Anda di halaman 1dari 46

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TUGAS
Mei 2016

DIARE

OLEH :
kelompok II:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Diansri pratiwi syam, S.Ked.


Desti monashari Assagaf, S.Ked.
Elisa Vina Jayanti, S.Ked.
Muflih Masyar, S.Ked.
Riski amalia saputri, S.Ked.
Syamsiah, S.Ked.

Pembimbing :
dr.Hj. Syamsiah Densi ,MARS

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
1

BAB I
PENDAHULUAN
Puskesmas adalah pusat pengembangan pembinaan, dan pelayanan sekaligus
merupakan pos pelayanan terdepan dalam pelayanan pembangunan kesehatan masyarakat
yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan
pada masyarakat yang bertempat tinggal dalam wilayah tertentu (Depkes RI, 2001).
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk
di Indonesia, dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada
anak, terutama usia dibawah 5 tahun.1,2 Selain itu diare juga menjadi masalah kesehatan
yang paling umum bagi para pelancong dari negara-begara industry yang menguunjungi
daerah-daerah berkembang, terutama di daerah tropis. Perkiraan konservatif menempatkan
angka kematian global dari penyakit diare sekitar dua juta kematian pertahun (1,7 juta-2,5
juta kematian), merupakan peringkat ketiga diantara semua penyebab kematian penyakit
menular di seluruh dunia.2
Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare sedangkan di
Indonesia hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian
bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia 24%, untuk golongan 1-4 tahun
penyebab kematian karena diare 25,2% dibanding pneumonia 15,5%. 1 Dari daftar urutan
penyebab kunjungan Puskesmas/ Balai pengobatan, hamper selalu termasuk dalam
kelompok 3 penyebab utama ke puskesmas. Angka kesakitannya adalah sekitar 200-400
kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia
diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunya, sebagian
besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah umur 5 tahun (+ 40 juta kematian).
Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kalo kejadian diare. Sebagian dari
penderita (1-2%) akan jatuh dalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60%
diantaranya dapat meninggal.3
Dari pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5-2 juta penderita penyakit
diare yang berobat rawat jalan ke sarana kesehatan pemerintah. Jumlah ini adalah sekitar 10
2

% dari jumlah penderita yang datang berobat untuk seluruh penyakit, sedangkan jika ditinjau
dari hasil survey rumah tangga(LRKN) 1972 diantara 8 penyakit utama, ternyata persentase
penyakit diare yang berobat sangat tinggi, yaitu 72% dibandingkan 56% untuk rata-rata
penderita seluruh penyakit yang memperoleh pengobatan.3
Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebanya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit,
akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma
malabsorbsi. Diare karena virus umunya bersifat self limting, sehingga aspek terpenting
yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab
utama kematian dan menjamin nutrisi untuk mencegah gavirus merngguan pertumbuhan
akibat diare.1
Rotavirus merupakan penyebab tertinggi dari kejadian diare akut baik dinegar
berkembang maupun negara maju. Di Indonesi menurut penelitian Soenarto yati dkk pada
anak yang dirawat di rumah sakit karena diare 60% persennya disebabkan oleh Rotavirus.4
Diare juga erat hubununganya dengan kejadian kuran gizi. Setiap episode diare dapat
menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anorexia dan berkurangnya kemapuan
menyerap sari makanan, sehingga apabila episodenya berkepanjangan akan berdampak pada
pertumubuhan dan kesehatan anak.1

BAB II
PROFIL PUSKESMAS BATUA
A. Sejarah Organisasi
Puskesmas BATUA di resmikan pada tanggal 1 april 1994 oleh Menteri Kesehatan
dr. H.Suarjono Suryaningrat dan pertama kali istilahnya adalah PHC (Public Health
Center).
Pada tahun 1975 Public Health Center berubah menjadi puskesmas panakukang
serta di bangun beberapa pustu yaitu: Pustu Tamangapa,Pustu Antang,Pustu Karuwusi
dan Pustu Tamamaung. Pada tahun 1987 berubah menjadi puskesmas batua serta menjadi
puskesmas induk,sedandkan pustu tamangapa,pustu antang,pustu karuwusi dan pustu
tamamaung telah menjadi puskesmas. Pada tahun 1991 puskesmas batua di bangun pustu
toddopuli sebagai pustu di wilayah kerja puskesmas batua.
Sejak berdirinya puskesmas batua telah mengalami beberapa pergantian kepala
puskesmas dan sekarang ini di jabat oleh Dr. Hj. Syamsiah. Densi, R. MARS. Puskesmas
batua terletak di Jl. Abdullah Dg. Sirua Kecamatan Manggala. Adapun wilayah kerja
puskesmas batua adalah:
1. Kecamatan panakukang
a. Kelurahan paropo
b. Kelurahan Tello baru
2. Kecamatan Manggala
a. Kelurahan batua
b. Kelurahan borong
B. Keadaan Geografis
Puskesmas batua adalah salah satu puskesmas yang berada di kecamatan Manggala.
Batas wilayah kerja puskesmas batua adalah :

Sebelah utara : Berbatasan dengan kelurahan tello baru


Sebelah selatan : Berbatasan dengan kelurahan Borong
Sebelah timur : Berbatasan dengan kelurahan paropo
Sebelah barat : Berbatasan dengan kelurahan Antang

C. Keadaan Penduduk

Kependudukan

Jumlah kenduduk di wilayah puskesmas batua 12,548 jiwa dimana penduduk laki-laki
sebesar 6234 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 6314 jiwa.
Persebaran penduduk
Persebaran penduduk pada wilayah kelurahan tidak sama, disamping itu adanya

kebijakkan pemerintah tentang penetapan lokasi pembangunan rumah pemukiman


penduduk serta lokasi untuk pembangunan industri, perdagangan, saran transportasi,
pertanian dan lain-lain.
D. Luas wilayah
Puskesmas batua mempunyai kerja yang meliputi3 kelurahan ini berada di Daerah
pemukiman perkotaan. Adapun luas 3 kelurahan tersebut adalah :
-

Kelurahan Tello seluas 227 Ha


Kelurahan Batua seluas 12.039 Ha
Kelurahan Borong seluas 132 Ha

E. Wilayah kerja
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagai dari kecamatan ( ratarata 30.000 penduduk) factor kepadatan penduduk,luas daerah keadaan infrastruktur
lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menetukan wilayah kerja puskesmas.
Untuk merupakan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang
dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yaitu Puskesmas pembantu
( pustu),puskesmas keliling (puskel),posyandu dan Bidan Desa.
F. Tugas Dan Fungsi Puskesmas
Yakni untuk mengembangkan ,meningkatkan dan melakasanakan pelayanan kesehtan
secara merata dan bersifat menyeluruh kepada setiap lapisan masyarakat yang
optimal.pelayanan kesehatan yang diberikan dipuskesmas adalah pelayanan kesehatan
yang meliputi :
a.
b.
c.
d.

