Lapsus Diare PKM Batua
Lapsus Diare PKM Batua
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TUGAS
Mei 2016
DIARE
OLEH :
kelompok II:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pembimbing :
dr.Hj. Syamsiah Densi ,MARS
BAB I
PENDAHULUAN
Puskesmas adalah pusat pengembangan pembinaan, dan pelayanan sekaligus
merupakan pos pelayanan terdepan dalam pelayanan pembangunan kesehatan masyarakat
yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan
pada masyarakat yang bertempat tinggal dalam wilayah tertentu (Depkes RI, 2001).
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk
di Indonesia, dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada
anak, terutama usia dibawah 5 tahun.1,2 Selain itu diare juga menjadi masalah kesehatan
yang paling umum bagi para pelancong dari negara-begara industry yang menguunjungi
daerah-daerah berkembang, terutama di daerah tropis. Perkiraan konservatif menempatkan
angka kematian global dari penyakit diare sekitar dua juta kematian pertahun (1,7 juta-2,5
juta kematian), merupakan peringkat ketiga diantara semua penyebab kematian penyakit
menular di seluruh dunia.2
Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare sedangkan di
Indonesia hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian
bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia 24%, untuk golongan 1-4 tahun
penyebab kematian karena diare 25,2% dibanding pneumonia 15,5%. 1 Dari daftar urutan
penyebab kunjungan Puskesmas/ Balai pengobatan, hamper selalu termasuk dalam
kelompok 3 penyebab utama ke puskesmas. Angka kesakitannya adalah sekitar 200-400
kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia
diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunya, sebagian
besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah umur 5 tahun (+ 40 juta kematian).
Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kalo kejadian diare. Sebagian dari
penderita (1-2%) akan jatuh dalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60%
diantaranya dapat meninggal.3
Dari pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5-2 juta penderita penyakit
diare yang berobat rawat jalan ke sarana kesehatan pemerintah. Jumlah ini adalah sekitar 10
2
% dari jumlah penderita yang datang berobat untuk seluruh penyakit, sedangkan jika ditinjau
dari hasil survey rumah tangga(LRKN) 1972 diantara 8 penyakit utama, ternyata persentase
penyakit diare yang berobat sangat tinggi, yaitu 72% dibandingkan 56% untuk rata-rata
penderita seluruh penyakit yang memperoleh pengobatan.3
Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebanya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit,
akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma
malabsorbsi. Diare karena virus umunya bersifat self limting, sehingga aspek terpenting
yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab
utama kematian dan menjamin nutrisi untuk mencegah gavirus merngguan pertumbuhan
akibat diare.1
Rotavirus merupakan penyebab tertinggi dari kejadian diare akut baik dinegar
berkembang maupun negara maju. Di Indonesi menurut penelitian Soenarto yati dkk pada
anak yang dirawat di rumah sakit karena diare 60% persennya disebabkan oleh Rotavirus.4
Diare juga erat hubununganya dengan kejadian kuran gizi. Setiap episode diare dapat
menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anorexia dan berkurangnya kemapuan
menyerap sari makanan, sehingga apabila episodenya berkepanjangan akan berdampak pada
pertumubuhan dan kesehatan anak.1
BAB II
PROFIL PUSKESMAS BATUA
A. Sejarah Organisasi
Puskesmas BATUA di resmikan pada tanggal 1 april 1994 oleh Menteri Kesehatan
dr. H.Suarjono Suryaningrat dan pertama kali istilahnya adalah PHC (Public Health
Center).
Pada tahun 1975 Public Health Center berubah menjadi puskesmas panakukang
serta di bangun beberapa pustu yaitu: Pustu Tamangapa,Pustu Antang,Pustu Karuwusi
dan Pustu Tamamaung. Pada tahun 1987 berubah menjadi puskesmas batua serta menjadi
puskesmas induk,sedandkan pustu tamangapa,pustu antang,pustu karuwusi dan pustu
tamamaung telah menjadi puskesmas. Pada tahun 1991 puskesmas batua di bangun pustu
toddopuli sebagai pustu di wilayah kerja puskesmas batua.
Sejak berdirinya puskesmas batua telah mengalami beberapa pergantian kepala
puskesmas dan sekarang ini di jabat oleh Dr. Hj. Syamsiah. Densi, R. MARS. Puskesmas
batua terletak di Jl. Abdullah Dg. Sirua Kecamatan Manggala. Adapun wilayah kerja
puskesmas batua adalah:
1. Kecamatan panakukang
a. Kelurahan paropo
b. Kelurahan Tello baru
2. Kecamatan Manggala
a. Kelurahan batua
b. Kelurahan borong
B. Keadaan Geografis
Puskesmas batua adalah salah satu puskesmas yang berada di kecamatan Manggala.
Batas wilayah kerja puskesmas batua adalah :
C. Keadaan Penduduk
Kependudukan
Jumlah kenduduk di wilayah puskesmas batua 12,548 jiwa dimana penduduk laki-laki
sebesar 6234 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 6314 jiwa.
Persebaran penduduk
Persebaran penduduk pada wilayah kelurahan tidak sama, disamping itu adanya
E. Wilayah kerja
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagai dari kecamatan ( ratarata 30.000 penduduk) factor kepadatan penduduk,luas daerah keadaan infrastruktur
lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menetukan wilayah kerja puskesmas.
