Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH TATALAKSANA OBAT ANTIBIOTIKA UNTUK INFEKSI

OPORTUNISTIK PADA HIV AIDS

Disusun Oleh :

Kelompok 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Ajat Sudrajat
Ali Hidayatullah
Anggit Wahyu P
Aris Novanto
Dewi Lestari
Dwi Susilowati
Maratussolihah
Prihartini
Slamet Dwi Santoso

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES AL IRSYAD CILACAP
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HIV/AIDS saat ini merupakan penyakit yang dianggap paling menakutkan. WHO
(World Health Organization), badan PBB untuk kesehatan dunia, memperkirakan AIDS
telah membunuh lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni
1981. Pada tahun 2005 saja, AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4
hingga 3,3 juta jiwa; lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari
jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan
ekonomi dan menghancurkan persediaan sumber daya manusia di sana. Oleh karena itu,
penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah.
Selain itu, sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan
penderita dari penyakit ini. Obat yang ada hanya berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan virus dan memperpanjang masa hidup penderita. Oleh karena itu, sangat
penting untuk dilakukan diagnosa dini terhadap penyakit ini karena penyakit ini
merupakan penyakit yang tidak menunjukkan gejala pada bulan-bulan pertama padahal
pada masa tersebut penderita sudah dapat menularkan penyakit HIV/AIDS ini kepada
orang lain.
B. Tujuan
1. Mengetahui tentang Bahaya HIV
2. Penatalaksanaan Pengobatan IO pada HIV

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perjalanan Penyakit
1. Perjalanan Infeksi
Infeksi primer HIV diikuti oleh ledakan viremia di mana virus dengan mudah
terdeteksi pada darah peripheral dalam sel mononuklear dan plasma. Jumlah sel T dan
CD4 dalam aliran darah menurun 20-40%. Dua sampai empat minggu setelah terpapar
virus, hingga 70% orang yang terinfeksi HIV mengalami gejala seperti flu yang

berhubungan dengan infeksi akut. Ledakan tersebut diikuti dengan replikasi tingkat
rendah ketika sistem imun pasien melawan balik yang menyebabkan penurunan HIV
secara dramatis dengan adanya sel T killer (sel T dan CD8) yang menyerang dan
membunuh sel terinfeksi yang memproduksi virus, dan sel B yang memproduksi
antibodi. Sel T dan CD4 pasien dapat meningkat kembali sampai 80-90% yang
menyebabkan pasien terbebas dari gejala yang berhubungan dengan HIV selama
bertahun-tahun, walaupun replikasi tingkat rendah HIV tetap berlangsung dan
menghancurkan sistem imun secara terus-menerus. Selama periode tersebut, sistem
imun mencukupi untuk menjaga kekebalan tubuh dan mencegah kebanyakan infeksi.
Fase akhir infeksi HIV terjadi ketika sejumlah signifikan limfosit CD4 telah hancur dan
produksi kembali tidak sebanding. Pasien menunjukkan demam yang berlangsung lama
(lebih dari satu bulan) dan penurunan berat badan. Kegagalan sistem imun mengacu
pada manifestasi klinik AIDS.
2. Perjalanan Tipikal Infeksi HIV
Selama infeksi primer, HIV menyebar luas ke seluruh tubuh, biasanya disertai
dengan penurunan drastis sel T dan CD4. Respon imun terhadap HIV terjadi dengan
penurunan jumlah virus dalam tubuh yang dapat terdeteksi, diikuti oleh latensi klinik,
tetapi sel T dan CD4 terus menurun perlahan-lahan sampai di bawah level kritis di
mana timbul kemungkinan infeksi oportunistik.
3. Perjalanan Menjadi AIDS
Orang yang terinfeksi HIV dapat hidup rata-rata 8-10 tahun setelah infeksi inisial
dan sebelum perkembangan gejala klinis AIDS. Perubahan menjadi AIDS tidak
dipengaruhi oleh jenis kelamin, kehamilan, ataupun faktor resiko. Kondisi yang
menentukan AIDS adalah jumlah sel T dan CD4 yang kurang dari 200 sel/mm 3 darah
dan adanya infeksi oportunistik tipikal atau kanker, pneumonia, dan Mycobacterium
avium complex. Infeksi oportunistik disebabkan oleh mikroba yang biasanya tidak
menyebabkan penyakit pada orang sehat. Infeksi biasanya parah dan terkadang fatal
karena sistem imun sangat rusak oleh HIV.
B. Infeksi Oportunistik
Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya
tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal,
tetapi dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk. Mereka
membutuhkan kesempatan untuk menginfeksi seseorang
Dalam tubuh anda terdapat banyak kuman bakteri, protozoa, jamur dan virus. Saat
sistim kekebalan anda bekerja dengan baik, sistim tersebut mampu mengendalikan
kuman-kuman ini. Tetapi bila sistim kekebalan dilemahkan oleh penyakit HIV atau oleh

beberapa jenis obat, kuman ini mungkin tidak terkuasai lagi dan dapat menyebabkan
masalah kesehatan. Infeksi yang mengambil manfaat dari lemahnya pertahanan kekebalan
tubuh disebut oportunistik. Kata infeksi oportunistik sering kali disingkat menjadi
Infeksi Oportinistik.
Jika anda terinfeksi kuman yang menyebabkan Infeksi Oportinistik, dan jika jumlah
CD4 anda cukup rendah sehingga memungkinkan Infeksi Oportinistik berkembang,
dokter anda akan mencari tanda penyakit aktif. Tanda ini tergantung pada jenis Infeksi
Oportinistik.
1. Aspek Medis meliputi :
a. Pengobatan Suportif.
Penilaian gizi penderita sangat perlu dilakukan dari awal sehingga tidak terjadi hal
hal yang berlebihan dalam pemberian nutrisi atau terjadi kekurangan nutrisi yang dapat
menyebabkan perburukan keadaan penderita dengan cepat. Penyajian makanan
hendaknya bervariatif sehingga penderita dapat tetap berselera makan. Bila nafsu
makan penderita sangat menurun dapat dipertimbangkan pemakaian obat Anabolik
Steroid. Proses Penyedian makanan sangat perlu diperhatikan agar pada saat proses
tidak terjadi penularan yang fatal tanpa kita sadari. Seperti misalnya pemakaian alatalat memasak, pisau untuk memotong daging tidak boleh digunakan untuk mengupas
buah, hal ini di maksudkan untuk mencegah terjadinya penularan Toksoplasma, begitu
juga sebaliknya untuk mencegah penularan jamur.

b. Pencegahan dan pengobatan infeksi Oportunistik.


Meliputi penyakit infeksi Oportunistik yang sering terdapat pada penderita infeksi
HIV dan AIDS.
1. Tuberkulosis
Sejak epidemi AIDS maka kasus TBC meningkat kembali. Dosis INH
300 mg setiap hari dengan vit B6 50 mg paling tidak untuk masa satu tahun.
2. Toksoplasmosis
Sangat perlu diperhatikan makanan yang kurang masak terutama
daging yang kurang matang. Obat : TMP-SMX 1 dosis/hari.
3. CMV
Virus ini dapat menyebabkan Retinitis dan dapat menimbulkan
kebutaam. Ensefalitis, Pnemonitis pada paru, infeksi saluran cernak yang
dapat menyebabkan luka pada usus. Obat : Gansiklovir kapsul 1 gram tiga
kali sehari.

4. Jamur
Jamur yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS adalah
jamur Kandida. Obat : Nistatin 500.000 u per hari Flukonazol 100 mg per
hari.

C. Peran Perawat Dalam Tatalaksana


Pemberian Obat
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat obatan yang
aman . Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah
pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap
atau

tidak

jelas

atau

dosis

yang

diberikan

di

luar

batas

yang

direkomendasikan . Secara hukum perawat bertanggung jawab jika


mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau
obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien.
Sekali obat telah diberikan , perawat bertanggung jawab pada efek obat
yang diduga bakal terjadi
A.

Enam Hal yang Benar dalam Pemberian Obat

Supaya dapat tercapainya pemberian obat yang aman , seorang


perawat harus melakukan enam hal yang benar : klien yang benar,
obat yang benar, dosis yang bena, waktu yang benar, rute yang benar,
dan dokumentasi yang benar. hak klien untuk mengetahui alasan
pemberian obat, hak klien untuk menolak penggunaan sebuah obat.
Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas
klien, dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Beberapa
klien akan menjawab dengan nama sembarang atau tidak berespon,
maka gelang identifikasi harus diperiksa pada setiap klien pada setiap
kali pengobatan. Pada keadan gelang identifikasi hilang, perawat harus
memastikan identitas klien sebelum setiap obat diberikan.
Dalam keadaan dimana klien tidak memakai gelang identifikasi
(sekolah, kesehatan kerja, atau klinik berobat jalan), perawat juga
bertanggung jawab untuk secara tepat mengidentifikasi setiap orang
pada saat memberikan pengobatan.
Obat yang benar berarti klien menerima obat yang telah
diresepkan. Perintah pengobatan mungkin diresepkan oleh seorang
dokter, dokter gigi,

atau pemberi asuhan kesehatan yang memiliki

izin praktik dengan wewenang dari pemerintah. Perintah melalui


telepon untuk pengobatan harus ditandatangani oleh dokter yang
menelepon dalam waktu 24 jam. Komponen dari perintah pengobatan
adalah : (1) tanggal dan saat perintah ditulis, (2) nama obat, (3) dosis
obat, (4) rute pemberian, (5) frekuensi pemberian, dan (6) tanda
tangan dokter atau pemberi asuhan kesehatan. Meskipun merupakan
tanggung jawab perawat untuk mengikuti perintah yang tepat, tetapi
jika salah satu komponen tidak ada atau perintah pengobatan tidak
lengkap,

maka

obat

tidak

boleh

diberikan

dan

harus

segera

menghubungi dokter tersebut untuk mengklarifikasinya ( Kee and


Hayes, 1996 ).
Untuk menghindari kesalahan, label obat harus dibaca tiga kali :
(1) pada saat melihat botol atau kemasan obat, (2) sebelum menuang /
mengisap obat dan (3) setelah menuang / mengisap obat. Perawat
harus ingat bahwa obat-obat tertentu mempunyai nama yang bunyinya

hampir sama dan ejaannya mirip, misalnya digoksin dan digitoksin,


quinidin dan quinine, Demerol dan dikumarol, dst.
Dosis yang benar adalah dosis yang diberikan untuk klien
tertentu. Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang
direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan. Perawat harus
menghitung

setiap

dosis

obat

secara

akurat,

dengan

mempertimbangkan variable berikut : (1) tersedianya obat dan dosis


obat yang diresepkan (diminta), (2) dalam keadaan tertentu, berat
badan klien juga harus dipertimbangkan, misalnya 3 mg/KgBB/hari.
Sebelum menghitung dosis obat, perawat harus mempunyai
dasar pengetahuan mengenai rasio dan proporsi. Jika ragu-ragu, dosis
obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.
Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan
harus diberikan. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu
dalam sehari, seperti b.i.d ( dua kali sehari ), t.i.d ( tiga kali sehari ),
q.i.d ( empat kali sehari ), atau q6h ( setiap 6 jam ), sehingga kadar
obat dalam plasma dapat dipertahankan. Jika obat mempunyai waktu
paruh (t ) yang panjang, maka obat diberikan sekali sehari. Obatobat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada
selang waktu yang tertentu . Beberapa obat diberikan sebelum makan
dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama makanan
( Kee and Hayes, 1996 ; Trounce, 1997)
Implikasi dalam keperawatan mencakup :
1.Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat dapat
diberikan jam sebelum atau sesudah waktu yang tertulis
dalam resep.
2.Berikan obat-obat yang terpengaruh oleh makanan seperti
captopril, sebelum makan
3.Berikan obat-obat, seperti kalium dan aspirin, yang dapat
mengiritasi perut ( mukosa lambung ) bersama-sama dengan
makanan.
4.Tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk pemeriksaan diagnostik, seperti endoskopi,

tes darah puasa, yang merupakan kontraindikasi pemberian


obat.
5.Periksa tanggal kadaluarsa. Jika telah melewati tanggalnya,
buang atau kembalikan ke apotik ( tergantung peraturan ).
6.Antibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang sama
sepanjang 24 jam ( misalnya setiap 8 jam bila di resep tertulis
t.i.d ) untuk menjaga kadar darah terapeutik.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi Oportunistik
Meliputi penyakit infeksi Oportunistik yang sering terdapat pada penderita infeksi
HIV dan AIDS.
1. Tuberkulosis
2. Toksoplasmosis
3. CMV
4. Jamur
Implikasi dalam keperawatan mencakup :
1. Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat dapat
diberikan jam sebelum atau sesudah waktu yang tertulis
dalam resep.
2. Berikan obat-obat yang terpengaruh oleh makanan seperti
captopril, sebelum makan
3. Berikan obat-obat, seperti kalium dan aspirin, yang dapat
mengiritasi perut ( mukosa lambung ) bersama-sama
dengan makanan.
4. Tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien
telah dijadwalkan untuk pemeriksaan diagnostik, seperti
endoskopi, tes darah puasa, yang merupakan kontraindikasi
pemberian obat.
5. Periksa tanggal kadaluarsa. Jika telah melewati tanggalnya,
buang atau kembalikan ke apotik ( tergantung peraturan ).
6. Antibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang sama
sepanjang 24 jam ( misalnya setiap 8 jam bila di resep
tertulis t.i.d ) untuk menjaga kadar darah terapeutik.

Anda mungkin juga menyukai