Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PERCOBAAN

SISTEM DUA DAN TIGA KOMPONEN


Febri Rahmawati, Buncit Suligiyanto
Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang
Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang, Indonesia
febri.kimia@gmail.com, 085643697986
Abstrak
Tujuan praktikum ini adalah menguji ketergantungan suhu pada percampuran dua macam cairan
yang tidak dapat bercampur sempurna fenol dan air, untuk menentukan diagram fasa antara
komposisi dan suhu serta menguji komposisi atau jumlah perilaku fasa sistem 3 komponen,
toluene-etanol-air pada suhu konstan dan untuk menggambarkan diagram fasa sistem pada suhu
itu. Pada percobaan system 2 komponen, padatan fenol Merck dengan kadar 99,99% dimasukkan
ke dalam 8 buah tabung reaksi dengan persen berat fenol masing-masing 70%, 60%, 45%, 30%,
20%, 15%, dan 11%, dan aquades sedangkan pada tabung 8 dimasukkan fenol dengan persen
berat 30% dan larutan 3,5 mL KCl 0,1 M. Tabung dipanaskan di atas penangas air pada suhu
70C, dicatat suhu saat pertama kali larutan jernih. Tabung didinginkan dan dicatat suhu saat
terbentuk kekeruhan. Kurva yang diperoleh menggambarkan hubungan antara suhu dengan
fraksi mol fenol dan fraksi mol air. Kurva yang terbentuk tidak berbentuk parabola sempurna,
dengan suhu titik kritis 50 C pada campuran antara 1,0070 gram fenol dengan 4 mL aquades .
Sedangkan pada percobaan sistem 3 komponen, campuran antara toluene dan etanol dititrasi
dengan air sampai warna larutan berubah menjadi keruh. Diperoleh suatu grafik system terner
yang menggambarkan komposisi masing-masing zat pada tiap campuran.
Kata Kunci : sistem 2 komponen; sistem 3 komponen; kurva sistem terner
Pendahuluan
Percobaan system 2 dan 3 komponen akan diuji ketergantungan suhu pada
percampuran dua macam cairan yang tidak bercampur sempurna yaitu fenol dan air, serta
akan ditentukan pula diagram fasa antara komposisi dan suhu serta menggambarkan
diagram fasa pada system 3 komponen. Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia
dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas.

Tidak semua cairan dapat bercampur satu dengan yang lain secara sempurna, seperti yang terjadi
pada etanol dan air, serta merkuri dan air. Jika sedikit fenol, eter atau anilina ditambahkan ke
dalam air pada suhu kamar, zat tersebut akan larut, tetapi jika penambahan dilanjutkan, akan
dicapai suatu titik dimana tidak saling larut, tetapi jika penambahan dilanjutkan, akan dicapai
suatu titik dimana tidak saling larut dan terbentuk dua lapisan cairan. Pada system 3 komponen,
jumlah persentase A, B, dan C adalah 100%.
Tidak semua cairan dapat bercampur satu dengan yang lain secara sempura, seperti yang
terjadi pada etanol dan air. Jika sedikit fenol ditambahkan ke dalam air pada suhu kamar, fenol
akan larut. Tetapi jika penambahan dilanjutkan akan dicapai suatu titik dimana keduanya tidak
saling larut dan terbentuk dua lapisan cairan, suatu larutan jenuh zat dalam air, dan yang lain
larutan jenuh air dalam zat itu (Wahyuni, 2013). Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia
tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). (Darmaji, 2005). Dua fase
dalam kesetimbangan harus selalu bertemperatur sama dan tekanan yang sama, tetapi tidak
terpisah oleh dinding keras atau oleh suatu antar permukaan yang memiliki lengkung berarti.
Sembarang zat yang dapat lalu-lalang dengan bebas diantara kedua fase itu harus memiliki
potensial kimia yang sama didalamnya. Kriteria penting bagi kesetimbangan ini yang dinyatakan
oleh sifat-sifat intensif T, p dan , langsung menuju kepada aturan fase wiiliard gibbs (Purba,
2000)
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila
temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut
dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis
maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi (Sukardjo,
2003). Temperatur kritis atas Tc adalah batas temperatur dimana terjadi pemisahan fase. Diatas
temperatur batas atas, kedua komponen benar-benar bercampur. Temperatur ini ada gerakan
termal yang lebih besar pada kedua komponen (Atkins, 1999). Salah satu contoh dari temperatur
timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan
pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik di bawah temperatur kritis.
Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadest dinaikkan di atas 50C maka komposisi
larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah (Sukardjo, 2003). Pada system fenol-air
ketergantungan suhu digambarkan oleh tipe diagram berikut:

Gambar 1 : Sistem 2-Komponen


Sistem tiga komponen pada temperatur dan tekanan tetap mempunyai jumlah derajat
kebebasan paling banyak dua, maka diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam fasa
bidang datar berupa suatu segitiga sama sisi yang disebut diagram Terner (Oktaviana, 2012).
Campuran yang terdiri atas tiga komponen, komposisi (perbandingan masing-masing komponen)
dapat digambarkan di dalam suatu diagram segitiga sama sisi yang disebut dengan Diagram
Terner. Cara terbaik untuk menggambarkan sistem tiga komponen adalah dengan mendapatkan
suatu kertas grafik segitiga (Dogra, 2008). Dengan ini dapat digambarkan diagram fasa yang
menyatakan susunan dua komponen yang digambarka sebagai sebuah segitiga sama sisi. Sudutsudut A, B, dan C menyatakan susunan komponen murni. Campuran antara A dan B, A dan C
serta B dan C terletak pada sisi-sisi segitiga.

Gambar 2 : Diagram Fase Tiga Komponen

(Sukardjo, 2005)
Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen tergantung pada daya saling larut antar
zat cair tersebut dan suhu percobaan, contohnya ada tiga zat cair A,B dan C. Larutan B tidak
larut dalam air karena B bersifat nonpolar sedangkan untuk Larutan C sedikit larut dalam air.
Penambahan zat C kedalam campuran A dan B akan memperbesar atau memperkecil daya saling
larut A dan B. Pada percobaan ini hanya akan ditinjau sistem yang memperbesar daya saling larut
A dan B. Kelarutan cairan C dalam berbagai komposisi campuran A dan B pada suhu tetap dapat
digambarkan pada suatu diagram terner (Putranto, 2009)
Diagram fase dari tiga komponen campuran membatasi daerah homogen dan heterogen
pada komposisi yang berbeda di ff campuran pada tekanan konstan dan suhu . Untuk sistem tiga
- komponen , diagram segitiga [ lihat digunakan untuk menggambarkan fase kesetimbangan .
Simpul mewakili zat murni A , B , C. Sisi segitiga tersebut merupakan komposisi campuran dua
komponen ( titik L menunjukkan campuran zat A + B dalam rasio 2/8). Di segmen garis sejajar
dengan salah sisi ada sejumlah relatif konstan zat yang yang ditunjukkan oleh vertex
berlawanan . Wilayah dilambangkan ( ) adalah wilayah homogen dengan dua derajat
kebebasan. Daerah () + () dan ( ) + ( ) yang heterogen . Di wilayah ini system terbagi
menjadi dua tahap : zat murni dan campuran komposisi yang diberikan oleh persimpangan
conode ( tie line) dengan garis bimodal.

Gambar 3 : Diagram Sistem 3 Komponen


(Malijevsky, 2005)

