Anda di halaman 1dari 7

Jaminan adalah suatu yang diberikan kepada

kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan


bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang
dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu
perikatan.
Hukum Jaminan adalah keseluruhan dari kaidah
kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum
antara pemberi dan penerima jaminan dalam
kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk
mendapatkan fasilitas/kredit.
Unsur-Unsur : keseluruhan aturan: dalam
bidang jaminan, dapat dibedakan menjadi 2
macam,yaitu kaidah hukum jaminan tertulis dan
kaidah hukum jaminan tidak tertulis., hubungan
hukum: suatu hubungan yang diatur oleh hukum
yang mengakibatkan hukum, pemberi (debitur)
dan
peneriman
jaminan
(kreditur):
pemberian jaminan dalah orang-orang atau badan
hukum yang menyerahkan barang
jaminan
kepada penerima jaminan, fasilitas kredit:
pembebanan jaminan yang dilakukan oleh
pemberian jaminan bertujuan untukmendapatkan
fasilitas kredit dari bank atau lembaga keuangan
nonbank.
Karena ada fasilitas kredit jadi harus ada jaminan,
untuk keamanan modal yang dikeluarkan oleh
kreditur, karena uang yang digunakan kreditur
untuk dipinjamkan ke debitur adalah uang
masyarakat jadi harus aman, sehingga diperlukan
jaminan.
JAMINAN 5C : Cavital, Capacity (kemampuan
seseorang
untuk
membayar),
Character
(bagaimana orang itu), Condition of economy
(kondisi
ekonomi
seseorang
yang
akan
mengkredit), Callacdral (anggunan benda/orang)
BENDA : tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yg
dapat menjadi objek dari hak milik (499 KUHPer)
1.

memiliki nilai ekonomis, 2. mudah dipindah


tangankan (dijual), 3. dapat diperjual belikan
(narkotika tidak bisa menjadi jaminan
karena itu benda diluar perdagangan)

KREDIT : pentingnya jaminan dan adanya


keamanan dan kepastian bagi kreditur terhadap
modal yg dikeluarkannya, dan pada saatnya akan
kembali, karena kredit itu ada jangka waktu.
LEMBAGA JAMINAN : 1. Cara terjadinya (UU
merupakan jaminan yang ditunjuk keberadaannya
oleh undang-undang, tanpa adanya perjanjian dari
para pihak, sebagaimana yangdiatur dalam Pasal
1131 KUHPer, seperti jaminan umum, hak
privelege dan hak retensi. PERJANJIAN merupakan
jaminan yang terjadi karena adanya perjanjian
antara para pihak sebelumnya, seperti gadai
(pand), fidusia, hipotek, dan hak tanggungan), 2.
Sifatnya,
3.
Jaminan
kebendaan,
jaminan
perorangan, 4. Objek jaminan (benda), menguasai
bendanya/tidak menguasai bendanya, 5. UU (tidak
disukai), 6. Perjanjian (lebih disukai karena adanya

hal tertentu). Orang lebih memilih Jaminan


Khusus karena : 1. Eksekusi benda jaminannya
lebih mudah, sederhana dan cepat jika debitur
melakukan wanprestasi. 2. Kreditur jaminan
khusus didahulukan dibanding kereditur jaminan
umum dalam pemenuhan piutangnya.
SIFATNYA : UMUM (1131 KUHPer), karena tidak
ditentukan
benda apa, tapi kesemuanya. Karena kekayaan
bisa berubah-ubah, segala harta/hak kebendaan si
berhutang, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru
akan
ada
di
masa
mendatang,
menjadi
tanggungan untuk semua perikatan perorangan.
KHUSUS, merupakan jaminan yang diberikan
dengan penunjukan atau penyerahan atas suatu
benda/barang tertentu secara khusus, sebagai
jaminan untuk melunasi utang atau kewajiban
debitur,
baik
secara
kebendaan
maupun
perorangan, yang hanya berlaku bagi kreditur
tertentu saja.dari kesekian benda, itu sudah
ditunjuk jaminannya.
JAMINAN BENDA/ORANG : KEBENDAAN adalah
jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu
benda
tersebut.
Penggolongan
jaminan
berdasarkan
atau
bersifat
kebendaan
dilembagakan dalam bentuk: hipotek (Pasal 1162
KUHPer), Hak Tanggungan, gadai (pand), dan
fidusia. PERORANGAN, dapat berupa borgtoch
(personal guarantee) yang pemberi jaminannya
adalah pihak ketiga secara perorangan, dan
jaminan perusahaan, yang pemberi jaminannya
adalah suatu badan usaha yang berbadan hukum.
PERBEDAAN
BERGERAK :
1.