Untuk merupakan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang
dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yaitu Puskesmas pembantu
( pustu),puskesmas keliling (puskel),posyandu dan Bidan Desa.
F. Tugas Dan Fungsi Puskesmas
Yakni untuk mengembangkan ,meningkatkan dan melakasanakan pelayanan kesehtan
secara merata dan bersifat menyeluruh kepada setiap lapisan masyarakat yang
optimal.pelayanan kesehatan yang diberikan dipuskesmas adalah pelayanan kesehatan
yang meliputi :
a.
b.
c.
d.
Yang ditujukan kepada segenap lapisan masyarakat dan tidak dibedakan jenis kelamin
dan golongan umur,sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.
Puskesmas merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang berfungsi :
a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya
b. Membina peran serta masyarakat diwilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat.
c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat kerjanya
Kegiatan- kegiatan puskesmas terdiri dari 18 kegiatan :
1. Kesejateran ibu dan anak (KIA)
2. Keluarga berencana (KB)
3. Usaha peningkatkan Gizi
4. Kesehtan lingkungan
5. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Pengobatan,termasuk pelayanan Darurat karena kecelakaan
7. Penyuluhan kesehatan masyarakat
8. Kesehatan sekolah
9. Kesehatan olahraga
10. Perawatan kesehatan masyarakat
11. Kesehatan kerja
12. Kesehatan Gizi dan Mulut
13. Kesehatan jiwa
14. Kesehatan Mata
15. Laboraturim sederhana
16. Pencatatan dan Pelaporan dalam rangka system informasi kesehatan
17. Kesehatan lanjut usia
18. Pembinaan Pengobatan Tradisional dan Kefarmasian
G. Organisasi Puskesmas Secara Umum
Struktur organisasi suatu puskesmas disesuaikan dengan keadaan masing-masing daerah
contoh struktur organisasi puskesmas secara umum yaitu :
Personalia di Puskesmas teridi dari 3 unsur :
a) Unsur pimpinan
: pimpinan puskesmas
b) Unsur pembantu pimpinan
: urusan tata Usaha
c) Unsur pelaksanaan
1. Unit terdiri dari tenaga dalam jabatan fungsional
2. Unit terdiri dari tenaga pada kegiatan dan fasilitas daerah masing masing yaitu:
Dari 7 unit di Puskesmas adalah:
6
3.
4.
5.
6.
Senyum
merupakan modal dalam member pelayanan
Efektif
denganpelayanan tepat guna, berdaya guna, berhasil guna
Gerakan
adalah upaya cepat tindakan dalam pemberian layanankesehatan masyarakat
Amal
merupakan bentuk kerelaan hati petugas dalam member pelayanan
Ramah
adalah sikap yang tertanam dalam jiwa petugas kesehatan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasnya (>3x perhari) disertai perubahan konsistensi tinja(menjadi cair), dengan atau
tanpa darah dan atau lendir.3
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air
besar lebih dari 3-4 kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat
fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak
tergolong diare , tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya
perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare
yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistesinya menjadi cair
yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang
anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistesinya cair, keadaaan ini sudah
dapat disebut diare.1
B. Cara penularan dan faktor resiko.
Cara penularan diare pada umumnya melalui fekal oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita
atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.
(4F= field, flies, fingers, fluid).1
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain:tidak
memberikan ASI secara penuh selama 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya
penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan atau MCK,
kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang
tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor
pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain: gizi
buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunya motilitas usus,
menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik. 1
1. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi
tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan
pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar
antibody ibu, berkurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang
mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau
binatang pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen merangsang
paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang yang
membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar
dan pada orang dewasa.1
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini
meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. pada
infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja
penderita mengandung virus, bakteri, atau kista protozoa yang infeksius. Orang
dengan infeksi yang asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak
eneteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga
kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.1
9
3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. di daerah tropis,
diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena
virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. didaerah tropic
(termasuk Indonesia) diare yang disebabkan rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun
dengan peningkatan sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri terus
meningkat pada musim hujan.1
4. Epidemi dan pendemi
Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan epidemic dan
pandemic dan mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua
golongan usia. sejak tahun 1961, cholera yang disebabkan oleh v. cholera 0.1 biotipe
eltor telah menyebar ke negara-negara di afrika, amerika latin, asia, timur tengah,
dan beberapa daerah di amerika utara dan eropa. dalam kurun waktu yang sama
Shigella dysentriae 1 menjadi penyebab wabah yang besar di amerika tengah dan
terakhir di afrika tengah dan asia selatan. Pada tahun 1992 dikenal strain baru Vibrio
cholera 0139 yang menyebabkan epidemic di Asia dan lebih dari 11 negara
mengalami wabah.1
C. Etiologi
Pada saat ini, dengan kemajuan dibidang teknik laboratorium telah dapat
diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare
pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan
virus, bakteri dan parasit. dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah noninflamatory dan inflammatory.1
Enteropatogen menimbulkan non-inflamatory diare melalui produksi enterotoksin
oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan dan/
atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatoyi diare
GOLONGAN VIRUS
Astrovirus
Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)
GOLONGAN PARASIT
Balantidiom coli
Blastocystis homonis
10
Canpilobacter jejuni
Enteric adenovirus
Crytosporidium parvum
Clostridium perfringens
Corona virus
Entamoeba histolytica
Clostridium defficile
Rotavirus
Giardia lamblia
Eschercia coli
Norwalk virus
Isospora belli
Plesiomonas shigeloides
Herpes simplek virus
Strongyloides stercoralis
Salmonella
Cytomegalovirus
Trichuris trichiura
Shigella
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica
Tabel 1. Penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia
Tabel 2. Frekuensi Enteropatogen penyebab diare pada anka usia <5 tahun
Tabel 3. Tabel Enteropatogen pathogen penyebab diare yang tersering berdasarkan umur 7
11
Diasamping itu penyebab diare nonifeksi yang dapat menimbulkan daire pada anak antara
lain:
Kesulitan makanan
Defek anatomis
Neoplasma
Neuroblastoma
Phaeochromocytoma
Malrotasi
Penyakit Hirchsprung
Penyakit Crohn
Atrofi mikrovilli
Defisiensi imun
Stricture
Colitis ulserosa
Malabsorbsi
Pellagra
Keracunan makanan
Defesiensi disakaridase
logam berat
Mushrooms
Cystic fibrosis
Cholestosis
Penyakit celiac
Endokrinopati
Thyrotoksikosis
Penyakit Addison
Sindroma Androgenital
Tabel 4. Penyebab diare nonifeksi pada anak
12
D. Manifestasi klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya bila
terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologic. Gejala gastrointestinal
bias berupa diare, kram perut, dan munth. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi
tergantung pada penyebabnya.1
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion
natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah
dan kehilangan air juga akan meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolic, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling
berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila
tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisistas plasma dapat berupa
dehidrasi isotonic, dehidrasi hipertonik ( hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut
derajat dehidrasinya bias tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi
berat.1
Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enteric pathogen antara lain :
vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomyelitis, meningitis, pneumonia,
hepatitis, peritonitis dan septic tromboplebitis. Gejala neurolgik dari infeksi usus bias berupa
parestesia ( akibat makan ikan, kerang, monosodium glutamate), hipotoni dan kelemahan
otot.
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat dehidrasi.
Panas badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare. Nyeri perut yang
lebih hebat dan tenesmus terjadi pada perut bagian bawah serta rectum menunjukan
terkenanya usus besar. Mual dan muntah adalah symptom yang nonspesifik akan tetapi
muntah mungkin disebabkan oleh karena mikroorganisme yang menginfeksi saluran cerna
bagian atas seprti:enteric virus, bakteri yang memproduksi enteroroksin, giardia, dan
cryptosporidium.
Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya penderita tidak
panas atu hanya subfebris, nyeri perutperiumbilikal tidak berat, watery diare, menunjukan
13
bahwa saluran makan bagian atas yang terkena. Oleh karena pasien immunocompromise
memerlukan perhatian khusus, informasi tentang adanya imunodefisiensi atau penyakit.
Rotavirus
Shigella
Salmonella
ETEC
EIEC
Kolera
Masa Tunas
17-72 jam
24-48 jam
6-72 jam
6-72 jam
6-72 jam
48-72 jam
Panas
++
++
++
Mual, muntah
Sering
Jarang
Sering
Sering
Nyeri perut
Tenesmus
Tenesmus, kramp
Tenesmus,kolik
Tenesmus, kramp
Kramp
Nyeri kepala
lamanya sakit
5-7 hari
>7hari
3-7 hari
2-3 hari
variasi
3 hari
Volume
Sedang
Sedikit
Sedikit
Banyak
Sedikit
Banyak
Frekuensi
5-10x/hari
>10x/hari
Sering
Sering
Sering
Terus menerus
Konsistensi
Cair
Lembek
Lembek
Cair
Lembek
Cair
Darah
Kadang
Bau
Langu
Busuk
Amis khas
Warna
Kuning hijau
Merah-hijau
Kehijauan
Tak berwarna
Merah-hijau
Leukosit
Lain-lain
anorexia
Kejang+
Sepsis +
Meteorismus
Infeksi sistemik+
Gejala klinis :
Sifat tinja:
14
E. Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare,
frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila
disertai muntah volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau
tidak kencing dalam 6-8jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama
diare. Adakahh panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis
media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: member
oralit, memabwa berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-obatan yang
diberikan serta riwayat imunisasinya.1
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tandatanda tambahan lainya:ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak,
ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.1
Pernpasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis metabolic. Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas
perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang
terjadi. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara:
objektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare.
Subjektif dengan menggunakan criteria WHO dan MMWR.1
Symptom
Dehidrasi
kehilangan BB<3%
kehilangan BB 3%-9%
ringan
sedang,
Dehidrasi
BB>9%
berat,
kehilangan
Kesadaran
Baik
Denyut jantung
Normal
Normal meningkat
Takikardi,
bradikardi,
(kasus
berat)
Kualitas nadi
Normal
Normal melemah
Pernapasan
Normal
Normal-cepat
Dalam
Mata
Normal
Sedikit cowong
Sangat cowong
Air mata
Ada
Berkurang
Tidak ada
Basah
Kering
Sangat kering
Cubitan kulit
Segera kembali
Kembali<2 detik
Kembali>2detik
15
Cappilary refill
Normal
Memanjang
Memanjang, minimal
Ekstremitas
Hangat
Dingin
Dingin,mottled, sianotik
Kencing
Normal
Berkurang
Minimal
Keadaan umum
Baik,sadar
*Gelisah,rewel
*lesu,lunglai/tidak sadar
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Kering
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa haus
Lihat:
minum
Periksa: turgor kulit
Kembali cepat
*kembali lambat
Hasil pemeriksaan
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan/sedang
Dehidrasi berat
Rencana terapi B
Rencana terapi C
Terapi
Rencana terapi A
dehidrasu isotonic, bila kadar Na+ dalam plasma antara 131-150 mEq/L
Gejala
Hipotonik
Isotonik
Hipertonik
Rasa haus
Berat badan
Menurun sekali
Menurun
Menurun
Turgor kulit
Menurun sekali
Menurun
Tidak jelas
Basah
Kering
Kering sekali
16
Gejala SSP
Apatis
Koma
Sirkulasi
Jelek sekali
Jelek
Nadi
Sangat lemah
Tekanan darah
Sangat rendah
Rendah
Rendah
Banyaknya kasus
20-30%
70%
10-20%
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperkukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur urine
dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang
kadang-kadang diperlukan pada diare akut:1
darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur
akibat
infeksi
bakteri.
