Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DASAR-DASAR PEMISAHAN ANALITIK


COLOUMETRI DAN ELEKTROGRAVIMETRI
Dosen Pengampu : Aulia Sanova, S.T, M.Pd

Oleh :
SITI MARHAMAH
NIM. A1C114010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Aliran listrik melalui suatu penghantar logam melibatkan perpindahan elektron
dari potensial negatif yang tinggi ke potensial lainnya yang lebih rendah. Pada
penghantar elektrolitik, yang mencakup larutan elektrolit dan lelehan garam-garam,
penghantaran berlangsung melalui perpindahan ion-ion baik positif maupun negatif
menuju elektroda-elektroda. Migrasi ini tidak hanya melibatkan perpindahan listrik
dari satu elektroda ke elektroda lain tetapi juga melibatkan adanya transport materi
dari satu bagian konduktor ke bagian lainnya. Aliran listrik pada penghantar
elekrolitik ini selalu disertai dengan perubahan kimia pada elektroda-elektrodanya dan
reaksinya bersifat khas dan tertentu bergantung pada zat-zat penyusun konduktor
tersebut dan juga elektrodanya. Mekanisme penghantaran elektrolitik merupakan
dasar bagi coulometer dalam menentukan jumlah listrik yang mengalir pada suatu sel.
Coulometri merupakan salah satu metode elektroanalisis, yaitu analisa kimia
yang melibatkan pengukuran jumlah arus listrik (dalam coulomb) yang diperlukan
untuk mengubah analit secara kuantitatif ke tingkat oksidasi yang berbeda. Teknik ini
berlaku untuk reaksi redoks. Reaksi dikendalikan dengan mengatur energi potensial
llistrik dan jumlah listrik (misalnya, jumlah elektron) yang diperlukan untuk
melengkapi reaksi.
Elektrogavimetri merupakan salah satu metode penentuan kadar ion atau unsur
yang dasar perhitungan kadarnya adalah hasil penimbangan berat zat yang
mengendap pada salah satu elektroda pada elektrolisis terhadap larutan cuplikan.
Elektrogravimetri juga dapat didefinisikan sebagai metoda analisis kimia yang
berdasarkan pengukuran jumlah listrik dengan mengukur berat endapan yang terjadi
pada salah satu elektroda. Elektrogravimetri merupakan metoda elektroanalisis
berdasarkan oksidasi / reduksi, dimana elektrolisis analit dilakukan dalam periode
tertentu, untuk memastikan perubahan secara kuantitatif keadaan oksidasi baru analit.
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui analisis coulometri dengan potensial yang tetap
2. Untuk mengetahui analisis coulometri dengan arus tetap
3. Untuk mengetahui rincian eksperimen dalam titrasi coulometri yang khas dan
terkendali

4.

Untuk mengetahui perbedaan analisis coulometri dengan potensial yang tetap

5.
6.
7.
8.

dengan analisis coulometri dengan arus tetap.


Untuk mengetahui definisi elektrogravimetri
Untuk mengetahui hukum yang berkaitan dengan elektrogravimetri
Untuk mengetahui metoda Analisis elektrogravimetri
Untuk mengetahui penerapan aplikasi elektrogravimetri

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah analisis coulometri dengan potensial tetap?
2. Apakah analisis coulometri dengan arus tetap?
3. Apakah rinciaan eksperimen dalam titrasi coulometri yang khas dan tetap?
4. Apakah perbedaan analisis coulometri dengan potensial yang tetap dengan
5.
6.
7.
8.

analisis coulometri dengan arus tetap?


Apakah definisi elektrogravimetri?
Apakah hukum yang berkaitan dengan elektrogravimetri?
Bagaimana metoda analisis elektrogravimetri?
Bagaimana penerapan aplikasi elektrogravimetri?

BAB II
PEMBAHASAN
A. COLOUMETRI
1.

