Midnight Sun 1-2 Indonesia
Midnight Sun 1-2 Indonesia
com
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
Pandangan Pertama
Ini adalah waktu dalam sehari dimana aku berharap bisa tidur.
Sekolah.
Atau “neraka” tepatnya? Jika ada cara bagiku untuk menebus
dosa-dosaku, ini seharusnya setimpal. Kebosanan bagiku adalah hal
yang biasa; setiap hari terasa lebih monoton dari hari sebelumnya.
Aku rasa ini adalah caraku tidur – kalau tidur diibaratkan sebagai
keadaan diam di tengah kegiatan aktif.
Aku memandangi retakan sepanjang plester di ujung kafetaria
yang jauh, membayangkan bentuk-bentuk yang tak ada disana. Itu
adalah satu-satunya cara untuk mengacuhkan suara-suara yang
terdengar seperti arus sungai di kepalaku.
Beratus suara-suara yang tak kuhiraukan diluar kebosanan.
Ketika aku mendengarkan pikiran manusia, terkadang ada yang
sudah kudengar dan belum. Hari ini, semua pikiran orang-orang
mengenai seorang anak baru disini. Mudah menggabungkan pikiran
masing-masing orang. Aku melihat wajah anak baru itu di pikiran demi
pikiran dari tiap sudut. Hanya anak perempuan biasa. Kehebohan
karena anak baru itu adalah hal yang sangat bisa ditebak – seperti
menyodorkan benda berkilau kepada anak kecil. Setengah dari para
domba – yaitu anak laki-laki sudah membayangkan diri mereka jatuh
cinta pada gadis baru itu, hanya karena ia sesuatu yang baru untuk
dilihat. Aku berusaha lebih keras tak menghiraukan pikiran-pikiran
mereka.
Hanya 4 suara yang kuacuhkan karena alasan sopan santun,
bukan karena aku benar-benar tak ingin mendengarnya: keluargaku, 2
saudara laki-lakiku dan dua saudara perempuanku, yang sudah
terbiasa dengan sedikitnya privasi karena kehadiranku, sehingga
mereka jarang memikirkan sesuatu. Aku memberikan privasi kepada
mereka sebisaku. Aku berusaha tidak mendengar jika saja aku bisa.
Walaupun aku berusaha, tetap saja.... aku tahu.
Rosalie sedang berpikir, seperti biasa, mengenai dirinya sendiri.
Dia memikirkan bayangan dirinya sendiri terpantul di cermin, dan dia
sedang memuji kesempurnaan dirinya sendiri. Pikiran Rosalie seperti
kolam dangkal dengan kejutan-kejutan.
1
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
2
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
3
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
4
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
Tentu saja dia pasti naksir sama Edward Cullen, Aku mendengar
suara tadi melanjutkan.
Kini aku menyadari suara siapa itu. Jessica Stanley – sudah agak
lama sejak ia menggangguku dengan obrolan-obrolan dalam
pikirannya. Aku benar-benar lega ketika Jessica sudah tidak naksir
padaku – dimana itu adalah kesalahan besar. Aku berharap dapat
benar-benar menjelaskan kepadanya, apa yang akan terjadi jika bibir
dan gigiku berada di dekat kulitnya. Dengan begitu pasti fantasi-fantasi
mengganggu di kepalanya hilang. Memikirkan bagaimana reaksinya
hampir membuatku tersenyum.
Dia bahkan tak cantik. Aku tak mengerti mengapa Eric terus saja
memandanginya..... atau Mike.
Dia mengernyit dalam hati ketika menyebutkan nama terakhir.
Gebetan barunya, Mike Newton yang cukup populer, benar-benar tak
peduli pada Jessica. Dan sepertinya, dia tidak se-tidak-peduli itu pada
si anak baru. Seperti anak yang disodori benda berkilau lagi. Hal ini
membuat ujung yang kejam pada pikiran Jessica, walaupun kini ia
terlihat ramah dan sopan kepada si pendatang baru karena ia sedang
menjelaskan kepadanya informasi keluarga kami secara umum. Anak
baru itu pasti bertanya mengenai kami.
Semua orang juga memperhatikanku hari ini. Pikir Jessica
bangga, Bukankah suatu keberuntungan Bella memiliki 2 kelas
bersamaku... Aku bertaruh Mike pasti ingin menanyaiku apa yang
gadis itu—
Aku berusaha menghalau pikiran-pikiran bodoh itu dari kepalaku
sebelum hal-hal sepele dan tak penting itu membuatku emosi.
“Jessica Stanley sedang memberikan gadis baru itu semua cucian
kotor (cerita-cerita tak penting atau semacamnya) mengenai keluarga
Cullen.” Ucapku pada Emmet untuk mengalihkan perhatian.
Dia terkikik di balik napasnya. Aku harap dia melakukannya
dengan baik, pikirnya.
“Lebih ke tidak imajinatif sebenarnya. Hanya inti-inti paling
dasar dari skandal-skandal kita. Tak ada horornya sama sekali. Aku
agak kecewa.”
Dan anak barunya? Apakah ia kecewa dengan gosipnya juga?
