S1 2014 304728 Chapter1
S1 2014 304728 Chapter1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoarthritis merupakan penyakit tipe paling umum dari arthritis, dan
dijumpai khusus pada orang lanjut usia atau sering disebut penyakit
degeneratif. Osteoarthritis merupakan penyakit persendian yang kasusnya
paling umum dijumpai di dunia (Bethesda, 2013). Berdasarkan National
Centers for Health Statistics, diperkirakan 15,8 juta (12%) orang dewasa antara
usia 25-74 tahun mempunyai keluhan osteoarthritis (Anonim, 2011). Prevalensi
dan tingkat keparahan osteoarthritis berbeda-beda antara rentang dan lanjut
usia (Hansen & Elliot, 2005).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004, diketahui
bahwa osteoarthritis diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai
24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara. Osteoarthritis adalah penyakit kronis
yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, akan tetapi ditandai dengan
kehilangan tulang rawan sendi secara bertingkat (Murray, 1996). Penyakit ini
menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga mengganggu
aktivitas sehari-hari.
Di Inggris, sekitar 1,3-1,75 juta mengalami gejala osteoarthritis
sementara di Amerika Syarikat, 1 dari 7 orang dewasa menderita osteoarthritis.
Osteoarthritis menempati tempat urutan kedua setelah penyakit kardiovaskular
sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik di dunia barat. Secara keseluruhan,
sekitar 10 sampai 15% orang dewasa yang berusia di atas 60 tahun menderita
derajat dari
dan mempertahankan fungsi dari sendi yang terkena. Ada tiga tujuan utama
yang ingin dicapai dalam proses terapi osteoarthritis, yaitu untuk mengontrol
nyeri dan gejala lainnya, untuk mengatasi gangguan pada aktivitas sehari-hari,
dan untuk menghambat proses penyakit. Pilihan pengobatan dapat berupa
olahraga, kontrol berat badan, perlindungan sendi, terapi fisik dan obat-obatan.
Bila
semua
tidak
memberikan
hasil,
dapat
pembedahan
(misal
osteotomi,
pengangkatan
sendi,
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Seperti apakah karakteristik pasien osteoarthritis dilihat dari usia, jenis
kelamin, jenis pendidikan, jenis pekerjaan, body mass index (BMI), lokasi
nyeri, skor nyeri, riwayat penyakit penyerta, dan komplikasi di RSUP Dr.
Sardjito, Yogyakarta pada periode Januari 2013Desember 2013?
2. Seperti apa pola pengobatan osteoarthritis yang diberikan pada pasien
osteoarthritis? Adakah sesuai dengan Guideline The Care and Managment
of Osteoarthritis in Adults (2008) yang diacu?
3. Bagaimana outcome pengobatan setelah pasien mendapatkan terapi
osteoarthritis?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui karakteristik pasien dan melihat keterkaitan antara
terjadinya prevalensi osteoarthritis berdasarkan usia, jenis kelamin, jenis
pendidikan, jenis pekerjaan, body mass index (BMI), lokasi nyeri, skor
nyeri, riwayat penyakit penyerta, dan komplikasi pada pasien osteoarthritis
di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta pada periode Januari 2013-Desember
2013.
2. Untuk mengetahui perbandingan pola pengobatan secara umum pada pasien
osteoarthritis di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta tahun 2013 dengan
kesesuaian
berdasarkan
Guideline The
Care and
Managment
of
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini secara teoritis mempunyai manfaat yang dapat digunakan untuk:
1. Mendapatkan informasi mengenai data demografi pasien osteoarthritis di
RSUP
Dr.
Sardjito,
Yogyakarta
terutama
dalam
penatalaksanaan
E. Tinjauan Pustaka
1. Osteoarthritis
a. Definisi
Osteoarthritis merupakan penyakit yang berkembang dengan
lambat, biasa mempengaruhi sendi diartrodial perifer dan rangka aksial.
Penyakit ini ditandai dengan kerusakan dan hilangnya kartilago artikular
yang berakibat pada pembetukan osteofit, rasa sakit, pergerakan yang
terbatas, deformitas, dan ketidakmampuan. Inflamasi dapat terjadi atau
tidak pada sendi yang dipengaruhi (Elin dkk, 2008).
b. Epidemiologi
Insidensi dan prevalensi osteoarthritis bervariasi pada masingmasing negara, tetapi data pada berbagai negara menunjukkan, bahwa
arthritis jenis ini adalah yang paling banyak ditemui, terutama pada
kelompok usia dewasa dan lanjut usia. Prevalensinya meningkat sesuai
pertambahan usia (Bethesda, 2013).
Prevalensi meningkat dengan meningkatnya usia dan pada data
radiografi menunjukkan bahwa osteoarthritis terjadi pada sebagian besar
usia lebih dari 65 tahun, dan pada hampir setiap orang pada usia 75
tahun (Hansen & Elliot, 2005). Osteoarthritis ditandai dengan terjadinya
nyeri pada sendi, terutamanya pada saat bergerak (Priyanto, 2008).
c. Patogenesis
Berdasarkan penyebabnya, osteoarthritis dibedakan menjadi dua,
yaitu osteoarthritis primer dan osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis
primer atau dapat disebut osteoarthritis idiopatik, yang tidak memiliki
penyebab yang pasti (tidak diketahui) dan tidak disebabkan oleh
penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal sendi. Osteoarthritis
sekunder terjadi disebabkan oleh inflamasi, kelainan sistem endokrin,
metabolik, pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan immobilisasi
yang terlalu lama. Kasus osteoarthritis primer lebih sering dijumpai pada
praktek sehari-hari dibandingkan dengan osteoarthritis sekunder
(Soeroso dkk, 2006).