Definisi

Coulometri adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada prinsip kuantitas
kelistrikan (pengukuran coulomb), yang mempelajari hubungan antara konsentrasi
dengan muatan listrik.
Coulomb merupakan kuantitas kelistrikan yang melibatkan jumlah muatan yang
dipindahkan dalam 1 detik dan arus tetap 1 A. Dalam kimia analisis, pengukuran
cuolomb dilakukan pada kondisi tertentu sehingga kuantitas yang terukur dapat
dikaitkan dengan suatu reaksi elektrokimia tertentu sehingga dapat dilakukan
perhitungan analisis, berdasarkan hukum Faraday yang pertama dimana untuk setiap
ekivalen perubahan kimia pada suatu elektrode diperlukan 96.487 coulomb listrik
(tetapan faraday). Dalam suatu analisis coulometri berat analit yang sedang di
elektrolisis dapat di hitung berdasarkan persamaan W

QM
dimana n adalah
nF

bilangan elektron yang dipindahkan dan F adalah satuan Faraday sebesar 96.500.
Apabila sejumlah zat telah diketahui banyaknya maka jumlah elektron (n)yang terlibat
dalam suatu proses kimia zat tersebut dapat dihitung.
2.

Metode Coulometri
Terdapat dua teknik coulometri yang berbeda yaitu analisis coulometri dengan

potensial tetap dan analisis coulometri dengan arus tetap


2.2.1

Potensial Tetap
Metode coulometri yang melibatkan pengaturan potensial listrik elektroda yang

bekerja (elektroda yang menyebabkan terjadinya reaksi analisis) pada tingkat yang
tetap sehingga menyebabkan analit bereaksi secara kuantitatif dengan arus tanpa
melibatkan komponen lain di dalam cuplikan.
Pengaturan potensial pada analisis coulometri menyebabkan arus akan
berkurang secara eksponensial dengan waktu, berdasarkan persamaan :
It = lo . e-kt
It = lo.ekt
Dimana Io adalah arus awal, It adalaharus pada saat t dan k atau k-1 adalah
suatu tetapan yaitu sebesar :
k = 25,8 DA

Dimana D adalah koefisien difusi dari zat yang tereduksi, A adalah luas
elektrode, adalah tebal lapis difusi dan V adalah volume total dari larutan dengan
konsentrasi C.
Kuantitas listrik Q (coulomb) yang mengalir dari awal pada saat waktu 0 hingga
waktu t dapat dihitung berdasarkan persamaan :

Integral diatas secara grafik merupakan luas daerah di bawah kurva arus waktu.
Analisis ini mempunyai semua keuntungan yang dimiliki oleh metode
elektrogravimetri dan tidak terbatas pada hasil yang ditimbang. Peralatan yang
diperlukan pada analisis secara coulometri terbagi menjadi 3 yaitu sel elektrolisis,
coulometer (untuk menetapkan kuantitas listrik) dan sumber arus terkendali.
a. Sel Elektolisis
Pada coulometri potensial tetap ,terdapat dua jenis sel yang digunakan, yaitu:
Jenis pertama terdiri dari elektroda kerja (kasaplatina) dan elektroda pasangan (kawat
platina), yang dipisahkan dari larutan oleh tabung berpori yang mengandung elektrolit
elektroda pendukung yang sama seperti di dalam larutan yang di uji. Pemisahan
elektroda dipasang untuk mencegah hasil reaksi dari gangguan di dalam analisis.
Elektroda pembanding kolomel jenuh dihubungkan dengan larutan yang di uji dengan
bantuan jembatan garam.Jenis kedua adalah bejana berisi raksa yang digunakan untuk
memisahkan unsur-unsur yang mudah direduksi sebagai langkah pendahuluan dalam
analisis. Contoh :tembaga, nikel, kobalt, segera dipisahkan dengan ion aluminium,
logam alkali, dan pospat
b. Coulometer
Coulometer yang sesuai untuk mengukur kuantitas listrik terdiri dari coulometer
perak, coulometer iod, coulometer hidrogen-oksigen, dan coulometer hidrogennitrogen dimana dalam penggunaannya masing-masing elektroda dihubungkan secara
seri dengan sel elektrolisis.
Pada coulometer perak katoda platinum berfungsi sebagai katoda untuk
elektrolisis perak nitrat 10 persen bersama sebuah batang anoda perak. Kenaikan berat
dari logam perak yang terdeposit memberikan ukuran kuantitas listrik yang telah