Aku berusaha mendengarkan apa yang dipikirkan anak baru itu,
Bella, mengenai cerita Jessica. Apa yang kiranya dipikirkan gadis itu
5
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
ketika melihat keluarga berkulit putih kapur aneh yang dihindari oleh
orang-orang?
Sudah tanggung jawabku untuk melihat apa reaksinya. Aku
berperan sebagai pengintai untuk keluargaku. Untuk melindungi kami.
Jika seseorang mulai merasa curiga, aku bisa memperingati keluargaku
dan kami akan pindah. Itu sudah cukup sering terjadi – beberapa
manusia yang imajinatif melihat kami seperti karakter pada buku atau
film. Terkadang mereka menebak salah, tapi lebih baik kami pindah ke
tempat baru daripada mengambil risiko. Sangat, sangat jarang,
seseorang menebak benar. Kami tidak memberikan mereka
kesempatan untuk menguji hipotesis mereka. Kami langsung
menghilang, dan tinggal menjadi kenangan menakutkan mereka.
Aku tak mendengar apapun, walaupun aku dapat mendengar di
sampingnya dengan jelas pikiran-pikiran bodoh Jessica yang masih
berlanjut. Seolah-olah tak ada seorangpun yang duduk di sebelah
Jessica. Bagaimana gadis itu bisa pindah tempat dengan cepat? Ia tak
mungkin berpindah, karena Jessica masih berceloteh kepadanya. Aku
mencoba mengecek dengan pendengara extra-ku – sesuatu yang
biasanya tak perlu kulakukan.
Lagi-lagi, pandanganku terkunci pada mata besar cokelat yang
sama. Dia duduk tepat di tempat terakhir aku melihatnya, dan ia
sedang memperhatikan kami, hal yang tak mengejutkan, kuakui,
karena Jessica masih berceloteh padanya mengenai gosip lokal Cullen.
Berpikir mengenai kami juga, merupakan hal yang tak
mengejutkan.
Tapi aku tak mendengar sebuah bisikanpun.
Pipinya bersemu merah hangat yang mengundang begitu ia
melihat ke bawah, merasa malu karena dipergoki sedang memandangi
orang yang bahkan tak dikenalnya. Untung saja Jasper masih sedang
memandangi jendela. Aku tak bisa membayangkan bagaimana darah
yang bersemu itu akan mempengaruhi ketahanannya.
Perasaannya terlihat jelas di wajahnya seolah ia
mengucapkannya lantang-lantang: kaget karena melihat perbedaan-
perbedaan antara jenisnya dan jenis kami, penasaran karena
mendengarkan cerita Jessica, dan juga sedikit ... terpesona? Ini bukan
pertama kalinya ada yang merasa seperti itu. Kami begitu indah bagi
mereka, calon korban kami. Lalu akhirnya, perasaan malu karena
tertangkap basah sedang memperhatikanku.
6
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
7
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
8
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
9
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
10
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
11
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
Aku tahu apa yang akan terjadi sekarang. Gadis itu akan duduk
di sampingku dan aku mungkin saja akan membunuhnya.
Orang-orang tak bersalah lain di kelas ini, 18 murid lain dan 1
pria, tak mungkin kubiarkan keluar hidup-hidup setelah melihat apa
yang kelak akan mereka lihat.
Aku kembali memikirkan apa yang harus aku lakukan. Seburuk-
buruknya hal yang pernah kulakukan, aku tak pernah berhadapan
dengan keputusan terhadap kekejaman dan kejahatan. Aku tak pernah
membunuh orang yang tak bersalah, tidak dalam 8 dekade. Dan
sekarang aku berencana membunuh 20 orang tak bersalah sekaligus.
Wajah monster yang kulihat mencemoohku.
Walau sebagian dari diriku berusaha menjauhi sosok monster itu,
sebagian dari diriku yang lain justru merencanakannya.
Jika aku mmebunuh gadis itu duluan, aku hanya punya waktu 15
sampai 20 detik dengan gadis itu sebelum orang-orang bereaksi.
Mungkin sedikit lebih lama jika dari awal mereka tak sadar apa yang
aku lakukan. Gadis itu takkan sempat berteriak ataupun merasa sakit;
aku takkan membunuhnya secara kejam. Setidaknya hanya itu yang
bisa kulakukan untuk gadis dengan darah yang benar-benar
mengundang selera.
Tapi lalu aku harus mencegah orang lain untuk kabur. Aku tak
perlu mencemaskan jendelanya, terlalu kecil dan tinggi untuk dipakai
kabur. Hanya pintunya – halangi saja dan mereka semua terjebak.
Pasti akan lebih sulit dan memakan waktu untuk membuat
mereka semua diam kalau mereka panik dan berlaria-larian dalam
kekacauan. Memang tak mustahil untuk melakukannya tetap saja, tapi
pasti nanti akan ada banyak suara. Mereka pasti punya waktu unutk
berteriak. Lalu seseoarang mendengar ... dan aku terpaksa harus
membunuh lebih banyak orang tak bersalah.
Dan nanti darahnya pasti sudah dingin begitu aku baru selesai
membunuh orang-orang lain.
Baunya mendorongku, membuat tenggorokanku kering dan
perih.
Jadi para saksi mata duluan, kalau begitu.
Cukup memakan waktu hingga Bella bisa melihat dengan jelas
apa yang akan menimpanya. Cukup lama, kalau ia tidak shock terpaku
di tempat, baginya untuk berteriak. Sebuah teriakan lembut yang tak
akan membuat seoranpun berlari kemari.
12
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
Aku menarik napas panjang, dan baunya serasa seperti api yang
menjalar melalui pembuluh darahku, membakar dari dadaku dan
berusaha untuk merasakan dorongan yang lebih kuat dari
kesanggupanku.
Gadis itu sedang berbalik sekarang. Dalam beberapa detik, ia
akan duduk berjarak hanya beberapa inchi dariku.
Monster dalam kepalaku tersenyum penuh antipasi.
Seseorang membanting file miliknya di sebelah kiriku. Aku tak
perlu menoleh untuk melihat siapa manusia yang bodoh itu. Tapi
gerakan bantingan itu meniup udara bersih melewati mukaku.
Untuk beberapa waktu singkat, aku dapat berpikir jernih. Pada
saat-saat berharga itu, aku dapat melihat dua muka di kepalaku dari
sisi yang berbeda.
Yang satunya adalah mukaku, atau mukaku dulu setidaknya ;
muka dengan mata merah yang dulu telah membunuh begitu banyak
orang-orang sampai-sampai aku tak bisa menghitungnya lagi.
Pembunuhan yang wajar dan masuk akal. Pembunuh para pembunuh
lainnya, yaitu monster lain yang lebih lemah. Ini adalah kompleks,
kerumitan oleh Tuhan, aku akui – untuk memutuskan siapa yang
pantas mati dan mana yang belum. Aku juga harus tetap
berkompromi dalam hal ini. Aku memang telah memakan darah
manusia, dalam arti yang lebih ringan. Korban-korbanku adalah
mereka yang memiliki masa lalu yang gelap, yang lebih tidak
manusiawi daripadaku.
Muka kedua adalah muka Carlisle.
Tak ada kemiripan dengan dua wajah itu. Satunya adalah siang
yang cerah, sementara satunya adalah malam yang sangat kelam.
Lagipula memang tak ada alasan kalau 2 wajah itu bisa mirip.
Carlisle bukan ayah kandungku. Kami tidak memiliki ciri fisik yang
sama. Kesamaan dalam warna kulit kami adalah hal yang memang
dari sananya bagi jenis kami ; vampir memiliki kulit berwarna putih
pucat. Kesamaan pada warna mata kami itu lain hal lagi – itu karena
pilihan kami untuk tak meminum daram manusia.
Lalu, walaupun tak ada alasan apapun bagi kami untuk mirip,
aku membayangkan wajahku berubah menjadi seperti dia,
sebagaimana aku telah mengikuti pilihannya selama 70 tahun. Masa
depanku belum berubah, tapi sepertinya kebijaksaan Carlisle telah
menandai ekspresiku, kalau sedikit dari rasa belas kasihannya telah
13
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
14
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
15
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
Rasa benci dan kesal. Juga tak sabar. Apakah satu jam akan
berlalu?
Dan setelah jam pelajaran selesai... Dia pasti berjalan keluar dari
ruangan kelas. Dan apa yang akan aku lakukan?
Aku bisa memperkenalkan diri. Halo, namaku Edward Cullen.
Bolehkah aku menemanimu sampai kelasmu yang selanjutnya?
Dia mungkin akan menjawab ya. Itu kaan menjadi hal yang
cukup sopan untuk kulakukan. Walaupun ia pasti sudah merasa sangat
takut padaku, dimana itu hal yang kuharapkan juga, dia pasti tetap
akan menyetujui tawaranku untuk menemaninya ke kelas berikutnya.
Pasti mudah menuntunnya ke arah yang salah. Tebing curam di hutan
sangat mudah untuk dijangkau, aku cukup membawa gadis itu ke
belakang tempat parkir. Aku bisa bilang padanya kalau bukuku
tertinggal di mobil.
Apakah akan ada orang yang memperhatikan kalau aku orang
terakhir yang bersama gadis itu? Saat ini sedang hujan, seperti biasa; 2
orang berjas hujan gelap pergi ke arah yang salah tak akan terlalu
menarik perhatian.
Mungkin akan lebih mudah kalau aku satu-satunya murid yang
senantiasa sadar akan gadis itu – well walau tak ada yang lebih
memperhatikan gadis itu daripada aku. Mike Newton, khususnya, ia
selalu sadar akan tiap perpindahan berat tubuh Bella, ketika gadis itu
tak bisa duduk diam dengan tenang di kursinya – ia gelisah duduk di
sampingku, sesuatu yang memang sepantasnya dirasakan orang-orang,
sesuatu yang sudah aku duga akan ia rasakan sebelum bau tubuhnya
menghancurkan seluruh rasa belas kasihanku padanya. Mike Newton
pasti akan memperhatikan kalau gadis itu keluar kelas bersamaku.
Kalau aku bisa bertahan satu jam, bisakah aku bertahan untuk 2
jam?
Aku meringis karena rasa sakit dari terbakar.
Dia akan pulang ke rumahnya yang kosong. Kepala Polisi Swan
bekerja satu hari penuh. Aku tahu rumahnya, sebagaimana aku tahu
seluruh rumah di kota ini. Rumahnya terletak di balik hutan yang
lebat, tanpa ada tetangga yang dekat. Kalaupun gadis itu sempat
berteriak, dimana hal itu takkan terjadi, tak ada orang yang akan
mendengar.
Pasti ada cara yang bertanggung jawab untuk mengatasinya. Aku
telah bertahan 7 abad tanpa darah manusia. Kalau aku menahan
16
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
napas, aku bisa bertahan setidaknya 2 jam. Lalu setelah aku mendapati
dia sendirian, tak ada kemungkinan kalau orang lain akan terluka. Dan
tak ada alasan untuk menerjang apa yang telah kulakukan nanti,
monster dalam kepalaku setuju.
Pikiran yang tak masuk akal kalau dengan menyelamatkan 19
orang lain yang ada dalam kelas ini dengan kesabaran dan usahaku,
akan membuatku tidak se-monster-itu setelah membunuh gadis tak
bersalah itu.
Walaupun aku membencinya, aku tahu rasa benciku padanya
tak beralasan. Aku tahu kalau yang sebenarnya benar-benar kubenci
adalah diriku sendiri. Dan aku akan lebih membenci kami berdua
kalau gadis itu sudah mati.
Aku kembali membayangkan bagaimana cara terbaik untuk
membunuhnya, sembari menunggu jam pelajaran habis. Aku berusaha
menghindari membayangkan kegiatan-kegiatan biasanya karena akan
sangat sulit bagiku; aku bisa saja kalah dalam pertarunganku sekarang
dan berakhir menghabisi semua orang dalam satu pandangan. Jadi aku
merencanakan strategi dan hanya strategi, tak ada yang lain. Hanya
itu yang kulakukan sampai jam pelajaran habis.
Sekali, sebelum pelajaran habis, Bella mengintip ke arahku
melalui tembok yang terbuat dari rambutnya. Aku bisa merasakan rasa
benci tak beralasan membakarku ketika mataku bertemu tatapannya –
melihat pantulan kebencianku di matanya yang ketakutan. Darah
merona di pipinya sebelum ia sempat bersembunyi di balik rambutnya
lagi, aku hampir tak dapat menahan diri.
Tapi bel berbunyi. Diselamatkan oleh bel, sungguh klise. Kami
berdua selamat. Dia, selamat dari kematian. Aku, selamat dari waktu
singkat dimana aku akan berubah menjadi makhluk mengerikan yang
aku takutkan dan tak kuinginkan.
Aku tak bisa berjalan selambat yang seharusnya, ketika aku
berjalan tergesa-gesa keluar dari ruangan. Kalau ada orang yang
melihatku, mereka pasti berpikir ada yang tak beres dari caraku
bergerak. Tak ada yang memperhatikanku. Semua manusia masih
berpusar pada gadis baru yang akan mati dalam hitungan jam.
Aku bersembunyi di mobilku.
Aku tak suka berpikir kalau aku harus sembunyi. Itu terkesan
sangat pengecut. Tapi saat ini, bersembunyi adalah hal yang tak perlu
ditanyakan untuk kulakukan.
17
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
18
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
19
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
20
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
Empat poin sempurna, tak pernah ragu saat menjawab, tak pernah
salah menjawab dalam tes – seolah mereka menguasai cara
mencontek di setiap pelajaran. Mr.Varner lebih suka berpikir kalau
muridnya mencontek daripada berpikir muridnya lebih pintar
daripada dirinya. Tapi aku yakin pasti ibu mereka yang mengajari
mereka... “Sebenarnya, Edward, kelas fisika saat ini sudah penuh.
Mr.Banner tak suka kalau kelasnya terdiri dari lebih dari 25 murid – “
“Aku tak akan menjadi masalah di kelas.”
Tentu saja kau tak akan. Tak mungkin Cullen yang sempurna
menjadi masalah. “Aku tahu, Edward. Hanya saja memang benar-
benar tak ada kursi kosong...”
“Kalau begitu bolehkah aku keluar dari kelas biologiku? Aku bisa
menggunakan waktuku untuk belajar sendiri.”
“Keluar Biologi?” Mulutnya menganga. Itu gila. Memang sesusah
apa sih duduk di kelas yang pelajarannya telah dikuasai? Pasti dia ada
masalah dengan Mr.Banner. Aku penasaran apa aku harus
membicarakan hal ini dengan Bob? “Kau tak akan memiliki cukup
absensi untuk lulus nanti.”
“Aku akan menyusul tahun depan.”
“Mungkin kau harus membicarakannya dengan orang tuamu
dulu tentang itu.”
Pintu di belakangku terbuka, tapi siapapun itu ia tak
memikirkanku, jadi aku hiraukan kedatangannya dan kembali
konsentrasi pada Mrs.Cope. Aku mencondongkan tubuhku lebih
dekat, dan menatapnya lebih lebar. Cara ini akan lebih ampuh kalau
mataku saat ini sedang emas, bukannya hitam. Warna hitam menakuti
para manusia, memang sudah seharusnya.