Pelayanan pengobatan (kuratif)


Upaya pencegahan (Preventif)
Peningkatkan kesehatan (Promotif)
Pemulihan kesehatan (Rehabilitas)

Yang ditujukan kepada segenap lapisan masyarakat dan tidak dibedakan jenis kelamin
dan golongan umur,sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.
Puskesmas merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang berfungsi :
a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya
b. Membina peran serta masyarakat diwilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat.
c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat kerjanya
Kegiatan- kegiatan puskesmas terdiri dari 18 kegiatan :
1. Kesejateran ibu dan anak (KIA)
2. Keluarga berencana (KB)
3. Usaha peningkatkan Gizi
4. Kesehtan lingkungan
5. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Pengobatan,termasuk pelayanan Darurat karena kecelakaan
7. Penyuluhan kesehatan masyarakat
8. Kesehatan sekolah
9. Kesehatan olahraga
10. Perawatan kesehatan masyarakat
11. Kesehatan kerja
12. Kesehatan Gizi dan Mulut
13. Kesehatan jiwa
14. Kesehatan Mata
15. Laboraturim sederhana
16. Pencatatan dan Pelaporan dalam rangka system informasi kesehatan
17. Kesehatan lanjut usia
18. Pembinaan Pengobatan Tradisional dan Kefarmasian
G. Organisasi Puskesmas Secara Umum
Struktur organisasi suatu puskesmas disesuaikan dengan keadaan masing-masing daerah
contoh struktur organisasi puskesmas secara umum yaitu :
Personalia di Puskesmas teridi dari 3 unsur :
a) Unsur pimpinan
: pimpinan puskesmas
b) Unsur pembantu pimpinan
: urusan tata Usaha
c) Unsur pelaksanaan
1. Unit terdiri dari tenaga dalam jabatan fungsional
2. Unit terdiri dari tenaga pada kegiatan dan fasilitas daerah masing masing yaitu:
Dari 7 unit di Puskesmas adalah:
6

Unit 1 : Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


Unit 2 : Peningkatan Kesehatan Keluarga
Unit 3 : Pemeliharaan Kesehatan Rujukan
Unit 4 : Lingkungan Penyuluh Peran serta Masyarakat
Unit 5 : Perawatan
Unit 6 : Penunjang
Unit 7 : Pelaksanaan Khusus

H. Visi Dan Misi


Visi Puskesmas Batua
Menjadi puskesmas dengan pelayanan terbaik di Kota Makassar
Misi Puskesmas Batua
1.
2.

Meningkatkan sarana dan prasarana


Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam pelaksanaan pelayanan

3.
4.
5.
6.

kesehatan secara berkelanjutan


Mengembangkan jenis layanan dan mutu pelayanan kesehatan
Meningkatkan system informasi dan manajemen Puskesmas
Mengembangkan kemitraan
Meningkatkan upaya kemandirian masyarakat

Motto Puskesmas Batua SEGAR

Senyum
merupakan modal dalam member pelayanan
Efektif
denganpelayanan tepat guna, berdaya guna, berhasil guna
Gerakan
adalah upaya cepat tindakan dalam pemberian layanankesehatan masyarakat
Amal
merupakan bentuk kerelaan hati petugas dalam member pelayanan
Ramah
adalah sikap yang tertanam dalam jiwa petugas kesehatan

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasnya (>3x perhari) disertai perubahan konsistensi tinja(menjadi cair), dengan atau
tanpa darah dan atau lendir.3
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air
besar lebih dari 3-4 kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat
fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak
tergolong diare , tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya
perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare
yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistesinya menjadi cair
yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang
anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistesinya cair, keadaaan ini sudah
dapat disebut diare.1
B. Cara penularan dan faktor resiko.

Cara penularan diare pada umumnya melalui fekal oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita
atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.
(4F= field, flies, fingers, fluid).1
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain:tidak
memberikan ASI secara penuh selama 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya
penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan atau MCK,
kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang
tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor
pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain: gizi
buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunya motilitas usus,
menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik. 1
1. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi
tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan
pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar
antibody ibu, berkurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang
mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau
binatang pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen merangsang
paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang yang
membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar
dan pada orang dewasa.1
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini
meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. pada
infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja
penderita mengandung virus, bakteri, atau kista protozoa yang infeksius. Orang
dengan infeksi yang asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak
eneteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga
kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.1
9

3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. di daerah tropis,
diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena
virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. didaerah tropic
(termasuk Indonesia) diare yang disebabkan rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun
dengan peningkatan sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri terus
meningkat pada musim hujan.1
4. Epidemi dan pendemi
Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan epidemic dan
pandemic dan mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua
golongan usia. sejak tahun 1961, cholera yang disebabkan oleh v. cholera 0.1 biotipe
eltor telah menyebar ke negara-negara di afrika, amerika latin, asia, timur tengah,
dan beberapa daerah di amerika utara dan eropa. dalam kurun waktu yang sama
Shigella dysentriae 1 menjadi penyebab wabah yang besar di amerika tengah dan
terakhir di afrika tengah dan asia selatan. Pada tahun 1992 dikenal strain baru Vibrio
cholera 0139 yang menyebabkan epidemic di Asia dan lebih dari 11 negara
mengalami wabah.1
C. Etiologi
Pada saat ini, dengan kemajuan dibidang teknik laboratorium telah dapat
diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare
pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan
virus, bakteri dan parasit. dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah noninflamatory dan inflammatory.1
Enteropatogen menimbulkan non-inflamatory diare melalui produksi enterotoksin
oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan dan/
atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatoyi diare

biasanya disebabkan oleh

bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau memproduksi sitotoksin.1,6


GOLONGAN BAKTERI
Aeromonas
Bacillus cereus

GOLONGAN VIRUS
Astrovirus
Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)

GOLONGAN PARASIT
Balantidiom coli
Blastocystis homonis
10

Canpilobacter jejuni
Enteric adenovirus
Crytosporidium parvum
Clostridium perfringens
Corona virus
Entamoeba histolytica
Clostridium defficile
Rotavirus
Giardia lamblia
Eschercia coli
Norwalk virus
Isospora belli
Plesiomonas shigeloides
Herpes simplek virus
Strongyloides stercoralis
Salmonella
Cytomegalovirus
Trichuris trichiura
Shigella
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica
Tabel 1. Penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia

Tabel 2. Frekuensi Enteropatogen penyebab diare pada anka usia <5 tahun

Tabel 3. Tabel Enteropatogen pathogen penyebab diare yang tersering berdasarkan umur 7

11

Diasamping itu penyebab diare nonifeksi yang dapat menimbulkan daire pada anak antara
lain:
Kesulitan makanan

Defek anatomis

Neoplasma

Neuroblastoma

Phaeochromocytoma

Sindroma Zollinger Ellison


Lain-lain:

Malrotasi

Infeksi non gastrointestinal

Penyakit Hirchsprung

Alergi susu sapi

Short Bowel Syndrome

Penyakit Crohn

Atrofi mikrovilli

Defisiensi imun

Stricture

Colitis ulserosa

Ganguan motilitas usus

Malabsorbsi

Pellagra
Keracunan makanan

Defesiensi disakaridase

logam berat

Malabsorbsi glukosa dan galaktosa

Mushrooms

Cystic fibrosis

Cholestosis

Penyakit celiac
Endokrinopati

Thyrotoksikosis

Penyakit Addison

Sindroma Androgenital
Tabel 4. Penyebab diare nonifeksi pada anak

12

D. Manifestasi klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya bila
terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologic. Gejala gastrointestinal
bias berupa diare, kram perut, dan munth. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi
tergantung pada penyebabnya.1
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion
natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah
dan kehilangan air juga akan meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolic, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling
berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila
tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisistas plasma dapat berupa
dehidrasi isotonic, dehidrasi hipertonik ( hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut
derajat dehidrasinya bias tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi
berat.1
Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enteric pathogen antara lain :
vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomyelitis, meningitis, pneumonia,
hepatitis, peritonitis dan septic tromboplebitis. Gejala neurolgik dari infeksi usus bias berupa
parestesia ( akibat makan ikan, kerang, monosodium glutamate), hipotoni dan kelemahan
otot.
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat dehidrasi.
Panas badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare. Nyeri perut yang
lebih hebat dan tenesmus terjadi pada perut bagian bawah serta rectum menunjukan
terkenanya usus besar. Mual dan muntah adalah symptom yang nonspesifik akan tetapi
muntah mungkin disebabkan oleh karena mikroorganisme yang menginfeksi saluran cerna
bagian atas seprti:enteric virus, bakteri yang memproduksi enteroroksin, giardia, dan
cryptosporidium.
Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya penderita tidak
panas atu hanya subfebris, nyeri perutperiumbilikal tidak berat, watery diare, menunjukan
13

bahwa saluran makan bagian atas yang terkena. Oleh karena pasien immunocompromise
memerlukan perhatian khusus, informasi tentang adanya imunodefisiensi atau penyakit.
Rotavirus