Tinja
yang
sangatberbau
(sebaiknya tidak lebih dari 1 jam). Sepuluh tetes air dan 5 tetes bagian
cair dari tinja diteteskan kedalam gelas tabung, kemudian ditambah 1
tablet clinitest. Setelah 60 detik maka perubahan warna yang terjadi
dicocokan dengan warna standart. Biru berarti negative, kuning tua
berarti positif kuat (++++=2%), antara kuning dan biru terdapat variasi
warna hijau kekuningan (+=1/2%), (++=3/4%), (+++=1%). Sedangkan
terdapatnya lemak dalam tinja lebih dari 5 gram sehari disebut sebagai
steatore.8
b. Pemeriksaan mikroskopik
Infeksi bakteri invasive ditandai dengan ditemukannya
sejumlah besar leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya proses
inflamasi. Pemeriksaan leukosit tinja dengan cara mengambil bagian
tinja yang berlendir seujung lidi dan diberi tetes eosin atau Nacl lalu
dilihat dengan mikroskop cahaya:5
bila terdapat 1-5 leukosit perlapang pandang besar disebut
negative
bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut
(+)
bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut
(++)
bila terdapat leukosit lebih
disebut (+++)
bila leukosit memenuhi seluruh lapang pandang besar disebut
(++++)
Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja dengan
sudan III yang mengandung alcohol untuk mengeluarkan lemak agar dapat
diwarnai secara mikroskopis dengan pembesarn 40 kali dicari butiran lemak
dengan warna kuning atau jingga. Penilaian berdasarkan 3 kriteria:8
(+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari 100
buah per lapang pandang atau sel lemak memenuhi 1/3 sampai
lapang pandang
19
(++) bila tampak sel lemak dnegan jumlah lebih 100 per lapang
memakai batang lidi atau tusuk gigi, ambilah sedikit tinja dan emulsikan
delam tetesan NaCl fisiologis, demikian juga dilakukan dengan larutan
Yodium. Pengambilan tinja cukup sedikit saja agar kaca penutup tidak
mengapung tetapi menutupi sediaan sehingga tidak terdapat gelembung
udara. Periksalah dahulu sediaan tak berwarna (NaCL fisiologis), karena telur
cacing dan bentuk trofozoid dan protozoa akan lebih mudah dilihat. Bentuk
kista lebih mudah dilihat dengan perwanaan yodium. Pemeriksaan dimulai
dengan pembesaran objekstif 10x, lalu 40x untuk menentukan spesiesnya.
4. Tata laksana
Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi, dukungan
nutrisi, pemberian obat sesuaiindikasi dan edukasi pada orang tua. Tujuan pengobatan:8
1. Mencegah dehidrasi
2. Mengatasi dehidrasi yang telah ada
3. Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan setelah diare
4. Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan
memberikan suplemen zinc
Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi yang
sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:10
1. Rencana terapi A : penanganan diare di rumah
Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah:
20
pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang
utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.
jika anak memeperoleh ASI eksklusif, beri oralit, atau air matang sebagai
tambahan
jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan berikut ini:
oralit, cairan makanan(kuah sayur, air tajin) atau air matang
Ajari pada ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit
(200ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukan pada ibu berapa banyak cairan
termasuk oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairanya
sehari-hari:
-
jika anak muntah, tunggu 10 menit. kemudia lanjutkan lagi dengan lebih
lambat.
Pada anak berumur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari dengan dosis :
-
2. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi sedang/ ringan dengan oralit. Beri oralit di klinik sesuai yang
dianjurkan selama periode 3 jam.
Usia
<4 bulan
4-11 bulan
12-23 bulan
5.4
Berat badan
<5 kg
5-7,9 kg
8-10,9 kg
Jumlah (ml)
200-400
400-600
600-800
tahun
5-14tahun
>15 tahun
11-15,9 kg
16-29,9 kg
>30 kg
800-1200
1200-2200
2200-4000
Jumlah oralit yang diperlukan 75 ml/kgBB. Kemudian setelah 3 jam ulangi penilaian
dan klasifikasikan kemabali derajat dehidrasinya, dan pilih rencana terapi yang sesuai
untuk melanjutkan pengobatan. Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai
tunjukan cara menyiapkan oralit di rumah, tunjukan berapa banyak larutan oralit yang
harus diberikan dirumah untuk menyelesaikan 3 jam pertama. Beri bungkus oralit yang
cukup untuk rehidrasi dengan menambah 6 bungkus lagi sesuai yang dainjurkan dalam
rencana terapi A. Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman diatas, berikan
sesuai kehilangan cairan yang sedang berlangsung. Untuk anak berumur kurang dari 6
bulan yang tidak menyusu, beri juga 100-200 ml air matang selama periode ini. Mulailah
member makan segera setelah anak ingin amkan. Lanjutkan pemberian ASI. Tunjukan
pada ibu cara memberikan larutan oralit. berikan tablet zinc selama 10 hari.