“Kumohon, Mrs.Cope?” Aku membuat suaraku selembut dan
sememaksa yang aku bisa – dan itu memang terdengar sangat
memaksa. “Apa tak ada kelas lain yang aku bisa tukar? Aku yakin
seharusnya ada kursi kosong yang bisa kumasuki di satu kelas. 6 jam
kelas biologi tak mungkin jadi satu-satunya pilihan...”
Aku tersenyum kepadanya, hati-hati agar tak terlalu
memperlihatkan gigiku lebar-lebar padanya agar ia tak takut, lalu
melembutkan ekspresiku padanya.
Jantungnya berdegup lebih cepat. Terlalu muda, dia
mengingatkan dirinya dengan gelisah. “Ya mungkin aku bisa bicara
dengan Bob – maksudku Mr.Banner. Kalau nanti aku bisa lihat...”
21
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
22
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
“Tak apa kalau begitu. Aku bisa mengerti kalau itu memang
mustahil. Terima kasih banyak atas bantuannya.”
Aku berputar dan keluar dari ruangan, berusaha tak merasakan
hangatnya darah dalam tubuh gadis itu ketika aku hanya berjarak
beberapa inci darinya saat melewatinya.
Aku tak berhenti sampai aku tiba di mobilku, berjalan begitu
cepat sampai aku tiba disana. Sebagian manusia sudah pulang dari
sekolah, jadi aku yakin tak ada yang melihat kecepatanku berjalan.
Aku mendengar siswa kelas dua, DJ Garret, memperhatikan, dan tidak
menghiraukan...
Darimana si Cullen datang -- ia terlihat seperti keluar dari kabut
tebal begitu saja... Sial lagi-lagi aku begitu, berimajinasi lagi. Ibu kan
sudah sering bilang kalau...
Ketika aku meluncur ke dalam Volvoku, yang lainnya sudah
berada disana. Aku berusaha mengendalikan napasku, tapi aku justru
terengah-engah menghirup udara segar seolah aku baru saja sesak
napas.
“Edward?” Tanya Alice, suaranya memberi isyarat bahaya.
Aku hanya menganggukkan kepalaku padanya.
“Apa yang terjadi padamu?” tanya Emmet dengan nada
menuntut, saat itu pikirannya teralih dari kenyataan kalau Jasper
sedang tidak mood untuk melakukan tanding ulang dengannya.
Bukannya menjawab, aku justru memundurkan mobil. Aku harus
segera mengeluarkan mobil ini dari tempat parkir sebelum Bella Swan
mengikutiku kesini. Seolah seorang iblis mengejarku dan ingin
memburuku... Aku memutarkan mobilku dan mengebut.
Kecepatannya sudah 40 bahkan sebelum mobil sampai ke jalan raya.
Di jalan raya, kecepatannya 70 bahkan sebelum aku sempat
menikung.
Tanpa aku harus melihat, aku bisa tahu kalau Emmet, Rosalie,
dan Jasper sedang memperhatikan Alice. Alice hanya mengangkat
bahu. Ia tak bisa melihat apa yang sudah terjadi, hanya yang akan
terjadi saja.
Dia melihat ke arahku sekarang. Kami berdua sama-sama melihat
ke dalam apa yang sedang dilihat oleh Alice di kepalanya dan sama-
sama terkejut.
“Kau akan pergi?” bisiknya.
Yang lainnya menatapku sekarang.
23
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
24
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
25
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
26
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
27
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
“Tidak.”
Ia menaikkan satu alisnya. Ekspresinya benar-benar tidak percaya
membuatku ingin tertawa. Tertawa singkat, begitu singkat yang
kemudian dilanjutkan helaan napas.
“Iya, iya.” Aku mengakui, “tapi hanya sedikit.”
Dia mengela napas juga, lalu menyandarkan dagunya di atas
kedua tangannya. Pikirannya sedih.
“Kau seribu kali lebih manis daripada bintang-bintang diatas,
Tanya. Tentu saja kau pasti sudah tahu. Jangan sampai kekeras
kepalaanku menghancurkan rasa peracaya dirimu.” Aku terkikik
karena kata-kata yang kuucapkan.
“Aku tak biasa ditolak.” Gerutunya, bagian bawah bibirnya
didorong kedepan, membentuk cibiran yang menarik.
“Tentu saja kau tak biasa ditolak.” Aku setuju, berusaha
menghalau pikirannya agar tak terbaca olehku, karena ia tengah
memikirkan ribuan yang telah ia kalahkan. Biasana, Tanya lebih
memilih manusia laki-laki – biasa mereka lebih banyak, belum lagi
keuntungan tambahan mereka biasanya akan hangat dan lembut. Dan
selalu berhasrat, tentu saja.
“Succubus,” godaku, berharap dapat mengalihkan gambar-
gambar di kepalanya.
Ia menyeringai, menunjukkan deretan giginya yang berkilau,
“Orisinil.”
Tidak seperti Carlisle, Tanya dan saudarinya menyadari hati
nuranin mereka perlahan-lahan. Dan akhirnya, kesukaan mereka pada
manusia laki-laki lah yang membuat mereka tidak membunuh lagi.
Sekarang, pria yang mereka cintai.... hidup.
