Anda di halaman 1dari 10

A.

ANATOMI LEHER DAN KELENJAR GETAH BENING

Leher
Leher adalah penghubung antara kepala dan badan. Leher terdiri dari beberapa

struktur neurovaskular vital (arteri, vena, saraf dan saluran getah bening) yang tersusun
dalam sebuah ruang yang terbatas. Sistem muskuloskeletal di leher, berfungsi untuk
melindung leher, menggerakkan leher secara maksimal, mengatur proses ventilasi,
menelan dan berbicara. Leher juga terdiri dari banyak kelenjar getah bening dan saluran
getah bening yang berdensitas tinggi 3
Leher pada bagian atas dibatasi oleh inferior mandibula, ujung dari prossesus
mastoid,

dan

tonjolan

oksipital.

Batas

lateral

leher

terdiri

dari

otot

sternokleidomastoideus yang dapat teraba dan otot trapezius. Struktur di medial yang
dapat teraba adalah tulang hyoid, kartilago tiroid, kartilago krikoid dan kelenjar tiroid,
bila kelenjar tiroid mengalami pembesaran. Otot leher, organ di leher (laring, trakea,
faring, kerongkongan, dan lain-lain) dan struktur neurovaskular di leher terbungkus oleh
lembaran jaringan ikat, yaitu fascial plane. Fascia ini terdiri dari lapisan luar, tengah dan
dalam. 3
Vaskularisasi leher bersal dari arteri karotid. Arteri karotid terbagi menjadi dua
cabang utama yaitu arteri karotid internal dan arteri karotid eksternal, yang terletak pada
perbatasan superior dari kartilago tiroid. Arteri karotid komunis berasal dari cabang
lengkung aorta di sisi kiri sedangkan trunkus brachiosefalika berasal dari cabang
lengkung aorta di sisi kanan. Bagian bawah leher menerima sebagian besar suplai darah
dari trunkus tiroservikalis, yang berasal dari arteri subklavia. Cabang dari arteri karotid
eksternal mensuplai darah ke daerah leher dan wajah sedangkan arteri karotid internal
tidak mempunyai cabang di leher. 3
Drainase vena dari kepala dan leher diterima oleh vena superfisial kulit yang
terbuka langsung ke dalam vena subklavia (vena jugularis eksternal dan vena jugularis
anterior) dan khususnya oleh vena jugularis internal, yang memiliki lumen yang jauh
lebih besar. Pembuluh darah vena vertebral dan pleksus vena dalam kanalis servikal
spinal biasanya menangani sekitar 30% dari aliran balik vena serebral. 3

Kelenjar Limfe
Struktur pembuluh getah bening serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih

banyak katup sehingga pembuluh getah bening tampaknya seperti rangkaian petasan atau
tasbih. Pembuluh getah bening yang terkecil atau kapiler getah bening lebih besar
daripada kapiler darah dan hanya terdiri atas selapis endotelium. Pembuluh getah bening
bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga-rongga getah
bening di dalam jaringan berbagai organ. Kapiler-kapiler getah bening pada jaringan
membawa cairan menuju saluran limfatik kemudian akan menuju ke kelenjar getah
bening regional atau kelompok kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening di leher
berfungsi sebagai 'stasiun penyaringan' biologis yang merupakan gabungan dari kapiler
dan pembuluh limfatik. Dari sekitar 1000 kelenjar getah bening dalam tubuh manusia,
sekitar 300 kelenjar getah bening terletak di daerah kepala dan leher. Ia ditemukan
diantara lapisan tengah dan lapisan dalam dari fascia servikal. Berdasarkan susunan
saluran limfatik, kelenjar getah bening di persimpangan antara vena jugularis fascialis
dan vena jugularis internal menerima drainase dari hampir seluruh bagian kepala dan
leher dan merupakan tempat predileksi untuk metastasis lymphogenous dalam persentase
yang besar terhadap tumor ganas kepala dan tumor leher. 3,6

Gambar 1. Kelompok kelenjar getah bening kepala dan


leher yang utama (Dikutip dari kepustakaan 4)

