www.repository.usu.ac.id.beatstrem
Adaptasi anatomis, fisiologis, dan biokimiawi terhadap kehamilan sangat besar. Banyak dari perubahanperubahan tersebut segera terjadi setelah fertilisasi dan berlanjut selama kehamilan. Sebagian besar adaptasi pada
kehamilan terjadi sebagai respons terhadap rangsangan fisiologis yang ditimbulkan oleh janin. Salah satu
perubahan yang terjadi selama kehamilan adalah perubahan hematologis. Perubahan pada sistem ini berupa
peningkatan volume darah ibu, penurunan hemoglobin dan hematokrit, peningkatan kebutuhan besi, perubahan
pada leukosit dan sistem imunologis, serta kehilangan darah yang terjadi selama proses kelahiran (Cunningham
dkk., 2006).
dalam sirkulasi, di mana dalam 1 ml eritrosit normal terkandung 1,1 mg besi. Dari 1000 mg kebutuhan besi pada
kehamilan, sekitar 300 mg ditransfer secara aktif ke janin dan plasenta, serta sekitar 200 mg hilang di sepanjang
jalur ekskresi normal. Keadaan ini tetap terjadi walaupun ibu kekurangan zat besi. Bila zat besi tersebut tersedia,
500 mg besi lainnya akan digunakan dalam eritrosit. Akibatnya, semua zat besi akan terpakai selama paruh akhir
kehamilan dan dibutuhkan zat besi yang cukup besar selama paruh kedua kehamilan. Pritchard dan Scott (1970)
menuliskan kebutuhan zat besi selama paruh kedua kehamilan tersebut sekitar 6-7 mg/hari. Dalam keadaan tidak
ada zat besi suplemental, konsentrasi hemoglobin dan hematokrit turun cukup besar saat volume darah ibu
bertambah, meskipun absorpsi zat besi dari traktus gastrointestinal tampak meningkat. Pada ibu dengan anemia
defisiensi berat, produksi hemoglobin dalam janin tidak akan terganggu. Hal ini disebabkan perolehan besi dari
plasenta ibu cukup untuk menghasilkan kadar hemoglobin normal untuk janin (Cunningham dkk., 2006).
Etiologi Anemia
Pada dasarnya, anemia dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
belakang, kehilangan darah dari tubuh (perdarahan), ataupun proses penghancuran eritrosit sebelum waktunya
(hemolisis). Anemia juga terdapat pada penyakit yang mendasarinya, seperti: infeksi parasit, malaria, keganasan,
tuberkulosis, HIV, dan sebagainya (Bakta, 2007; World Health Organization, 2008).
Pada kehamilan, penyebab tersering anemia adalah defisiensi zat-zat nutrisi. Penyebab mendasar anemia
nutrisional berupa asupan gizi tidak terpenuhi, absorpsi tidak adekuat, peningkatan kehilangan zat gizi,
peningkatan kebutuhan, dan utilisasi nutrisi hemopoietik berkurang. Sekitar 75% anemia dalam kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi. Selain itu, defisiensi asam folat dan vitamin B12 juga merupakan penyebab yang
sering ditemui. Walaupun begitu, defisiensi nutrisi juga dapat terjadi multipel dengan infeksi, gizi buruk, ataupun
kelainan herediter (Abdulmuthalib, 2009).
Klasifikasi Anemia
Abdulmuthalib (2009) menuliskan klasifikasi anemia sebagai berikut:
1. Anemia defisiensi besi
Gambaran anemia defisiensi besi berupa eritrosit mikrositik hipokrom, serta ditandai oleh penurunan cadangan
besi, konsentrasi besi serum, saturasi transferin, dan konsentrasi hemoglobin atau hematokrit.
2. Anemia defisiensi asam folat
Pada kehamilan, defisiensi asam folat dan vitamin B12 merupakan penyebab anemia megaloblastik. Gangguan
sintesis DNA juga menyebabkan anemia megaloblastik.
3. Anemia aplastik
Anemia aplastik dapat terjadi berulang pada beberapa kasus kehamilan dan eksaserbasi membaik setelah
terminasi kehamilan pada kasus lainnya.
4. Anemia penyakit sel sabit
Selama kehamilan, anemia sel sabit disertai dengan peningkatan insidens pielonefritis, infark pulmonal,
pneumonia, perdarahan ante partum, prematuritas, dan kematian janin.
b. Tatalaksana Khusus
Bila tersedia fasilitas pemeriksaan penunjang, tentukan penyebab anemia berdasarkan hasil pemeriksaan
darah perifer lengkap dan apus darah tepi.
Anemia mikrositik hipokrom dapat ditemukan pada keadaan:
Defisiensi besi: lakukan pemeriksaan ferritin. Apabila ditemukankadar ferritin < 15 ng/ml, berikan terapi besi
dengan dosis setara 180 mg besi elemental per hari. Apabila kadar ferritin normal, lakukan pemeriksaan SI dan
TIBC.
Thalassemia: Pasien dengan kecurigaan thalassemia perlu dilakukan tatalaksana bersama dokter spesialis
penyakit dalam untuk perawatan yang lebih spesifik.
Anemia normositik normokrom dapat ditemukan pada keadaan:
Perdarahan: tanyakan riwayat dan cari tanda dan gejala aborsi, mola, kehamilan ektopik, atau perdarahan pasca
persalinan Infeksi kronik
Anemia makrositik hiperkrom dapat ditemukan pada keadaan:
Defisiensi asam folat dan vitamin B12: berikan asam folat 1 x 2 mg dan vitamin B12 1 x 250 1000 g
Transfusi
untuk
anemia
dilakukan
Kadar Hb <7 g/dl atau kadar hematokrit <20 %
pada
pasien
dengan
kondisi
berikut:
Kadar Hb >7 g/dl dengan gejala klinis: pusing, pandangan berkunangkunang, atau takikardia (frekuensi nadi
>100x per menit)
Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan memantau pertambahan tinggi fundus,
melakukan pemeriksaan USG, dan memeriksa denyut jantung janin secara berkala.