lewat. Coulometer iod mempunyai sepasang elektroda platinum yang terendam dalam
larutan kalium iodida. Pada penetapan akhir, iod yang dibebaskan dititrasi dengan
larutan tiosulfat standar sehingga kuantitas listrik yang lewat dapat di hitung.
Coulometer hidrogen-oksigen melibatkan proses elektrolisis larutan kalium sulfat
antara 2 elektroda platinum. Pada air anoda akan teroksidasi menjadi oksigen dimana
gas hidrogen terbentuk pada katoda. Gas yang terbentuk akan dikumpulkan pada
suatu tabung tertutup dan volumenya akan diukur pada temperature dan tekanan
tertentu dan dikoreksi pada keadaan STP sehingga kuantitas listrik dapat dihitung.
Coulometer hidrogen-nitrogen merupakan coulometer yang paling disukai dengan
larutan hidrzinium sulfat sebagai larutan elektrolitnya dimana gas nitrogen akan
terbentuk pada anoda.
c. Sumber Arus terkendali
Sumber arus untuk elektrolisis berupa baterai aki besar atau sebuah penyuplai
tenaga listrik yang dioperasikan dari saluran listrik pusat bersama-sama sebuah
resistor besar secara seri.
Metode coulometri potensiostatik telah digunakan pada penentuan 55 unsur
dalam senyawa anorganik. Cara kerja coulometri potensiostatik juga memungkinkan
penentuan secara elektrolisis ( dan sintesis ) senyawa organik. Pengukuran coulometri
mempunyai kesalahan yang relative rendah dalam analisisnya.
Arus yang dapat berubah dalam metode coulometri banyak digunakan untuk
memantau kepekatan komponen-komponen dalam bentuk gas dan cairan secara terusmenerus dan otomatis, missal untuk menentukan konsentrasi oksigen yang sangat
rendah.
Katoda perak berpori berfungsi untuk menyebarkan gas yang masuk menjadi
gelembung-gelembung kecil, pereduksi anoksigen terjadi secara kuantitatif di dalam
pori-pori yaitu :
O2(g) + 2H2O + 4e 4 OHAnoda adalah lempengan kadmium; reaksi setengah selnya adalah
Cd(s)+ 2OH- Cd(OH) + 2e
Dalam prosesnya akan terjadi suatu sel galvani sehingga tenaga listik dari luar,
juga potensiostat tidak diperlukan, karena potensial anoda yang bekerja untuk
mengoksidasi zat-zat lain tidak cukup besar. Arus listrik yang dihasilkan dialirkan

melalui tahanan standard, serta penurunan potensial di catat. Kepekatan (konsentrasi)


oksigen sebanding dengan potensial.
2.2.2

Titrasi Coulometri ( Coulometri dengan Amper Tetap )


Titrasi coulometri banyak digunakan secara meluas bahkan pada zat yang tidak

bereaksi secara kuantitatif pada sebuah elektroda dapat juga ditentukan. Kuantitas dari
zat yang bereaksi dapat dihitung dengan menggunakan bantuan hukum faraday dan
kuantitas listrik yang mengalir dapat dihitung dengan menggunakan waktu elektrolisis
pada arus yang konstan. Metode ini mempunyai kepekaan yang tinggi karena dengan
arus yang kecil dan waktu yang sangat cepat dapat digunakan untuk mengukur unsur
atau senyawa dengan cepat walaupun konsentrasi senyawa tersebut kecil.
Di dalam titrasi coulometri, arus tetap di jaga secara hati-hati dan diketahui
secara tepat dengan bantuan amperstat, kemudian hasil arus (dalam ampere) dan
waktu (dalam detik) dicatat untuk menentukan titik akhir titrasi yang hasilnya adalah
jumlah coulomb. Jumlah coulom berbanding lurus dengan jumlah analit yang terlibat
di dalam elektrolisis. Dengan metode ini reaksi reduksi atau oksidasi analit secara
kuantitatif tidak sempurna karena pemolaran kepekatan (perubahan konsentrasi)
terjadi sebelum elektrolisis selesai.
Titrasi coulometri kebanyakan menggunakan metode volumetri, potensiometri,
amperometri dan pengukuran daya hantar listrik. Persamaan diantara titrasi volumetri
dan coulometria dalah titik akhir yang dapat diamati. Dalam kedua metode, jumlah
analit ditentukan melalui pengujian gabungan kapasitasnya, di satu pihak larutan baku
dan di lain pihak elektron. Kebutuhan yang serupa adalah reaksi yang terjadi harus
cepat, sempurna, dan bebas dari reaksi sampingan.
Instrumentasi yag digunakan pada metode ini antara lain adalah alat pengukur
arus, pengukuran waktu, dan sel coulometrik. Masing masing penjelasan dari
instrumen tersebut dijelaskan di bawah. ini :
a. Alat pengukur arus
Arus yang digunakan pada titrasi coulometri biasanya dalam rentang 1
hingga 50 mA. Arus-arus yang konstan dapat diperoleh dengan mudah . Arus
yang digunakan pada titrasi coulometri biasanya dalam rentang 1 hingga 50 mA.
Arus-arus yang konstan dapat diperoleh dengan mudah menggunakan baterai
dengan suatu tahanan pengatur seri. Penyesuaian tahanan seri ini secara
berkala diperlukan untuk menjaga agar arus tetap konstan. Alat yang lebih

teliti dan seksama untuk pengukuran arus adalah dengan menggunakan sebuah
potensiometer.
b. Pengukuran waktu
Sebuah stop-clock listrik dijalankan dengan cara membuka dan menutup
rangkaian elektrolisis;

untuk

pengendalian

secara

baik

maka

perlu

dilengkapi dengan rem magnetik dimana dimulai berjalan dan berhentinya


serempak dengan dimulai dan dihentikannya arus. Pengukuran waktu listrik harus
dikendalikan

dengan

saklar

yang

sama

yang

menjalankan

dan

menghentikan arus listrik.


c. Sel coulometrik
Sel coulometrik terdiri dari elektrode generator (elektrode kerja) sebagai
tempat dihasilkannya titran secara listrik dan elektrode pembantu. Elektrode kerja
yang umum digunakan adalah dari bahan platinum, emas, perak dan merkurium.
Elektrode pembantu umumnya dari platinum. Bagian lainnya adalah elektrode
indikator yang terdiri dari sepasang lembaran tipis platinum atau terdiri dari
sebuah platinum dan lainnya adalah sebuah elektrode pembanding kalomel
jenuh.
Prosedur umum pada titrasi coulometri adalah sebagai berikut:
Sel elektrolisis dipasang, diikuti dengan elektrode generator dan elektrode
indikator pada tempatnya. Sel titrasi diisi dengan larutan dimana titran akan dibentuk
secara elektrolisis bersama-sama dengan larutan yang akan dititrasi. Bagian
dari elektrode pembantu diisi dengan suatu larutan elektrolit yang sesuai. Elektrode
indikator dihubungkan dengan alat yang digunakan untuk mendeteksi titik akhir
titrasi berupa pH-meter atau galvanometer. Selama proses elektrolisis dilakukan
pengadukan dengan menggunakan sebuah pengadukan magnetik. Arus disesuaikan
dengan harga yang tepat, dihidupkan dan reaksi antara titran yang dibentuk secara
internal sehingga larutan uji dibiarkan berlangsung. Pembacaan dilakukan secara
berkala (lebih sering dilakukan pada saat hampir mencapai titik akhir titrasi)
dari instrumen indikator (misal pH-meter). Titik akhir titrasi dapat dengan mudah
ditentukan dari gambar grafik dimana kurva turunan yang pertama atau kedua
dibuat untuk mencari letak titik ekivalen dengan tetap.
Keuntungan titrasi coulometri antara lain adalah :

Tidak memerlukan larutan standar karena yang diukur adalah perubahan Coulomb
dengan besarnya arus yang dibuat konstan

Senyawa atau unsur yang kurang atau tidak stabil dapat digunakan karena
senyawa atau unsur tersebut begitu ditambahkan akan secepatnya bereaksi

Waktu analisis yang cepat.

