Midnight Sun 3 Bahasa
Midnight Sun 3 Bahasa
Fenomena
Jujur, aku tidak haus, tapi aku memutuskan untuk berburu lagi
malam ini. Sebagai bentuk pencegahan, walau aku tahu takkan
terlalu membantu.
Carlisle ikut denganku; kami tak pernah berdua saja sejak saat
aku kembali dari Denali. Selama kami berlari menerobos hutam
hitam, aku mendengarnya memikirkan perpisahan singkat kami
minggu lalu.
Dalam ingatannya, aku melihat diriku terkoyak dalam rasa
pasrah dan marah. Aku merasakan rasa terkejut dan khawatirnya.
“Edward?”
“Aku harus pergi, Carlisle. Aku harus pergi sekarang.”
“Apa yang terjadi?”
“Tidak ada. Atau tepatnya belum. Tapi akan terjadi, jika aku
tinggal.”
Ia menggapai lenganku. Aku menarik lenganku darinya, aku
dapat merasakan kalau apa yang telah kulakukan benar-benar
membuatnya sakit.
“Aku tidak mengerti.”
“Apa kau pernah... Apa kau pernah mengalami waktu saat...”
Aku melihat diriku sendiri menarik napas dalam-dalam, melihat
sinar mataku yang liar di balik rasa perhatian Carlisle.
“Apa pernah salah satu dari mereka tercium lebih lezat
daripada yang lainnya? Jauh lebih lezat?”
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com open it for keep updating for the
next/previous chapter
“Oh.”
Ketika aku tahu ia paham, wajahku langsung penuh rasa malu.
Ia berusaha menggapai untuk menyentuhku, menghiraukan saat
aku berusaha menepis, dan menyentuh pundakku dengan tangan
kirinya.
“Lakukan apa yang kau anggap benar, nak. Aku akan
merindukanmu. Ini, pakai mobilku, jauh lebih cepat.”
Dia kini sedang berpikir apakah ia telah melakukan hal yang
benar, membiarkanku pergi. Bertanya-tanya apakah ia telah
melukaiku karena tidak mempercayaiku untuk bisa bertahan bila
tinggal.
“No.” Aku berbisik selagi kami berlari, “Itu yang aku butuhkan.
Aku mungkin telah dengan mudah mengkhianati rasa percayamu
padaku kalau kau menyuruhku tinggal.”
“Aku minta maaf karena kau harus menderita seperti ini,
Edward. Tapi kau harus melakukan sebisamu agar gadis Swan itu
tetap hidup. Walau itu berarti kau harus pergi meninggalkan kami
lagi.”
“Aku tahu, aku tahu.”
“Lalu kenapa kau kembali kemari? Kau tahu betapa bahagianya
aku karena kau ada disini bersama kami, tapi kalau memang terlalu
sulit menahannya....”
“Aku tak suka menjadi pengecut.” Aku mengakui.
Kami memperlambat kecepatan kami – kami hanya berjogging
menerobos hutan kini.
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com open it for keep updating for the
next/previous chapter
Suhu lebih dingin saat kami pulang. Salju yang meleleh telah
membeku kembali. Seolah-olah ada lapisan tipis kaca yang
menutupi semuanya—setiap helai daun cemara, setiap pagar,
setiap sepucuk rumput.
Ketika Carlisle pergi berganti pakaian untuk shift kerja paginya
di rumah sakit, aku tetap tinggal di tepi sungai, menunggu
matahari terbit. Aku merasa hampir tenggelam dengan darah yang
kukonsumsi, tapi aku tahu kalau rasa hausku yang sedikit takkan
banyak membantu saat aku duduk di samping gadis itu lagi.
Dingin dan tak bergerak seperti batu yang kududuki, aku
melihat air gelap mengalir di samping muara yang membeku, aku
memandanginya tak beralih.
Carlisle benar. Aku harus meninggalkan Forks. Mereka dapat
mengarang cerita mengenai hilangnya aku. Sekolah di Eropa.
Mengunjungi keluarga di tempat yang jauh. Pelarian remaja. Cerita
apapun tak masalah. Takkan ada yang bertanya begitu detil.
Hanya satu atau dua tahun, dan gadis itu akan telah pindah. Ia
akan melanjutkan hidupnya – dia juga punya kehidupan untuk ia
jalani. Dia akan kuliah di suatu tempat, bertambah tua, bekerja,
mungkin menikahi seorang pria. Aku bisa membayangkannya –
aku bisa melihat gadis itu dengan gaun serba putih dan berjalan
dengan langkah yang telah diperhitungkan, tangannya dilingkarkan
di lengan ayahnya.
Aneh, karena bayangan itu entah bagaimana baru saja
menyakitiku. Aku tak mengerti. Apakah rasa cemburu, karena ia
memiliki masa depan yang takkan kumiliki? Itu tak masuk akal.
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com open it for keep updating for the
next/previous chapter
Aku tak bisa melihat kemana kau akan pergi kali ini.
“Aku belum tahu kemana aku akan pergi kali ini.” Bisikku.
Aku ingin kau tetap tinggal.