Di sisi kiri leher, getah bening mengalir ke subklavia internal sinistra dan vena
jugularis pada ujung duktus thorasikus sinistra. Getah bening di sisi kanan leher mengalir
ke pertemuan antara subklavia internal sinistra dan vena jugularis pada ujung duktus
thoracicus kanan. Organorgan limfatik di nasofaring dan orofaring (Waldeyers ring)
termasuk portal of entry pada sistem ini. Kelenjar getah bening leher yang normal tidak
terlihat atau teraba. Kelenjar getah bening yang membesar dengan diameter 1 cm atau
lebih dapat diraba. 3
Drainase limfatik regional dari mukosa saluran aerodigestif atas, kelenjar ludah,
dan kelenjar tiroid terjadi pada kelompok kelenjar getah bening regional yang spesifik.
Kelenjar getah bening leher pada aspek lateral menerima aliran cairan limfatik dari
saluran aerodigestif bagian atas. Ini termasuk kelompok kelenjar getah bening submental
dan submandibular yang terletak di trigonum submental dan submandibular leher.
Kelenjar getah bening

jugularis bagian dalam meliputi kelenjar getah bening

jugulodigastrik, jugulo-omohyoid, dan supraklavikula yang berdekatan dengan vena


jugularis interna. Kelenjar getah bening di trigonum posterior leher termasuk rantai
assesori kelenjar getah bening yang terletak di sepanjang saraf assesori tulang belakang
dan rantai servikalis transversal dari kelenjar getah bening di dasar trigonum posterior
leher. Kelenjar getah bening retrofaring berada pada resiko penyebaran metastasis dari
tumor faring. Pada kompartemen sentral leher terdapat kelenjar getah bening Delphian
yang ditutupi oleh kartilago tiroid pada garis tengah laring. Kelenjar getah bening
peritiroid berdekatan dengan kelenjar tiroid. 4

Gambar 2. Anatomi saluran dan kelenjar getah bening pada


leher dan kepala.

Lokasi dari metastasis kelenjar yang teraba sering menunjukkan potensi sumber
primer tumor. Dalam rangka membangun konsistensi dan menyediakan bahasa umum
antara dokter, ahli patologi, ahli radiologi, bagian pelayanan kepala dan leher di
Memorial Sloan- Kettering Cancer Center telah menjelaskan sistem level pada kelenjar
getah bening leher. Sistem ini membagi kelenjar getah bening pada aspek lateral leher
menjadi lima kelompok nodal atau level. Selain itu, kelenjar getah bening di
kompartemen sentral leher adalah level VI dan VII. 4
Level I:

Kelompok submental dan submandibular. Kelenjar getah bening di


daerah trigonum dibatasi dengan posterior dari otot digastrik, yang

Level II:

batas inferior korpus mandibula, dan tulang hyoid.


Kelompok jugularis superior. Kelenjar getah bening sekitar bagian atas
dari vena jugularis interna dan bagian superior dari saraf spinal
assesori, memanjang dari dasar tengkorak sampai dengan bifurkasi

dari arteri karotis atau tulang hyoid.


Level III: Kelompok Mid-jugularis. Kelenjar getah bening di sekitar sepertiga
tengah vena jugularis internal.

Level IV: Kelompok jugularis inferior. Kelenjar getah bening sekitar sepertiga
bagian bawah jugularis internal.
Level V: Kelompok trigonum posterior. Kelenjar getah bening sekitar bagian
bawah saraf spinal assesori

dan sepanjang pembuluh servikalis

transversal serta dibatasi oleh trigonum yang dibentuk oleh klavikula,


batas posterior dari otot sternokleidomastoideus, dan perbatasan
anterior dari otot trapezius.
Level VI: Kelompok kompartemen sentral. Kelenjar getah bening dalam
prelaryngeal, pretracheal, (Delphian), paratrakeal, dan sulcus
tracheoesophageal.
Level VII: Kelompok mediastinum Superior. Kelenjar getah bening pada
mediastinum superior anterior dan sulcus trakeoesophageal. 4

Gambar 3. Daerah kelenjar getah bening menurut

Memorial Sloan- Kettering Cancer Center


(Dikutip dari kepustakaan 4)

Gambar 4. Skematik daerah kelenjar getah


bening leher (Dikutip dari kepustakaan 2)