3. Rencana terapi C (penanganan dehidrasi berat dengan cepat)
22
Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut,
sementara infuse disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat atau ringer asetat (atau
jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl)yang dibagi sebagai berikut.
Umur
1 jam*
5 jam
30 menit*
2 jam
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba
Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum membaik, beri tetesan
intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira 5ml/kgBB/jam) segera setelah anak mau
minum, biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak tablet zinc sesuai
dosis dan jadwal yang dianjurkan. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3
jam (klasifikasikan dehidrasi), kemudian pilih rencana terapi) untuk melanjutkan
penggunaan.
Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit ditujukan untuk
memberikan pada penderita:
1. Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit
2. Mengganti cairan kehilangan yang terjadi
3. Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berlangsung.
Pada diare CRO merupakan terapi cairan utama. CRO telah 25 tahun berperan dalam
menurunkan angka kematian bayi dan anak dibawah 5 tahun karena diare. WHO dan
UNICEF berusaha mengembangkan oralit yang sesuai dan lebih bermanfaat. Telah
dikembangkan oralt baru dengan osmolalitas lebih rendah. Keamanan oralit ini sama dengan
oralit yang lama, namun efektifitasnya lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit baru
dengan low osmolalitas ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu
mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%.
Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan WHO dan UNICEF untuk diare akut
non kolera pada anak.1,11
23
PENGOBATAN DIETETIK
Memuasakan penderita diare (hanya member air teh) sudah tidak dilakukanik lagi
karena akan memperbesar kemungkinan terjadinya hipoglikemia dan atau KKP. Sebagai
pegangan dalam melaksanakan pengobatan dietetic diapakai singkatan O-B-E-S-E, sebagai
singkatan Oralit, Breast feeding, Early Feeding, Simultaneously with Education.3
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah sembuh.
Tujuanya adalah memberikan makanan kaya nutrient sebanyak anak mampu menerima.
Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makanya timbul kembali setelah dehidrasi
teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi usus yang
normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrient, sehingga
memburuknya status gizi dapat dicegah atau paling tidak dikurangi. Sebaliknya, pembatasan
makanan akan menyebabkan penurunan berat badan sehingga diare menjadi lebih lama dan
kembalinya fungsi usus akan lebih lama. Makanan yang diberikan pada anak diare
tergantung kepada umur, makanan yang disukai dan pola makan sebelum sakit serta budaya
setempat. Pada umumnya makanan yang tepat untuk anak diare sama dengan yang
dibutuhkan dengan anak sehat.1 Bayi yang minum ASI harus diteruskan sesering mungkin
dan selama anak mau. Peranan ASI selain memberikan nutrisi yang terbaik, juga terdapat
0,05 SIgA/hari yang berperan memberikan perlindungan terhadap kuman pathogen. 12Bayi
yang tidak minum ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling tidak setiap 3 jam.
Pengenceran susu atau penggunaan susu rendah atau bebas laktosa mungkin diperlukan
untuk sementara bila pemberian susu menyebabkan diare timbul kembali atau bertambah
hebat sehingga terjadi dehidrasi lagi, atau dibuktikan dengan pemeriksaan terdapat tinja
yang asam (pH<6) dan terdapat bahan yang mereduksi dalam tinja>0,5%. Setelah diare
berhenti, pemberian tetap dilanjutkan selama 2 hari kemudian coba kembali dengan susu
atau formula biasanya diminum secara bertahap selama 2-3 hari.12
Gejala klinis menghilang
(hari)
Ke 1
150
50
24
Ke 2
100
100
Ke 3
50
150
Ke 4
200
Tabel 9. Tabel panduan kembali ke susu normal ( untuk setiap 200 ml)
Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan lunak atau
padat, makanan ini harus diteruskan. Paling tidak 50% dari energy diit harus berasal dari
makanan dan diberikan dalam porsi kecil atau sering (6kali atau lebih) dan anak dibujuk
untuk makan. Kombinasi susu formula dengan makanan tambahan seperti serealia pada
umunya dapat ditoleransi dengan baik pada anak yang telah disapih. Makanan padat
memiliki keuntungan, yakni memperlambat pengosongan lambung pada bayi yang minum
ASI atau susu formula, jadi memperkecil jumlah laktosa pada usus halus pr satuan waktu.
Pemberian makanan lebih sering dalam jumlah kecil juga memberikan keuntungan yang
sama dalam mencernakan laktosa dan penyerapanya. Pada anak yang lebih besar, dapat
diberikan makanan yang terdiri dari:makanan pokok setempat misalnya nasi, kentang,
gandum, roti, atau bakmi. Untuk meningkatkan kandungan energinya dapat ditambahkan 510 ml minyak nabati untuk setiap 100ml makanan. Minyak kelapa sawit sangat bagus
dikarenakan kaya akan karoten. Campur makanan pokok tersebut dengan kacang-kacangan
dan sayur-sayuran, serta ditambahkan tahu,tempe, daing atau ikan. Sari buah segar atau
pisang baik untui menambah kalium. Makanan yang berlemak atau makanan yang
mengandung banyak gula seperti sari buah manis yang diperdagangkan, minuman ringan,
sebaiknya dihindari.
Pemberian makanan setelah diare
Meskipun anak diberi makanan sebanyak dia mau selama diare, beberapa kegagalan
pertumbuhan mungkin dapat terjadi teruatama bila terjadai anorexia hebat. Oleh karena itu
perlu pemberian ekstra makanan yang akan zat gizi beberapa minggu setelah sembuh untuk
memperbaiki kurang gizi dan untuk mencapai serta mempertahankan pertumbuhan yang
normal. Berikan ekstra makanan pada saat anak merasa lapar, pada keadaan semacam ini
biasanya anak dapat menghabiskan tambahan 50% atau lebih kalori dari biasanya.1,8,12
25
ZINC
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan
anak. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan
yang optimal. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan
pada efeknya terhadap imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap
proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat
meningkatkan absorbs air dan elektrolit oleh usus halus meningkatkan kecepatan regenerasi
epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang
mempercepat pembersihan patogen di usus. Pengobatan dengan zinc cocok ditetapkan di
negara-negara berkembang seprti Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya
kekurangan zinc di dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya
imunitasnya yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan risiko terjadinya
dehidrasi pada anak. Dosis zinc untuk anak-anak:
-
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anka telah sembuh dari diare.
Untuk bayi tablet zinc diberikan dalam air matang, ASI atau oralit. Untuk anak lebih besar,
zinx dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.1,13
Terapi medikamentosa
Berbagai
macam
obat
telah
digunakan
untuk
pengobatan
diare
seperti
26
Antbiotik apda umunya tidak diperlukan pad semua daire akut oleh karena sebagian besar
diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan
antibiotic. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri pathogen seperti
V,cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.coli, Salmonella, Campilobacter, dan sebagainya,1
Penyebab
Antibiotik pilihan
Alternatif
Kolera
Ciprofloxacin 15 mg/kgBB
Pivmecillinam 20 mg/kg BB
Shigella Disentri
Metronidazole 10 mg/kgBB
3xs ehari selama 5 hari (10 hari pada kasus
berat)
Giadiasis
Metronidazole 5mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari
Obat antidiare
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis dan tidak
diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. Beberapa dari obat-obat ini
berbahaya. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah:1,3
Adsorben
Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine). Obat-obat
ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar kemampuanya untuk mengikat
dan menginaktifasi toksin abkteri atau bahan lain yang menyebabkan diare serta
dikatakan mempunyai kemampuan melindungi mukosa usus. Walaupun demikian,
tidak ada bukti keuntungan praktis dari penggunaan obat ini untuk pengobatan rutin
diare akut pada anak.
27
Antimotilitas
Contoh loperamidhydrocloride, diphenoxylate dengan atropine, tincture opiii,
paregoric, codein). Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare pada orang
dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak. Lebih dari itu dapat
menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat fatal atau dapat memperpanjang
infeksi dengan memperlambat eliminasi dari organisme penyebab. Dapat terjadi efek
sedative pada dosis normal. Tidak satupun dari obat-obatan ini boleh diberikan pada
bayi dan anak dengan diare.
Bismuth subsalicylate
Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada anak
dngan diare akut sebanya 30% akan tetapi, cara ini jarang digunakan.
obat-obat lain:
Anti muntah
Termasuk obat ini seperti prochlorperazine dan chlorpromazine yang dapat
menyebabkan mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi rehidrasi oral.
Oleh karena itu obat anti muntah tidak digunakan pada anak dengan diare, muntah
biasanya berhenti bila penderita telah terehidrasi
PROBIOTIK
Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi
yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang
lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik dalam waktu
yang panjang terutama untuk bayi yang tidak minum ASI. Kemungkinan efek probiotik
dalam pencegahan diare melalui perubahan lingkungan
nutrient, mencegah adhesi kuman pathogen pada enterosit, modifikasi toksin atau reseptor
toksin efek trofik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient dan imunomodulasi.
Pemberian makanan selama
anka mampu
menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makannya timbul kembali setelah
28
Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma>150 mmol/L memerlukan pemantauan
berkala yang ketat. Tujuanya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahanlahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena
dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit
29
adalah cara terbaik dan paling aman. Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat
dilakukan menggunakan cairan 0,45% saline-5% dextrose selama 8 jam. Hitung
kebutuhan cairan menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium
plasma setelah 8jam. Bila normal lanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya
lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk
rumatan gunakan 0,18% saline-5% dekstrose, perhitungkan untuk 24 jam.
Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infuse setelah pasien dapat
kencing. Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan. lanjutkan
pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti.1
-
Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung
sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130 mmol/L). Hiponatremia sering
terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan odema.
Oralit aman dan efekstif untuk terapi dari hamper semua anak dengan hiponatremi.
Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi
yaitu : memakai ringer laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125kadar Na serum yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh
diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak
boleh melebihi 2 mEq/L/jam.1
Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium
glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit dengan monitor
detak jantung.1
Hipokalemia
Diakatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menuurut kadar K:
jika kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila
<2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan
30
31
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil sebagai
akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa perut kembung,
muntah, peristaltic usu berkurang atau tidak ada. Pengobatan dengan cairan per oral
dihentikan, beri cairan parenteral yang mengandung banyak K.3
6. Kejang3
o Hipoglikemia: terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila penderita
dalam keadaan koma, glukosa 20% harus diberika iv, dengan dosis 2,5
mg/kgBB, diberikan dalam waktu 5 menit. Jika koma tersebut disebabkan
oleh hipoglikemia dengan pemberian glukosa intravena, kesadaran akan
cepat pulih kembali.
o kejang demam
o Hipernatremia dan hiponatremia
o penyakit pada susunan saraf pusat, yang tidak ada hubungannya dengan
diare, seperti meningitis, ensefalitis atau epilepsy.
7. Malbasorbsi dan intoleransi laktosa
Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu formula selama
diare dapat menyebabkan:3
-
Tindakan:
a. Mencampur susu dengan makanan lain untuk menurunkan kadar laktosa dan
menghidari efek bolus
b. Mengencerkan susu jadi -1/3 selama 24 -48 jan. Untuk mangatasi
kekeurangan gizi akibat pengenceran ini, sumber nutrient lain seperti
makanan padat, perlu diberikan.
c. Pemberian yogurt atau susu ynag telah mengalami fermentasi untuk
mengurangi laktosa dan membantu pencernaan oleh bakteri usus.
32
33
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar
dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan
dapat juga mengurangi resiko diare antara lain:
a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member makan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status , gizi anak.
c. Imunisasi campak. Pada balita 1-7% kejadian diare behrunbungan dengan
campak, dan diare yang etrjadi umunya lebih berat dan lebih lama (susah diobati,
cenderung menjadi kronis) karena adanya kelainan pada epitel usus.
Diperkirakan imunisasi campak yang mencakup 45-90% bayi berumur 9-11
bulan dapat mencegah 40-60% kasus campak, 0,6-3,8% kejadian diare dan 625% kematian karena diare pada balita.1,3
d. Vaksin rotavirus, diberikan untuk meniru respon tubuh seperti infeksi alamiah,
tetapi infeksi pertama oleh vaksin tidak menimbulkan, manifestasi diare. Di
dunialah beredar 2 vaksin rotavirus oral yang diberikan sebelum usia 6 bulan
dalam 2-3 kali pemberiian dengan interval 4-6 minggu. 1,8,16,17,18
B. Prognosis
Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar (90%)
kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%)
akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%( akan menjadi
diare persisten.8
34
BAB III
STATUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama
: F
No. RM
: 28 00 83
Tanggal Lahir
: 1 Mei 2016
Usia
: 2 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
Alamat
Agama
: katholik
Tanggal Masuk
: 01 Mei 2016
Waktu Masuk
: 23.20 Wita
35
B. PEMERIKSAAN
1. ANAMNESIS
a) Keluhan Utama
: berak encer
b) Anamnesis Terpimpin :
Pasien dibawa ke Puskesmas dengan keluhan berak encer sejak 3 jam yang
lalu dengan konsistensi encer sedikit ampas dengan frekuensi 10 x disertai mual
muntah dengan frekuensi 4 kali.
c) Riwayat Penyakit Terdahulu
d) Riwayat pengobatan
e) Riwayat penyakit Keluarga
X 100 %
b. Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Berat Badan
: 100/60 mmHg
: 90x/ menit
: 22x/ menit
: 37,6 oC
:
c. Kepala
36
Kesan normal, tidak ada tanda trauma atau benjolan, ubun-ubun besar
menutup, muka simetris, rambut hitam, lurus, tidak mudah dicabut,
d. Mata
Konjungtiva kanan dan kiri pucat (-), tidak ada sclera ikterik pada kedua
mata, udema palpebral -/-, dan cekung -/-. Pendarahan congjuntivita (-)
e. Telinga
Bentuk normal, tidak ada secret, cairan, luka maupun perdarahan. Fungsi
pendengaran baik.
f. Hidung
Bentuk auricular normal, septum nasi ditengah, tidak ada deviasi, mukosa
tidak hiperemis, tidak ada edema concha. Tidak terdapat secret pada kedua
lubang hidung dan epistaksis (-).
g. Tenggorokan
T1/T1 Hiperemis (+), trachea ditengah. detritus (+)
h. Gigi dan mulut
Bibir tampak normal serta tidak kering, tidak ada sianosis dan tidak ada
stomatitis, lidah kotor dan tonsil T1-T1, hiperemis (+)
i. Leher
Tidak tampak adanya luka maupun benjolan. Tidak teraba adanya pembesaran
kelenjar getah bening dan tidak ada kaku kuduk, tasbeh(-)
j. Thoraks
a) Inspeksi
k. Batas Jantung
a)
b)
c)
d)
Batas atas
: Incisura costalis space 3
Batas bawah : Incisura costalis space 6
Batas kanan : Linea parasternalis dextra
Batas kiri
: Linea medioclavicularis sinistra
e) Auskultasi
: Bunyi paru vesicular +/+, ronkhi -/-, wheezing
-/-, bunyi jantung S1, S2 murni, murmur (-), gallop(-).
