Anda di halaman 1dari 11

1. Tema :VAKSINASI, PERLUKAH ?

2. Tujuan penulisan :

Mengetahui apa itu vaksin ?


Mengetahui jenis jenis vaksin
Mengetahui manfaat vaksin bagi pertahanan kesehatan
Memberi informasi terkait kehalalan dari vaksin berdasarkan fatwa-fatwa ulama
dalam negeri dan luar negeri ?

3. Rumusan masalah :

Polemik terkait vaksinanasi dikalangan masyarakat luas ?


Benarkah, ada konspirasi dunia barat terhadap vaksinasi ?
Vaksinasi mubah dan bermanfaat ?

4. Opini :

5.

Pendapat vaksinasi dari pakar kesehatan


Pendapat masyarakat terhadap vaksinasi

kesimpulan

Ditulis oleh : abdul manan, syarifah ainun, inayati

Menariknya, Yahudi- Israel yang dituduh sebagai antek Zionis dan melakukan konspirasi
besar menanklukkan dunia dengan vaksinasi malah memliki program vaksinasi yang cukup
banyak di negara mereka. Kami tidak membela Israel pemikir, gerakan serta mendukung mereka,
tetapi kami ingin membuktikan bahwa apa yang dituduhkan mereka yang antivaksin bahwa
vaksinasi merupakan konspirasi barat dan israel adalah tidak benar. Mereka hanya memanfaatkan
antipati dan phobia kaum muslimin untuk menolak vaksinasi.
Terdapat jurnal ilmiah yangmenunjukkan bukti bahwa di Israel juga dilakukan vaksinasi dengan
programnya. Jurnal tersebut berjudul
The Isarel National Immunization Regisry[1]

Bisa dilihat penulisnya adalah dari menteri kesehatan israel. Tentunyya tidak bisa kita katakan
kalau mereka kosnpirasi lagi, berbohong kalau itu bukan dari menteri kesehatan Israel. Tidak
mungkin berbohong untuk sebuah jurnal ilmiah dan dipublikasikan luas.
Dalam jurnal tersebut dijelaskan.
Immunization coverage is a major health indicator. In Israel, routine childhood immunizations
are provided at community public well-baby clinics. Immunization monitoring is an important
cornerstone of a national health policy
In 2008 the Israel Ministry of Health launched a national immunization registry based on
immunization reporting from well-baby clinics using a web-based computerized system.
Cakupan imunisasi adalah indikator utama kesehatan. Di Israel, imunisasi rutin diberikan di
klinik umum bagi bayi. Pemantauan terhadap imunisasi merupakan landasan penting bagi
kebijakan kesehatan nasional .
Pada tahun 2008 Departemen Kesehatan Israel mengeluarkan program registrasi imunisasi
nasional berdasarkan laporan dari klinik umum bagi bayi dengan menggunakan sistem
komputerisasi berbasis web.
Kelompok antivaksin juga mengatakan bahwa vaksinasi adalah konspirasi barat dan Yahudi agar
kaum muslimin melemah,mandul dan gampang sakit. Ternyata fakta dilapangan tidak demikian.
Contohnya adalah negara Indonesia sendiri. Negara Indonesia sudah lama menerapkan vaksinasi
bahkan ada yang merupakan program wajib. Ternyata penduduk Indonesia terus berkembang
dengan pesat jumlahnya sehingga pemerintah Indonesia menerapkan program Keluarga
Berencana membatasi kelahiran anak untuk mencegah lahirnya banyak anak serta semakin
banyaknya penduduk Indonesia. Ini bukti bahwa tidak benar vaksinasi membuat mandul dan
sebagainya
Bahkan penduduk Gaza di Palestina yang terkenal wanitanya sangat subur dan banyak
melahirkan sehingga walaupun gaza sering diserang dan sering terjadi peperangan yang
memakan banyak korban jiwa tetapi jumlah mereka terus bertambah dan tidak berkurang.
Ternyata penduduk Gaza juga melakukan vaksin dan ada program vaksin bagi penduduk Gaza.
Terdapat sebuah jurnal Ilmiah yang meneliti tentang vaksinasi di daerah Gaza. Jurnal tersebut
berjudul.
Efficacy of diphtheria and tetanus accination in Gaza, Palestine.[2]

kita sebagai seorang muslim harus bisa berbuat adil. Jangan sampai karena phobia kemudian kita
membuat berita yang tidak benar kepada orang kafir sekalipun. memang benarYahudi selalu
memusuhi Islam, tetapi kita tetap diperintahkan berbuat adil kepada mereka.

Allah Subhanahu wa Taala berfirman dan memerintahkan agar kita berbuat adil,


.
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (Al-Mumtahah: 8)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sadiy rahimahullah menjelaskan,





Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik, menyambung silaturrahmi, membalas
kebaikan , berbuat adil kepada orang-orang musyrik baik dari keluarga kalian dan orang
lain. Selama mereka tidak memerangi kalian karena agama dan selama mereka tidak mengusir
kalian dari negeri kalian, maka tidak mengapa kalian menjalin hubungan dengan mereka karena
menjalin hubungan dengan mereka dalam keadaan seperti ini tidak ada larangan dan tidak ada
kerusakan.[3]
Pro-kontra vaksinasi yang membawa-bawa nama syariat inilah yang mengetuk hati kami untuk
menelitinya lebih dalam. Karena prinsip seorang muslim adalah apa yang agama syariatkan
mengenai hal ini dan hal itu.
Sebagai seorang muslim, semua jalan keluar telah diberikan oleh agama islam. Oleh karena itu
kami berupaya kembali kepada Allah dan rasul-Nya.

Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), [An-Nisa-59]
Kewajiban taat terhadap pemerintah/waliyul amr

Hal ini berkaitan dengan program wajib pemerintah berkaitan dengan imunisasi -yang kita
kenal dengan PPI [Program Pengembangan Imunisasi]- di mana ada lima vaksin yang menjadi
imunisasi wajib.
Sudah menjadi aqidah ahlus sunnah wal jamaah bahwa kita wajib mentaati pemerintah. Berikut
kami sampaikan dalil-dalil yang ringkas saja.
Allah Taala berfirman,


Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. [An Nisa: 59]
Kita wajib taat kepada pemerintah baik dalam hal yang sesuai dengan syariat maupun yang
mubah, misalnya taat terhadap lampu lalu lintas dan aturan di jalan raya. Jika tidak, maka kita
berdosa. Bahkan jika pemerintah melakukan sesuatu yang mendzalimi kita, kita harus bersabar.
Kita tidak boleh melawan pemerintah dengan melakukan demonstrasi apalagi melakukan kudeta
dan pemberontakan karena lebih besar bahayanya dan juga akan menumpahkan darah sesama
kaum muslimin.
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiallahu anhu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,


.




Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku (dalam ilmu)
dan tidak pula melaksanakan sunnahku (dalam amal). Nanti akan ada di tengah-tengah mereka
orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia.
Aku berkata, Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti
itu?
Beliau bersabda, Dengarlah dan taat kepada pemimpinmu, walaupun mereka memukul
punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan taat kepada mereka. [HR.
Muslim no. 1847]
Kita baru diperbolehkan untuk tidak taat jika melihat pemerintah berada pada kekufuran yang
nyata, jelas, dan bukan kekufuran yang dicari-cari dan dibuat-buat.

Mendengar dan taatlah kalian (kepada pemerintah kalian), kecuali bila kalian melihat
kekufuran yang nyata dan kalian memiliki buktinya di hadapan Allah. [HR. Bukhari dan
Muslim]

Vaksinasi Mubah dan bermanfaat


Imunisasi dan vaksin mubah, silahkan jika ingin melakukan imunisasi jika sesuai dengan
keyakinan. Silahkan juga jika menolak imunisasi sesuai dengan keyakinan dan hal ini tidak
berdosa secara syariat. Silahkan sesuai keyakinan masing-masing. Yang terpenting kita jangan
berpecah-belah hanya karena permasalahan ini dan saling menyalahkan.
Berikut kami sajikan fatwa tentang bolehnya imunisasi dan vaksin serta menunjukkan bahwa
semacam imunisasi sudah ada dalam syariat. Atau yang dikenal sekarang dengan imunisasi
syariat.
Ketika Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah ditanya tentang hal ini,

Apakah hukum berobat dengan imunisasi sebelum tertimpa penyakit seperti imunisasi?
Beliau menjawab,

:
( 1)
.
La basa (tidak masalah) berobat dengan cara seperti itu jika dikhawatirkan tertimpa penyakit
karena adanya wabah atau sebab-sebab lainnya. Dan tidak masalah menggunakan obat untuk
menolak atau menghindari wabah yang dikhawatirkan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits shahih (yang artinya),Barangsiapa makan tujuh
butir kurma Madinah pada pagi hari, ia tidak akan terkena pengaruh buruk sihir atau racun
Ini termasuk tindakan menghindari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga jika dikhawatirkan
timbulnya suatu penyakit dan dilakukan immunisasi untuk melawan penyakit yang muncul di
suatu tempat atau di mana saja, maka hal itu tidak masalah, karena hal itu termasuk tindakan
pencegahan. Sebagaimana penyakit yang datang diobati, demikian juga penyakit yang
dikhawatirkan kemunculannya.
[sumber: http://www.binbaz.org.sa/mat/238]
Majelis Ulama Eropa untuk Fatwa dan Penelitian telah memberikan jawaban untuk masalah
vaksin yang digunakan dalam vaksinasi anak terhadap polio. Dalam masalah tersebut, Majelis
Ulama Eropa memutuskan dua hal:
Pertama:

Penggunaan obat semacam itu ada manfaatnya dari segi medis. Obat semacam itu dapat
melindungi anak dan mencegah mereka dari kelumpuhan dengan izin Allah. Dan obat semacam
ini (dari enzim babi) belum ada gantinya hingga saat ini. Dengan menimbang hal ini, maka
penggunaan obat semacam itu dalam rangka berobat dan pencegahan dibolehkan. Hal ini dengan
alasan karena mencegah bahaya (penyakit) yang lebih parah jika tidak mengkonsumsinya. Dalam
bab fikih, masalah ini ada sisi kelonggaran yaitu tidak mengapa menggunakan yang najis (jika
memang cairan tersebut dinilai najis). Namun sebenarnya cairan najis tersebut telah mengalami
istihlak (melebur) karena bercampur dengan zat suci yang berjumlah banyak. Begitu pula
masalah ini masuk dalam hal darurat dan begitu primer yang dibutuhkan untuk menghilangkan
bahaya. Dan di antara tujuan syariat adalah menggapai maslahat dan manfaat serta
menghilangkan mafsadat dan bahaya.
Kedua:
Majelis merekomendasikan pada para imam dan pejabat yang berwenang hendaklah posisi
mereka tidak bersikap keras dalam perkara ijtihadiyah ini yang nampak ada maslahat bagi anakanak kaum muslimin selama tidak bertentangan dengan dalil yang definitif (qothi). [Disarikan
dari http://www.islamfeqh.com/Forums.aspx?g=posts&t=203]
Perlu diketahui juga bahwa di Saudi Arabia sendiri untuk pendaftaran haji melalui hamlah
(travel) diwajibkan bagi setiap penduduk asli maupun pendatang untuk memenuhi syarat tathim
(vaksinasi) karena banyaknya wabah yang tersebar saat haji nantinya. Syarat inilah yang harus
dipenuhi sebelum calon haji dari Saudi mendapatkan tashrih atau izin berhaji yang keluar lima
tahun sekali.
PENJABARAN TENTANG STATUS HALAL VAKSINASI
Vaksin haram?
Ini yang cukup meresahkan karena sebagian besar masyarakat Indonesia adalah muslim. Namun
mari kita kaji, kita ambil contoh vaksin polio atau vaksin meningitis yang produksinya
menggunakan enzim tripsin dari serum babi. Belakangan ini menjadi buah bibir karena cukup
meresahkan jamaah haji yang diwajibkan pemerintah Arab Saudi vaksin, karena mereka tidak
ingin terkena atau ada yang membawa penyakit tersebut ke jamaah haji di Mekkah.
Banyak penjelasan dari berbagai pihak, salah satunya dari Drs. Iskandar, Apt., MM, -Direktur
Perencanaan dan pengembangan PT. Bio Farma (salah satu perusahaan pembuat vaksin di
Indonesia)- yang mengatakan bahwa enzim tripsin babi masih digunakan dalam pembuatan
vaksin, khususnya vaksin polio (IPV). Beliau mengatakan,
Air PAM dibuat dari air sungai yang mengandung berbagai macam kotoran dan najis, namun
menjadi bersih dan halal stetalh diproses. Beliau juga mengatakan, Dalam proses pembuatan
vaksin, enzim tripsin babi hanya dipakai sebagai enzim proteolitik [enzim yang digunakan

sebagai katalisator pemisah sel/protein]. Pada hasil akhirnya [vaksin], enzim tripsin yang
merupakan unsur turunan dari pankreas babi ini tidak terdeteksi lagi. Enzim ini akan
mengalami proses pencucian, pemurnian dan penyaringan. [sumber:
http://www.scribd.com/doc/62963410/WHO-Batasi-Penggunaan-Babi-Untuk-PembuatanVaksin]
Jika ini benar, maka tidak bisa kita katakan bahwa vaksin ini haram, karena minimal bisa kita
kiaskan dengan binatang jallalah, yaitu binatang yang biasa memakan barang-barang
najis. Binatang ini bercampur dengan najis yang haram dimakan, sehingga perlu dikarantina
kemudian diberi makanan yang suci dalam beberapa hari agar halal dikonsumsi. Sebagian ulama
berpendapat minimal tiga hari dan ada juga yang berpendapat sampai aroma, rasa dan warna
najisnya hilang.
Imam Abdurrazaq As-Shanani rahimahullah meriwayatkan,


Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma bahwasanya beliau mengurung [mengkarantina] ayam
yang biasa makan barang najis selama tiga hari jika beliau ingin memakan telurnya.
[Mushannaf Abdurrazaq no. 8717]
Kalau saja binatang yang jelas-jelas bersatu langsung dengan najis -karena makanannya kelak
akan menjadi darah dan daging- saja bisa dimakan, maka jika hanya sebagai katalisator
sebagaimana penjelasan di atas serta tidak dimakan, lebih layak lagi untuk dipergunakan atau
minimal sama.
Perubahan benda najis atau haram menjadi suci
Kemudian ada istilah [ ]istihalah yaitu perubahan benda najis atau haram menjadi benda
yang suci yang telah berubah sifat dan namanya. Contohnya adalah jika kulit bangkai yang najis
dan haram disamak, maka bisa menjadi suci atau jika khamr menjadi cuka -misalnya dengan
penyulingan- maka menjadi suci. Pada enzim babi vaksin tersebut telah berubah nama dan
sifatnya atau bahkan hanya sebagai katalisator pemisah, maka yang menjadi patokan adalah sifat
benda tersebut sekarang.
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah menjelaskan masalah istihalah,



Dan Allah Taala mengeluarkan benda yang suci dari benda yang najis dan mengeluarkan benda
yang najis dari benda yang suci. Patokan bukan pada benda asalnya, tetapi pada sifatnya
yang terkandung pada benda tersebut [saat itu]. Dan tidak boleh menetapkan hukum najis

jika telah hilang sifat dan berganti namanya. [Ilamul muwaqqin an rabbil alamin 1/298,
Darul Kutub Al-Ilmiyah, Beirut, Cetakan pertama, 1411 H, Asy-Syamilah]
Percampuran benda najis atau haram dengan benda suci
Kemudian juga ada istilah [ ]istihlak yaitu bercampurnya benda najis atau haram pada
benda yang suci sehingga mengalahkan sifat najisnya , baik rasa, warna, dan baunya. Misalnya
hanya beberapa tetes khamr pada air yang sangat banyak. Maka tidak membuat haram air
tersebut.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Air itu suci, tidak ada yang menajiskannya sesuatu pun. [Bulughul Maram, Bab miyah no.2,
dari Abu Said Al-Khudriy]
:
Jika air mencapai dua qullah tidak mengandung najis, di riwayat lain, tidak najis
[Bulughul Maram, Bab miyah no.5, dari Abdullah bin Umar]
Maka enzim babi vaksin yang hanya sekedar katalisator yang sudah hilang melalui proses
pencucian, pemurnian, dan penyulingan sudah minimal terkalahkan sifatnya.
Jika kita memilih vaksin adalah haram
Berdasarkan fatwa MUI bahwa vaksin haram tetapi boleh digunakan jika darurat. Bisa dilihat di
berbagai sumber salah satunya cuplikan wawancara antara Hidayatullah dan KH. Maruf Amin
selaku Ketua Komisi Fatwa MUI [halaman 23], sumber:
http://imunisasihalal.wordpress.com/2008/03/13/wawancara-dengan-mui-vaksin-haram-tapiboleh-karena-darurat/
Berobat dengan yang haram
Jika kita masih berkeyakinan bahwa vaksin haram, mari kita kaji lebih lanjut. Bahwa ada kaidah
fiqhiyah,

Darurat itu membolehkan suatu yang dilarang
Kaidah ini dengan syarat:
1. Tidak ada pengganti lainnya yang mubah.

2. Digunakan sekadar mencukupi saja untuk memenuhi kebutuhan.

Inilah landasan yang digunakan MUI, jika kita kaji sesuai dengan syarat:
1. Saat itu belum ada pengganti vaksin lainnya
Adapun yang berdalil bahwa bisa diganti dengan jamu, habbatussauda, atau madu [bukan berarti
kami merendahkan pengobatan nabi dan tradisional], maka kita jawab bahwa itu adalah
pengobatan yang bersifat umum dan tidak spesifik. Sebagaimana jika kita mengobati virus
tertentu, maka secara teori bisa sembuh dengan meningkatkan daya tahan tubuh, akan tetapi bisa
sangat lama dan banyak faktor, bisa saja dia mati sebelum daya tahan tubuh meningkat. Apalagi
untuk jamaah haji, syarat satu-satunya adalah vaksin.
2. Enzim babi pada vaksin hanya sebagai katalisator, sekedar penggunaannya saja.
Jika ada yang berdalil dengan,

Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya. Maka berobatlah, dan jangan
berobat dengan sesuatu yang haram. [HR. Thabrani. Dinilai hasan oleh Syaikh Albani dalam
Silsilah Ash-Shahihah no. 1633]
Maka, pendapat terkuat bahwa pada pada asalnya tidak boleh berobat dengan benda-benda
haram kecuali dalam kondisi darurat, dengan syarat:
1. Penyakit tersebut adalah penyakit yang harus diobati.
2. Benar-benar yakin bahwa obat ini sangat bermanfaat pada penyakit tersebut.
3. Tidak ada pengganti lainnya yang mubah.

Berlandaskan pada kaidah fiqhiyah,


.
Jika ada dua mudharat (bahaya) saling berhadapan maka diambil yang paling ringan.
Dan Maha Benar Allah yang memang menciptakan penyakit namun pasti ada obatnya. Kalau
tidak ada obatnya sekarang, maka hanya karena manusia belum menemukannya. Terbukti barubaru ini telah ditemukan vaksin meningitis yang halal, dan MUI mengakuinya.
Bisa dilihat pernyataan berikut,
Majelis Ulama Indonesia menerbitkan sertifikat halal untuk vaksin meningitis produksi
Novartis Vaccines and Diagnostics Srl dari Italia dan Zhejiang Tianyuan Bio-Pharmaceutical

asal China. Dengan terbitnya sertifikat halal, fatwa yang membolehkan penggunaan vaksin
meningitis terpapar zat mengandung unsur babi karena belum ada vaksin yang halal menjadi
tak berlaku lagi.
Titik kritis keharaman vaksin ini terletak pada media pertumbuhannya yang kemungkinan
bersentuhan dengan bahan yang berasal dari babi atau yang terkontaminasi dengan produk
yang tercemar dengan najis babi, kata Ketua MUI KH Maruf Amin di Jakarta, Selasa (20/7).
Sumber:
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/21/03395385/Tersedia.Vaksin.Meningitis.Halal
Semoga kelak akan ditemukan vaksin lain yang halal misalnya vaksin polio, sebagaimana usaha
WHO juga mengupayakan hal tersebut. WHO yang dituduh sebagai antek-antek negara barat dan
Yahudi, padahal tuduhan ini tanpa bukti dan hanya berdasar paranoid terhadap dunia barat.
Berikut penyataannya,
Menurut Neni [peneliti senior PT. Bio Farma], risiko penggunaan unsur binatang dalam
pembuatan vaksin sebenarnya tidak hanya menyangut halal atau haram. Bagi negara nonmuslim sekalipun, penggunaan unsur binatang mulai dibatasi karena berisiko memicu transmisi
penyakit dari binatang ke manusia.
WHO mulai membatasi, karena ada risiko transmisi dan itu sangat berbahaya. Misalnya
penggunaan serum sapi bisa menularkan madcow (sapi gila), ungkap Neni dalam jumpa pers
Forum Riset Vaksin Nasional 2011 di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (26/7/2011)
[sumber: http://www.scribd.com/doc/62963410/WHO-Batasi-Penggunaan-Babi-UntukPembuatan-Vaksin]
Fatwa MUI pun tidak selamat, tetap saja dituduh ada konspirasi di balik itu. Maka kami tanyakan
kepada mereka,
Apakah mereka bisa memberikan solusi, bagaimana supaya jamaah haji Indonesia bisa naik
haji, karena pemerintah Saudi mempersyaratkan harus vaksin meningitis jika ingin berhaji.
Hendaklah kita berjiwa besar, jangan hanya bisa mengomentari dan mengkritik tetapi tidak bisa
memberikan jalan keluar.
Agama Islam adalah agama yang mudah dan tidak kaku, Allah tidak menghendaki kesulitan
kepada hambanya. Allah Taala berfirman,

Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. [Al-Hajj: 78]
Semoga bermanfaat bagi kaum muslimin. Kami terbuka untuk berdiskusi karena belum tentu
kami yang benar. Kebenaran hanya milik Allah Taala semata.

Anda mungkin juga menyukai