Shigella

Salmonella

ETEC

EIEC

Kolera

Masa Tunas

17-72 jam

24-48 jam

6-72 jam

6-72 jam

6-72 jam

48-72 jam

Panas

++

++

++

Mual, muntah

Sering

Jarang

Sering

Sering

Nyeri perut

Tenesmus

Tenesmus, kramp

Tenesmus,kolik

Tenesmus, kramp

Kramp

Nyeri kepala

lamanya sakit

5-7 hari

>7hari

3-7 hari

2-3 hari

variasi

3 hari

Volume

Sedang

Sedikit

Sedikit

Banyak

Sedikit

Banyak

Frekuensi

5-10x/hari

>10x/hari

Sering

Sering

Sering

Terus menerus

Konsistensi

Cair

Lembek

Lembek

Cair

Lembek

Cair

Darah

Kadang

Bau

Langu

Busuk

Amis khas

Warna

Kuning hijau

Merah-hijau

Kehijauan

Tak berwarna

Merah-hijau

Seperti air cucuian beras

Leukosit

Lain-lain

anorexia

Kejang+

Sepsis +

Meteorismus

Infeksi sistemik+

Gejala klinis :

Sifat tinja:

Tabel 5. Gejala klinis diare akut oleh berbagai penyebab

14

E. Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare,
frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila
disertai muntah volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau
tidak kencing dalam 6-8jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama
diare. Adakahh panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis
media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: member
oralit, memabwa berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-obatan yang
diberikan serta riwayat imunisasinya.1
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tandatanda tambahan lainya:ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak,
ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.1
Pernpasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis metabolic. Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas
perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang
terjadi. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara:
objektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare.
Subjektif dengan menggunakan criteria WHO dan MMWR.1
Symptom

Minimal atau tanpa dehidrasi,

Dehidrasi

kehilangan BB<3%

kehilangan BB 3%-9%

ringan

sedang,

Dehidrasi
BB>9%

berat,

kehilangan

Kesadaran

Baik

Normal, lelah, gelisah, irritable

Apatis, letargi, idak sadar

Denyut jantung

Normal

Normal meningkat

Takikardi,

bradikardi,

(kasus

berat)
Kualitas nadi

Normal

Normal melemah

Lemah, kecil tidak teraba

Pernapasan

Normal

Normal-cepat

Dalam

Mata

Normal

Sedikit cowong

Sangat cowong

Air mata

Ada

Berkurang

Tidak ada

Mulut dan lidah

Basah

Kering

Sangat kering

Cubitan kulit

Segera kembali

Kembali<2 detik

Kembali>2detik

15

Cappilary refill

Normal

Memanjang

Memanjang, minimal

Ekstremitas

Hangat

Dingin

Dingin,mottled, sianotik

Kencing

Normal

Berkurang

Minimal

Tabel.6 Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003


Penilaian

Keadaan umum

Baik,sadar

*Gelisah,rewel

*lesu,lunglai/tidak sadar

Mata

Normal

Cekung

Sangat cekung

Air mata

Ada

Tidak ada

Kering

Mulut dan lidah

Basah

Kering

Sangat kering

Rasa haus

Minum biasa,tidak haus

*haus ingin minum banyak

*malas minum atau tidak bias

Lihat:

minum
Periksa: turgor kulit

Kembali cepat

*kembali lambat

*kembali sangat lambat

Hasil pemeriksaan

Tanpa dehidrasi

Dehidrasi ringan/sedang

Dehidrasi berat

Bila ada 1 tanda* ditambah 1

Bila ada 1 tanda* ditambah 1 atau

atau lebih tanda lain

lebih tanda lain

Rencana terapi B

Rencana terapi C

Terapi

Rencana terapi A

Tabel 7. Penetuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995


Menurut tonisistas darah, dehidrasi dapat dibagi menjadi:3

dehidrasu isotonic, bila kadar Na+ dalam plasma antara 131-150 mEq/L

dehidrasi hipotonik, bila kadar Na+<131 mEq/L

dehidrasi hipertonik, bila kadar Na+>150 mEq/L

Gejala

Hipotonik

Isotonik

Hipertonik

Rasa haus

Berat badan

Menurun sekali

Menurun

Menurun

Turgor kulit

Menurun sekali

Menurun

Tidak jelas

Kulit/ selaput lendir

Basah

Kering

Kering sekali

16

Gejala SSP

Apatis

Koma

Irritable, apatis, hiperfleksi

Sirkulasi

Jelek sekali

Jelek

Relatif masih baik

Nadi

Sangat lemah

Cepat dan lemah

Cepat, dan keras

Tekanan darah

Sangat rendah

Rendah

Rendah

Banyaknya kasus

20-30%

70%

10-20%

Tabel 8. Gejala dehidrasi menurut tonisitas


3.

Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperkukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur urine
dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang
kadang-kadang diperlukan pada diare akut:1
darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur

dan tes kepekaan terhadap antibiotika


urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika
tinja:
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua
penderita dengan diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak
dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa mucus atau darah biasanya
disebabkan oleh enteroksin virus, prontozoa, atau disebabkan oleh
infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yanga mengandung darah
atau mucus bias disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan
sitotoksin bakteri enteronvasif yang menyebabkan peradangan mukosa
atau parasit usus seperti : E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila
terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi
dengan E.hystolitica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan
pada infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan
Strongyloides.
17

Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi


tinja, bau tinja, adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja
tidak terlalu banyak berkolerasi dengan penyebab diare. Warna hijau
tua berhubungan dengan adnya warna empedu akibat garam empedu
yang dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada keadaan bacterial
overgrowth. Warna merah akibat adanya darah dalam tinja atau obat
yang dapat menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin.
Konsistensi tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yag berbusa
menunjukan adanya gas dalam tinja kaibat fermentasi bakteri. Tinja
yang berminyak, lengket, dan berkilat menunjukan adanya lemak
dalam tinja. Lendir dalam tinja menggambarkan kelainan di kolon ,
khususnya

akibat

infeksi

bakteri.

Tinja

yang

sangatberbau

menggambarkan adanya fermentasi oleh bakteri anaerob dikolon.


Pemeriksaan pH tinja menggunakan kertas lakmus dapat dilakukan
untuk menentukan adanya asam dalam tinja. Asam dalam tinja tersebut
adalah asam lemak rantai pendek yang dihasilkan karena fermentasi
laktosa yang tidak diserap di usus halus sehingga masuk ke usus besar
yang banyak mengandung bakteri komensial. Bila pH tinja<6 dapat
dainggap sebagai malabsorbsi laktosa.8
Pada diare akut sering terjadi defisiensi enzim lactose
sekunder akibat rusaknya mikrofili mukosa usus halus yang banyak
mengandung enzim lactase. Enzim laktsae merupakan enzim yang
bekerja memecahkan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, yangs
elanjutnya diserap di mukosa usus halus, Salah satu cara menentukan
malabsorbsi laktosa adalah pemeriksaan clinitest dikombinasi dengan
pemeriksaan pH tinja. Pemeriksaan clinitest dilakukan dengan prinsip
melihat perubahan reaksi warna yang terjadi antara tinja yang diperiksa
dengan tablet clinitest. Prinsipnya adalah terdapatnya reduktor dalam
tinja yang mengubah cupri sulfat menjadi cupri oksida. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara mengambil bagian cair dari tinja segar
18

(sebaiknya tidak lebih dari 1 jam). Sepuluh tetes air dan 5 tetes bagian
cair dari tinja diteteskan kedalam gelas tabung, kemudian ditambah 1
tablet clinitest. Setelah 60 detik maka perubahan warna yang terjadi
dicocokan dengan warna standart. Biru berarti negative, kuning tua
berarti positif kuat (++++=2%), antara kuning dan biru terdapat variasi
warna hijau kekuningan (+=1/2%), (++=3/4%), (+++=1%). Sedangkan
terdapatnya lemak dalam tinja lebih dari 5 gram sehari disebut sebagai
steatore.8
b. Pemeriksaan mikroskopik
Infeksi bakteri invasive ditandai dengan ditemukannya
sejumlah besar leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya proses
inflamasi. Pemeriksaan leukosit tinja dengan cara mengambil bagian
tinja yang berlendir seujung lidi dan diberi tetes eosin atau Nacl lalu
dilihat dengan mikroskop cahaya:5
bila terdapat 1-5 leukosit perlapang pandang besar disebut
negative
bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut
(+)
bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut
(++)
bila terdapat leukosit lebih

dari lapang pandang besar

disebut (+++)
bila leukosit memenuhi seluruh lapang pandang besar disebut
(++++)
Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja dengan
sudan III yang mengandung alcohol untuk mengeluarkan lemak agar dapat
diwarnai secara mikroskopis dengan pembesarn 40 kali dicari butiran lemak
dengan warna kuning atau jingga. Penilaian berdasarkan 3 kriteria:8

(+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari 100
buah per lapang pandang atau sel lemak memenuhi 1/3 sampai
lapang pandang
19

(++) bila tampak sel lemak dnegan jumlah lebih 100 per lapang

pandang atau sel memenuhi lebih dari lapang pandang


(+++) bila didapatkan sel lemak memenuhi seluruh lapang
pandang.
Pemeriksaan parasit paling baik dilakukan pada tinja segar. Dengan

memakai batang lidi atau tusuk gigi, ambilah sedikit tinja dan emulsikan
delam tetesan NaCl fisiologis, demikian juga dilakukan dengan larutan
Yodium. Pengambilan tinja cukup sedikit saja agar kaca penutup tidak
mengapung tetapi menutupi sediaan sehingga tidak terdapat gelembung
udara. Periksalah dahulu sediaan tak berwarna (NaCL fisiologis), karena telur
cacing dan bentuk trofozoid dan protozoa akan lebih mudah dilihat. Bentuk
kista lebih mudah dilihat dengan perwanaan yodium. Pemeriksaan dimulai
dengan pembesaran objekstif 10x, lalu 40x untuk menentukan spesiesnya.
4. Tata laksana
Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi, dukungan
nutrisi, pemberian obat sesuaiindikasi dan edukasi pada orang tua. Tujuan pengobatan:8
1. Mencegah dehidrasi
2. Mengatasi dehidrasi yang telah ada
3. Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan setelah diare
4. Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan
memberikan suplemen zinc
Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi yang
sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:10
1. Rencana terapi A : penanganan diare di rumah
Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah:
20

Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)


Jelaskan pada ibu:
-

pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang
utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.

jika anak memeperoleh ASI eksklusif, beri oralit, atau air matang sebagai
tambahan

jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan berikut ini:
oralit, cairan makanan(kuah sayur, air tajin) atau air matang

Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika:


-

anak telah diobati dengan rencana terapi B atau dalam kunjungan

anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah berat

Ajari pada ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit
(200ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukan pada ibu berapa banyak cairan
termasuk oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairanya
sehari-hari:
-

<2 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali BAB

>2 tahun : 100 samapai 200 ml setiap kali BAB

Katakan pada ibu


-

agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk/ cangkir/gelas

jika anak muntah, tunggu 10 menit. kemudia lanjutkan lagi dengan lebih
lambat.

lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

Beri tablet Zinc


21

Pada anak berumur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari dengan dosis :
-

umur <6 bulan : tablet (10 mg) perhari

umur >6 bulan : 1 tablet (20 mg) perhari

Lanjutkan pemeberian makanan

Kapan harus kembali

2. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi sedang/ ringan dengan oralit. Beri oralit di klinik sesuai yang
dianjurkan selama periode 3 jam.
Usia

<4 bulan

4-11 bulan

12-23 bulan

5.4

Berat badan

<5 kg

5-7,9 kg

8-10,9 kg

Jumlah (ml)

200-400

400-600

600-800

tahun

5-14tahun

>15 tahun

11-15,9 kg

16-29,9 kg

>30 kg

800-1200

1200-2200

2200-4000

Jumlah oralit yang diperlukan 75 ml/kgBB. Kemudian setelah 3 jam ulangi penilaian
dan klasifikasikan kemabali derajat dehidrasinya, dan pilih rencana terapi yang sesuai
untuk melanjutkan pengobatan. Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai
tunjukan cara menyiapkan oralit di rumah, tunjukan berapa banyak larutan oralit yang
harus diberikan dirumah untuk menyelesaikan 3 jam pertama. Beri bungkus oralit yang
cukup untuk rehidrasi dengan menambah 6 bungkus lagi sesuai yang dainjurkan dalam
rencana terapi A. Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman diatas, berikan
sesuai kehilangan cairan yang sedang berlangsung. Untuk anak berumur kurang dari 6
bulan yang tidak menyusu, beri juga 100-200 ml air matang selama periode ini. Mulailah
member makan segera setelah anak ingin amkan. Lanjutkan pemberian ASI. Tunjukan
pada ibu cara memberikan larutan oralit. berikan tablet zinc selama 10 hari.
3. Rencana terapi C (penanganan dehidrasi berat dengan cepat)

22

Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut,
sementara infuse disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat atau ringer asetat (atau
jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl)yang dibagi sebagai berikut.
Umur

Pemberian pertama 30ml/kgBB selama

Pemebrian berikut 70ml/kgBB selama

Bayi (bibawah umur12 bulan)

1 jam*

5 jam

Anak (12 bulan sampai 5 tahun)

30 menit*

2 jam

*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba
Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum membaik, beri tetesan
intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira 5ml/kgBB/jam) segera setelah anak mau
minum, biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak tablet zinc sesuai
dosis dan jadwal yang dianjurkan. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3
jam (klasifikasikan dehidrasi), kemudian pilih rencana terapi) untuk melanjutkan
penggunaan.
Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit ditujukan untuk
memberikan pada penderita:
1. Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit
2. Mengganti cairan kehilangan yang terjadi
3. Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berlangsung.
Pada diare CRO merupakan terapi cairan utama. CRO telah 25 tahun berperan dalam
menurunkan angka kematian bayi dan anak dibawah 5 tahun karena diare. WHO dan
UNICEF berusaha mengembangkan oralit yang sesuai dan lebih bermanfaat. Telah
dikembangkan oralt baru dengan osmolalitas lebih rendah. Keamanan oralit ini sama dengan
oralit yang lama, namun efektifitasnya lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit baru
dengan low osmolalitas ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu
mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%.
Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan WHO dan UNICEF untuk diare akut
non kolera pada anak.1,11
23