Dapat

dilakukan

secara

otomatis

sehingga

memungkinkan

untuk

digunakan dalam penentuan unsur radioaktif.


B. ELEKTROGRAVIMETRI
1. Pengertian
Elektrogavimetri merupakan salah satu metode penentuan kadar ion atau unsur
yang dasar perhitungan kadarnya adalah hasil penimbangan berat zat yang
mengendap pada salah satu elektroda pada elektrolisis terhadap larutan cuplikan.
Elektrogravimetri juga dapat didefinisikan sebagai metoda analisis kimia yang
berdasarkan pengukuran jumlah listrik dengan mengukur berat endapan yang terjadi
pada salah satu elektroda. Elektrogravimetri merupakan metoda elektroanalisis
berdasarkan oksidasi / reduksi, dimana elektrolisis analit dilakukan dalam periode
tertentu, untuk memastikan perubahan secara kuantitatif keadaan oksidasi baru analit.
Berbagai pengertian tegangan (potensial) yang terkait dengan elektrolisis
1. Tegangan (potensial) peruraian : tegangan luar minimum yang harus diberikan
untuk terjadinya elektrolisis secara kontinyu.
Ed = Ekatoda Eanoda
2. Potensial Ohmik : yaitu jumlah potensial yang dibutuhkan untuk mengalahkan
tahanan yang dialami oleh ion-ion yang bergerak menuju anoda atau katoda
(Besarnya) = IR.
Sehingga potensial sel :
Esel = Ekatoda Eanoda IR
3. Tegangan (potensial) polarisasi
Adalah tegangan yang terjadi sesudah elektrolisis dihentikan.
Tegangan polarisasi ada dua jenis yaitu tegangan polarisasi konsentrasi dan
polarisasi kinetik.
Tegangan polarisasi yang terjadi akibat perbedaan konsentrasi ion yang

ditentukan pada elektroda.


Tegangan polarisasi kinetik terjadi bila laju reaksi elektrokimia pada salah satu
atau kedua elektroda berlangsung lambat. Maka diperlukan potensial

tambahan (overpotensial) untuk mengatasi energi penghalang bagi reaksi


setengah selnya.
Ed = (Ekatoda Eover voltage katoda) (Eanoda Eover voltage katoda)
Sehingga
Esel = (Ekatoda Eover voltage katoda) (Eanoda Eover voltage anoda) IR
I.

Elektrolisis pada potensial terpasang (Eapp) tetap

Potensial terendah yang harus diberikan agar terjadi elektrolisis dikenal sebagai
potensial peruraian (Ed). Agar elektrolisis berjalan secara kontinyu dan terus menerus
(karena i makin kecil), maka diperlukan potensial luar terpasang (Eapp) yang
besarnya lebih besar dari Ed. Besarnya Eapp adalah
Eapp = (Ekatoda Eover voltage katoda) (Eanoda Eover voltage anoda) IR
II. Elektrolisis pada arus tetap
Sesuai hubungan I = E/R, maka untuk menjaga agar jumlah arus selalu tercukupi
(besarnya i dijaga agar tidak turun), maka potensial luar harus selalu ditambah.
III. Elektrolisis pada potensial katoda yang tetap
Sebagaimana Rumusan Nerns
Ekatoda = Ekatoda log [x]
Sebagai contoh untuk elektrolisis larutan Cu2+ 10-2 M
Ek = 0,34 Volt log (10-2)
= 0,281 Volt
Apabila kemudian konsentrasi Cu2+ dalam larutan tinggal 10-6 M maka besarnya
potensial katoda menjadi
Ek = 0,34 log 10-6
= 0,163 Volt
Keadaan ini yang menjadi dasar bagaimana kita dapat memisahkan beberapa ion
logam yang mempunyai nilai potensial katoda (potensial reduksi) yang berbeda.
Dari contoh di atas, antara rentang potensial 0,281 s/d 0,163 Volt yang
terendapkan adalah ion Cu2+, ion-ion lain yang mempunyai potensial lebih besar
dari 0,281 telah diendapkan lebih dahulu. Sedangkan ion-ion yang mempunyai
potensial kurang dari 0,163 Volt akan belum terendapkan.
2. Hukum yang Berkaitan dengan Elektrogravimetri

