Anda di halaman 1dari 2

fenomena LGBT tidak hanya ditinjau dari sisi kesehatan atau pribadi seseorang saja, bahkan

juga mengikis dan menggugat keharmonisan hidup bermasyarakat. Dari sudut sosiologi
pula,ia akan menyebabkan peningkatan gejala sosial dan maksiat hingga tidak dapat
dikendalikan. Jika dilihat dari sisi psikologi, kebiasaan jelek ini akan mempengaruhi
kejiwaan dan memberi efek yang sangat kuat pada syaraf. Sebagai akibatnya pelaku merasa
dirinya bukan lelaki atau perempuan sejati, dan merasa khawatir terhadap identitas diri dan
seksualitasnya. Pelaku merasa cenderung dengan orang yang sejenis dengannya. Hal ini juga
bisa memberi efek terhadap akal, menyebabkan pelakunya menjadi pemurung. Seorang
homoseks selalu merasa tidak puas dengan pelampiasan hawa nafsunya.
Gejala ini juga bisa merusakkan institusi keluarga dan membunuh keturunan. Keluarga
adalah unit dasar suatu masyarakat dan selanjutnya pembentukan sebuah bangsa dan negara.
Namun dengan fenomena Lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) yang menular ke
seluruh masyarakat dunia, termasuk negara kita, ia memberi berbagai efek kepada institusi
keluarga yang tradisi sifatnya. Kondisi ini tentunya akan mengakibatkan rasa kecewa di
kalangan anggota keluarga yang lain. Dan juga berpotensi menimbulkan pertikaian sesama
anggota keluarga dan kerabat.
Ketika salah seorang pasangan suami istri terlibat dalam kancah LGBT, sudah pasti ia akan
mempengaruhi pihak lain. Sebagai manusia normal, setidaknya ia akan berhadapan dengan
tekanan emosi. Jika perilaku pasangan yang melanggar fitrah alam ini tidak dirawat sehingga
dia kembali normal, ia akan memperbesar potensi tekanan mental yang lebih berat kepada
pihak lain. Jika ada anak yang tumbuh dalam rumah tangga atau keluarga yang terlibat,
tentunya akan mempengaruhi anak-anak yang ada.
Jika konflik pernikahan disebabkan kesalahan ini menjadi semakin parah, maka tentulah
pihak yang menjadi korban keadaan terpaksa memilih untuk bercerai. Perceraian disebabkan
faktor sebegini merupakan kerugian yang sangat besar kepada masyarakat. Satu unit yang
membentuk keutuhan masyarakat gugur dan pada saat yang sama. Belum tentu pihak yang
terlibat dengan LGBT akan menerima pengajaran dari perceraian tersebut. Belum lagi
menghitung dampak tidak baik yang ditanggung oleh pihak lain dan anak-anak yang tidak
bersalah, tetapi menjadi korban keadaan.
Fenomena LGBT dapat mengakibatkan dampak buruk dari aspek kesehatan karena
dapat menyebabkan infeksi penyakit berbahaya. Di antaranya sebagai berikut:
Kanker anal
Kemungkinan besar kanker pada gay disebabkan oleh HPV (Human Papillomavirus). HPV
biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan merupakan penyebab utama dari kanker
anal (dubur). Melihat kebiasaan gaya hubungan seksual para gay yang seringkali melakukan
seks anal, tak mengherankan jika mereka lebih berisiko terkena kanker anal.
Kasus kanker anal paling tinggi ditemukan pada pria gay yang positif terkena HIV. Sementara
itu, tingkat tertinggi kedua pasien kanker anal adalah pria gay yang tidak terjangkit HIV.
Kanker mulut

Sementara kanker mulut seringkali disebabkan oleh kebiasaan merokok, namun yang
mengherankan adalah pelonjakan jumlah kanker mulut hingga 225% pada tahun 1974.
Berdasarkan penelitian di New England Journal of Medicine menemukan bahwa rokok bukan
satu-satunya penyebab kanker mulut. Yang lebih berisiko tinggi terkena kanker mulut adalah
orang yang melakukan oral seks dengan enam atau lebih partner seks yang berbeda, dan hal
ini sering dilakukan oleh para gay, yakni bertukar pasangan seks.
Tingginya risiko para gay terkena kanker juga tak lepas dari peranan virus HIV yang
seringkali menyerang mereka. Virus HIV diketahui bisa melemahkan sistem imun tubuh dan
rentan ditularkan melalui hubungan seks. Ketika seseorang telah terjangkit HIV, maka risiko
dirinya terkena kanker akan lebih besar.
Kanker pada lesbian
Sebuah penelitian di Cancer Support COmmunity menunjukkan bahwa para lesbian memiliki
kesehatan yang lebih buruk daripada wanita heteroseksual setelah melewati kanker. Tak
hanya itu, wanita lesbian juga diketahui memiliki tingkat bertahan yang lebih rendah dalam
hal melawan kanker.
Radang selaput otak (meningitis)
New York Diserang Wabah Radang Otak karena Hubungan Seks Sembarangan. Dalam
tulisan di DetikHealth tersebut dikatakan radang otak atau meningitis dapat disebabkan oleh
berbagai hal, mulai dari infeksi mikroorganisme, penyakit peradangan, kanker hingga obatobatan tertentu. Beberapa waktu yang lalu, New York dihebohkan dengan wabah meningitis
yang ditularkan lewat hubungan seksual, khususnya pelaku hubungan sesama jenis.
Bakteri meningitis ini menginfeksi membran selaput otak yang disebut meninges. Gejala
awalnya berupa demam, sakit kepala, muntah, leher kaku, dan ruam dalam waktu 10 hari
setelah terinfeksi. Jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan otak hingga kematian.
HIV/AIDS
Virus HIV sering dikaitkan dengan penyakit kelamin karena penularan penyakit ini biasanya
disebabkan karena adanya hubungan seksual yang bebas, sering berganti pasangan, dan tidak
sehat, dan ternyata kaum gay ini justru menjadi kaum yang paling beresiko mendapatkan
penyakit AIDS disamping kaum transgender.

Anda mungkin juga menyukai