Sekunder
Trauma-akut/kronis
Gangguan sendi yang mendasari
Lokal (Fraktur/Infeksi)
Difusi (Rheumatoid arthritis)
Metabolik sistemik atau gangguan endokrin
Penyakit Hati Wilson
Akromegali
Hiperparatiroidisme
Hemokhromatosis
Penyakit Paget
Diabetes mellitus
Obesitas
Gangguan neuropatik
Penggunaan intra-artikular kortikosteroid yang
berlebihan
Nekrosis avaskular
Displasia tulang
(Felson dkk, 2000 dan Mankin & Brandt, 2001)
yang dapat
10
11
12
13
osteoarthritis.
Kelemahan
otot
dapat
berkurang
14
Potensial dapat
diubah
Tidak dapat
diubah
Kegemukan/obesitas
Trauma
Umur
Kelemahan otot
Berkurangnya
propriception
Biomekanik sendi
yang jelek
Jenis kelamin
Tidak aktif
Aktifitas fisik berat
Keturunan
Kogenital
15
16
17
18
beberapa
metode
yang dapat
digunnakan untuk
dapat
dilakukan
menggunakan
metode
plain
sendi,
atau
terdapatnya
ruang,
serta
tulang
19
20
21
22
2008). Pasien
23
4). Istirahat
Istirahat yang cukup dapat mengurangi kesakitan pada sendi.
Selain itu juga istirahat dapat menghindari trauma pada persendian
secara berulang (Priyanto, 2008).
b. Terapi Farmakologi
Terapi obat pada osteoarthritis ditargetkan pada penghilangan rasa
sakit. Karena osteoarthritis sering terjadi pada individu lanjut usia yang
memiliki kondisi medis lainnya, diperlukan suatu pendekatan
konservatif terhadap pengobatan obat, antaranya (Elin dkk, 2008):
1). Golongan Analgesik
a). Golongan Analgesik Non Narkotik
(1). Asetaminofen (Analgesik oral)
Asetaminofen menghambat sintesis prostaglandin pada
sistem saraf pusat (SSP). Asetaminofen diindikasikan pada
pasien yang mengalami nyeri ringan ke sedang dan juga
pada pasien yang demam. Obat yang sering digunakan
sebagai lini pertama adalah parasetamol.
(2). Kapsaisin (Analgesik topikal)
Kapsaisin merupakan suatu estrak dari lada merah yang
menyebabkan pelepasan dan pengosongan substansi P dari
serabut
syaraf.
Obat
ini
juga
bermanafaat
dalam
24
dosis
tunggal
antiinflamasi
nonsteriod
(NSAID)
25
3). Kortikosteroid
Kortikosteroid berfungsi sebagai anti inflamasi dan digunakan
dalam dosis yang beragam untuk berbagai penyakit dan beragam
individu, agar dapat dijamin rasio manafaat dan risiko setinggitingginya. Kortikosteroid sering diberikan dalam bentuk injeksi
intra-artikular dibandingkan dengan penggunaan oral.
4). Suplemen makanan
Pemberian suplemen makanan yang mengandung glukosamin,
kondroitin yang berdasarkan uji klinik dapat mengurangi gangguan
sendi atau mengurangi simptom osteoarthritis (Priyanto, 2008).
Suplemen makanan ini dapat digunakan sebagai obat tambahan
pada penderita osteoarthritis terutamanya diberikan pada pasien
lanjut usia.
5). Obat osteoarthritis yang lain
a). Injeksi Hialuronat
Asam hialuronat membantu dalam rekonstitusi cairan sinovial,
meningkatkan elastisitas, viskositas dan meningkatkan fungsi
sendi. Obat ini diberikan dalam bentuk garamnya (sodium
hialuronat) melalui injeksi intra-artrikular pada sendi lutut jika
osteoarthritis tidak responsif dengan terapi yang lain (Priyanto,
2008). Dua agen intra-artrikular yang mengandung asam
hialuronat tersedia untuk mengobati rasa sakit yang berkaitan
dengan osteoarthritis lutut.
26
sendi
buatan.
Biasanya,
dengan
pembedahan
dapat
27
Analgesik oral
Asetaminofen
Tramadol
Analgesik topical
Kapsaisin 0.025% atau 0.075%
Suplement nutrisi
Glukosamin sulfat
Antiinflamasi
non
steroid
(NSAID)
Asam karboksilat
Asam asetilasi
Aspirin, biasa, buffer, atau
salut enterik
Dosis
maksimum
(mg/hari)
4000
1500
3600
3000
1500
3000
3000
1200
400
200
200; 150
40
2000
3200
300
3200
300
1500
1375
1800
28
Fenamat
Meklofenamat
Asam mefenamat
Oksikam
Piroksikam
Meloksikam
Coxibs
Celecoxib
Valdecoxib
Dosis
maksimum
(mg/hari)
400
1000
10-20 mg perhari
7.5 mg perhari
20
15
200
(400
untuk RA
10 (40 untuk
nyeri
dismenorea)
29
(pustaka)
30
F. Keterangan Empiris
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik
pasien dan pola pengobatan osteoarthritis di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta
pada periode Januari 2013Desember 2013 berdasarkan catatan rekam medis.