Permasalahan yang akan diselesaikan pada percobaan ini adalah berapa temperature kritis
pada system biner fenol-air, dan bagaimana bentuk kurva untuk sisitem tiga komponen. Pada
percobaan ini akan diuji ketergantungan suhu pada pencampuran dua macam cairan yang tidak
dapat bercampur sempurna yaitu fenol dan air serta ditentukan diagram fasa antara komposisi
dan suhu pada system dua komponen. Tujuan lain dilakukkannya praktikum ini adalah untuk
menguji komposisi atau jumlah perilaku fasa system 3 komponen (toluena-etanol-eter) pada suhu
konstan dan untuk menggambarkan diagram fasa system pada suhu tersebut. Suhu konstan pada
percobaan ini berada pada suhu 27 C.
Metode :
Praktikum sistem 2 dan 3 komponen dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 8 April
2015 di Laboratorium Kimia Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang. Praktikum
dimulai pada pukul 13.30 WIB. Pada praktikum ini akan diuji ketergantungan suhu pada
percampuran dua macam cairan yang tidak dapat bercampur sempurna yaitu fenol dan
air. Selain itu pada percobaan ini diuji pula komposisi atau jumlah perilaku fasa sistem 3
komponen, toluene-etanol-air pada suhu konstan. Pada percobaan sistem 2 komponen
komposisi fenol dan air adalah variabel bebas sedangkan temperature adalah variabel
terikat. Sedangkan pada percobaan system 3 komponen komposisi etanol dan toluene
adalah variabel bebas dan temperature adalah variabel control.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah penangas air, tabung reaksi Pyrex
berjumlah 8 buah, rak tabung reaksi, pipet ukur 10 mL, labu takar 10 mL Pyrex, ball
pipet, thermometer 2 buah, gelas kimia 250 mL Pyrex, spatula, gelas arloji, pipet tetes,
buret 50 mL, erlenmeyer Pyrex sebanyak 6 buah, baskom, penjepit tabung reaksi yang
terbuat dari kayu, neraca analitik, statif dan klem, corong kaca, plastic, dan karet. Bahanbahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah padatan fenol Merck 99,9 %, padatan
KCl Merck Pro Analys sebanyak 0,0745 gr, aquades, plastisin, toluena 99% E-Merck
sebanyak 45 mL, dan etanol 70% Bratachem 25 mL.
Pada percobaan ini perlu dibuat larutan KCl 0,1 M sebanyak 10 mL dengan cara
padatan KCl Merck Pro Analys ditimbang sebanyak 0,0745 dengan neraca analitik.
Padatan KCL tersebut kemudian dilarutkan dengan sedikit aquades pada gelas kimia, lalu
diaduk hingga padatan KCl larut. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL dan
ditambahkan aquades sampai tanda batas, lalu dikocok dan dapat digunakan untuk proses

selanjutnya. Pada percobaan system 2 komponen, ditambahkan fenol sebanyak 3,5000


gram; 3,0000 gram; 2,2500 gram; 1,5000 gram; 1,0000 gram; 0,7500 gram; 0,5500 gram
dan 1,5000 gram ke dalam tabung reaksi, lalu ditimbang dengan neraca analitik. Kedalam
tabung 1-7 ditambahkan aquades sebanyak 1,50 mL; 2,00 mL; 2,75 mL; 3,50 mL; 4,00 mL;
4,25 mL ; dan 4,45 mL. Sedangkan pada tabung reaksi 8 ditambahkan dengan 3,5 mL
larutan KCl 0,1 M.

Termometer dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian mulut

tabung reaksi ditutup dengan plastisin agar system dalam tabung reaksi berada dalam
keadaan tertutup. Tabung reaksi tersebut kemudian dijepit dengan penjepit tabung reaksi
dan dimasukkan ke dalam penangas air yang sudah diatur suhunya pada suhu 70C.
Tabung reaksi diaduk secara perlahan dan konstan sampai larutan menjadi jernih, pada
saat larutan berubah menjadi jernih, maka larutan dianggap sebagai satu fasa.
Temperatur (suhu) saat larutan menjadi jernih dicatat sebagai T 1. Setelah itu tabung
diangkat dari penangas dan dibiarkan hingga dingin. Suhu saat pertama kali terjadi
kekeruhan pada larutan dalam tabung dicatat sebagai T2. Hal ini adalah tanda
terbentuknya dua fasa. Semua hasil yang telah didapatkan dicatat dalam tabel. Pada
percobaan system 3 komponen perlu disiapkan etanol bratachem sebanyak 1,00 mL yang
diambil dengan pipet ukur 10 mL dan toluene sebanyak 9,00 mL (campuran etanol 10%)
yang juga diambil dengan pipet ukur, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 1. Erlenmeyer
tersebut kemudian diletakkan di dalam baskom plastic yang berisi campuran air panas
dan air dingin, lalu suhunya diukur sampai 27 C. Larutan tersebut kemudian dititrasi
dengan aquades, dimana aquades berfungsi sebagai titrat. Pada saat proses titrasi,
erlenmeyer tetap berada di dalam baskom, agar suhu larutan tetap. Larutan dititrasi
sampai timbul kekeruhan. Hal ini diulangi untuk campuran etanol 20%, 30%, 40 %, 50%,
dan 60%.
Hasil dan Pembahasan:
Pecobaan ini dilakukan untuk membuktikan adanya kelarutan system biner fenol-air.
Pada percoban ini digunakan 8 buah tabung reaksi yang diisi dengan padatan fenol dengan massa
yang berbeda-beda untuk setiap tabungnya. Setelah itu ke dalam tabung 1-7 ditambahkan dengan
aquades dengan volume tertentu, sedangkan pada tabung reaksi ke 8 ditambahkan dengan 3,5 mL
larutan KCl 0,1 M. Tabung reaksi yang berisi campuran fenol dan air dengan komposisi yang