PENGOBATAN DIETETIK
Memuasakan penderita diare (hanya member air teh) sudah tidak dilakukanik lagi
karena akan memperbesar kemungkinan terjadinya hipoglikemia dan atau KKP. Sebagai
pegangan dalam melaksanakan pengobatan dietetic diapakai singkatan O-B-E-S-E, sebagai
singkatan Oralit, Breast feeding, Early Feeding, Simultaneously with Education.3
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah sembuh.
Tujuanya adalah memberikan makanan kaya nutrient sebanyak anak mampu menerima.
Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makanya timbul kembali setelah dehidrasi
teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi usus yang
normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrient, sehingga
memburuknya status gizi dapat dicegah atau paling tidak dikurangi. Sebaliknya, pembatasan
makanan akan menyebabkan penurunan berat badan sehingga diare menjadi lebih lama dan
kembalinya fungsi usus akan lebih lama. Makanan yang diberikan pada anak diare
tergantung kepada umur, makanan yang disukai dan pola makan sebelum sakit serta budaya
setempat. Pada umumnya makanan yang tepat untuk anak diare sama dengan yang
dibutuhkan dengan anak sehat.1 Bayi yang minum ASI harus diteruskan sesering mungkin
dan selama anak mau. Peranan ASI selain memberikan nutrisi yang terbaik, juga terdapat
0,05 SIgA/hari yang berperan memberikan perlindungan terhadap kuman pathogen. 12Bayi
yang tidak minum ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling tidak setiap 3 jam.
Pengenceran susu atau penggunaan susu rendah atau bebas laktosa mungkin diperlukan
untuk sementara bila pemberian susu menyebabkan diare timbul kembali atau bertambah
hebat sehingga terjadi dehidrasi lagi, atau dibuktikan dengan pemeriksaan terdapat tinja
yang asam (pH<6) dan terdapat bahan yang mereduksi dalam tinja>0,5%. Setelah diare
berhenti, pemberian tetap dilanjutkan selama 2 hari kemudian coba kembali dengan susu
atau formula biasanya diminum secara bertahap selama 2-3 hari.12
Gejala klinis menghilang

Susu rendah laktosa (ml)

Susu normal (ml)

(hari)
Ke 1

150

50
24

Ke 2

100

100

Ke 3

50

150

Ke 4

200

Tabel 9. Tabel panduan kembali ke susu normal ( untuk setiap 200 ml)
Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan lunak atau
padat, makanan ini harus diteruskan. Paling tidak 50% dari energy diit harus berasal dari
makanan dan diberikan dalam porsi kecil atau sering (6kali atau lebih) dan anak dibujuk
untuk makan. Kombinasi susu formula dengan makanan tambahan seperti serealia pada
umunya dapat ditoleransi dengan baik pada anak yang telah disapih. Makanan padat
memiliki keuntungan, yakni memperlambat pengosongan lambung pada bayi yang minum
ASI atau susu formula, jadi memperkecil jumlah laktosa pada usus halus pr satuan waktu.
Pemberian makanan lebih sering dalam jumlah kecil juga memberikan keuntungan yang
sama dalam mencernakan laktosa dan penyerapanya. Pada anak yang lebih besar, dapat
diberikan makanan yang terdiri dari:makanan pokok setempat misalnya nasi, kentang,
gandum, roti, atau bakmi. Untuk meningkatkan kandungan energinya dapat ditambahkan 510 ml minyak nabati untuk setiap 100ml makanan. Minyak kelapa sawit sangat bagus
dikarenakan kaya akan karoten. Campur makanan pokok tersebut dengan kacang-kacangan
dan sayur-sayuran, serta ditambahkan tahu,tempe, daing atau ikan. Sari buah segar atau
pisang baik untui menambah kalium. Makanan yang berlemak atau makanan yang
mengandung banyak gula seperti sari buah manis yang diperdagangkan, minuman ringan,
sebaiknya dihindari.
Pemberian makanan setelah diare
Meskipun anak diberi makanan sebanyak dia mau selama diare, beberapa kegagalan
pertumbuhan mungkin dapat terjadi teruatama bila terjadai anorexia hebat. Oleh karena itu
perlu pemberian ekstra makanan yang akan zat gizi beberapa minggu setelah sembuh untuk
memperbaiki kurang gizi dan untuk mencapai serta mempertahankan pertumbuhan yang
normal. Berikan ekstra makanan pada saat anak merasa lapar, pada keadaan semacam ini
biasanya anak dapat menghabiskan tambahan 50% atau lebih kalori dari biasanya.1,8,12
25

ZINC
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan
anak. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan
yang optimal. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan
pada efeknya terhadap imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap
proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat
meningkatkan absorbs air dan elektrolit oleh usus halus meningkatkan kecepatan regenerasi
epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang
mempercepat pembersihan patogen di usus. Pengobatan dengan zinc cocok ditetapkan di
negara-negara berkembang seprti Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya
kekurangan zinc di dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya
imunitasnya yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan risiko terjadinya
dehidrasi pada anak. Dosis zinc untuk anak-anak:
-

anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari

anak diatas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anka telah sembuh dari diare.
Untuk bayi tablet zinc diberikan dalam air matang, ASI atau oralit. Untuk anak lebih besar,
zinx dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.1,13
Terapi medikamentosa
Berbagai

macam

obat

telah

digunakan

untuk

pengobatan

diare

seperti

antibiotika:antibiotika, antidiare, adsorben, antiemetic, dan obat yang mempengaruhi


mikroflora usus. Beberapa obat mempunyai lebih dari satu mekanisme kerja, banyak
diantaranya mempunyai efek toksik sistemik dan sebagian besar tidak direkomendasikan
untuk anak umur kurang dari 2-3 tahun. Secara umum dikatakan bahwa obat-obat tersebut
tidak diperlukan untuk pengobatan diare akut.
Antibiotik

26

Antbiotik apda umunya tidak diperlukan pad semua daire akut oleh karena sebagian besar
diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan
antibiotic. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri pathogen seperti
V,cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.coli, Salmonella, Campilobacter, dan sebagainya,1
Penyebab

Antibiotik pilihan

Alternatif

Kolera

Tetracycline 12,5 mg/kgBB

Erythromycin 12,5 mg/kgBB

4x sehari selama 3 hari

4x sehari selama 3 hari

Ciprofloxacin 15 mg/kgBB

Pivmecillinam 20 mg/kg BB

2x sehari selama 3 hari

4x sehari selama 3 hari

Shigella Disentri

Ceftriaxone 50-100 mg/kgBB


1x sehari IM selama 2-5 hari
Amoebiasis

Metronidazole 10 mg/kgBB
3xs ehari selama 5 hari (10 hari pada kasus
berat)

Giadiasis

Metronidazole 5mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari

Obat antidiare
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis dan tidak
diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. Beberapa dari obat-obat ini
berbahaya. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah:1,3
Adsorben
Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine). Obat-obat
ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar kemampuanya untuk mengikat
dan menginaktifasi toksin abkteri atau bahan lain yang menyebabkan diare serta
dikatakan mempunyai kemampuan melindungi mukosa usus. Walaupun demikian,
tidak ada bukti keuntungan praktis dari penggunaan obat ini untuk pengobatan rutin
diare akut pada anak.
27