H. Faraday : bahwa banyaknya zat yang diendapkan pada elektroda selama


elektrolisis berlangsung sebanding dengan jumlah arus listrik yang mengalir
melalui larutan tersebut.
W= e i t/F
w = massa zat yang diendapkan
e = massa ekivalen
i = arus (amper)
t = waktu (detik)
F = tetapan Faraday 96487 Coulomb
Hukum Ohm : bahwa kuat arus yang mengalir melalui suatu penghantar
berbanding terbalik dengan tahanan dan berbanding lurus dengan tegangan
E=IR
I = arus (Amper)
E = tegangan (Volt)
R = tahanan (Ohm)
Kesimpulan :
1. Elektrolisis tergantung pada i (arus)
2. Elektrolisis tergantung pada E (potensial)
Pada umumnya terdapat tiga macam kondisi yang dapat diterapkan pada sel
elektrolisis, yaitu :
1. Elektrolisis dilakukan pada suatu harga potensial sel luar yang digunakan
(Eapp) pada harga yang tetap.
2. Elektrolisis dilakukan pada suatu harga arus yang tetap
3. Elektrolisis dilakukan pada harga potensial katoda (EK) yang tetap

3. Metoda Analisis Elektrogravimetri


Metode ini digunakan untuk analisis kuantitatif. Komponen yang dianalisis
diendapkan pada suatu elektroda yang telah diketahui beratnya dan kemudian setelah
pengendapkan sempurna kembali dilakukan penimbangan elektroda beserta
endapannya.
Untuk tujuan ini maka endapan harus kuat menempel padat dan halus, sehigga
bila dilakukan pencucian, pengeringan serta penimbangan tidak mengalami

kehilangan berat. Selain itu sistem ini harus menggunakan elektroda yang Inert.
Umumnya dipakai elektroda plantine.
Alat yang umum digunakan pada metode ini biasanya mempunyai skema
sebagai berikut :

Sebagai contoh adalah pada elektrolisis larutan tembaga dengan yang


mengandung asam sulfat 0,05 konsentrasi sekitar 10-2 )(konsentrasi H+ = 0,1
CuKatoda : Cu2+ + 2e E = 0,337 V
Anoda H E = 0 V: H+ + e
O2 + 2H+ + 2e E = 1,23 VoltH2O
E Cu2+/Cu = 0,337 log = 0,278 Volt
E O2/H2O = 1,23 log = 1,17 Volt
Esel = Ekatoda-Eanoda = 0,278-1,17 = 1,148 Volt
Maka agar terjadi reaksi elektrolisis maka Eapp harus lebih besar dari 1,148
Volt. Untuk menganalisis ion-ion Cu2+ dalam larutan tersebut dapat dengan 2 cara
1.
2.
3.
4.

Cara lambat tanpa pengadukan


Analisis dilakukan selama 1 malam dengan tegangan 2, -2,5 Volt dan arus 0,3 A
Cara cepat dengan pengadukan
Elektrolisis dilakukan dalam waktu 15-20 menit dengan tegangan 3-4 Volt dan
arus 0,4- 2 A.
Untuk mengetahui sudah habis atau belum jumlah Cu 2+ dalam larutan dilakukan

dengan mengetes larutan dengan larutan K4[Fe{CN}6]. Jika larutan masih coklat
warnanya berarti masih ada Cu2+.
Prinsip Elektrogravimetri
MENETUKAN JUMLAH LISTRIK SEBAGAI FUNGSI WAKTU:
i = dq /dt ;

dq = I dt ;

q = I ( t2- t1) = i.t

Dengan :
I =arus (amper) ;
q = muatan listrik (coulomb) ;
t = waktu (detik)