berbeda dipanaskan di atas penangas sampai larutan menjadi bening (tak berwarna), lalu
didinginkan sampai terjaid kekeruhan dalam tabung. Perubahan warna larutan dari keruh menjadi
jernih dan dari jernih menjadi keruh menandakan bahwa campuran fenol dan air dalam tabung
reaksi mengalami perubahan kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. Pada percobaan
ini perubahan larutan dari jernih menjadi keruh atau sebaliknya terjadi pada suhu yang berbeda
beda tergantung pada komposisi atau fraksi mol kedua zat. Hasil pengamatan percobaan system
2 komponen dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 : Hasil Pengamatan Sistem 2 Komponen
Massa fenol

Volume air

T1 (C)

T2 (C)

T rata-

(gram)
3,4939
3,0175
2,2514
1,5019
1,0070
0,7585
0,5035
1,4965

(mL)
1,50
2,00
2,75
3,50
4,00
4,25
4,45
KCl = 3,5 mL

65
63
59
61
59
51
62
71

56
50
42
45
50
43
50
54

rata (C)
60,5
56,5
50,5
53
54,5
47
56
62,5

Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh pada tabel 1 dapat diketahui bahwa T1 dan T2
mengalami kenaikan dan penurunan (fluktuasi) pada setiap komposisi fenol dan air. T 1 (suhu saat
larutan menjadi jernih) tertinggi didapatkan pada campuran antara 1,4965 gram fenol dan 3,5 mL
larutan KCL 0,1 M, yaitu sebesar 71C. Sedangkan T1 terendah diperoleh pada campuran antara
0,7585 gram fenol dan 4,25 mL aquades, yaitu sebesar 51 C. Berdasarkan data pengamatan, T 2
(suhu saat terjadi kekeruhan dalam tabung reaksi) tertinggi didapatkan pada percampuran antara
3,4939 gram fenol dan 1,5 mL aquades, yaitu sebesar 56 C. Sedangkan T2 terendah diperoleh
pada percampuran antara 2,2514 gram fenol dan 2,75 mL aquades, yaitu sebesar 42 C.
Berdasarkan data pengamatan yang telah diperoleh, dilakukan analisis data, dengan cara
menghitung fraksi mol fenol dan air, serta fraksi mol larutan KCl. Hasil analisis data diperoleh
hasil sebagai berikut:

Tabel 2 : Mencari X fenol dan X air

Massa fenol

Volume air

T1 (C)

T2 (C)

T rata-

X fenol

X air

(gram)
3,4939
3,0175
2,2514
1,5019
1,0070
0,7585
0,5035
1,4965

(mL)
1,50
2,00
2,75
3,50
4,00
4,25
4,45
KCl = 3,5 mL

65
63
59
61
59
51
62
71

56
50
42
45
50
43
50
54

rata (C)
60,5
56,5
50,5
53
54,5
47
56
62,5

0,3082
0,2239
0,1357
0,0758
0,0459
0,0330
0,0219
0,0435

0,6918
0,7761
0,8643
0,9242
0,9541
0,9670
0,9781
0,9565

Dari data tersebut dapat dibuat grafik system 2 komponen, yang merupakan suatu grafik
hubungan antara temperature (suhu) dengan fraksi mol air dan fenol.
70
60
50
40
30
20
Temperatur Campran (0C)