l. Abdomen
f) Inspeksi
distensi (+)
: Thympani (+)
: Peristaltik (+) kesan meningkat
m. Punggung
Tampak normal, tidak terlihat kelainan bentuk tulang belakang, tampak
skoliosis (-), gibbus (-)
n. Ekstremitas atas dan bawah
Akral hangat, edema pada ekstremitas bawah -/-. , tes rumple leede (-)
o. Alat Kelamin
Tidak diperiksa
3. DIAGNOSIS SEMENTARA
38
Tanggal 08/07/14
KU : Sakit Sedang, TD : 110/70 mmhg P : 28 x/menit N : 100x/menit S : 38oC
S
- Nafsu makan
: menurun
- BAB
: encer 2x
- BAK
: lancar
Terapi:
-
Tanggal 09/07/14
KU : Sakit Sedang TD : 90/70 mmhg P : 28 x/menit N : 108x/menit lemah S :
37,6oC
39
Terapi :
- IVFD RL-30 tts/menit
- Ceftriaxone 2x500 mg IV
- Diet lunak
- PCT 3 x tab
- Dexanta syrup 3x1
- Minum banyak
- Awasi tanda vital per 3 jam
Anjuran : Cek trombosit
Tanggal 09/07/14 Jam 14.00
S
: - Pasien mengeluh sesak (+)
- Nyeri perut kanan atas (+)
O
: - Retraksi (-)
- BP Vesikuler Rh+/+, Wh -/- BJ I/II murni reguler, bising (-)
- Peristaltik (+) Kesan : meningkat
- Nyeri tekan hipokondrium dextra
- Petekie (+)
- Tidak ada tanda pendarahan baru
40
Terapi :
-
IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxon 2 x 500 mg
PCT 3 x tab
Diet lunak
Dexantha syrup 2x1
Banyak minum
Awasi tanda vital per 3 jam
Instruksi :
- Periksa Lab : trombosit
Tanggal 10/07/14 jam 19.00
S
: pasien mengeluh BAB encer 5x dan berdarah di awal BAB
O
: - Retraksi (-)
41
Tanggal 11/07/14
KU : Baik TD : 90/70 mmhg P : 22 x/menit N : 105x/menit lemah
S : 36,6oC
S
: - Demam (-), Menggigil (-), kejang (-)
- Batuk (-), Lendir (-), Sesak (-)
- Mual (-), Muntah (-), Nyeri perut (-)
- Nafsu Makan
: Baik
- BAK
: Lancar
- BAB
: BAB 5x encer berampas
O
Terapi :
-
IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxon 2 x 500 mg
PCT 3x tab
Diet lunak
Dexanta syrup 3x1
Banyak minum
Awasi tanda vital per 3 jam
42
Instruksi :
-
Cek trombosit
Tanggal 12/07/14
KU : baik TD : 90/60 mmhg P : 22 x/menit N : 105x/menit S : 36,6oC
S
: - Demam (-), Menggigil (-), kejang (-)
- Batuk (-), Lendir (-), Sesak (+)
- Mual (-), Muntah (-), Nyeri perut (-)
- Nafsu Makan
: Mulai membaik
- BAK
: biasa
- BAB
: Belum BAB
O
Terapi :
-
Terapi Lanjut
Instruksi dokter :
- Boleh pulang dengan berobat jalan asal trombosit 50 x 103
Tanggal 13/07/14
KU : baik TD : 100/70 mmhg P : 22 x/menit N : 96x/menit S : 36,8oC
S
: - Demam (-), Menggigil (-), kejang (-)
- Batuk (-), Lendir (-), Sesak (+)
- Mual (-), Muntah (-), Nyeri perut (-)
- Nafsu Makan
: baik
- BAK
: biasa
- BAB
: lancar
O
Hasil
Satuan
5.26
15.1
42.4
81
28.8
35.6
12.2
126
8.4
0.1071
14.3
2.8
106/mm3
gr/dl
%
m3
Pg
g/L
%
103/mm3
m3
%
%
103/mm3
Nilai
normal
45
12 -16
36 48
84 96
28 34
32 36
37 50
140 400
11 18
5 10
Hasil
Satuan
5.54
16.3
45.6
81
28.9
35.7
12.3
19
10.1
0.0191
23.3
2.7
106/mm3
gr/dl
%
m3
Pg
g/L
%
103/mm3
m3
%
%
103/mm3
Nilai
normal
45
12 -16
36 48
84 96
28 34
32 36
37 50
140 400
11 18
5 10
44
Hasil
Satuan
5.39
15.4
42.5
79
28.6
36.3
12.8
29
10.1
0.0291
24.5
4.4
10
106/mm3
gr/dl
%
m3
Pg
g/L
%
103/mm3
m3
%
%
103/mm3
mm/jam
Nilai
normal
45
12 -16
36 48
84 96
28 34
32 36
37 50
140 400
11 18
5 10
Hasil
Satuan
4.71
13.6
38.4
82
28.8
35.4
12.6
37
9.6
0.0351
20.0
4.5
106/mm3
gr/dl
%
m3
Pg
g/L
%
103/mm3
m3
%
%
103/mm3
Nilai
normal
45
12 -16
36 48
84 96
28 34
32 36
37 50
140 400
11 18
5 10
Hasil
Satuan
4.40
12.7
36.0
82
28.9
35.3
106/mm3
gr/dl
%
m3
Pg
g/L
Nilai
normal
45
12 -16
36 48
84 96
28 34
32 36
45
RDW
PLT
MPV
PCT
PDW
WBC
11.9
55
9.0
0.0491
16.5
5.0
%
103/mm3
m3
%
%
103/mm3
37 50
140 400
11 18
5 10
Quo ad Vitam
Quo ad Functionem
Quo ad Sanationam
: Dubia ad Bonam
: Dubia ad Bonam
: Dubia ad Bonam
46