“ketika kau datang kemari,” Ucap Tanya perlahan, “aku pikir....”
Aku tahu apa yang dipikirannya. Dan bisa kutebak kalau dia
pasti merasa begitu. Tapi saat itu aku sedang tidak dalam kondisi
bagus untuk mengalanisa pikiran orang.
“Kau pikir aku berubah pikiran.”
“Ya,” Ia mengerutkan dahi.
“Aku merasa sangat bersahal karena bermain-main dengan
harapanmu, Tanya. Aku tak bermaksud – Aku kemari tanpa pikir
panjang. Aku pergi dari rumah... dengan buru-buru.”
“Boleh aku tau kenapa?”
28
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
29
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
30
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
31
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
32
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
telah yakin kalau ia pasti telah mengatakan apa yang ia lihat kepada
seseorang, atau bahkan melebih-melebihkan ceritanya sedikit agar
terdengar lebih menarik, dimana akan memberikan ancaman bagiku.
Dan lagi, dia juga mendengarku meminta keluar dari kelas
Biologi kita. Dia pasti berpikiran, setelah melihat ekspresiku juga, kalau
ialah penyebabnya. Anak perempuan pada umumnya pasti bertanya-
tanya pada orang-orang, membandingkan pengalamannya dengan
yang lain, dan berusaha mencari-cari informasi mengenai bagaimana
dan mengapa aku berperilaku demikian sehingga ia tak merasa
terpencil. Manusia umumnya merasa depresi untuk bersikap normal
dalam lingkungan baru, untuk menyesuaikan diri. Untuk menyatu
dengan yang lain, seperti sekelompok domba tanpa masa depan.
Kebutuhan mereka dalam berbaur biasanya begitu kuat di masa-masa
remaja seperti ini. Gadis itu pasti tak jadi pengecualian untuk aturan
itu.
Tapi tak satupun dari murid-murid di kafetaria yang
memperhatikan kepada kami yang duduk di meja kami biasanya. Bella
pasti orang yang sangat pemalu, bila ia tak menceritakannya kepada
siapapun. Mungkin ia bercerita kepada ayahnya, orang dengan
hubungan paling dekat dengannya... walaupun itu hanya
kemungkinan kecil, secara ia menghabiskan waktu dengan ayahnya
begitu sebentar dalam hidupnya. Dia pasti lebih dekat dengan ibunya.
Tapi tetap saja, aku harus menemui kepala polisi Swan kapan-kapan
dan mendengarkan apa yang ia pikirkan.
“Ada yang baru?” Tanya Jasper.
“Tak ada... iya pasti tak mengatakan apapun.”
Keempat orang di hadapanku mengangkat sebelah alis begitu
mendengarnya.
“Mungkin kau tak semenyeramkan yang kau kira.” Kata Emmet
geli, “Aku pasti bisa menakutinya lebih baik dari kau.”
Aku memutar kedua bola mataku padanya.
“Aku penasaran kenapa...?” Ia mengingat kembali penyingkapan
mengenai keheningan pikiran gadis itu yang unik.
“Kita sudah membicarakannya. Aku tak tahu.”
“Ia datang.” Alice bergumam. Aku merasa badanku menjadi
kaku, “Bersikaplah seperti manusia normal.”
“Manusia, katamu?” Tanya Emmet.
33
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
34
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
suara-suara obrolan lain di kafetaria, tapi aku tahu itu karena aku
mendengarkannya terlalu sungguh-sungguh.
“Aku minum soda saja hari ini.” Lanjutnya sambil bergerak
masuk ke dalam antrian.
Aku tak bisa menahan diri untuk melihat ke arahnya dalam satu
kedipan. Gadis itu sedang menatap lantai, darah di wajahnya pudar
perlahan. Aku mengalihkan pandangan dengan cepat ke Emmet, yang
sedang tertawa karena senyuman pahit di wajahku.
Kau terlihat sakit, Ed.
Aku berusaha mengubah ekspresi wajahku sehingga terlihat
seperti biasanya.
Jessica bertanya-tanya dengan suara keras mengenai nafsu
makan Bella yang sedikit, “Apa kau tak lapar?”
“Sebenarnya, aku merasa kurang enak badan.” Jawabnya
dengan suara lebih pelan, tapi tetap jelas.
Kenapa aku merasa terganggu dengan sikap protektif Mike
Newton terhadap Bella dalam pikirannya? Apa urusannya denganku
kalau mereka ternyata memiliki perasaan saling memiliki? Bukan
urusanku kalau Mike Newton merasa cemas yang berlebihan kepada
Bella. Mungkin semua orang juga merasa seperti itu kepada gadis baru
itu. Bukankah aku tadinya juga ingin melindunginya? Sebelum aku
ingin membunuhnya tentunya...
Tapi, benarkah gadis itu sedang sakit?
Ia terlihat begitu rapuh dengan kulitnya yang bening... Lalu aku
tersadar kalau aku juga mencemaskannya, seperti pria-pria bodoh
yang lain, dan aku memaksakan diriku untuk tak memikirkan
kesehatan Bella.
Aku tak suka memantau Bella lewat pikiran Mike Newton. Maka
aku pindah ke Jessica, melihat dengan hati-hati ketika mereka bertiga
memilih meja untuk duduk. Dan beruntungnya, mereka duduk dengan
teman-teman Jessica yang biasanya, di meja pertama kafetaria. Angin
takkan membawa baunya ke arah sini, seperti yang dijanjikan Alice.
Alice menyikutku, Ia akan melihat kearah sini, bersikaplah
seperti manusia.
Aku menggertakkan gigiku di balik senyumanku.
“Tenang, Edward.” Kata Emmet, “Jujur sana, okay kau
membunuh satu orang manusia, tapi itu tak berarti akhir dari dunia.”
“Kau akan tahu.” Gumamku.
35
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
36
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
37
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
38
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
39
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
40
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
suara tawa yang dapat membuat manusia merasa lebih santai. Dan
tentu saja, aku hati-hati untuk tidak menunjukkan gigiku.
“Oh, aku pikir semua orang pasti tahu namamu.” Tentu saja ia
pasti telah sadar kalau dirinya menjadi pusat perhatian di tempat yang
monoton ini, “Seluruh kota telah menantikan kedatanganmu.”
Ia mengerutkan dahi seolah apa yang baru kukatakan tidak
sopan. Aku tebak, ia malu seperti biasa yang ia rasakan, sehingga
menjadi pusat perhatian begitu buruk baginya. Sebagian besar manusia
merasakan yang sebaliknya. Walaupun mereka tak ingin lepas dari
kelompok pergaulan mereka, tapi di saat yang bersamaan mereka
mengharapkan perhatian atas keseragaman dan kesamaan mereka.
“Tidak.” Ucapnya, “Maksudku, bagaimana kau tahu namaku
Bella?”
“Apa kau memakar lensa kontak?” Tanyanya dengan tiba-tiba.
Benar-benar pertanyaan yang aneh. “Tidak.” Aku hampir
tersenyum karena ide untuk meningkatkan kemampuan melihatku
dengan lensa kontak.
“Oh.” Gumamnya, “Aku pikir ada yang berbeda dengan
matamu.”
Aku merasa tiba-tiba membeku begitu aku sadar kalau aku
bukanlah satu-satunya yang berusaha mencari tahu rahasia hari ini.
Aku mengangkat bahuku yang tiba-tiba kaku, dan menatap ke
depan dimana pak guru sedang berputar.
Tentu saja ad yang berbeda dengan mataku sejak terakhir ia
melihatnya. Untuk mempersiapkan diriku menghadapi cobaan berat
hari ini, hambatan hari ini, aku menghabiskan seluruh akhir minggu
dengan berburu, memuaskan dahagaku sebanyak yang aku bisa, walau
agak berlebihan. Aku mengenyangkan diriku dengan darah hewan,
walaupun itu tak mengubah rautku karena rasa tak tertahankan
terhadap aroma darahnya di udara. Ketika aku menatapnya terakhir
kali, mataku seluruhnya hitam karena rasa haus. Saat ini, tubuhku
berenang dengan darah, mataku berwarna emas yang hangat. Dan
bila aku sedang dalam kondisi sangat dapat menahan haus, warnanya
berubah menjadi amber muda.
Kesalahan lagi. Kalau aku tadi sadar maksud dari pertanyaannya,
aku harusnya menjawab ya.
Aku duduk di samping manusia sudah 2 tahun lamanya di
sekolah ini, dan dia satu-satunya yang cukup memperhatikan
41
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
42
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
dan seberapa jauh ia menebak? – aku tahu aku harus lebih berusaha
dalam meninggalkan gadis itu kesan baru terhadapku. Sesuatu yang
lebih baik untuk membuatnya melupakan pertemuan kami
sebelumnya.
“Buruk ya, cuaca bersalju hari ini?” Ucapku, mengulang salah
satu obrolan yang kudengar dari lusinan murid yang berdiskusi. Topik
obrolan yang standar dan membosankan. Cuaca – selalu aman untuk
didiskusikan.
Ia menatapku dengan keraguan yang terlihat jelas – reaksi yang
abnormal untuk kata-kata normalku barusan. “Tidak juga.” Ucapnya,
mengejutkanku lagi.
Aku berusaha mengendalikan obrolan kami ke percakapan
normal dan membosankan. Dia berasal dari tempat yang jauh lebih
terang, hangat – kulitnya seperti memperlihatkan hal itu – pasti rasa
dingin membuatnya merasa tak nyaman. Seperti sentuhan dingin
kulitku terhadapnya..
“Kau tak suka dingin.” Tebakku.
“Atau basah.” Tambahnya.
“Forks pasti tempat yang sulit bagimu untuk tinggal.” Mungkin
kau tak seharusnya pindah kemari, aku ingin menambahkan. Mungkin
kau harus kembali ke tempatmu berasal.
Aku tak yakin kalau aku benar-benar menginginkannya kembali.
Aku akan terus mengingat bau darahnya – apakah ada jaminan kalau
aku takkan mengikutinya begitu ia pindah dari sini? Lagipula, kalau ia
pindah, pikiran tak terbacanya akan terus menjadi misteri. Tertinggal
selamanya menjadi teka-teki yang mengganggu.