10
0

Fraksi Mol Air

Gambar 4 : Grafik Hubungan Antara Fraksi Mol Air dengan Temperatur

60
50
40
30
20
Temperatur (0C)

10
0

Fraksi Fenol

Gambar 5 : Grafik Hubungan Antara Fraksi Mol Fenol dengan Temperatur


Berdasarkan grafik yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa suhu kritis dalam
pecobaan ini adalah 50 C. Suhu kritis pada grafik (kurva) merupakan suatu titik pada puncak
kurva. Jadi, suhu kritis bukanlah suhu tertinggi yang didapatkan pada percobaan, melainkan suhu
yang berada pada puncak kurva. Komponen di dalam kurva merupakan sistem dua fase dan
komponen di luar kurva atau di luar titik kritis komponen merupakan sistem satu fase.
Komponen yang berada pada satu fase pada saat campuran larut atau homogen yang ditandai
dengan larutan berwarna jernih, sedangkan komponen berada pada dua fase ketika dilakukan
penambahan air yang menghasilkan dua lapisan yang ditandai dengan larutan berwarna
keruh.Suhu kritis pada percobaan ini merupakan suhu saat terbentuk kekeruhan pertama kali (T 2)
pada campuran antara 1,0070 gram fenol dengan 4 mL aquades. Sistem fenol-air pada
komposisi tertentu dapat berada pada dua fasa bila komposisi campuran antara fenol dan
air berada di bawah kurva, sedangkan pada daerah di atas kurva maka system fenol-air
berada pada satu fasa. Apabila suatu system campuran fenol-air berada pada suatu titik di
daerah dua fasa tersebut dipanaskan maka pada saat tertentu temperaturnya sama dengan
temperature minimal agar system fenol-air dapat homogen dan system campuran tersebut

berubah menjadi satu fasa. Menurut Hukum Tuas ketika temperature dinaikkan maka
kelarutan fenol dalam air akan bertambah, demikian pula kelarutan air dalam fenol.
Bentuk kurva yang didapatkan pada percobaan ini tidak berbentuk parabola sempurna,
tetapi merupakan kurva yang naik turun (fluktuatif). Hal ini menandakan bahwa hasil yang
didapatkan tidak terlalu sesuai dengan teori, karena berdasarkan teori seharusnya grafik yang
didapatkan berbentuk parabola sempurna, dimana puncak kurva yang dibentuk oleh titik kritis
membelah kurva secara simetris. Hal ini kemungkinan besar terjadi karena kurang telitinya
praktikan dalam mengamati temperature saat terjadi kekeruhan pada larutan dalam tabung reaksi.
Selain itu juga dimungkinkan karena waktu pemanasan campuran yang berbeda-beda sedangkan
waktu saat dicampurkannya fenol dan aquades pada setiap komposisi hampir sama, sehingga
pada tabung reaksi dengan komposisi fenol yang lebih sedikit fenol yang dimasukkan sudah
bercampur terlebih dahulu sebelum dipanaskan. Hal ini terjadi pada tabung ke 6 dan ke 7 yang
berisi 0,7585 gram dan 0,5035 gram fenol. Pada kedua tabung ini fenol dan air sudah bercampur
terlebih dahulu bahkan sebelum dilakukan pemanasan di atas penangas. Hal inilah yang
menyebabkan data pengamatan yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Faktor lain yang kemungkinan besar mempengaruhi hasil percobaan ini adalah
temperatur penangas yang tidak konstan. Saat dilakukan percobaan, temperature pada penangas
selalu naik turun (tidak konstan) sehingga dapat mempengaruhi temperatur ( suhu) saat larutan
menjadi jernih dan saat terbentuk kekeruhan pada larutan.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan oleh Khotimah dan Marceliana (2013)
diperoleh bahwa semakin banyak komposisi aquades (air) dalam campuran maka
temperatur minimal yang diperlukan mengalami kenaikan hingga pada suatu titik
mencapai temperature tertinggi yang disebut titik balik. Setelah mencapai suhu tertinggi,
seiring dengan semakin bertambahnya komposisi air pada campuran, temperature
minimal yang diperlukan mengalami penurunan. Temperatu kritis yang diperoleh pada
percobaan adalah sebesar 79,5 C dengan komposisi fraksi mol air sebesar 0,8176 dan
fraksi mol fenol sebesar 0,1824.
Pada percobaan system 3 komponen digunakan 3 macam larutan yaitu etanol, toluene,
dan aquades. Pada percobaan ini larutan etanol dan toluene dicampurkan dengan perbandingan
tertentu, lalu ditirasi dengan air. Campuran etanol dan toluene merupakan titrat, sedangkan