2.

3.

4.

BENDA

BERGERAN

&

TIDAK

PENYERAHANNYA
:
B.Bergerak
penyerahannya tangan pendek (tangan ke
tangan), tidak perlu didaftarkan, setelah
dibayar langsung menjadi hak milik. Tdk
Bergerak penyerahannya dengan balik
nama, setelah itu baru menjadi hak milik.
PEMBEBANANNYA
:
B.Bergerak
pembebanannya GADAI (kantor gadai),
FIDUSIA
(bank).
Tdk
Bergerak
pembebanannya HIPOTIK (hak tanggungan).
PENGUASAANNYA : B.Bergerak PEMILIK
sampai bisa dibuktikan sebaliknya (bezit).
Tdk Bergerak tidak berlaku bezit.
DALUWARSA : B.Bergerak tidak mengenal
daluwarsa, Tdk Bergerak mengenal lembaga
daluwarsa.

MENGUASAI BENDANYA : Gadai / dikuasai oleh


kreditur.
TIDAK MENGUASAI BENDANYA : Hipotik/ Hak
Tanggungan
Privilege atau hak istimewa adalah suatu hak
yang oleh undang-undang diberikan kepada
seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih

tinggi dari pada orang berpiutang lainnya,


semata-mata berdasarkan sifat piutangnya. (1133
KUHPer). KHUSUS Privilege yang diberikan
terhadap benda tertentu yang diberikan oleh
debitur (umumnya memiliki kedudukan lebih
tinggi dari privilege umum). UMUM Privilege yang
diverikan terhadap kekayaan yang dimiliki oleh
dibitur.
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditor
(si berpiutang) atas suatu barang bergerak, yang
diserahkan kepadanya
oleh
debitur
(si
berutang), atau
oleh
seorang
lain
atas
namanya, dan yang memberikan kekuasaan
kepada kreditor
itu
untuk
mengambil
pelunasan dari
barang
tersebut
secara
didahulukan daripada
kreditur-kreditur
lainnya, dengan kekecualian biaya untuk melelang
barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan
untuk menyelamatkannya
setelah
barang
itu digadaikan,
biaya-biaya
mana
harus didahulukan.

Hak penerima gadai : 1.menerima angsuran


pokok pinjaman dan bunga sesuai dgn jangka
waktu yg ditentukan; 2.menjual barang gadai, jika
pemberi gadai tidak memenuhi kewajibannya
setelah lampau waktu atau setelah dilakukan
peringatan untuk pemenuhan janjinya.
Kewajiban penerima gadai diatur dalam
pasal 1154, 1156, d
an 1157 KUH Perd.: 1.
menjaga barang yang digadaikan sebaikbaiknya;
2. tidak diperkenalkan mengalihkan barang yang
digadaikan
menjadi miliknya,
walaupun
pemberigadai wanprestasi (Pasal 1154 KUH Perd.);
3.memberitahukan kepada pemberi gadai tentang
pemindahan barangbarang gadai (Pasal 1156
KUH Perd.); 4.bertanggung jawab atas kerugian
atau susutnya barang gadai, sejauh hal itu terjadi
akibat kelalaiannya (Pasal 1157 KUH Perd.).
Hak pemberi gadai : 1. menerima uang gadai
dari penerima gadai; 2. berhak atas barang gadai,
apabila hutang pokok, bunga dan biaya lainnya
telah dilunasinya; 3. berhak menuntut kepada
pengadilan supaya barang gadai dijual untuk
melunasi hutanghutangnya(Pasal 1156 KUH
Perd.).
Kewajiban pemberi gadai : 1. menyerahkan
barang gadai kepada penerima gadai; 2.
membayar pokok dan sewa modal kepada
penerima
gadai;
3.
membayar biaya
yang dikeluarkan oleh penerima gadai untuk
menyelamatkan barangbarang gadai (Pasal 1157
KUH Perd.).
CaraCara Hapusnya Gadai :
Menurut pasal 1152 BW : 1. barang gadai itu
hapus dari kekuasaan pemegang gadai; 2.
hilangnya barang gadai atau dilepaskan dari
kekuasaan penerima gadai surat bukti kredit.