Aku menggelengkan kepalaku.
Mungkin Jazz dan aku bisa ikut denganmu?
“Mereka akan lebih membutuhkan kalian, kalau aku tak disini
untuk menjaga mereka. Dan pikirkan Esme. Kau tega melihatnya
kehilangan setengah keluarganya sekaligus?”
Kau akan membuatnya sangat sedih.
“Aku tahu. Karena itulah kau harus tinggal.”
Rasanya akan sangat berbeda kalau kau tak ada disini, kau
tahu itu.
“Benar, tapi aku harus melakukan hal yang benar.”
Ada banyak pilihan benar dan ada banyak pilihan salah,
bukan?
Untuk waktu yang singkat, ia terbawa pada pandangan masa
depannya yang aneh; aku ikut melihatnya bagaimana gambar-
gambar tak jelas datang dan berganti dengan cepat; Aku melihat
diriku dengan sesosok bayangan tidak jelas yang tak dapat diterka
karena memiliki bentuk yang tak jelas. Dan kemudian, tiba-tiba,
tubuhku berkilau disinari cahaya matahari di lapangan rumput
terbuka yang kecil. Aku tempat itu. Ada sosok seseorang di
lapangan rumput itu denganku, tapi lagi-lagi, sosok itu tak jelas,
tidak cukup ada disana untuk dapat dilihat. Gambaran itu lenyap,
bersamaan dengan jutaan pilihan-pilihan kecil yang membentuk
masa depan lagi.
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com open it for keep updating for the
next/previous chapter
diketahui. “Dia ada di jalan ketika van itu akan menabrak, Alice
melihatnya, tapi tak ada waktu lagi untuk melakukan apapun
kecuali berlari menyebrangi lapangan parkir dan mendorongnya
keluar dari jalur. Tak ada yang memperhatikan apa yang
kulakukan... kecuali gadis itu sendiri. Aku harus menghentikan
vannya juga, tapi lagi-lagi, tak ada yang memperhatikan kecuali
gadis itu. Aku... aku minta maaf Carlisle. Aku tak bermaksud
menyebabkan keluarga kita dalam bahaya.”
Ia memutari mejanya dan meletakkan tangannya di atas
pundakku.
Kau telah melakukan hal yang benar. Dan itu tak mudah
bagimu.Aku bangga padamu, Edward.
Aku tak bisa melihat Carlisle di matanya. “Gadis itu tau.... kalau
ada sesuatu yang ganjil pada diriku.”
“Itu tak masalah. Jika kita harus pindah, kita pindah. Apa yang
gadis itu katakan?”
Aku menggelengkan kepalaku, sedikit frustasi. “Belum ada.”
Belum?
“Ia setuju pada penjelasan kejadian buatanku—tapi ia
mengharapkan suatu penjelasan dariku.”
Ia mengerutkan dahinya, merenungi apa yang baru kukatakan.
“Kepalanya terbentur—baiklah, aku yang membenturkannya.”
Aku melanjutkannya dengan cepat, “Aku membenturkan kepalanya
ke tanah cukup keras. Dia terlihat baik-baik saja tapi.. aku pikir itu
tak cukup untuk membuatnya lupa.”
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com open it for keep updating for the
next/previous chapter
Tyler, dan jelas sekali aku dapat melihat kalau Bella ingin Tyler
diam. Bagaimana Tyler bisa tak melihatnya?
Aku merasa tegang ketika Tyler menanyakan Bella bagaimana
gadis itu bisa menyingkir dari jalan ketika vannya akan menabrak.
Aku menunggu, tak bernapas, ketika Bella diam sejenak.
“Um..” Aku mendengarnya berbicara. Kemudian dia diam lagi
cukup lama sehingga Tyler bertanya-tanya apakah pertanyaannya
telah membingungkan Bella. Akhirnya, ia melanjutkan, “Edward
menarikku dari jalan.”
Aku menghembuskan napas. Kemudian, napasku semakin
cepat. Aku tak pernah mendengarnya menyebutkan namaku
sebelumnya. Aku suka bagaimana namaku terdengar—walaupun
aku mendengarnya hanya melalui pikiran Tyler. Aku ingin
mendengarnya dengan telingaku sendiri...
“Edward Cullen,” Ulang Bella, ketika Tyler tak menangkap
maksudnya sebelumnya. Aku mendapati diriku di depan pintu,
tanganku di kenop pintu. Keinginanku untuk menemuinya semakin
besar. Aku harus mengingatkan diriku untuk perlunya berhati-hati.
“Ia sedang berdiri di sebelahku sebelum kecelakaan terjadi.”
“Cullen?” Huh. Itu aneh. “Aku tak melihatnya.” Aku bisa saja
bersumpah.. “Wow semua tadi memang begitu cepat terjadinya,
aku rasa. Apakah Edward baik-baik saja?”
“Aku rasa ia baik-baik saja. Dia di sekitar sini, tapi mereka tak
menyuruhnya mengenakan tandu.”
Originally translated by http://heytiva.blogspot.com open it for keep updating for the
next/previous chapter