aquades adalah zat penitrasi (titran). Prinsip dasar dari percobaan ini adalah pemisahan suatu
campuran yang terdiri dari dua komponen cair yang saling larut sempurna.Pemisahan dapat
dilakukan dengan menggunakan pelarut yang tidak larut sempurna terhadap campuran, tetapi
dapat melarutkan salah satu komponen (solute) dalam campuran tersebut. Teknik pemisahan ini
juga berkaitan dengan kepolaran dari komponen-komponen zat itu, seperti halnya prinsip likedissolve-like.Suhu pada saat dilakukan praktikum adalah 27 C. Hasil Percobaan system 3
komponen dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 : Hasil Pengamatan Sistem 3 Komponen
Volume etanol (mL)
1
2
3
4
5
6

Volume toluene (mL)


9
8
7
6
5
4

Volume aquades (mL)


0,3
0,4
0,6
0,8
1,2
1,3

Pada percobaan system 3 komponen dapat terlihat bahwa semakin banyak volume etanol dan
semakin sedikit volume toluena maka volume aquades yang digunakan untuk titrasi semakin
banyak. Hal ini terjadi karena perbedan sifat kepolaran dari masing-masing larutan tersebut. Air
bersifat polar sedangkan toluene bersifat semipolar. Sesuai prinsip like dissolve like dimana
komponen dengan sifat kepolaran serupa akan melarutkan sesamanya. Ketika dilakukan titrasi
dengan air, terjaid pemisahan diantara campuran etanol dan toluene, hal ini dikarenakan air dan
toluene dapat saling berikatan dan menyebakan sebagian besar etanol berikatan sendiri dan
terpisah dari campuran toluene dan air, membentuk 2 larutan terner terkonjugasi yang ditandai
dengan terbentuknya larutan yang keruh.
Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh pada percobaan system 3 komponen, dapat
dilakukan analisis data untuk mencari fraksi mol masing-masing komponen yaitu toluene, etanol,
dan aquades (air). Hasil analisa data dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4: Menghitung massa masing-masing komponen
Massa Etanol (v x )
1 x 0,789 = 0,789 gram
2 x 0,789 = 1,578 gram
3 x 0,789 = 2,367 gram
4 x 0,789 = 3,156 gram

Massa Toluena (v x )
9 x 0,8669 = 7,802 gram
8 x 0,8669 = 6,935 gram
7 x 0,8669 = 6,068 gram
6 x 0,8669 = 5,201 gram

Massa Aquades (v x )
0,3 x 1 = 0,3
0,4 x 1 = 0,4
0,6 x 1 = 0,6
0,8 x 1 = 0,8

5 x 0,789 = 3,945 gram


6 x 0,789 = 4,735 gram

5 x 0,8669 = 4,334 gram


4 x 0,8669 = 3,468 gram

1,2 x 1 = 1,2
1,3 x 1 = 1,3

Tabel 5 : Menghitung mol masing-masing komponen


Mol Etanol (m/Mr)
0,789 / 46,07 = 0,0171 mol
1,578/ 46,07 = 0,0342 mol
2,367/ 46,07 = 0,0153 mol
3,156/ 46,07 = 0,0685 mol
3,945/ 46,07 = 0,0856 mol
4,734/ 46,07 = 0,1027 mol