Suatu logam di depositkan secara elektrolisis pada permukaan salah satu


elektroda yang telah ditimbang beratnya. Digunakan potensial lebih mula-mula sedikit
> dibandingkan potensial lebih yang di prediksi untuk reaksi reduksi pada katoda,
untuk menghitung berat deposit logam pada anoda, sehingga kehilangan tahanan
listrik. Dilakukan pengaturan potensial untuk menjaga agar arus yang megalir hanya
beberapa amper. Sumber arus tetap (potensial berubah-ubah) digunakan untuk proses
elektrolisis. Komponen yang dianalisis diendapkan pada suatu elektroda (katoda)
yang telah diketahui beratnya, setelah pengendapan sempurna dilakukan penimbangan
elektroda kembali berikut endapannya. Produk elektrolisis ditimbang sebagai deposit
salah satu elektroda (katoda)
W= q M/n F
w = weight of product in grams
q = charge in coulombs
M = atomic weight in g/mol
n = # of electrons transferred
F = Faradays constant in C/mol
Pengukuran muatan listrik
Jumlah muatan listrik (Coulomb) = jumlah muatan listrik yang ditranspor oleh
arus tetap 1 Amper dalam 1 detik
Jumlah Coulomb Q dihasilkan dari arus tetap I amper yang bekerja selama 1
detik sehingga:
Q = I.t
Perubahan arus menghasilkan :
Q = I dt
Faraday
Jumlah muatan yang menghasilkan yang menghasilkan satu ekivalen perubahan
kimia padasuatu elektroda
Oleh karena ekivalen dalam reaksi redoks adalah jumlah senyawa yang
memberi & memakai 1 mol elektron, maka:
Faraday = 6,022x1023 elektron =96,485 C
Presisi

Sangat teliti (0.1% atau >) namun memakan waktu


Berat dapat ditimbang sampai 0.01mg (dan bila BA dikatahui, sampai 3 ppm atau >
Muatan listrik dapat diukur secara akurat, dan konstanta Faraday dketahui sebesar
96484.56 0.27 C/mol
4. Aplikasi Elektrogravimetri
Metode ini merupakan cara efektif untuk penentuan dan pemisahan logamlogam yang memiliki potensial elektrode yang hampir berhimpit. Contoh aplikasi ini
adalah analisis campuran logam-logam tembaga, timbal, kadnium, seng dan timah
dengan elektrogravimetri menggunakan elektroda Pt. Tiga logam pertama terdeposisi
pada kondisi larutan netral yang mengandung tartrat. Timah terkompleks menjadi
timah(IV)tartrat dan tak terdeposisi. Tembag terdeposisi pada potensial -0,2 V (vs
SCE), Bi pada -0,4 V (vs SCE) dan Pb pada -0,6 V (vs SCE). Kadnium dan seng
terendapkan pada kondisi larutan amonia pada -1,2 dan 1,5 V, sehingga seluruh logam
dapat terpisahkan dan tertentukan kandungannya dalam sampel.

Cd2+

Ditimbang
Sebagai
Cd

Co2+

Co

Larutan sulfat beramoniak

Cu2+

Cu

Larutan dengan HNO3/H2SO4

Fe3+

Fe

Larutan (NH4)2C2O4

Pb2+

PbO2

Larutan HNO3

Ni2+

Ni

Larutan sulfat beramoniak

Ion

Kondisi
Larutan sianida basa

DAFTAR PUSTAKA
Widodo, Didik Setiyo. dkk. 2009. Buku Ajar Analisis Kuantitatif. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Farhan. 2011. Eletrogravimetri. Diunduh pada: 15 November 2012 pukul 17.33.
(online)http://farhanceria.blogspot.com/2011/01/elektrogravimetri_27.html
Anonim. 2011. Elektrogravimetri. Diunduh pada : 15 November 2012 pukul 18.24/
(online) http://blogchemist.blogspot.com/2011/12/elektrogravimetri.html

Anda mungkin juga menyukai