Antimotilitas
Contoh loperamidhydrocloride, diphenoxylate dengan atropine, tincture opiii,
paregoric, codein). Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare pada orang
dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak. Lebih dari itu dapat
menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat fatal atau dapat memperpanjang
infeksi dengan memperlambat eliminasi dari organisme penyebab. Dapat terjadi efek
sedative pada dosis normal. Tidak satupun dari obat-obatan ini boleh diberikan pada
bayi dan anak dengan diare.
Bismuth subsalicylate
Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada anak
dngan diare akut sebanya 30% akan tetapi, cara ini jarang digunakan.
obat-obat lain:
Anti muntah
Termasuk obat ini seperti prochlorperazine dan chlorpromazine yang dapat
menyebabkan mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi rehidrasi oral.
Oleh karena itu obat anti muntah tidak digunakan pada anak dengan diare, muntah
biasanya berhenti bila penderita telah terehidrasi
PROBIOTIK
Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi
yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang
lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik dalam waktu
yang panjang terutama untuk bayi yang tidak minum ASI. Kemungkinan efek probiotik
dalam pencegahan diare melalui perubahan lingkungan

mikrolumen usus , kompetisi

nutrient, mencegah adhesi kuman pathogen pada enterosit, modifikasi toksin atau reseptor
toksin efek trofik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient dan imunomodulasi.
Pemberian makanan selama

daire harus diteruskan dan ditingkatkan setelah sembuh,

tujuanya adalah memberikan makanan yang kaya nutrient sebanyak

anka mampu

menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makannya timbul kembali setelah
28

dehidrasi teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi


usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrient,
sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau paling tidak dapat dikurangi.
Mekanisme kerja probiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam mukosa
usus belum sepenuhnya jelas tetapi beberapa laporan mneunjukan adanya kompetisi untuk
mengadakan perlekatan dengan enterosit (sel epitel mukosa). Enterosit yang telah jenuh
dengan bakteri probiotik tidak dapat lagi dilekati bakteri yang lain. Jadi dengan adanya
bakteri probiotik di dalam mukosa usus dapat mencegah kolonisasi oleh bakteri patogen.
Lactobacillus strain pada manusia mempunyai kemampuan melekat pada Caco-2 cells dan
sel goblet HT 29-MTX pada sel epitel mukosa usus. Lactobacillus acidophilus LA1 dan
LA3 mempunyai kemampuan melekat yang kuat, tidak tergantung pada calcium, sedangkan
Lactobacillus strain LA10 dan LA18 kemampuan melekatnya rendah. Kemampuan
perlekatan tersebut dapat dihilangkan dengan adanya tripsin. Strain LA1 mempunyai
kemampuan untuk mencegah perlekatan diarrheagenic Eschercia coli (EPEC) dan bakteri
enteroinvasif seperti Salmonella typhymurium, Yersinia tuberculosis. Kemampuan mencegah
perlekatan strain LA1 lebih efektif bila diberikan sebelum atau bersamaan dengan infeksi E
coli daripada setelah infeksi E coli. Disamping mekanisme perlekatan dengna reseptor pada
epitel usus untuk mencegah pertumbuhan bakteri patogen melalui kompetisi, bakteri
probiotik memberi manfaat pada pejamu oleh karena produksi substansi antibakteri
misalnya, asam organik, bacteriocin, microcin, reuterin, volatile fatty acid, hidrogen
peroksida dan ion hidrogen.1,8,14,15
5. Komplikasi1,3
1. Gangguan elektrolit
-

Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma>150 mmol/L memerlukan pemantauan
berkala yang ketat. Tujuanya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahanlahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena
dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit
29

adalah cara terbaik dan paling aman. Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat
dilakukan menggunakan cairan 0,45% saline-5% dextrose selama 8 jam. Hitung
kebutuhan cairan menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium
plasma setelah 8jam. Bila normal lanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya
lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk
rumatan gunakan 0,18% saline-5% dekstrose, perhitungkan untuk 24 jam.
Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infuse setelah pasien dapat
kencing. Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan. lanjutkan
pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti.1
-

Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung
sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130 mmol/L). Hiponatremia sering
terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan odema.
Oralit aman dan efekstif untuk terapi dari hamper semua anak dengan hiponatremi.
Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi
yaitu : memakai ringer laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125kadar Na serum yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh
diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak
boleh melebihi 2 mEq/L/jam.1

Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium
glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit dengan monitor
detak jantung.1

Hipokalemia
Diakatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menuurut kadar K:
jika kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila
<2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan
30

dalam 4 jam. Dosisnya: (3,5-kadar K terukurx BBx0,4 +2 mEq/kgBB/24 jam)


diberikan dalam 4 jam lemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5-kadar K terukurx
BBx 0,4+1/6x2 mEqxBB). Hipokalemia dapat menyebakan kelemahan otot, paralitik
usus, gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan
kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan makanan yang kaya
kalium selama diare dan sesudah diare berhenti1
2. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus. Pada umunya
demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus.
Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul akibat dehidrasi
pada umunya tidak tinggi dan akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup.
Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang demam. Pengobatan: kompres dan/
antipiretika. Antibiotika jika ada infeksi.3
3. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala yang tampak
biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila ada edema otak.
Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat yang diberi larutan
garan faali. Pengobatan dengan pemberian cairan intravena dan atau oral dihentikan,
kortikosteroid jika kejang.3
4. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnay basa cairan
ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang ditandai dengan
pernafasan yang dalam dan cepat (kuszmaull). pemberian oralit yang cukup
mengadung bikarbonas atau sitras dapat memperbaiki asidosis.
5. Ileus paralitik

31

Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil sebagai
akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa perut kembung,
muntah, peristaltic usu berkurang atau tidak ada. Pengobatan dengan cairan per oral
dihentikan, beri cairan parenteral yang mengandung banyak K.3
6. Kejang3
o Hipoglikemia: terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila penderita
dalam keadaan koma, glukosa 20% harus diberika iv, dengan dosis 2,5
mg/kgBB, diberikan dalam waktu 5 menit. Jika koma tersebut disebabkan
oleh hipoglikemia dengan pemberian glukosa intravena, kesadaran akan
cepat pulih kembali.
o kejang demam
o Hipernatremia dan hiponatremia
o penyakit pada susunan saraf pusat, yang tidak ada hubungannya dengan
diare, seperti meningitis, ensefalitis atau epilepsy.
7. Malbasorbsi dan intoleransi laktosa
Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu formula selama
diare dapat menyebabkan:3
-

Volume tinja bertambah


berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasi memburuk
dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.

Tindakan:
a. Mencampur susu dengan makanan lain untuk menurunkan kadar laktosa dan
menghidari efek bolus
b. Mengencerkan susu jadi -1/3 selama 24 -48 jan. Untuk mangatasi
kekeurangan gizi akibat pengenceran ini, sumber nutrient lain seperti
makanan padat, perlu diberikan.
c. Pemberian yogurt atau susu ynag telah mengalami fermentasi untuk
mengurangi laktosa dan membantu pencernaan oleh bakteri usus.