Mol Toluena (m/Mr)


7,802 / 92,14 = 0,0856
6,935 / 92,14 = 0,0752
6,068 / 92,14 = 0,0658
5,201 / 92,14 = 0,0564
4,334 / 92,14 = 0,0470
3,468 / 92,14 = 0,0376

Mol Air (m/Mr)


0,3 / 18 = 0,0166
0.4 / 18 = 0,0223
0,6 / 18 = 0,0334
0,8 / 18 = 0,0445
1,3 / 18 = 0,0667
2,4 / 18 = 0,0723

Tabel 6: % Fraksi mol masing-masing komponen


% etanol
14,45 %
25,96 %
13,36 %
40,43 %
14,45 %
48,30 %

% toluene
72,35 %
57,09 %
57,46 %
33,29 %
72,35 %
17,68 %

% air
14,03 %
16,93 %
29,17 %
26,26 %
14,03 %
34,00 %

Berdasarkan tabel diatas, dapat dibuat grafik system 3 komponen, sebagai berikut:

Gambar 6 :

Diagram fasa sistem

3 komponen

pada suhu 27C

Dalam

sistem

komponen

digunakan tiga jenis

larutan yang

mempunyai

sifat

yang

berbeda-beda

yaitu

air

(polar),

etanol

tiga

(nonpolar),

dan toluene

yang

bersifat

semipolar. P

ada diagram dapat

dapat dilihat

bahwa

garis antara

zat tercampur dan

penitrasi

terdapat

pertemuan
pada

pertemuan garis dimana terbentuk segitiga dimana masing- masing titik menggambarkan
komposisi-komposisi masing-masing zat pada tiap campuran. Perbedaan persentase pada setiap
zat disebabkan oleh volume komponen yang berbeda-beda. Sehingga terjadi perubahan daya
saling larut antara komponne-komponen larutan tersebut.
Simpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa suhu berpengaruh
terhadap pencampuran antara dua macam cairan yang tidak dapat bercampur sempurna yaitu
fenol dan air. Diagram fasa antara komposisi fenol dan air dengan suhu tidak berbentuk parabola
sempurna, melainkan berbentuk kurva naik turun (fluktuatif) dengan suhu kritis 50 C yang
merupakan suhu saat terbentuk kekeruhan (T2) pada campuran antara 1,0070 gram fenol dengan
4 mL aquades. Hasil ini tidak sesuai dengan teori, karena berdasarkan teori bentuk kurva system
2 komonen fenol dan air berbentuk parabola sempurna dengan suhu tiitk kritis tepat berada pada
puncak kurva dan membagi kurva menjadi dua bagian sama besar. Pada percobaan system 3
komponen semakin banyak volume etanol dan semakin sedikit volume toluena maka volume
aquades yang digunakan untuk titrasi semakin banyak. Hal ini terjadi karena perbedan sifat
kepolaran dari masing-masing larutan tersebut, dan diperoleh suatu grafik system terner yang
menggambarkan komposisi masing-masing zat pada tiap campuran pada suhu 27 C.

Daftar Pustaka
Atkins, P., 1999. Kimia Fisika. 2nd ed. Jakarta: Erlangga.
Darmaji, 2005. Kimia Fisika 1. Jambi: Universitas Jambi.
Dogra, S., 2008. Kimia Fisika dan Soal-Soal. Jakarta: UI Press.
Fisika, T.D.K., 2015. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Malijevsky, I.A., 2005. PHYSICAL CHEMISTRY. Prague: Institute of Chemical
Technology Prague.
Purba, M., 2000. Kimia Kelas 2 SMU. Jakarta: Erlangga.
Putranto, D., 2009. Unsur, Senyawa, Campuran, Larutan, Koloid dan Suspensi.
Jakarta: Erlangga.
Sukardjo, 2003. Dasar-Dasar Kimia Fisika. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada.
Sukardjo, 2005. Dasar-Dasar Kimia Fisika. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Wahyuni, S., 2013. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai