KELAS B
Apriliana Praditasari
(121130080)
Putri Fadila
(121130088)
Ihzan Azhari
(121130151)
Adithiasya Indarwan
(121130169)
(121130209)
Energi ini telah dipergunakan untuk memanaskan (ruangan ketika musim dingin atau
air) sejak peradaban Romawi, namun sekarang lebih populer untuk menghasilkan
energi listrik. Sekitar 10 Giga Watt pembangkit listrik tenaga panas bumi telah dipasang
di seluruh dunia pada tahun 2007, dan menyumbang sekitar 0.3% total energi listrik
dunia.
Energi panas bumi cukup ekonomis dan ramah lingkungan, namun terbatas hanya
pada dekat area perbatasan lapisan tektonik.
Pangeran Piero Ginori Conti mencoba generator panas bumi pertama pada 4 July 1904
di area panas bumi Larderello di Italia. Grup area sumber panas bumi terbesar di dunia,
disebut The Geyser, berada di Islandia, kutub utara. Pada tahun 2004, lima negara (El
Salvador, Kenya, Filipina, Islandia, dan Kostarika) telah menggunakan panas bumi
untuk menghasilkan lebih dari 15% kebutuhan listriknya.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya dapat dibangun di sekitar lempeng tektonik
di mana temperatur tinggi dari sumber panas bumi tersedia di dekat permukaan.
Pengembangan dan penyempurnaan dalam teknologi pengeboran dan ekstraksi telah
memperluas jangkauan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi dari
lempeng tektonik terdekat. Efisiensi termal dari pembangkit listrik tenaga panas umi
cenderung rendah karena fluida panas bumi berada pada temperatur yang lebih rendah
dibandingkan dengan uap atau air mendidih. Berdasarkan hukum termodinamika,
rendahnya temperatur membatasi efisiensi dari mesin kalor dalam mengambil energi
selama menghasilkan listrik. Sisa panas terbuang, kecuali jika bisa dimanfaatkan
secara lokal dan langsung, misalnya untuk pemanas ruangan. Efisiensi sistem tidak
memengaruhi biaya operasional seperti pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil.
Scaling Geothermal
Scale adalah endapan padatan pada permukaan logam, batu, atau material lain. Pada
sistem geothermal, scale terbentuk dari fluida geotermal yang berfase liquid (air).
Terdapat 3 kelas mineral pada fluida geothermal yang dapat menyebabkan terjadinya
scaling, yakni:
1. Silika dan silikat
2. Karbonat dari kalsium dan besi
3. Sulfida dari besi dan logam berat
Air merupakan pelarut universal sehingga air selalu berada dalam proses melarutkan
atau mengendapkan mineral tersebut menjadi scale. Fenomena tersebut menentukan
batas kelarutan.
Tingkatan dari scaling mineral pada air tidak sepenuhnya tergantung pada komposisi
kimia air itu sendiri atau mineral yang larut, melainkan disebabkan oleh derajat saturasi
dari air terhadap mineral yang nilainya berbeda-beda, perubahan temperature,
perubahan tekanan, perubahan potensial redoks, perubahan konsentrasi relatif
terhadap mineral lainnya, dan perubahan pH.
Mekanisme terbentuknya scale secara sederhana sama seperti dengan proses
pengendapan pada umumnya. Pengendapan terjadi dikarenakan nilai Q c (hasil kali ionion yang bereaksi) lebih besar dibandingkan nilai K sp (hasil kali kelarutan ketika ion-ion
setimbang). Perhitungan kesetimbangan menunjukkan bahwa air geotermal dapat
jenuh dengan mineral-mineral tertentu. Perhitungan hasil kali kelarutan ion-ion dapat
dilakukan menggunakan software AquaChem, software tersebut digunakan untuk
menghitung indeks saturasi sehingga dapat memprediksi potensi terjadinya scaling.
Scaling mineral kalsit (CaCO3) atau Silika (SiO2) merupakan permasalahan utama
dalam banyak sistem geotermal. Pada sistem geothermal bertemperatur rendah dan
menengah, beberapa peneliti melaporkan bahwa terbentuk scale kalsit. Kristmanndottir
(1989) juga mencatat bahwa scale kalsit dijumpai pada sistem geotermal bertemperatur
rendah di Iceland. Metode pencegahan dari pengendapan scale pada sistem
geothermal bertemperatur rendah dikendalikan oleh tingkat pelepasan gas (degassing)
CO2 dan perubahan pH yang menyebabkan perubahan nilai hasil kali konsentrasi ionion mineral.