Menurut
ari hutagalung :
1.
hapusnya
perjanjian pokok yang dijamin dengan gadai; 2.
terlepasnya benda gadai dari kekuatan penerima
gadai; 3. musnahnya barang gadai; 4. dilepaskan
benda
gadai
secara
sukarela;
5.
percampuran ( penerima gadai
Penyebabkan
terjadinya
pelelangan
jaminan karena nasabah tidak memenuhi
kewajibannya
untuk
membayar
utangutangnya, dan ini disebabkan faktor-faktor
sbb: 1. kondisi ekonomi nasabah yang rendah; 2.
kemauan debitor untuk membayar hutangnya
sangat rendah; 3. nilai jaminan lebih kecil dari
jumlah hutang pokok dan bunga; 4. usaha
nasabah bangkrut; 5. kredit yang diteriman
nasabah disalahgunakan; 6.manajemen usaha
nasabah sangat lemah; 7.pembinaan kreditor
terhadap nasabah sangat kurang.
FIDUSIA adalah pengalihan hak kepemilikan
suatu benda atas dasar kepercayaan dengan
ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya
dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan
pemilik benda.
Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda
bergerak baik yang berwujud maupun tidak
berwujud
dan
benda
tidak
bergerak
khususnya Bangunan
yang
tidak
dapat
dibebani hak tanggungan sebagaimanadimaksud
dalam UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan
yang tetap
berada
di
dalam
penguasaanPemberi Fidusia, sebagai agunan
bagi pelunasan uang tertentu, yang memberikan
kedudukan yangdiutamakan
kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor
lainnya. Benda/barang tidak bergerak dapat
dijadikan jaminan fidusiakan, diserahkan hak
miliknya, benda yang tidak bergerak yang dapat
dijadikan jaminan fidusia adalah bangunan yang
tidak dibebani dengan hak tanggungan (Rumah
susun ). Penerima jaminan fidusia tidak boleh
membeli/memiliki benda jaminan fidusia, karena
dikhawatirkan apabila penerima jaminan fidusia
yang membeli barang jaminan maka sipenerima
fidusia akan menaksir harga barang jaminan tidak
sesuai dengan harga barang tersebut karena
posisi debitur lemah.
Benda yang dibebani jaminan fidusia wajib
didaftarkan, karena : 1. Untuk memberikan
kepastian
hukum
pada
pihak
yang
berkepentingan; 2. Memberikan hak yang
didahulukan ( freferen ) Kepada penerima fidusia
terhadap kreditur lain; 3. Untuk memenuhi asas
publisitas / publicitet, supaya pihak ketiga dapat
mengetahui bahwa benda jaminan tersebut
sedang dilakukan pembebanan jaminan.
Hak Tanggungan menurut UU No. 4 Tahun 1996
adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak
atas tanah sebagaimana dimaksud dalam
undangundang nomor 5 tahun 1960 tentang

peraturan pokokpokok agrarian, berikut atau


tidak berikut bendabenda lain yang merupakan
satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan
utang tertentu, yang memberikan kedudukan
yang diutamakan kepada kreditor tertentu
terhadap kreditorkreditor lain.
Perbedaan objek Hak Tanggungan dan
Hypotek : Objek hak tanggungan adalah hak atas
tanah dam neliputi benda yang melekat dengan
tanah yang meliputi hak milik, HGU, HGB, hak
pakai baik hak milik maupun hak atas Negara dan
hak atas tanah berikut bangunan , tanaman, hasil
karya yang merupakan satu kesatuan dengan
tanah
Sedangkan objek hipotik hak atas tanah, meliputi
hak milik, hak guna usaha, dan hak guna
bangunansaja, tetapi semenjak berlakunya UU
No.
4
Tahun1996
tentang
hak
tanggungan . maka hak hipotik atas tanah tidak
berlaku lagi.
Hypotek
menurut
pasal
1162
BW,
Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda
benda tak bergerak, untuk mengambil pengantian
daripadanya bagi pelunasan bagi suatu perikatan.

Jaminan ini dapat dilihat dari pasal 1131


KUHPerdata, yang menyatakan bahwa segala
benda-benda yang dimiliki debitur merupakan
jaminan bagi hutang-hutangya. Dalam eksekusi
benda jaminan berdasarkan pasal ini maka yang
perlu diperhatikan Kedudukan-kedudukan kreditur.
Kreditur konkuren (kreditur bersama), kreditur
privilege(1134,1149, dan 1139 Kuhperdata), dan
kreditur preferen.
b. Jaminan yang berasal dari perjanjian
Hipotik, Gadai, fidusia, penanggungan (borgtocht),
perjanjian
garansi,
perutangan
tanggung
menanggung,dll
2. Jaminan Umum dan Jaminan Khusus
a. Jaminan Umum
Baik mengenai benda bergerak maupun tidak
bergerak baik benda yang sudah ada maupun
yang masih ada semua menjadi jaminan bagi
seluruh perutangan debitur, hasil penjualannya
dibagi2 kepada kreditur sesuai dengan kedudukan
kreditur (1131, 1132 KUHPerdata)
b. Jaminan Khusus

Hypotek
menurut
Vollmar,
Hipotik adalah sebuah
hak
kebendaan
atas
bendabenda tak bergerak tidak bermaksud
memberikan orang yang berhak (memegang
hipotik) sesuatu nikmat dari suatu benda,
tetapi ia bermaksud memberikan jaminan belaka
bagi pelunasan sebuah hutang dengan dilebih
dahulukan.

Jaminan dimana benda yang menjadi objek


jaminan
telah ditentukan dalam perjanjian,
Contoh jaminan khusus adalah Hipotik(Hak
tanggungan), credietverband, gadai, fidusia, dan
borgtocht

JAMINAN PERORANGAN,,, Jaminan immaterial


(perorangan) adalah
jaminan
yang menimbulkan hubungan
langsung pada
perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan
terhadap debitur tertentu, terhadap harta
kekayaan
debitur
umumnya
(menurut Sri
Soedewu Masjhoen Sofwan). , Jaminan
perorangan adalah suatu
perjanjian
antara
seorang berpiutang (kreditur) dengan seorang
ketiga, yang menjamin dipenuhinya kewajiban si
berhutang (debitur). Ia bahkan dapat diadakan
diluar
(tanpa)
siberhutang
tersebut.
(menurut Subekti)

a. Jaminan yang bersifat kebendaan

PENGGOLONGAN LEMBAGA JAMINAN :


1. Jaminan yang lahirkarena ditentukan oleh
Undang-Undang dan Jaminan yang lahir
Karena Perjanjian
Jenis jaminan ini dapat juga diartikan sebagai
penggolongan jaminan berdasar pembentuknya
yaitu berdasarkan undang-undang dan perjanjian.
a. Jaminan yang bersal dari Undang-Undang

3. Jaminan yang bersifat kebendaan dan Hak


perorangan

Merupakan jaminan yang merupakan hak mutlak


atas suatu benda, yang mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
Mempunyai hubungan langsung dengan benda
tertentu dari debitur
Dapat dipertahankan terhadap siapapun
Selalu mengikuti bendanya(droit de suit) dan
dapat dialihkan
b. Jaminan yang bersifat hak perorangan
Jaminan yang menimbulkan hubungan langsung
pada perorangan tertentu.
Antara kedua bentuk yang jaminan tersebut
beberapa azas yang perlu diperhatikan adalah :
Azas prioriteit pada hak kebendaan, yaitu azas
yang menyatakan bahwa hak kebendaan yang
lebih tua didahulukan.
Azas kesamaan pada hak perorangan, yang
menyatakan bahwa setiap kereditur memiliki
kedudukan yang sama , tidak memperhatikan
urutan pada saat kapan sutau jaminan tersebut
terjadi.

3. Jaminan atas benda bergerak(Onroerende


goederen)
dan
benda
tidak
bergerak
(onroerende zaken)
Pembedaan atas benda bergerak dan benda tak
bergerak dalam hukum perdata mempunyai arti
penting dalam hal-hal tertentu yaitu mengenai :

Cara pembebanan/jaminan

Dalam hal pembebanan, untuk benda-benda


bergerak dilakukan dengan lembaga jaminan gada
dan fidusia, dan pada benda tidak bergerak
dilakukan pada hak tanggungan(hipotik).

Cara penyerahan

Benda
bergerak
dilakukan
dengan
cara
penyerahan
nyata,
penyerahan
simbolis(penyerahan
kunci
gudang), tradition
brevimanu, constitutum possesorium, cessi, dan
endosemen, sedangkan pada benda benda tidak
bergerak dilakukan dengan cara balik nama yaitu
dilakukan dengan penyerahan yuridis yang
bermaksud dengan memperalihkan hak itu dibuat
dengan akta otentik dan didaftarkan.

Dalam hal daluwarsa

Benda bergerak tidak mengenal daluwarsam


benda tak bergerak mengenal daluwarsa

Dalam hal bezit

Pada benda bergerak berlaku asas pada pasal


1977 KUHPerdata, pada benda tidak bergerak
tidak berlaku asas tersebut.
5. Jaminan dengan menguasai bendanya dan
tanpa menguasai bendanya
Di Indonesia yang merupakan jaminan dengan
menguasai bendanya adalah gadai, dan hak
retensi, sedangkan tanpa menguasi bendanya
adalah fidusia, hak tanggungan(Hipotik).
Fungsi utama dari jaminan adalah untuk
meyakinkan bank atau kreditor, bahwa debitor
mempunyai kemampuan untuk mengembalikan
atau melunasi kredit yang diberikan kepadanya
sesuai dengan persyaratan dan perjanjian kredit
yang telah disepakati bersama.
Jaminan kebendaan dapat diadakan antara
kreditor dengan debitornya, tetapi juga dapat
diadakan antara kreditor dengan seorang pihak
ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajibankewajiban dari si berutang (debitor).
Jaminan yang bersifat kebendaan yaitu adanya
benda tertentu yang dijadikan jaminan (zakelijk).
Ilmu hukum tidak membatasi kebendaan yang
dapat dijadikan jaminan hanya saja kebendaan
yang dijaminkan tersebut haruslah milik dari pihak
yang memberikan jaminan kebendaan tersebut.

Penologi
berasal
dari
bahasa
Yunani,
yaitu poena dan logos,
poena
memiliki
arti pain atau
(kesakitan)
atau suffering (penderitaan)
atau
hukuman.
Sedangkan
kata logos memiliki
arti
ilmu
pengetahuan. Dengan demikian,penologi dapat
didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang hukuman.
E. H. Sutherland dan Donald R. Cressey
menyatakan
Penologi
yaitu
mengenai
pengawasan terhadap kejahatan. Istilah penologi,
menurut dia tidak memuaskan karena bagian ini
meliputi berbagai metode atau cara pengawasan
yang tidak mempunyai sifat pidana.
JENIS-JENIS PIDANA :
Pidana mati merupakan hukuman yang terberat
dari jenis-jenis ancaman hukuman yang tercantum
dalam KUHP bab 2 pasal 10 karena pidana mati
merupakan
pidana
terberat
yaitu
yang
pelaksanaannya berupa perampasan terhadap
kehidupan manusia.
Pidana penjara adalah bentuk pidana yang
berupa kehilangan kemerdekaan.
Pidana kurungan
Pidana denda
Pidana tutupan dimaksud dapat menggantikan
hukuman penjara dalam hal orang yang
melakukan kejahatan diancam dengan hukuman
penjara karena terdorong oleh maksud yang patut
dihormati.
Sistem
Pennsylvania
Dalam
sistem
ini
menjalani pidana penjara itu secara terasing
dalam sebuah sel. Selain itu dalam sistem
Pennsylvania ini dikeluarkan larangan bercakapcakap antara orang-orang hukuman satu sama
lain. Siterpidana dapat melakukan komunikasi
hanyalah dengan sipenjaga sel. Sistem ini
mengharapkan terpidana yang menjalani pidana
penjara dapat insaf atas perbuatan jahatnya dan
dapat memperkuat daya menolak dari setiap
pengaruh yang jahat. Dalam sistem Pennsylvanis
ini nampak lebih menitik beratkan segi keamanan
dan
disiplin
semata-mata
dan
tidak
memperhatikan segi-segi kemanusiaan dari pada
orang-orang
hukuman
tersebut.
Larangan
bercakap-cakap dan tidak dapat keluar dari selnya
baik siang maupun malam hari adalah merupakan
pelanggaran terhadap hak-hak asasi seseorang,
sekalipun ia dalam status orang hukuman.
Sistem Auburn Menurut sistem ini terpidana
penjara pada waktu malam hari diasingkan,
ditutup dalam sebuah sel. Sedangkan pada siang
hari diizinkan untuk bekerja bersama-sama
dengan terpidana lainnya, dengan larangan
berbicara antara satu dengan yang lain. Apabila
ada yang kedapatan sedang bercakap-cakap
dikenakan hukuman cambuk. untuk menjaga
supaya tidak berkeliaran, maka mereka dirantai

kakinya sebelah dan berjalan berbaris, serta satu


dengan yang lain memegang pundaknya.

Sistem Irlandia Menurut sistem ini siterpidana


pertama kali menjalani pidana penjara secara
keras. Apabila kemudian nampak siterpidana
berkelakuan baik, maka secara berangsur-angsur
dijalankan
pidana
itu
dengan
pemberian
keringanan. Maksudnya untuk melatih terpidana
menjadi anggota masyarakat baik kembali.
Dengan sistem ini telah menunjukkan titik-titik
cerah dimana usaha untuk lebih menngorganisir
dan
mensistematiskan
tujuan
dari
pada
penjatuhan hukuman dan pelaksanaannya dalam
penjara, sudah mulai nampak dengan jelas.
Sistem Elmira dan Borstal Sistem penjara
Elmira ini sangat dipengaruhi oleh sistem Irlandia.
Namun sistem Elmira ini titik beratnya lebih besar
pada usaha memperbaiki siterpidana. Siterpidana
diberikan pengajaran, bimbingan, pendidikan dan
pekerjaan yang berguna bagi masyarakat. Dalam
sistem ini keputusan hakim tidak ditentukan
lamanya pidana. Sedangkan pada sistem Borstal
hakim tetap menentukan lamanya pidana.
Namundalam masa menjalani pidana Menteri
kehakiman
berwenang
untuk
melepaskan
terpidana dengan bersyarat setelah terpidana
menjalani pidananya sedikitnya 6 bulan. Sistem
Osborne Dalam sistem ini kehidupan dalam
penjara diatur oleh para narapidana sendiri, yaitu
Self Government bagi dan diri narapidana di
dalam penjara. Misalnya mandor-mandor penjara
yang bertugas mengawasi dan memimpin nara
pidana dalam melakukan pekerjaan di dalam dan
diluar penjara diangkat dari kalangan narapidana
sendiri.

TUTORIAL I
1.

Apakah
landasan pembenar penjatuhan
pidana sama dengan teori tentang tujuan
pemidanaan?

Jawab:
Ya dan tidak.
Dapat dikatakan berbeda apabila dilihat dari teori
absolut
atau
teori
pembalasan
(Retributive/vergeldings theorieen). Menurut teori
absolut, pidana dijatuhkan semata-mata karena
orang telah melakukan suatu kejahatan. Pidana
merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai
suatu
pembalasan
kepada
orang
yang
melakaukan kejahatan. Dengan demikian dasar
pembenar dari pidana terletak pada adanya atau
terjadinya kejahatan itu sendiri. Menurut Johanes
Andrenaes, tujuan utama (primer) dari pidana
menurut
teori
pembalasan
adalah
untuk
memuaskan
tuntutan
keadilan,
sedangkan
pengaruh yang menguntungkan lebih bersifat
sekunder. Dalam perkembangan selanjutnya teori
pembalasan klasik sudah tidak dianut lagi, dan
bergeser kearah yang lebih modern. Dimana
pembalasan bukan lagi sebagai tujuan tersendiri,
melainkan sebagai pembatasan dalam arti harus
ada keseimbangan antara perbuatan dan pidana.
Dapat dikatakan sama apabila dilihat dari teori
Relatif atau teori Tujuan (Utilitarian/doeltheorieen).
Menurut teori Relatif, memidana bukanlah untuk
memuaskan tuntutan absolut dari keadilan. Pidana
lebih ditujukan kepada perlindungan masyarakat
serta mengurangi frekwensi kejahatan. Dasar
pembenar penjatuhan pidana menurut teori ini
terletak kepada tujuannya, yaitu supaya orang
tidak melakukan kejahatan/ mencegah kejahatan.
Tujuan pidana untuk mencegah kejahatan ini
dapat dibedakan antara istilan prevensi spesial
dan prevensi general atau special deterence dan
general deterrence.
2.

Ulas secara singkat, ide individualisasi pidana?

Jawab:
Ide individualisasi pidana
beberapa karakteristik yaitu :

ini

mengandung

pertanggungjawaban pidana bersifat pribadi


atau perorangan (asas personal).

pidana hanya dapat diberikan kepada orang


yang bersalah (asas culpabilitas).
pidana harus disesuaikan dengan karakteristik
dan kondisi pelaku, yang berarti ada
kelonggaran bagi hakim untuk memilih sanksi
pidana dan harus ada kemungkinan modifikasi
pidana
berupa
penyesuaian
dalam
pelaksanaannya.

TUTORIAL II
1.