32

d. Berikan susu formula yang tidak mengandung/rendah laktosa, atau ganti


dengan susu kedelai.
8. Malabsorbsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi, atau
penderita dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit dihentikan, berikan cairan
intravena3
9. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang
menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan infeksi
sistemik. Muntah dapat juga disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat.
Tindakan: berikan oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1 sendok makan tiap 2-3
menit), antiemetic sebaiknya tidak diberikan karena sering menyebabkan penurunan
kesadaran.3
10. Akut kidney injury
Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok. Didiagnosis
sebagai AKI bila pengeluaran urin belum terjadi dalam waktu 12 jam setelah hidrasi
cukup.3
A. Pencegahan
1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare
Kuman-kuman patoggen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal oral.
Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara
penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
a. Pemberian ASI yang benar
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
c. Menggunakan air bersih yang cukup

33

d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar
dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan
dapat juga mengurangi resiko diare antara lain:
a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member makan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status , gizi anak.
c. Imunisasi campak. Pada balita 1-7% kejadian diare behrunbungan dengan
campak, dan diare yang etrjadi umunya lebih berat dan lebih lama (susah diobati,
cenderung menjadi kronis) karena adanya kelainan pada epitel usus.
Diperkirakan imunisasi campak yang mencakup 45-90% bayi berumur 9-11
bulan dapat mencegah 40-60% kasus campak, 0,6-3,8% kejadian diare dan 625% kematian karena diare pada balita.1,3
d. Vaksin rotavirus, diberikan untuk meniru respon tubuh seperti infeksi alamiah,
tetapi infeksi pertama oleh vaksin tidak menimbulkan, manifestasi diare. Di
dunialah beredar 2 vaksin rotavirus oral yang diberikan sebelum usia 6 bulan
dalam 2-3 kali pemberiian dengan interval 4-6 minggu. 1,8,16,17,18
B. Prognosis
Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar (90%)
kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%)
akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%( akan menjadi
diare persisten.8

34

BAB III
STATUS PASIEN

Identitas Pasien
Nama

: F

No. RM

: 28 00 83

Tanggal Lahir

: 1 Mei 2016

Usia

: 2 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki - Laki

Alamat

: Jl. Toa dg daeng III

Agama

: katholik

Tanggal Masuk

: 01 Mei 2016

Waktu Masuk

: 23.20 Wita

35

B. PEMERIKSAAN
1. ANAMNESIS
a) Keluhan Utama
: berak encer
b) Anamnesis Terpimpin :
Pasien dibawa ke Puskesmas dengan keluhan berak encer sejak 3 jam yang
lalu dengan konsistensi encer sedikit ampas dengan frekuensi 10 x disertai mual
muntah dengan frekuensi 4 kali.
c) Riwayat Penyakit Terdahulu
d) Riwayat pengobatan
e) Riwayat penyakit Keluarga

: Penyakit yang sama (-), Common cold


: Tidak pernah berobat
: Tidak ada anggota keluarga dalam
satu rumah yang mengalami

gejala yang sama


f) Riwayat kontak dengan penderita : tidak ada kontak dengan penderita
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Sakit Sedang
Composmentis (GCS 15)
Gizi kurang
Status gizi = berat badan actual
Berat badan baku
=
=

X 100 %

b. Tanda Vital

Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Berat Badan

: 100/60 mmHg
: 90x/ menit
: 22x/ menit
: 37,6 oC
:

c. Kepala

36

Kesan normal, tidak ada tanda trauma atau benjolan, ubun-ubun besar
menutup, muka simetris, rambut hitam, lurus, tidak mudah dicabut,
d. Mata
Konjungtiva kanan dan kiri pucat (-), tidak ada sclera ikterik pada kedua
mata, udema palpebral -/-, dan cekung -/-. Pendarahan congjuntivita (-)

e. Telinga
Bentuk normal, tidak ada secret, cairan, luka maupun perdarahan. Fungsi
pendengaran baik.
f. Hidung
Bentuk auricular normal, septum nasi ditengah, tidak ada deviasi, mukosa
tidak hiperemis, tidak ada edema concha. Tidak terdapat secret pada kedua
lubang hidung dan epistaksis (-).
g. Tenggorokan
T1/T1 Hiperemis (+), trachea ditengah. detritus (+)
h. Gigi dan mulut
Bibir tampak normal serta tidak kering, tidak ada sianosis dan tidak ada
stomatitis, lidah kotor dan tonsil T1-T1, hiperemis (+)
i. Leher
Tidak tampak adanya luka maupun benjolan. Tidak teraba adanya pembesaran
kelenjar getah bening dan tidak ada kaku kuduk, tasbeh(-)
j. Thoraks
a) Inspeksi

: Pada keadaan statis dada terlihat simetris

kanan dan kiri, pada keadaan dinamis dinding dada terlihat


simetris kanan dan kiri, tidak terdapat retraksi atau
penggunaan otot pernapasan tambahan. Pulsasi iktus kordis
tidak terlihat.
37

b)Palpasi : Fremitus tidak melemah pada lapangan paru kanan


dan kiri, pulsasi iktus kordis tidak terlihat.
c) Perkusi : Pada lapangan paru didapatkan bunyi sonor, batas
d) Auskultasi

paru hepar didapatkan ICS VI sebelah kanan efusi pleura (-)


: sonor kanan = kiri

k. Batas Jantung
a)
b)
c)
d)

Batas atas
: Incisura costalis space 3
Batas bawah : Incisura costalis space 6
Batas kanan : Linea parasternalis dextra
Batas kiri
: Linea medioclavicularis sinistra
e) Auskultasi
: Bunyi paru vesicular +/+, ronkhi -/-, wheezing
-/-, bunyi jantung S1, S2 murni, murmur (-), gallop(-).

l. Abdomen
f) Inspeksi

: Turgor krang, dinding abdomen ikut gerak

napas dan tidak terlihat adanya penonjolan massa ataupun


adanya luka.
g)Palpasi : Hepar teraba satu jari di bawah arcus costa, lien tidak
teraba, terdapat nyeri tekan abdomen, asites minimal (-),
a) Perkusi
b) Auskultasi

distensi (+)
: Thympani (+)
: Peristaltik (+) kesan meningkat

m. Punggung
Tampak normal, tidak terlihat kelainan bentuk tulang belakang, tampak
skoliosis (-), gibbus (-)
n. Ekstremitas atas dan bawah
Akral hangat, edema pada ekstremitas bawah -/-. , tes rumple leede (-)
o. Alat Kelamin
Tidak diperiksa

3. DIAGNOSIS SEMENTARA
38

Diare dengan dehidrasi sedang

4. PENATALAKSANAAN DAN FOLLOW UP

Tanggal 08/07/14
KU : Sakit Sedang, TD : 110/70 mmhg P : 28 x/menit N : 100x/menit S : 38oC
S

: - Demam (+), menggigil (-), Kejang (-), Nyeri kepala (-)


- Batuk (+), Berlendir (+) , Sesak (+)
- Mual (-), muntah (-), Nyeri perut (+)

- Nafsu makan

: menurun

- BAB

: encer 2x

- BAK

: lancar

: - Pucat (-), Ikterus (-), Sianosis (-),Lidah Kotor (+),


bibir kering(-),
- Gelisah, susah tidur
- BP Vesikuler Rh -/-, wh-/- BJ I/II murni reguler, bising (-)
- Peristaltik (+) kesan : Normal , meteorismus (+)
- petekie (+)

Terapi:
-

IVFD RL-20 tts/menit


Ceftriaxone 2x500mg IV
PCT 3 x tab
Diet
: Makanan Lunak

Tanggal 09/07/14
KU : Sakit Sedang TD : 90/70 mmhg P : 28 x/menit N : 108x/menit lemah S :
37,6oC
39

: - Demam (+), Menggigil (-), kejang (-)


- Batuk (+), Lendir (+), Sesak (-)
- Mual (-), Muntah (-), Nyeri perut (+)
- Nafsu Makan
: Malas
- BAK
: Biasa
- BAB
: encer 1x berwarna hitam
- Pendarahan baru (+) = melena

: - Pucat (-), kterus (-), Sianosis (-)


- Lidah kotor (+), bibir kering (-), Mata Cekung (-)
- BP Vesikuler Rh-/-, Wh -/- BJ I/II murni reguler, bising (-)
- Peristaltik (+) Kesan : meningkat
- Nyeri tekan hipokondrium dextra

Terapi :
- IVFD RL-30 tts/menit
- Ceftriaxone 2x500 mg IV
- Diet lunak
- PCT 3 x tab
- Dexanta syrup 3x1
- Minum banyak
- Awasi tanda vital per 3 jam
Anjuran : Cek trombosit
Tanggal 09/07/14 Jam 14.00
S
: - Pasien mengeluh sesak (+)
- Nyeri perut kanan atas (+)
O

: - Retraksi (-)
- BP Vesikuler Rh+/+, Wh -/- BJ I/II murni reguler, bising (-)
- Peristaltik (+) Kesan : meningkat
- Nyeri tekan hipokondrium dextra
- Petekie (+)
- Tidak ada tanda pendarahan baru
40

Lab : Trombosit 19.000 mg/dl


Terapi : Instruksi dokter via telepon :
- Transfusi trombosit 2 Bag
Tanggal 10/07/14
KU : Sakit sedang TD : 90/70 mmhg P : 28 x/menit N : 100x/menit lemah S :
36,7oC
S
: - Demam (-), Menggigil (-), kejang (-)
- Batuk (+), Lendir (+), Sesak (-)
- Mual (-), Muntah (-), Nyeri perut (+), nyeri ulu hati (+)
- Nafsu Makan
: baik
- BAK
: Lancar
- BAB
: Belum BAB
O

: - Pucat (-), ikterus (-), Sianosis (-)


- Lidah kotor (+), bibir kering (-), Mata Cekung (-)
- BP Vesikuler Rh-/-, Wh -/- BJ I/II murni reguler, bising (-)
- Peristaltik (+) Kesan : meningkat
- Nyeri tekan hipokondrium dextra
- Lab trombosit : 29.000 mm 3

Terapi :
-

IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxon 2 x 500 mg
PCT 3 x tab
Diet lunak
Dexantha syrup 2x1
Banyak minum
Awasi tanda vital per 3 jam

Instruksi :
- Periksa Lab : trombosit
Tanggal 10/07/14 jam 19.00
S
: pasien mengeluh BAB encer 5x dan berdarah di awal BAB
O

: - Retraksi (-)
41

- BP Vesikuler Rh+/+, Wh -/- BJ I/II murni reguler, bising (-)


- Peristaltik (+) Kesan : normal
- Nyeri tekan umbilical
Terapi : intruksi dokter via telepon
- zinc pro syrup 1x1 cth
- oralit 3x1 sachet

Tanggal 11/07/14
KU : Baik TD : 90/70 mmhg P : 22 x/menit N : 105x/menit lemah
S : 36,6oC
S
: - Demam (-), Menggigil (-), kejang (-)
- Batuk (-), Lendir (-), Sesak (-)
- Mual (-), Muntah (-), Nyeri perut (-)
- Nafsu Makan
: Baik
- BAK
: Lancar
- BAB
: BAB 5x encer berampas
O

: - Pucat (-), kterus (-), Sianosis (-)


- Lidah kotor (-), bibir kering (-), Mata Cekung (-)
- BP Vesikuler melemah (D)Rh-/-, Wh -/- BJ I/II murni reguler, bising (-)
- Peristaltik (+) Kesan : Normal
- Trombosit 37.000 mm3

Terapi :
-

IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxon 2 x 500 mg
PCT 3x tab
Diet lunak
Dexanta syrup 3x1
Banyak minum
Awasi tanda vital per 3 jam
42

Instruksi :
-

Cek trombosit

Tanggal 12/07/14
KU : baik TD : 90/60 mmhg P : 22 x/menit N : 105x/menit S : 36,6oC
S
: - Demam (-), Menggigil (-), kejang (-)
- Batuk (-), Lendir (-), Sesak (+)
- Mual (-), Muntah (-), Nyeri perut (-)
- Nafsu Makan
: Mulai membaik
- BAK
: biasa
- BAB
: Belum BAB
O

: - Pucat (-), kterus (-), Sianosis (-)


- Lidah kotor (+), bibir kering (-), Mata Cekung (-)
- BP Vesikuler melemah (D)Rh-/-, Wh -/- BJ I/II murni reguler, bising (-)
- Peristaltik (+) Kesan : Normal
- Trombosit : 55. 000 mm3

Terapi :
-

Terapi Lanjut

Instruksi dokter :
- Boleh pulang dengan berobat jalan asal trombosit 50 x 103
Tanggal 13/07/14
KU : baik TD : 100/70 mmhg P : 22 x/menit N : 96x/menit S : 36,8oC
S
: - Demam (-), Menggigil (-), kejang (-)
- Batuk (-), Lendir (-), Sesak (+)
- Mual (-), Muntah (-), Nyeri perut (-)
- Nafsu Makan
: baik
- BAK
: biasa
- BAB
: lancar
O

: - Pucat (-), kterus (-), Sianosis (-)


- Lidah kotor (+), bibir kering (-), Mata Cekung (-)
- BP Vesikuler melemah (D)Rh-/-, Wh -/43

- BJ I/II murni reguler, bising (-)


- Peristaltik (+) Kesan : Normal
Terapi :
- Pasien boleh pulang
Anjuran : Konsul ke dokter tiap bulan
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi Rutin tanggal 07/07/2014
Item
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
PCT
PDW
WBC

Hasil

Satuan

5.26
15.1
42.4
81
28.8
35.6
12.2
126
8.4
0.1071
14.3
2.8

106/mm3
gr/dl
%
m3
Pg
g/L
%
103/mm3
m3
%
%
103/mm3

Nilai
normal
45
12 -16
36 48
84 96
28 34
32 36
37 50
140 400
11 18
5 10

a. Hematologi Rutin tanggal 09/07/2014


Item
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
PCT
PDW
WBC

Hasil

Satuan

5.54
16.3
45.6
81
28.9
35.7
12.3
19
10.1
0.0191
23.3
2.7

106/mm3
gr/dl
%
m3
Pg
g/L
%
103/mm3
m3
%
%
103/mm3

Nilai
normal
45
12 -16
36 48
84 96
28 34
32 36
37 50
140 400
11 18
5 10

44

b. Hematologi Rutin tanggal 10/07/2014


Item
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
PCT
PDW
WBC
LED

Hasil

Satuan

5.39
15.4
42.5
79
28.6
36.3
12.8
29
10.1
0.0291
24.5
4.4
10

106/mm3
gr/dl
%
m3
Pg
g/L
%
103/mm3
m3
%
%
103/mm3
mm/jam

Nilai
normal
45
12 -16
36 48
84 96
28 34
32 36
37 50
140 400
11 18
5 10

c. Hematologi Rutin tanggal 11/07/2014


Item
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
PCT
PDW
WBC

Hasil

Satuan

4.71
13.6
38.4
82
28.8
35.4
12.6
37
9.6
0.0351
20.0
4.5

106/mm3
gr/dl
%
m3
Pg
g/L
%
103/mm3
m3
%
%
103/mm3

Nilai
normal
45
12 -16
36 48
84 96
28 34
32 36
37 50
140 400
11 18
5 10

Hematologi Rutin tanggal 12/07/2014


Item
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC

Hasil

Satuan

4.40
12.7
36.0
82
28.9
35.3

106/mm3
gr/dl
%
m3
Pg
g/L

Nilai
normal
45
12 -16
36 48
84 96
28 34
32 36
45

RDW
PLT
MPV
PCT
PDW
WBC

11.9
55
9.0
0.0491
16.5
5.0

%
103/mm3
m3
%
%
103/mm3

37 50
140 400
11 18
5 10

6. DIAGNOSA KERJA : Demam Berdarah Dengue Derajat III


8. DIAGNOSA KELUAR :
1. Demam Berdarah Dengue Derajat III
2. Malnutrisi Mild
9. PROGNOSIS

Quo ad Vitam
Quo ad Functionem
Quo ad Sanationam

: Dubia ad Bonam
: Dubia ad Bonam
: Dubia ad Bonam

46

Anda mungkin juga menyukai