Arnorsson mereview secara teoritis mengenai pengendapan mineral kalsit dari air
geotermal. Hasil studi tersebut menjelaskan bahwa fluida geothermal di reservoir
berbagai tempat didunia adalah jenuh dengan kalsit. Kalsit dibawah jenuh
(undersaturated) mungkin ada dibeberapa tempat dikarenakan rendahnya kadar karbon
dioksida.
Hampir dari semua sistem geotermal berisi karbon dioksida yang larut. Fakta terpenting
dari pengendapan kalsit adalah
1. Endapan dapat terurai, larut, terbawa, dan terendapkan kembali di air.
2. Karbon dioksida dan air memainkan peranan penting di siklus penguraian,
pengangkutan, dan pengendapan kembali.
3. Scale kalsit adalah permasalahan paling umum dalam scaling di sistem
geotermal.
4. Pengendapan kalsit dapat dicegah dengan penyesuaian pH dan tekanan.
Silica Scaling
Silica scaling sering menjadi masalah serius pada operasi lapangan panasbumi. Silica
scaling pada pipa produksi berakibat mengurangi diameter pipa, sehingga mengurangi
laju alir dan bahkan pipa dapat tersumbat sehingga harus diganti. Cara yang paling
efektif untuk menangani masalah silica scaling adalah dengan mencegah terjadinya
silica scaling tersebut. Olek karena itu kajian tentang potensi silica scaling sangat
diperlukan pada operasi lapangan panasbumi.
Penanggulangan Scale
Istilah scale dipergunakan secara luas untuk deposit keras yang terbentuk pada
peralatan yang kontak atau berada dalam air. Dalam operasi produksi minyak bumi
sering ditemui mineral scale seperti CaSO4, FeCO3, CaCO3, dan MgSO4. Senyawasenyawa ini dapat larut dalam air. Scale CaCO3 paling sering ditemui pada operasi
produksi minyak bumi. Akibat dari pembentukan scale pada operasi produksi minyak
bumi adalah berkurangnya produktivitas sumur akibat tersumbatnya penorasi, pompa,
valve, dan fitting serta aliran.
Penyebab terbentuknya deposit scale adalah terdapatnya senyawasenyawa tersebut
dalam air dengan jumlah yang melebihi kelarutannya pada keadaan kesetimbangan.
Faktor utama yang berpengaruh besar pada kelarutan senyawa-senyawa pembentuk
scale ini adalah kondisi fisik (tekanan, temperatur, konsentrasi ion-ion lain dan gas
terlarut).
Pencegahan Scale dengan Scale Inhibitor
Scale inllibitor adalah bahan kimia yang menghentikan atau mencegah terbentuknya
scale bila ditambahkan pada konsentrasi yang kecil pada air.Penggunaan bahwa kimia
ini sangat menarik, karena dengan dosis yang sangat rendah dapat mencukupi untuk
mencegah scale dalam periode waktu yang lama.
2. Asam klorida
Asam klorida adalah bahan yang banya digunakan untuk membersihkan scale yang
telah terbentuk. Bahan ini dapat digunakan pada berbagai kondisi. Asam klorida
digunakan dengan konsentrasi 5%, 10%, atau 15% Hcl. Reaksi yang terjadi: CaCO3 +
2 HCI H2O + CO2 + CaCl2 Corrotion inhibitor harus ditambahkan dalam Hcl untuk
menghindari efek keasaman pada pipa yang dapat menyebabkan korosi.
3. Inorganic Converters
Inorganic converters biasanya merupakan suatu karbonat atau hidroksida yang akan
bereaksi dengan kalsium sulfat dan membentuk acid soluble calcium carbonate.
Kemudian diikuti dengan penambahan asam klorida untuk melarutkan karbonat atau
kalsium hidroksida yang terbentuk.
CaSO4 + (NH4)2CO3 (NH4)2S04 + CaCO3
CaCO3 + 2 Hcl H2O + CO2 + CaCl2
CO2 yang terbentuk dari reaksi dengan asam ini akan membantu mengeluarkan secara
mekanis scale yang mungkin tersisa. Inorganic converters sebaiknya tidak digunakan
pada scale yang keras.
4. Organic Converters
Organic converters seperti natrium sitrat, potassium asetat sering digunakan. Reaktan
ini akan bereaksi dengan scale kalsium sulfat, sehingga scale akan menjadi lebih lunak
dan mudah dibersihkan dengan melewatkan air.
5. Natrium Hidroksida
Larutan 10% natrium hidroksida dapat melarutkan hingga 12,5% berat dari scale
kalsium karbonat.
Kondisi Yang Mendukung Terjadinya Scale
Perubahan tekanan dan temperature
Larutan lewat jenuh (supersaturated solution)
Terjadinya perubahan komposisi air formasi
Perubahan derajat keasaman (pH)