2.
3.
4.
BENDA
BERGERAN
&
TIDAK
PENYERAHANNYA
:
B.Bergerak
penyerahannya tangan pendek (tangan ke
tangan), tidak perlu didaftarkan, setelah
dibayar langsung menjadi hak milik. Tdk
Bergerak penyerahannya dengan balik
nama, setelah itu baru menjadi hak milik.
PEMBEBANANNYA
:
B.Bergerak
pembebanannya GADAI (kantor gadai),
FIDUSIA
(bank).
Tdk
Bergerak
pembebanannya HIPOTIK (hak tanggungan).
PENGUASAANNYA : B.Bergerak PEMILIK
sampai bisa dibuktikan sebaliknya (bezit).
Tdk Bergerak tidak berlaku bezit.
DALUWARSA : B.Bergerak tidak mengenal
daluwarsa, Tdk Bergerak mengenal lembaga
daluwarsa.
Menurut
ari hutagalung :
1.
hapusnya
perjanjian pokok yang dijamin dengan gadai; 2.
terlepasnya benda gadai dari kekuatan penerima
gadai; 3. musnahnya barang gadai; 4. dilepaskan
benda
gadai
secara
sukarela;
5.
percampuran ( penerima gadai
Penyebabkan
terjadinya
pelelangan
jaminan karena nasabah tidak memenuhi
kewajibannya
untuk
membayar
utangutangnya, dan ini disebabkan faktor-faktor
sbb: 1. kondisi ekonomi nasabah yang rendah; 2.
kemauan debitor untuk membayar hutangnya
sangat rendah; 3. nilai jaminan lebih kecil dari
jumlah hutang pokok dan bunga; 4. usaha
nasabah bangkrut; 5. kredit yang diteriman
nasabah disalahgunakan; 6.manajemen usaha
nasabah sangat lemah; 7.pembinaan kreditor
terhadap nasabah sangat kurang.
FIDUSIA adalah pengalihan hak kepemilikan
suatu benda atas dasar kepercayaan dengan
ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya
dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan
pemilik benda.
Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda
bergerak baik yang berwujud maupun tidak
berwujud
dan
benda
tidak
bergerak
khususnya Bangunan
yang
tidak
dapat
dibebani hak tanggungan sebagaimanadimaksud
dalam UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan
yang tetap
berada
di
dalam
penguasaanPemberi Fidusia, sebagai agunan
bagi pelunasan uang tertentu, yang memberikan
kedudukan yangdiutamakan
kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor
lainnya. Benda/barang tidak bergerak dapat
dijadikan jaminan fidusiakan, diserahkan hak
miliknya, benda yang tidak bergerak yang dapat
dijadikan jaminan fidusia adalah bangunan yang
tidak dibebani dengan hak tanggungan (Rumah
susun ). Penerima jaminan fidusia tidak boleh
membeli/memiliki benda jaminan fidusia, karena
dikhawatirkan apabila penerima jaminan fidusia
yang membeli barang jaminan maka sipenerima
fidusia akan menaksir harga barang jaminan tidak
sesuai dengan harga barang tersebut karena
posisi debitur lemah.
Benda yang dibebani jaminan fidusia wajib
didaftarkan, karena : 1. Untuk memberikan
kepastian
hukum
pada
pihak
yang
berkepentingan; 2. Memberikan hak yang
didahulukan ( freferen ) Kepada penerima fidusia
terhadap kreditur lain; 3. Untuk memenuhi asas
publisitas / publicitet, supaya pihak ketiga dapat
mengetahui bahwa benda jaminan tersebut
sedang dilakukan pembebanan jaminan.
Hak Tanggungan menurut UU No. 4 Tahun 1996
adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak
atas tanah sebagaimana dimaksud dalam
undangundang nomor 5 tahun 1960 tentang
Hypotek
menurut
Vollmar,
Hipotik adalah sebuah
hak
kebendaan
atas
bendabenda tak bergerak tidak bermaksud
memberikan orang yang berhak (memegang
hipotik) sesuatu nikmat dari suatu benda,
tetapi ia bermaksud memberikan jaminan belaka
bagi pelunasan sebuah hutang dengan dilebih
dahulukan.
Cara pembebanan/jaminan
Cara penyerahan
Benda
bergerak
dilakukan
dengan
cara
penyerahan
nyata,
penyerahan
simbolis(penyerahan
kunci
gudang), tradition
brevimanu, constitutum possesorium, cessi, dan
endosemen, sedangkan pada benda benda tidak
bergerak dilakukan dengan cara balik nama yaitu
dilakukan dengan penyerahan yuridis yang
bermaksud dengan memperalihkan hak itu dibuat
dengan akta otentik dan didaftarkan.
Penologi
berasal
dari
bahasa
Yunani,
yaitu poena dan logos,
poena
memiliki
arti pain atau
(kesakitan)
atau suffering (penderitaan)
atau
hukuman.
Sedangkan
kata logos memiliki
arti
ilmu
pengetahuan. Dengan demikian,penologi dapat
didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang hukuman.
E. H. Sutherland dan Donald R. Cressey
menyatakan
Penologi
yaitu
mengenai
pengawasan terhadap kejahatan. Istilah penologi,
menurut dia tidak memuaskan karena bagian ini
meliputi berbagai metode atau cara pengawasan
yang tidak mempunyai sifat pidana.
JENIS-JENIS PIDANA :
Pidana mati merupakan hukuman yang terberat
dari jenis-jenis ancaman hukuman yang tercantum
dalam KUHP bab 2 pasal 10 karena pidana mati
merupakan
pidana
terberat
yaitu
yang
pelaksanaannya berupa perampasan terhadap
kehidupan manusia.
Pidana penjara adalah bentuk pidana yang
berupa kehilangan kemerdekaan.
Pidana kurungan
Pidana denda
Pidana tutupan dimaksud dapat menggantikan
hukuman penjara dalam hal orang yang
melakukan kejahatan diancam dengan hukuman
penjara karena terdorong oleh maksud yang patut
dihormati.
Sistem
Pennsylvania
Dalam
sistem
ini
menjalani pidana penjara itu secara terasing
dalam sebuah sel. Selain itu dalam sistem
Pennsylvania ini dikeluarkan larangan bercakapcakap antara orang-orang hukuman satu sama
lain. Siterpidana dapat melakukan komunikasi
hanyalah dengan sipenjaga sel. Sistem ini
mengharapkan terpidana yang menjalani pidana
penjara dapat insaf atas perbuatan jahatnya dan
dapat memperkuat daya menolak dari setiap
pengaruh yang jahat. Dalam sistem Pennsylvanis
ini nampak lebih menitik beratkan segi keamanan
dan
disiplin
semata-mata
dan
tidak
memperhatikan segi-segi kemanusiaan dari pada
orang-orang
hukuman
tersebut.
Larangan
bercakap-cakap dan tidak dapat keluar dari selnya
baik siang maupun malam hari adalah merupakan
pelanggaran terhadap hak-hak asasi seseorang,
sekalipun ia dalam status orang hukuman.
Sistem Auburn Menurut sistem ini terpidana
penjara pada waktu malam hari diasingkan,
ditutup dalam sebuah sel. Sedangkan pada siang
hari diizinkan untuk bekerja bersama-sama
dengan terpidana lainnya, dengan larangan
berbicara antara satu dengan yang lain. Apabila
ada yang kedapatan sedang bercakap-cakap
dikenakan hukuman cambuk. untuk menjaga
supaya tidak berkeliaran, maka mereka dirantai
TUTORIAL I
1.
Apakah
landasan pembenar penjatuhan
pidana sama dengan teori tentang tujuan
pemidanaan?
Jawab:
Ya dan tidak.
Dapat dikatakan berbeda apabila dilihat dari teori
absolut
atau
teori
pembalasan
(Retributive/vergeldings theorieen). Menurut teori
absolut, pidana dijatuhkan semata-mata karena
orang telah melakukan suatu kejahatan. Pidana
merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai
suatu
pembalasan
kepada
orang
yang
melakaukan kejahatan. Dengan demikian dasar
pembenar dari pidana terletak pada adanya atau
terjadinya kejahatan itu sendiri. Menurut Johanes
Andrenaes, tujuan utama (primer) dari pidana
menurut
teori
pembalasan
adalah
untuk
memuaskan
tuntutan
keadilan,
sedangkan
pengaruh yang menguntungkan lebih bersifat
sekunder. Dalam perkembangan selanjutnya teori
pembalasan klasik sudah tidak dianut lagi, dan
bergeser kearah yang lebih modern. Dimana
pembalasan bukan lagi sebagai tujuan tersendiri,
melainkan sebagai pembatasan dalam arti harus
ada keseimbangan antara perbuatan dan pidana.
Dapat dikatakan sama apabila dilihat dari teori
Relatif atau teori Tujuan (Utilitarian/doeltheorieen).
Menurut teori Relatif, memidana bukanlah untuk
memuaskan tuntutan absolut dari keadilan. Pidana
lebih ditujukan kepada perlindungan masyarakat
serta mengurangi frekwensi kejahatan. Dasar
pembenar penjatuhan pidana menurut teori ini
terletak kepada tujuannya, yaitu supaya orang
tidak melakukan kejahatan/ mencegah kejahatan.
Tujuan pidana untuk mencegah kejahatan ini
dapat dibedakan antara istilan prevensi spesial
dan prevensi general atau special deterence dan
general deterrence.
2.
Jawab:
Ide individualisasi pidana
beberapa karakteristik yaitu :
ini
mengandung
TUTORIAL II
1.
Jelaskan perbedaan
dengan pidana!
pengertian
hukuman
1
s
a
s
la
(3
te
te
Jawab:
Dalam ilmu hukum ada perbedaan antara istilah
pidana dengan istilah hukuman. Sudarto
mengatakan bahwa istilah
hukuman kadang-kadang digunakan untuk
pergantian perkataan straft, tetapi menurut
beliau istilah pidana lebih baik daripada
hukuman. Menurut Muladi dan Bardanawawi Arief
Istilah hukuman yang merupakan istilah umum
dan konvensional, dapat mempunyai arti yang
luas dan berubah-ubah karena istilah itu dapat
berkonotasi dengan bidang yang cukup luas.
Istilah tersebut tidak hanya sering digunakan
dalam bidang hukum, tetapi juga dalam istilah
sehari-hari dibidang pendidikan, moral, agama,
dan sebagainya. Oleh karena pidana merupakan
istilah yang lebih khusus, maka perlu ada
pembatasan pengertian atau makna sentral yang
dapat menunjukan cirri-ciri atau sifat-sifatnya
yang khas. Pengertian tindak pidana yang di
muat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) oleh pembentuk undang-undang
sering
disebut
dengan
strafbaarfeit.
Para
pembentuk
undang-undang
tersebut
tidak
memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai
strafbaarfeit itu, maka dari itu terhadap maksud
dan tujuan mengenai strafbaarfeit tersebut sering
dipergunakan oleh pakar hukum pidana dengan
istilah tindak pidana, perbuatan pidana, peristiwa
pidana, serta delik.
2.
Jawab:
Jenis-jenis pidana sebagaimana diatur dalam Pasal
10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP):
Pidana terdiri atas: pidana pokok:, pidana mati;,
pidana penjara;, pidana kurungan; pidana denda;
pidana tutupan.
pidana tambahan : pencabutan hak-hak tertentu;
perampasan
barang-barang
tertentu;
pengumuman putusan hakim.
Baik pidana kurungan maupun pidana penjara
adalah merupakan pidana pokok dalam hukum
2
y
(l
a
ti
K
3.
Jawab:
Dalam usaha pembaharuan hukum pidana di
Indonesia, pidana merupakan salah satu masalah
urgen untuk diperbaharui. Oleh sebab itu, dalam
Rancangan KUHP 1999-2000, jenis pidana dan
aturan pemidanaan mengalami perombakan total
yang signifikan serta mengedepankan aspekaspek sosial kemanusiaan dan hak asasi manusia.
Beberapa perkembangan mengenai pidana dan
pemidanaan dalam Rancangan KUHP itu di
antaranya sebagai berikut:
1. Tujuan Pemidanaan
Rancangan
KUHP
menyebutkan
tujuan
pemidanaan dalam Pasal 50 yaitu untuk: a.
mencegah dilakukannya tindak pidana dengan
menegakkan norma hukum demi pengayoman
masyarakat; b. menyelesaikan konflik yang
ditimbulkan oleh tindak pidana; c. memulihkan
keseimbangan; d. mendatangkan rasa damai
dalam
masyarakat;
e.
memasyarakatkan
terpidana
dengan
mengadakan
pembinaan
sehingga menjadi orang baik dan berguna; dan f.
membebaskan rasa bersalah pada terpidana.
2. Pedoman Pemidanaan
Rancangan
KUHP
menyebutkan
pedoman
pemidanaan dalam Pasal 51 yang dapat dijadikan
acuan bagi hakim dalam memberikan pidana.
Pedoman pemidanaan itu adalah hakim harus
memperhatikan: a. kesalahan pelaku tindak
pidana; b. motif dan tujuan melakukan tindak
pidana; c. cara melakukan tindak pidana; d. sikap
batin pelaku tindak pidana; e. riwayat hidup dan
keadaan sosial ekonomi pelaku tindak pidana; f.
sikap dan tindakan pelaku sesudah melakukan
tindak pidana; g. pengaruh pidana terhadap masa