B. FUNGSI SISTEM LIMFATIK


Sistem limfatik merupakan suatu jalur tambahan sistem sirkulasi. Hal yang
terpenting, sistem limfatik dapat mengangkut protein dan zat-zat berpartikel besar keluar
dari ruang jaringan, yang tidak dapat dipindahkan dengan proses absorbsi langsung
kedalam kapiler darah. Kelenjar limfe berasal dari kantong tertutup mikroskopik yang
disebut kapiler limfatik. Kapiler limfatik berukuran lebih besar dan lebih tidak beraturan
dibandingkan kapiler darah, tetapi struktur dasarnya sama. limfe memasuki sebuah nodus
melalui suatu kapsul fibrosa yang melewati beberapa pembuluh limfe aferen dan keluar
melalui sebuah pembuluh limfe eferen. Katub-katub satu arah dalam pembuluh aferen
dan feren menjaga limfe tetap mengalir ke satu arah.5
Fungsi sitem limfatik adalah sebagai berikut :5
1. Sistem limfatik mengembalikan kelebihan cairan jaringan yang keluar dari
kapiler. Jika cairan tidak dikeluarkan, maka cairan tersebut akan terkumpul dalam
ruangan intertisial dan mengakibatkan edema.
2. Sistem limfatik juga mengembalikan protein plasma ke dalam sirkulasi. Setiap
protein plasma yang keluar dari kapiler menuju ruang antar jaringan diabsorbsi
ke dalam pembuluh limfe. Jika proteindibiarkan terakumulasi, maka tekanan
osmotik cairan intertisial akan meningkat.
3. Pembuluh limfatik khusus mentranspor nutrien yang terabsorpsi, terutama lemak
dari sistem pencernaan ke dalam darah.
4. Sistem limfatik mengeluarkan zat-zat toksik dan debris selular dari jaringan
setelah infeksi atau kerusakan jaringan.
5. Sistem limfatik mengendalikan kualitas aliran cairan jaringan dengan cara
menyaringnya melalui nodus-nodus limfe sebelum mengembalikannya ke
sirkulasi.
C. ALIRAN LIMFE
Pada dasarnya seluruh pembuluh limfe dari bagian bawah tubuh pada akhirnya
akan bermuara ke duktus toraksikus, yang selanjutnya bermuara ke dalam sistem darah
vena pada pertemuan antara vena jugularis interna kiri dan vena subklavia kiri. Cairan
dari sisi kanan leher dan kepala, lengan kanan, dan bagian kanan toraks, memasuki
duktus limfatikus kanan (jauh lebih kecil dari duktus toraksikus), yang akan bermuara ke

dalam sistem darah vena pada pertemuan antara vena subklavia kanan dan vena jugularis
interna.1
Terdapat dua batang saluran limfe yang utama, duktus torasikus dan duktus
limfatikus dextra. Duktus torakikus bermula sebagai reseptakulum kili atau sisternakili di
depan vertebra lumbalis, kemudian berjalan ke atas melalui abdomen dan toraks
menyimpan ke sebelah kiri kolumna vertebralis, kemudian bersatu dengan vena-vena
besar di sebelah bawah kiri leher dan menuangkan isinya masuk ke sirkulasi darah lewat
vena subclavia sinistra.
Duktus limfatikus dextra ialah saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan
limfe dari kepala kanan, leher kanan, lengan kanan dan dada sebelah kanan, dan
menuangkan isinya ke dalam vena subklavia dextra yang berada di sebelah bawah kanan
leher.5 Jika terjadi infeksi, kelenjar limfe dapat meradang ( kelenjar limfe bengkak, merah
dan sakit ), proses ini biasa disebut limfadenitis.6

Pompa Aliran Limfe:


Organ-organ limfoid diantanya adalah kelenjar getah bening (limfonodus), tonsil,
tymus, limpa (spleen atau lien), limfonodulus. Sistem limfatik terdiri dari pembuluh getah
bening, nodus getah bening, organ limfatik, nodul limfatik, sel limfatik. Pembuluh getah
bening merupakan muara kapiler getah bening, menyerupai vena kecil yang terdiri atas 3
lapisan dan mempunyai katup pada lumen yang mencegah cairan getah bening kembali
ke jaringan. Ketika saluran atau pembuluh limfe berukuran lebih besar diregangkan oleh
cairan, otot polos pada dinding pembuluh tersebut akan berkontraksi secara otomatis.
Selanjutnya setiap segmen pembuluh limfe diantara katub akan berfungsi sebagai suatu
pompa otomatis tersendiri. Yaitu, pengisian suatu segmen akan menyebabkan kontraksi
segmen tersebut, dan cairan akan dipompa melalui katub berikutnya kedalam segmen
pembuluh darah berikutnya. Hal tersebut akan mengisi segmen berikutnya, dan beberpa
detik kemudian, segmen tersebut juga berkontraksi, proses ini berlanjut terus di
sepanjang pembuluh limfe sampai cairan limfe tersebut bermuara ke dalam sirkulasi
darah. Pada pembuluh limfe yang sangat besar seperti duktud toraksikus, pompa limfe ini
dapat menghasilkan tekanan sebesar 50 sampai 100 mmHg. 1

Selain pemompaan yang disebabkan oleh kontraksi intrinsik dinding pembuluh


limfe, faktor luar yang secara intermiten menekan pembuluh limfe juga dapat
menyebabkan pemompaan. Menurut pentingnya, factor-faktor tersebut adalah :1

Kontraksi otot rangka di sekitar saluran limfe


Pergerakan bagian-bagian tubuh
Pulsasi arteri yang berdekatan dengan saluran limfe
Penekanan jaringan oleh bemda-benda di luar tubuh.

Pompa limfe menjadi sangat aktif selama berola-raga, yang sering meningkatkan
aliran limfe 10 sampai 30 kali lipat. Sebaliknya, dalam keadaan istirahat aliran limfe
menjadi sangat lambat, hampit tidak ada sama sekali.1

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton,Hall.2014.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi Keduabelas.Jakarta:Sauders


Elsiver.Hal 198-202.
2. Soepardi Arsyad Efiaty, Iskandar Nurbaiti,dkk.2007.Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala & Leher Edisi Keenam.Jakarta:Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.Hal 174-177.
3. Probst, Rudolf.2006.Basic Otorhino-laryngology, A Step-by-step Learning Guide.
Germany. Apply Wemding. P. 312-19
4. Delaere, Pierrre.2012Clinical and Endoscopic Examination of the Head and Neck.
Berlin. Springer-Verlag. p. 19-32
5. Sloane Ethel.2004.Anatomi Dan Fisiologi.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC.Hal 245-247
6. Pearce C. Evelyn.2009.Anaatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis.Jakarta:PT
Gramedia Pustaka Utama. Hal 193-198.

Histofisiologi

Nodus limfatikus berperan sebagai suatu filter yang mana limfe mengalir dan dibersihkan
dari partikel-partikel asing sebelum ia kembali ke sistem sirkulasi. Karena nodus limfatikus
tersebar di seluruh tubuh, cairan limfe yang terbentuk dalam jaringan paling tidak harus melalui
satu nodus limfatikus sebelum masuk dalam aliran darah. Tiap-tiap nodus menerima cairan limfe
dari daerah tubuh tertentu, karena itu ia dinamakan nodus satelit. Tumor ganas sering
mengadakan metastatis melalui nodus satelit. Pada noduli limfatikus, antigen yang jumlahnya
besar diproses oleh makrofag, dan sebagian antigen terjebak pada permukaan sel-sel retikuler
khusus yang dikenal sebagai sel-sel dendritik. Antigen yang terikat ini tidak difagositosis tetapi
dikenakan pada permukaan sel-sel dendritik dimana ia mungkin dikenal dan ditindak oleh
limfosit yang kompoten secara imunologik. Bila sel B mengenali antigen, dalam keadaan yang
sesuai (yang mungkin membutuhkan peranan sel-sel T) limfosit B dapat diaktifkan. Sel-sel ini
selanjutnya membelah dan menghasilkan sel-sel plasma dan limfosit B aktif. Sel-sel plasma
kemudian secara aktif mensintesis antibodi spesifik dan mengeluarkannya ke dalam cairan limfe
yang sedang mengalir melalui sinus-sinus medula. Sel-sel B aktif, yang dapat mengsekresi
beberapa antibodi dan juga mengikat sebagian antibodi ini pada permukaannya, meninggalkan
medula dan mengalir dengan cairan limfe untuk masuk kembali dalam sistem sirkulasi. Bila
dalam perjalanannya sel-sel B menemukan antigen perangsang yang lebih banyak, ia dapat
meninggalkan darah, masuk ke dalam jaringan penyambung, dan berdiferensiasi menjadi sel-sel
plasma bersekresi yang tidak bergerak. Sebagai akibat infeksi dan perangsangan antigen nodus
limfatikus yang terserang menunjukkan pembengkakan, menggambarkan pembentukan banyak
sentrum germinativum dan proliferasi aktif sel-sel. Pada nodus yang istirahat, sel-sel plasma
merupakan 1-3% populasi sel; akan tetapi, jumlah mereka sangat meningkat dan mereka
berperanan sebagian akan pembesaran nodus limfatikus yang terangsang. Sel-sel dalam cairan
limfe kembali ke aliran dan melalui ductus thorasicus. Limfosit yang berasal dari darah dapat
mendiami kembali nodus limfatik dengan meninggalkan melalui venula spesifik dalam zona
parakorteks nodus limfatikus. Pembuluh-pembuluh ini, venula postkapilaris, menunjukkan
endotel yang terdiri atas sel-sel kubis tinggi yang tidak seperti pada umumnya. Limfosit mampu
berjalan antara sel-sel endotel pembuluh tersebut. Diduga bahwa kemampuan migrasi ini
dihubungkan dengan interaksi spesifik reseptor-reseptor (mungkin polisakarida) pada permukaan
limfosit dan sel-sel endotel venula postkapiler. Limfosit yang menembus antara sel-sel endotel
venula menembus zona parakortikal sinus-sinus medula dan meninggalkan nodul melalui eferen

pembuluh limfatik bersama-sama dengan limfosit yang baru dibentuk. Dengan jalan ini, sebagian
besar limfosit T bersirkulasi banyak kali.

Anda mungkin juga menyukai