak untuk geser dua
arah dapat ditentukan dengan nilai terbesar dari,
12Vu
d
d
s 2 f c' bo
bo
6Vu
2
1
c
f c' bo
3Vu
f c' bo
0.85 f c' A1
A2
A1
Tetapi tidak boleh melebihi dari (1.7fcA1), dimana A1 adalah luas kontak
permukaan dan A2 adalah luas dari dasar yang lebih bawah dari piramida tegak
lurus atau konus yang terbentuk dengan menarik garis dari daerah tumpu dengan
sudut kemiringan 1 vertikal berbanding 2 horizontal sampai pertemuan pinggir
atau ujung pondasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.20.
cc
d-.a
sumbu netral
ds
.a
bd
Ts
s = y =fy/Es
sumbu balok
penampang melintang
Tegangan
Regangan
b. Perancangan
Dari data di lapangan dimensi balok (b, h), mutu baja (fy) dan mutu
beton (f c) sudah diketahui, maka yang dicari adalah dimensi dan jumlah
tulangan yang diperlukan, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menentukan kuat lentur balok (Mu,b) yang diambil dari nilai terbesar dari
kombinasi pembebanan dan faktor keamanan berikut ini:
Mu,b = 1,2 MD,b + 1,6 ML,b
Mu,b = 1,05 (MD,b + MLr,b ME,b)
Mu,b = 0,9 (MD,b ME,b)
2)Penentuan rasio tulangan () terdapat tiga cara menurut Wang dan Salmon
(1993) : menggunakan grafik hubungan koefisien perlawanan (Rn) dan rasio
tulangan (), perbandingan pendekatan Rn, serta dengan rumus empiris
(hampir eksak). Dengan rumus empiris adalah sebagai berikut :
Rn = Mn (b . d2) = Mu ( . b . d2)
m = fy (0,85 . f c)
2 . m . Rn
1
1 1
m
fy
fy
fy
600 fy
min maks
As 7 . bw . d fy
As . fy
0,85 . f ' c .b
a = c 1 c = a . 1 c = a 0,85
dc
fs
s
0,003
tulangan baja leleh ( fs fy )
c
Es
dc
fs
0,003
tulangan baja belum leleh ( fs s . Es )
c
Es
As
cc
As1
s = y =fy/Es
T1
d d
d - a
d h
As2
T2
regangan
ds
cs
sb. balok
a. Analisis
0,85.f c
sb netral
c = 0,003
penampang melintang
As 1 . fy
( As As' ) . fy
b. Perancangan
Langkah-langkah yang diperlukan untuk menentukan dimensi dan jumlah
tulangan adalah :
1). Menetapkan kekuatan maksimum untuk penampang bertulangan tunggal :
cb
c
d
c y
Cs
S '
Mn2
d d '
c d'
0,003
c
As '
Cc maks Cs
fy
Cs
fs'
retak geser
50mm
Vn = Vs + Vc
2.h
Vu . Vn ; = 0,6
2.h
ln
Vc = 1/6 . f c . bw . d
Vs = (Vu - . Vc) = Vu - Vc
Vs = Av . fy . d s
Vu , b 0,7 .
M kap M'kap
1,05 . Vg
ln
4 ,0
Vu , b 1,05 . VD , b VL , b
. VE , b
K
; = 0,6
Vu . .Vc
. .Vc
Vu .Vc
tulangan
geser sebesar Vs
Vu
3). Menentukan jarak tulangan geser pada daerah sendi plastis ( 2 hb dari
join balok - kolom) :
Vc = 0
Vs = Vu - Vc
Vs 2/3 . f c . bw . d
s = Av . fy . d Vs
Dengan spasi maksimum sebagai berikut :
s d 4
s 8 . db
1600 . fy l . As l
As a As b . fy
; Asl : luas satu kaki tulangan geser
s 200 mm
Av Av min
b.s
3 . fy
Vs
n . Av . fy . d
Vu r Vs Vc . Vu
s
4). Menentukan jarak tulangan geser pada daerah diluar sendi plastis ( 2 hb
dari join balok - kolom) :
Vc = 1/6 . f c . bw . d
Vs = Vu - Vc
s = Av . fy . d Vs
Dengan spasi maksimum sebagai berikut :
s d 2
s 600 mm
Bila Vs 1/3 . f c . bw . d maka jarak spasi maksimum adalah :
s d 4
s 300 mm
Hasil tulangan yang dipilih dikontrol sebagaimana tulangan di daerah sendi
plastis.
Catatan :
Bila balok mempunyai momen torsi terfaktor Tu = .1/24.f c.(X2.Y), maka nilai Vc
memakai persamaan berikut :
Vc
( f ' c / 6) . bw . d
1 2,5 . Ct . Tu
Vu
;Ct
bw . d
X 2 .Y
(3.E.75)