“Kau takkan tahu.” Ucapnya pelan, sejenak ia terlihat marah.
Jawabannya benar-benar tak bisa ditebak. Membuatku ingin
terus bertanya.
“Lalu kenapa kau pindah kemari?” Tanyaku, sambil menyadari
kalau nada bicaraku terlalu menuntut, tidak cukup normal untuk
obrolan ringan kami. Pertanyaanku terdengar kasar dan mencampuri
urusannya.
“Itu... rumit.”
Ia mengedipkan matanya yang lebar. Aku nyaris meledak karena
rasa penasaran – rasa penasaran yang membakar sepanas rasa haus di
tenggorokanku. Sebenarnya, aku merasa kalau semakin lama,
43
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
44
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
45
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
46
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
47
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
48
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
49
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
50
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
51
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
Aku tak pernah melihatnya bicara dengan orang lain lebih dari
sepatah kata disini atau disana. Tentu saja ia pasti menganggap Bella
menarik juga. Aku tak suka caranya memandang Bella. Tapi Bella tak
terlihat begitu senang terhadapnya juga. Apa yang Bella katakan tadi?
‘penasaran ada apa dengannya senin lalu’, pasti semacam itu. Tidak
terdengar seperti Bella peduli. Pasti percakapannya tak panjang..
Ia berkata pada dirinya sendiri dan menyingkirkan pesimistis
dalam dirinya sendiri, terhibur dengan ide kalau Bella sendiri tak
tertarik dengan bertukar pikiran denganku. Ini cukup menggangguku
sedikit lebih banyak dari seharusnya, jadi aku berhenti mendengarkan
pikirannya.
Aku memasukkan CD lagu yang keras di stereo, dan
membesarkan volumenya sehingga menyingkirkan suara lain. Aku
harus berkonsentrasi keras dengan musiknya sehingga aku takkan
kembali mendengarkan pikiran Mike Newton, mengintai apa yang
dilakukan gadis yang tak tertebak itu.
Aku curang beberapa kali, selama jam-jam terakhir. Bukan
mengintai, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri. Aku hanya
mempersiapkan. Aku ingin tahu kapan tepatnya ia meninggalkan gym,
kapan ia akan ke lapangan parkir. Aku tak ingin ia melihatku disini dan
terkejut.
Begitu murid-murid mulai keluar dari pintu gym, aku keluar dari
mobil, tak yakin mengapa aku melakukannya. Hujan rintik-rintik
turun, aku mengabaikannya dan membiarkan rambutku sedikit basah.
Apa aku ingin ia melihatku disini? Apakah aku berharap ia akan
datang dan berbicara kepadaku? Apa yang sedang kulakukan?
Aku tak bergerak, walaupun aku berusaha untuk meyakinkan
diriku agar kembali ke mobil, mengetahui kalau tindakanku patut
dicela. Aku meletakkan lenganku menyilang di dada dan bernapas
dalam-dalam begitu melihatnya berjalan ke arahku. Ujung mulutnya
terlipat ke bawah. Ia tak melihat ke arahku. Beberapa kali ia melihat
sekilas ke awan dan menyeringai, seolah-olah awan itu akan
menyerangnya.
Aku kecewa karena ia mencapai mobilnya sebelum ia harus
melewatiku. Kalaupun ia melewatiku, apakah ia akan berbicara
padaku? Atau aku akan berbicara kepadanya?
Ia masuk ke dalam truk Chevy merah pudarnya, rongsokan
besar yang lebih tua daripada ayahnya. Aku melihatnya menyalakan
52
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com
mesin truk – mesin tua mobil itu bergaung paling keras di banding
semua kendaraan lain di lapangan parkir – lalu memegangi tangannya
mendekati ventilasi pemanas di mobilnya. Rasa dingin membuatnya
tak nyaman – ia tak menyukainya. Ia menyisiri rambut tebalnya
dengan jarinya, menariknya di depan ventilasi pemanas, berusaha
mengeringkannya. Aku membayangkan bagaimana bau truk itu, dan
lalu buru-buru menyingkirkan pikiran itu.
Ia melihat sekeliling begitu ingin memundurkan mobilnya, dan
akhirnya melihat ke arahku. Ia menatap balik ke arahku untuk
setengah detik, dan yang dapat kubaca di matanya hanyalah rasa
terkejut sebelum ia mengalihkan matanya dan menyetir mundur
truknya. Kemudian ia mengerem berhenti, ujung belakang truknya
hanya kurang beberapa inchi untuk bertabrakan dengan mobil kecil
dan murah milik Erin Teague.
Ia melihat melalu kaca spionnya, mulutnya menganga dengan
rasa penyesalan dan kaget. Ketika mobil-mobil lain melaju
melewatinya, ia mengecek setiap titik buta yang terlewat olehnya dua
kali dan mengukur-ukur ukuran lapangan parkir dengan waspada
sehingga membuatku tersenyum lebar. Sepertinya ia berpikir kalau ia
dan truk bobroknya berbahaya.
Pikiran kalau Bella Swan berbahaya bagi orang lain, tak peduli
benda apa yang ia kemudikan, membuatku tertawa ketika gadis itu
lewat di hadapanku, menatap lurus ke depan.
53