Jelaskan perbedaan
dengan pidana!

pengertian

hukuman

pidana. Mengenai pembedaan pidana penjara dan


pidana kurungan, pada dasarnya merupakan
sama-sama
bentuk
pidana
perampasan
kemerdekaan
Pidana Penjara

1. Pidana penjara dapat dikenakan selama


seumur hidup atau selama waktu tertentu,
antara satu hari hingga dua puluh tahun
berturut-turut (baca Pasal 12 KUHP) serta
dalam
masa
hukumannya
dikenakan
kewajiban kerja (Pasal 14 KUHP).

1
s
a
s
la
(3
te
te

Jawab:
Dalam ilmu hukum ada perbedaan antara istilah
pidana dengan istilah hukuman. Sudarto
mengatakan bahwa istilah
hukuman kadang-kadang digunakan untuk
pergantian perkataan straft, tetapi menurut
beliau istilah pidana lebih baik daripada
hukuman. Menurut Muladi dan Bardanawawi Arief
Istilah hukuman yang merupakan istilah umum
dan konvensional, dapat mempunyai arti yang
luas dan berubah-ubah karena istilah itu dapat
berkonotasi dengan bidang yang cukup luas.
Istilah tersebut tidak hanya sering digunakan
dalam bidang hukum, tetapi juga dalam istilah
sehari-hari dibidang pendidikan, moral, agama,
dan sebagainya. Oleh karena pidana merupakan
istilah yang lebih khusus, maka perlu ada
pembatasan pengertian atau makna sentral yang
dapat menunjukan cirri-ciri atau sifat-sifatnya
yang khas. Pengertian tindak pidana yang di
muat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) oleh pembentuk undang-undang
sering
disebut
dengan
strafbaarfeit.
Para
pembentuk
undang-undang
tersebut
tidak
memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai
strafbaarfeit itu, maka dari itu terhadap maksud
dan tujuan mengenai strafbaarfeit tersebut sering
dipergunakan oleh pakar hukum pidana dengan
istilah tindak pidana, perbuatan pidana, peristiwa
pidana, serta delik.
2.

Jelaskan perbedaan antara pidana penjara,


pidana kurungan, pidana tutupan dan pidana
denda.

Jawab:
Jenis-jenis pidana sebagaimana diatur dalam Pasal
10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP):
Pidana terdiri atas: pidana pokok:, pidana mati;,
pidana penjara;, pidana kurungan; pidana denda;
pidana tutupan.
pidana tambahan : pencabutan hak-hak tertentu;
perampasan
barang-barang
tertentu;
pengumuman putusan hakim.
Baik pidana kurungan maupun pidana penjara
adalah merupakan pidana pokok dalam hukum

2. Pidana penjara dikenakan kepada orang


yang melakukan tindak pidana kejahatan
(lihat Pasal 18 ayat (2) KUHP).
Sedangkan
hukuman
tutupan
merupakan
perkembangan
jenis
pidana
baru
yang
pembentukannnya berdasarkan Undang-undang
No. 20 tahun 1946 tentang hukuman tutupan
sehingga ditambahkan jenis jenis pidana
sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 10
KUHP dengan satu pidana baru. Diadakannya
hukuman
tutupan
itu
dimaksudkan
untuk
kejahatan-kejahatan yang bersifat politik sehingga
orang-orang yang melakukan kejahatan politik itu
akan dibedakan dengan kejahatan biasa.
Pidana denda adalah salah satu jenis pidana yang
telah lama dan diterima dalam sistem hukum
masyarakat bangsa-bangsa di dunia. Tetapi
walaupun sudah lama di kenal tapi pidana denda
di indonesia ini masih tergolong Miskin, hal ini di
mungkin merupakan refleksi dari kenyataan
bahwa masyarakat pada umumnya masih
menganggap bahwa pidana denda adalah pidana
yang paling ringan. Pidana denda adalah salah
satu jenis pidana dalam stelsel pidana pada
umumnya. Apabila obyek dari pidana penjara dan
kurungan adalah kemerdekaan orang dan obyek
pidana mati adalah jiwa orang maka obyek dari
pidana denda adalah harta benda si terpidana.
Pidana denda bukan dimaksudkan sekedar untuk
tujuan-tujuan ekonomis misalnya untuk sekedar
menambah
pemasukan
keuangan
negara,
melainkan harus dikaitkan dengan tujuan-tujuan
pemidanaan. Pengaturan dan penerapan pidana
denda baik dalam tahap legislatif (pembuatan
undang-undang) tahap yudikatif (penerapannya
oleh hakim), maupun tahap pelaksanaannya oleh
komponen peradilan pidana yang berwenang
(eksekutif) harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga
efektif
dalam
mencapai
tujuan
pemidanaan

2
y
(l
a
ti
K

3.

Buat narasi tentang rasionalisasi perumusan


tujuan dan pedoman pemidanaan dalam suatu
Undang Undang.

Jawab:
Dalam usaha pembaharuan hukum pidana di
Indonesia, pidana merupakan salah satu masalah
urgen untuk diperbaharui. Oleh sebab itu, dalam
Rancangan KUHP 1999-2000, jenis pidana dan
aturan pemidanaan mengalami perombakan total
yang signifikan serta mengedepankan aspekaspek sosial kemanusiaan dan hak asasi manusia.
Beberapa perkembangan mengenai pidana dan
pemidanaan dalam Rancangan KUHP itu di
antaranya sebagai berikut:
1. Tujuan Pemidanaan
Rancangan
KUHP
menyebutkan
tujuan
pemidanaan dalam Pasal 50 yaitu untuk: a.
mencegah dilakukannya tindak pidana dengan
menegakkan norma hukum demi pengayoman
masyarakat; b. menyelesaikan konflik yang
ditimbulkan oleh tindak pidana; c. memulihkan
keseimbangan; d. mendatangkan rasa damai
dalam
masyarakat;
e.
memasyarakatkan
terpidana
dengan
mengadakan
pembinaan
sehingga menjadi orang baik dan berguna; dan f.
membebaskan rasa bersalah pada terpidana.
2. Pedoman Pemidanaan
Rancangan
KUHP
menyebutkan
pedoman
pemidanaan dalam Pasal 51 yang dapat dijadikan
acuan bagi hakim dalam memberikan pidana.
Pedoman pemidanaan itu adalah hakim harus
memperhatikan: a. kesalahan pelaku tindak
pidana; b. motif dan tujuan melakukan tindak
pidana; c. cara melakukan tindak pidana; d. sikap
batin pelaku tindak pidana; e. riwayat hidup dan
keadaan sosial ekonomi pelaku tindak pidana; f.
sikap dan tindakan pelaku sesudah melakukan
tindak pidana; g. pengaruh pidana terhadap masa

depan pelaku tindak pidana; h. pandangan


masyarakat
terhadap
tindak
pidana
yang
dilakukan; i. pengaruh tindak pidana terhadap
korban atau keluarga korban; dan
j. apakah
tindak pidana dilakukan dengan berencana.
Tujuan dan pedoman pemidanaan ini merupakan
implementasi ide individualisasi pidana yang
belum dikenal (belum dicantumkan) dalam KUHP.
Dirumuskannya pedoman pemidanaan dalam
Rancangan KUHP menurut Barda Nawawi Arief
bertolak dari pokok pemikiran bahwa (1) pada
hakikatnya undang-undang merupakan sistem
hukum yang bertujuan
(purposive system). Dirumuskannya pidana aturan
pemidanaan
dalam
undang-undang
pada
hakikatnya hanya merupakan sarana untuk
mencapai
tujuan,
oleh
karena
itu
perlu
dirumuskan tujuan dan pedoman pemidanaan. (2)
Dilihat secara fungsional dan operasional,
pemidanaan merupakan suatu rangkaian proses
dan kebijaksanaan yang konkretisasinya sengaja
dirancanakan melalaui tahap formulasi oleh
pembuat undang-undang, tahap aplikasi oleh
aparat yang berwenang dan tahap eksekusi
atau aparat pelaksana pidana. Agar ada
keterjalinan dan keterpaduan antara ketiga tahap
itu sebagai satu kesatuan sistem pemidanaan,
diperlukan perumusan tujuan dan pedoman
pemidanaan. Dan (3) sistem pemidanaan yang
bertolak dari individualisasi pidana tidak berarti
memberi kebebasan sepenuhnya kepada hakim
dan aparat-aparat lainnya tanpa pedoman atau
kendali/kontrol. Perumusan tujuan dan pedoman
pemidanaan
dimaksudkan
sebagai
fungsi
pengendali/kontrol dan sekaligus memberikan
dasar filosofis, dasar rasionalitas dan motivasi
pemidanaan yang jelas dan terarah.

Anda mungkin juga menyukai