PEMBAHASAN
2.1
2.1.1
meningkatnya asupan pakan dari beberapa jenis pakantertentu, namun hal tersebut
biasanya dibatasi dengan performans genetik. Efesiensi konversi pakan menjadi
produk hewani (
Product
Feed intake ) meningkat bersamaan, tertutama pada hewan
yang sedang berkembang. Hal ini dikarenakan proporsi nutrient yang masuk yang
diperlukan untuk menjalankan fungsi tubuh berkurang seiring dengan jumlah
pakan yang masuk. Hewan ternak yang memiliki potensi produksi yang lebih
tinggi memiliki herbage intake dan Food Coversion Effeciency yang lebih baik.
Selanjutnya efesiensi pakan yang dicerna yang digunakan untuk menjalankan
fungsi tubuh atau produksi akan meningkat sejalan dengan tingkat digestibilitas
dari suatu bahan pakan. Jadi tingkat herbage intake dan kandungan nutrisi suatu
hijauan sangat berpengaruh penting terhadap efisiensi pakan. Namun tingkat
digestibilitas pada hewan ruminan akan berkurang sesuai dengan jenis pakan
tertentu yang dimakan, dan juga terdapat kebutuhan nutrient yang tinggi sejalan
dengan meningkatnya kebutuhan produksi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang erat antara jumlah nutrient yang masuk dan performa
hewan ternak (Geenty, 1987).
2.1.2
ternak yang sedang laktasi yang sangat membutuhkan kebutuhan nutrient yang
tinggi. Pada kenyataan di lapangan hal tersebut sangat dibatasi oleh kebutuhan
nutrient bagi hewan ternak kelas lain. Sehingga diperlukan manajemen yang
sangat baik untuk mempertahankan herbage intake dan performa hewan ternak
dengan kondisi keaadaan lahan pengembalaaan (Geenty, 1987).
Tabel 1. Efesiensi Pakan pada Komoditas Sapi dan Domba
Jenis Ternak
Sapi Potong
Domba
2.2
Efesiensi
7,52% - 11,29%
6,78% - 13,72%
Sumber
Siregar, 2001
Mathius dkk., 2001
Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan adalah kemampuan untuk mengubah pakan kedalam
gizi pakan. sedangkan menurut Nurdiati dkk., (2012) faktor yang mempengaruhi
efisiensi pakan yaitu umur, kualitas pakan dan bobot badan. Nilai efisensi pakan
yang rendah disebabkan karena rendahnya rerata PBBH dan rendahnya nilai
nutrien dari bahan pakan yang dikonsumsi sapi.
2.3
Jenis Ternak
Jenis ternak sangat mempengaruhi komsumsi pakan, karena kondisi
Temperatur Lingkungan
Ternak
ruminansia
dalam
kehidupannya
menghendaki
temperatur
Palatabilitas
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai
akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang
dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin,
manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang menumbuhkan daya
tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya. Ternak ruminansia lebih
menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada asin/pahit. Mereka juga lebih
menyukai rumput segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan
fosfor (P) lebih tinggi.
4.
Selera.
Selera dipengaruhi oleh kondisi internal ternak, apakah lapar atau tidak,
bila dalam keadaan lapar maka selera ternak akan naik dengan sendirinya, bahkan
bila keadaan ini sering terjadi ternak bisa mengkonsumsi lebih dari yang di
butuhkan.
5.
Status fisiologi
Tingkat konsumsi ternak sangat di pengaruhi status fisiologis ternak yaitu
makin tinggi energi makin sedikit pakan yang di konsumsi ternak, sebaliknya
apabila semakin rendah energi semakin banyak yang dikonsumsi ternak.
7.
Bentuk Pakan
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk pellet atau dipotong
daripada hijauan yang diberikan seutuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan ukuran
partikel yang lebih mudah dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu, rumput yang
diberikan sebaiknya dipotong-potong menjadi partikel yang lebih kecil dengan
ukuran 3-5 cm. Sedangkan ternak unggas lebih suka dengan pakan dengan bentuk
biji-bijian.
8.
Produksi
Kemampuan ternak dalam konsumsi pakan sangat dipengaruhi dengan apa
yang sedang di produksinya, baik produksi telur, berat badan, susu, woll dan lainlain (Kartadisastra 1997).
III
KESIMPULAN
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA