Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Kultur Jaringan Tumbuhan
yang dibina oleh Ibu Dr. Betty Lukiati, M.S dan Ibu Frida Kunti Setiowati, ST,
M.Si
Oleh
Kelompok 1
Annisa Marifatul Jannah
130342615345 (HP/2013)
130342615301 (HP/2013)
130342603493 (HP/2013)
130342615304 (HP/2013)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kultur jaringan tumbuhan merupakan sebuah cabang ilmu yang
mempelajari tentang tanaman yang tumbuh dari sel, jaringan atau organ yang
diisolasi dari tanaman induk, dikultur pada suatu medium artifisial. (George et al,
2008)
Perkembangan teknologi yang semakin canggih juga turut serta dalam
pengembangan
ilmu
kultur
jaringan
tumbuhan.
Seeiring
dengan
terus
meningkatnya tuntutan manusia akan efisiensi dan efektivitas dalam hal ini adalah
tanaman yang bersinggungan langsung dengan kehidupan manusia misalnya
tanaman pangan, tanaman hias dan tanaman obat, maka inovasi terus dibutuhkan
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan manusia yang tak terbatas jumlahnya.
Teknik kultur jaringan tumbuhan merupakan udara segar bagi peneliti di
seluruh dunia dan diharapkan mampu mengatasi permasalahan dalam bidang
tanaman yang terjadi dalam masyarakat. Tumbuhan memiliki kemampuan
totipotensi untuk mampu dikembangkan dalam segala jenis bidang penelitian
dengan lebih murah, efektif dan efisien melalui kultur jaringan tumbuhan.
Beberapa masalah yang melibatkan kultur jaringan tumbuhan dalam
pemecahannya misalnya : mendapatkan bibit penyakit bebas hama, menyediakan
bibit seragam dalam waktu singkat, jumlah besar, dengan biaya rendah,
menghasilkan metabolit sekunder dalam waktu yang singkat.
Sebagai mahasiswa bologi, merupakan suatu hal yang penting untuk dapat
memahami materi bahkan menguasai kultur jaringan tumbuhan sebagai bekal
keterampilan kelak di kemudian hari.
B. Rumusan Masalah
1). Apa yang dimaksud dengan Kultur Jaringan Tumbuhan?
2). Apa saja metode yang digunakan dalam melaksanakan Kultur Jaringan
Tumbuhan?
3). Bagaimana tahapan dalam Kultur aringan Tumbuhan?
4) Apa saja macam Kultur Jaringan Tumbuhan?
C. Tujuan
1) Menjelaskan pengertian Kultur Jaringan Tumbuhan.
2) Menjelaskan macam-macam metode yang digunakan dalam Kultur
Jaringan Tumbuhan.
3) Menjelaskan tahapan dalam Kultur jaringan Tumbuhan.
4) Menjelaskan macam-macam Kultur Jaringan Tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur jaringan tanaman adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian
dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atauorgan yang serba steril, dalam
botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptic, sehingga bagian-bagian
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang
lengkap. Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut tissue culture. Kultur adalah
budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi
yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman
menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat seperti induknya (George, 2008).
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak
tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara
generatif. Kultur jaringan termasuk jenis perkembangbiakan vegetatif yang
prinsip dasarnya sama dengan menyetek. Bagian tanaman yang akan dikultur
(eksplan) dapat diambil dari akar, pucuk, bunga, meristem, serbuk sari. Kultur
jaringan akan lebih besar presentase keberhasilannya bila menggunakan jaringan
meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu jaringan yang terdiri
dari sel-sel yang selalu membelah, dinding tipis, plasmanya penuh dan
vakuolanya kecil-kecil. Kebanyakan orang menggunakan jaringan ini untuk tissue
culture. Sebab, jaringan meristem keadaannya selalu membelah, sehingga
diperkirakan mempunyai zat hormon yang mengatur pembelahan.
Berdasarkan bagian-bagian tanaman yang dikulturkan secara spesifik
terdapat beberapa macam kultur:
1. Kultur organ, yaitu kultur yang diinisiasi dari organ-organ tanaman seperti:
pucuk terminal dan aksilar, meristem, daun, batang, ujung akar, bunga, buah
muda, embrio, dan sebagainya.
2. Kultur biji (seed culture), kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji
atau seedling.
3. Kultur kalus, yaitu kultur sekumpulan sel yang tidak terorganisir, hanya
sel-sel parenkim yang berasal dari bahan awal.
4. Kultur suspensi, yaitu kultur sel bebas atau agregat sel kecil dalam media
cair.
Pada
umumnya
kultur
suspensi
diinisiasi
dari
kalus.
5. Kultur protoplas, yaitu kultur sel-sel muda yang diinisiasi dalam media cair
yang dihilangkan dinding selnya. Kultur protoplas digunakan untuk
hibrididasi
somatik
baik intraspesifik
maupun
interspesifik).
6. Kultur haploid (kultur mikrospora/ anther), yaitu kultur dari kepala sari
(kultur anther) atau tepung sari (kultur mikrospora)
B. Kultur dari Struktur Organisme
Kultur organ, yaitu kultur yang diinisiasi dari organ-organ tanaman seperti:
pucuk terminal dan aksilar, meristem, daun, batang, ujung akar, bunga, buah
muda, embrio, dan sebagainya secara in vitro. Tujuan pokok penerapan
perbanyakan dengan teknik kultur jaringan adalah produksi tanaman dalam
jumlah besar pada waktu singkat, terutama untuk varietas-varietas unggul yang
baru dihasilkan.
Manfaat Kultur Jaringan Banyak metode dalam teknik kultur jaringan,
selain untuk tujuan pokok yaitu perbanyakan dalam jumlah besar dan cepat juga
metode-metode untuk tujuan pemuliaan tanaman, menghasilkan jenis tanaman
yang baru yang kita inginkan. Manfaat kultur jaringan dibidang pertanian adalah
produksi tanaman bebas virus dengan teknik kultur meristem. Untuk produksi
bahan-bahan farmasi dimana sel-sel kultur juga menghasilkan persenyawaanpersenyawaan yang dibutuhkan manusia dengan tingkat produksi per-unit berat
kering yang setara atau lebih tinggi dari tanaman asalnya. Untuk pemuliaan
tanaman dan rekayasa genetika dengan cara memanipulasi jumlah kromosom
melalui bahan kimia, meregenerasikan jaringan tertentu seperti endosperma
dengan kromosom 3n, hibridasi somatik melalui fusi protoplasma, atau dengan
transfer dna. Pelestarian plasma nutfah tanaman juga dapat dilakukan dengan
setelah dipindahkan dari suspensi sel, dan untuk menumbuhkan planlet dari
prtoplas yang sudah difusikan (digabungkan).
b. Metode Cair(Liquid Metho)
Penggunaan metode cair ini kurang praktis dibandingkan dengan metode
padat, karena untuk menumbuhkan kalus langsung dari ekspaln sangat sulit
sehingga keberhasilannya sangat kecil dan hana tanaman-tanaman tertentu yang
dapat berhasil. Oleh karena itu, penggunaan media cair lebih ditekankan untuk
suspensi sel, yaitu untuk menumbuhkan plb (prtocorm like bodies). Dari
protokormus ini nantinya dapat tumbuh menjadi planlet apabila dipindahkan
kedalam media padat yang sesuai.
Pembuatan media cair jauh lebih cepat daripada media padat, karena kita
tidak perlu memanaskannya untuk melarutkan agar-agar. Media cair juga tidak
memerlukan zat pemadat sehingga keadaannya tetap berupa larutan nutrein. Bila
dilihat dari macam bahan yang digunakan, maka metode kultur jaringan yang
telah dikenal sekarang antara lain adalah:
1. Kultur meristem.
2. Kultur antera
3. Kultrur endosperma
4. Kultur suspensi sel
5. Kultur protoplas
6. Kultur embrio
7. Kultur spora
8. Dan lain-lain
Metode kultur jaringan sangat sederhana, yaitu suatu sel atau irisan
jaringantanaman yang sering disebut eksplan secara aseptik diletakkan dan
dipelihara dalam medium pada atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril.
dengan cara demikian sebaian sel pada permukaan irisan tersebut akan mengalami
proliferasi dan membentuk kalus. Apabila kalus yang terbentuk dipindahkan
kedlam medium diferensiasi yang cocok, maka akan terbentuk tanaman kecil yang
lengkap dan
Metode
padat
dapat
digunakan
untuk
metode
kloning,
untuk
tunas
cabang
dan
percabangan
aksiler
atau
merangsang
terbentuknya tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara langsung maupun
melalui induksi kalus terlebih dahulu. Seperti halnya dalam kultur fase inisiasi, di
dalam media harus terkandung mineral, gula, vitamin, dan hormon dengan
perbandingan yang dibutuhkan secara tepat.
Hormon yang digunakan untuk merangsang pembentukan tunas tersebut
berasal dari golongan sitokinin seperti BAP, 2-iP, kinetin, atau thidiadzuron
(TDZ).
perbanyakan secara in-vitro terletak pada mudah tidaknya suatu materi ditanam
ulang selama multiplikasi. Eksplan yang dalam kondisi bagus dan tidak
terkontaminasi dari tahap inisiasi kultur dipindahkan atau disubkulturkan ke
media yang mengandung sitokinin. Subkultur dapat dilakukan berulang-ulang kali
sampai jumlah tunas yang kita harapkan, namun subkultur yang terlalu banyak
dapat menurunkan mutu dari tunas yang dihasilkan, seperti terjadinya
penyimpangan genetik (aberasi), menimbulkan suatu gejala ketidak normalan
(vitrifikasi) dan frekuensi terjadinya tanaman off-type sangat besar (George,
2008).
pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang siap ditanam di
lapangan. Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan berhasil
jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang
tinggi.
Tahap ini merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca,
rumah plastik, rumah bibit, dan lapangan sangatlah jauh berbeda dengan kondisi
iklim mikro di dalam botol. Kondisi di luar botol bekelembaban nisbi jauh lebih
rendah, tidak aseptik, dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih tinggi daripada
kondisi dalam botol. Planlet atau tunas mikro lebih bersifat heterotrofik karena
sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik, serta
suplai hara mineral dan sumber energi berkecukupan. Disamping itu tanaman
tersebut memperlihatkan beberapa gejala ketidak normalan, seperti bersifat
sukulen, lapisan kutikula tipis, dan jaringan vaskulernya tidak berkembang
sempurna, morfologi daun abnormal dengan tidak berfungsinya stomata sebagai
mana mestinya. Strutur mesofil berubah, dan aktifitas fotosintesis sangat rendah.
Dengan karakteristik seperti itu, palanlet atau tunas mikro mudah menjadi layu
atau kering jika dipindahkan ke kondisi eksternl secara tiba-tiba. Karena itu,
planlet atau tunas mikro tersebut diadaptasikan ke kondisi lngkungan yang baru
yang lebih keras. Dengan kata lain planlet atau tunas mikro perlu
diaklimatisasikan
2. Kultur Meristem
1)
homozigot
melalui
penggandaan
microprojectile
bombardment)
Protoplas
diletakkan pada densitas yang cukup untuk pembelahan sel secara spontan atau
mungkin inisiasi pertumbuhan oleh jaringan yang tumbuh disekitarnya. Hal ini
dilakukan dengan cara meletakkan inokulum pada sebuah kertas saring.
Metode lain untuk menghasilkan koloni sel yang berasal dari satu sel
(Bellincampi et al, 1985). Sebuh suspensi sel terfilter dengan proporsi sel tunggal
yang banyak, dikultur dalam densitas tinggi pada medium yang berisi hanya 0,2 %
agar. Pada konsentrasi ini agar tidak memadatkan medium namun menjaga sel
terpisah, mencegah terjadinya agregasi. Ketika sekumpulan 10-15 sel terbentuk
kemudian bisa diletakkan pada 50-200 unit plating/ml pada medium yang
dipadatkan oleh agar 1 % dimana mereka tumbuh sebagai koloni kalus secara
terpisah. Efisiensi plating adalah persentase unit plating yang menumbuhkan
koloni kalus.
Pembuatan koloni dari satu sel adalah salah satu cara untuk memisahkan
sel yang berbeda secara genetik dari populasi sel yang tercampur. Dengan
meningkatkan variasi genetik secara buatan antar sel dalam kultur, dan kemudian
mengaplikasikan tekanan terseleksi, sel resisten bisa didapatkan, dan pada
beberapa contoh tanaman dengan resistensi yang mirip kemudian diregenerasi dari
sel atau kalus yang dihasilkan.
b. Sel terpisah
Sel tunggal dapat dipisahkan langsung dari tanaman. Lebih mudah
diisolasi dan sedikit kemungkinan kerusakan dibandingkan dengan protoplas,
karena dinding sel tetap utuh. Selanjutnya, sel tunggal dapat digunakan dalam
operasi robust, semisal studi fisiologi langsung. Dikatakan bahwa untuk tujuan
ini, mereka lebih representatif untuk diferensiasi jaringan daripada sel derivat
suatu jaringan. Tapi gangguan yang disebabkan oleh pemisahan bisa menginduksi
respon tipikal.
1). Separasi mekanis
Pada beberapa spesies tanaman, mengacaukan jaringan secara mekanis
dapat memisahkan sel yang saling berlekatan pada beberapa orhan. Sel mesofil
misalnya, bsia didapatkan secara mudah dari Aspargus dadodes dan dari daun
Macleaya cordata. Sel ini dapat ditumbuhkan dalam kultur suspensi atau kultur
padat dan induksi ke morfogenesis, termasuk pembentukan embryo somatik.
Bagaimanapun, kemampuan untuk isolasi sel terpisah secara langsung dari
tanaman tingkat tinggi terbatas. Tipe jaringan penting untuk mengetahui
pemisahan sel dan untuk menyediakan pertumbuhan yang tepat. Sel sel dari daun,
kotiledon dari kentang tidak memiliki kemampuan tumbuh, dan bahkan tidak
mungkin memisahkan sel secara mekanis.
2). Pemisahan enzimatis
Pemisahan sel dari tanaman dapat dlakukan melalui preparasi enzim
misalnya pektinase atau poligalakturonase yang menhilangkan pelekatan antar sel
pada suatu jaringan. Sel yang diisolasi dengan cara ini bisa disuspensi dalam
medium kultur dan aktif secara metabolis. Sel yang terpisah dari jaringan daun
tembakau yang tidak terinfeksi TMV digunakan untuk mempelajari pembentukan
RNA viral pada sel yang terinfeksi, dan untuk mempelajari interaksi antara sel
jaringan daun dan elicitor yang diproduksi oleh fungi patogen. Derajat dispersi sel
dari kultur suspensi juga dapat ditingkatkan dengan penambahan enzim.
c. Protoplas
Protoplas adalah bagian hidup dari sel tumbuhan, terdiri dari sitoplasma
dan nukleus dengan dihilangkannya dinding sel. Protoplas dapat diisolasi dari
organ keseluruhan tanaman atau jaringan kultur. Ketika diletakkan dalam medium
yang cocok mereka bisa diinduksi untuk membentuk kembali dinding sel dan
membelah. Sekumpulan kecil sel biasanya tumbuh dari setiap sel dan menediakan
protoplas yang diletakkan dalam densitas rendah bisa dikenali satu dari banyak
koloni kalus yang terpisah. Kultur protoplas belum digunakan dalam pekerjaan
mikropropagasi. Saat ini protoplas yang diisolasi digunakan untuk penelitian
mengenai infeksi virus dan untuk modifikasi informasi genetik sel dengan
menyisipkan fragmen DNA yang diinginkan. Protoplas bisa
berfusi bersama
untuk membuat hibrid sel tanaman. Sel yang termodifikasi secara genetik akan
hanya memiliki nilai genetik praktis jika keseluruuhan tanaman yang memiliki
konstitusi bisa diregenerasi. Kemampuan untuk memperbaiki tianaman dari kultur
protopas merupakan sesuatu yang penting dalam proyek teknik genetis.
Metode preparasi protoplas:
1.secara mekanis memotong dinding sel
2. meluruhkan dinding sel dengan enzim
3. metode kombinasi pemisahan mekanis dan enzimatik
Untuk keberhasilan isolasi ditemukan cara penting untuk menyebabkan
kontraksi protoplas keluar dari dinding sel, dimana ketika sel menegang kemudian
ditekan secara kuat. Kontraksi dilakukan melalui mekanisme plasmolisis sel
dengan larutan melalui metode osmosis. Osmosis harus memiliki konsentrasi yang
cukup untuk membuat penyusutan protoplasma, tapi kekurangan kekuatan untuk
membuat kerusakan selular.
Pada masa lampau protoplas diisolasi secara mekanis kemudian digantikan
oleh isolasi enzimatis karena isolasi mekanis menghasilkan sedikit sel yang tidak
rusak. Enzim yang digunakan dari fungi atau bakteri yang memiliki aktivitas
pektinase, selulase dan atau hemiselulosa ; mereka menurunkan bagian
keefektifannya dalam komposisi campuran.
dinding
dimulai,
konsentrasi
osmotikum
dikurangi
untuk
mendukung pertumbuhan sel. Hal ini mudah dicapai dalam medium cair, tetapi di
mana protoplas telah diletakkan ke media padat akan diperlukan transfer sel-sel di
blok agar ke substrat lain.
Jika pembelahan sel lanjut terjadi, masing-masing protoplas membentuk
sekelompok kecil sel dan kemudian koloni kalus kecil. Kloroplas hijau di sel yang
berasal dari protoplas mesofil daun, kehilangan integritas dan menghilang sebagai
pembentukan kalus. Protoplas dapat berasal dari sel-sel tanaman utuh, yang tidak
semua komposisi genetiknya sama. Jika sel-sel tersebut tumbuh dalam medium
cair, maka akan menyatu dan membentuk dinding sel. Koloni campuran kalus
akan menghasilkan tanaman genetik yang berbeda..
Untuk menghindari agregasi sel, protoplas harus bebas tersebar dan
dikultur pada densitas rendahs), jaringan perawat, atau sebuah AC atau medium
suuplementasi khusus. Sebuah metode yang terakhir dirancang oleh Raveh dkk.
(1973). Fabrik digunakan untuk mensuspensi protoplas dalam medium cair.
2). Fusi protoplas
Meskipun fusi protoplas diamati bertahun-tahun yang lalu, hal ini menjadi
sangat signifikan sejak metode ini dikembangkan untuk isolasi protoplas dan
regenerasi selanjutnya menjadi tanaman utuh. Protoplas yang diisolasi tidak
berfusi karena membawa muatan negatif superfisial sehingga saling berlawanan.
Berbagai teknik telah ditemukan untuk menginduksi fusi. Dua teknik tersukses
menggunakan penambahan polietilen glikol (PEG) pada kehadiran konsentrasi ion
kalsium tinggi dan pH antara 8-10, dan aplikasi pil pendek listrik langsung
(elektro-fusi). Dengan mencampur protoplas dari tanaman dari dua spesies atau
genera yang berbeda, fusi mungkin dicapai:
(a) antara protoplas dari tanaman yang sama di mana fusi inti dua sel akan
menimbulkan
homokaryon (synkaryon);
(b) antara protoplas dari spesies tanaman yang sama (intravarietal atau
intraspesifik fusi);
(c) antara protoplas dari spesies atau genera tanaman yang berbeda (interspesifik
atau fusi intergenerik).
Fusi jenis (b) dan (c) di atas dapat mengakibatkan pembentukan hibrida
genetik (heterokaryocytes), yang jarang bisa diperoleh melalui penyeberangan
seksual. Dengan memisahkan sel fusi hibrida dari populasi protoplas campuran
sebelum kultur, atau dengan merancang metode dimana sel-sel yang timbul dari
fusi dapat diakui setelah mereka memulai pertumbuhan, memungkinkan untuk
regenerasi hibrida somatik yang baru (sebagai lawan seksual hybrid) tanaman.
Beberapa interspesies baru dan tanaman hibrida intergenerik telah diperoleh
dengan cara ini. Sebuah fusi sitoplasma satu jenis tanaman dengan inti lain juga
mungkin terjadi .Tanaman cybrid tersebut dapat berguna dalam program
pemuliaan tanaman untuk transfer gen sitoplasma.
Tanaman Haploid
1) Anther dan kultur pollen
Pada tahun 1953 Tulecke menemukan bahwa jaringan haploid (yaitu
jaringan yang terdiri dari sel-sel yang memiliki setengah jumlah kromosom yang
merupakan karakteristik dari spesies), dapat diproduksi dengan kultur serbuk sari
Ginkgo. Sedikit pemberitahuan diambil dari karyanya sampai Guha dan
Maheshwari (1964, 1967) berhasil menumbuhkan tanaman haploid dari polen dari
Datura innoxia oleh kultur antera utuh. Dasar serbuk sari dan kultur antera adalah
bahwa pada media yang sesuai dengan mikrospora serbuk sari dari beberapa
spesies tanaman dapat diinduksi untuk memunculkan sel vegetatif. Perubahan
tersebut dari pola gametophytic yang normal seksual perkembangan menjadi pola
vegetatif (sporofit), tampaknya dimulai pada fase awal dari siklus sel ketika
transkripsi gen yang bersangkutan dengan perkembangan gametophytic diblokir
dan gen yang bersangkutan dengan perkembangan sporofit diaktifkan (Sunderland
dan Dunwell, 1977). Hasilnya adalah bahwa di tempat serbuk sari dengan
kapasitas untuk memproduksi gamet dan tabung serbuk sari, mikrospora
diproduksi mampu membentuk haploid pro-embrio (embrio somatik yang
terbentuk langsung dari mikrospora), atau jaringan kalus. Pembentukan tanaman
dari mikrospora serbuk sari dengan cara ini kadang-kadang disebut androgenesis.
Tanaman haploid yang lebih mudah diregenerasi dengan kultur mikrospora dalam
kepala sari daripada dengan kultur serbuk sari terisolasi. Kehadiran dinding antera
menyediakan stimulus untuk perkembangan sporofit. Stimulus alami tidak
diketahui tetapi mungkin berupa nutrisi dan/atau hormonal. Jumlah spesies
tanaman dari kultur antera yang telah menghasilkan tanaman haploid relatif
sedikit. Terdiri dari sekitar 70 spesies dalam 29 genera hingga tahun 1975
(Sunderland dan Dunwell, 1977) dan 121 spesies atau hibrida di 20 famili pada
tahun 1981-1982 (Maheshwari et al., 1982) dan sekarang, sangat banyak. Tahap
awal embriogenesis dan pembentukan kalus tanpa regenerasi tanaman telah
diperoleh di beberapa jenis tanaman lainnya. Lima puluh delapan persen dari
laporan embriogenesis atau regenerasi tanaman di Maheshwari dkk. (1982) adalah
dihasilkan dari spesies dalam famili Solanaceae. Spesies dimana frekuensi
tanaman haploid tetap menjadi bagian yang relatif kecil dari total. Mereka
terutama terdiri spesies solanaceous seperti Datura, Nicotiana, hyocyamus,
Solanum dan beberapa brassica.
2) Ginogenesis
Sumber teoritis lain tanaman haploid dalam angiosperma adalah inti telur
atau ovum; terkandung dalam nucellus dari ovula dalam sel yang terspesialisasi
(megaspora atau embrio sac). Ovum tidak dapat dipisahkan dengan mudah dari
inti terkait lainnya dalam megaspora sehingga tanaman haploid biasanya dapat
diproduksi dari ovum, hanya dengan merangsang perkembangan bakal biji yang
tidak terbuahi menjadi bibit. Dalam beberapa spesies [misalnya Jamesonii
gerbera (Sitbon, 1981; Meynet dan Sibi, 1984); jagung (Truong-Andre dan
Demarly, 1984); gula bit (Hosemans dan Bossoutrot, 1983); bawang (Keller,
1990)], beberapa tanaman haploid dapat diperoleh dengan kultur ovula yang tak
terpolinasi, ovarium atau kuncup bunga. Dalam beberapa tanaman lain (Pavlova,
1986), angka yang lebih besar dari haploid diperoleh jika ovarium dipolinasi oleh
spesies yang jauh terkait (atau genus) atau dengan serbuk sari yang telah diradiasi
dengan sinar X atau -. Hasil penyerbukan yang sukses dalam stimulasi
pertumbuhan endosperm oleh fusi dari salah satu inti generatif tabung polen
dengan inti fusi sentral megaspora, tetapi fusi inti generatif lainnya dengan sel
telur tidak terjadi dan sel telur diinduksi untuk tumbuh menjadi anakan tanpa
dibuahi (gynogenesis). Sebuah teknik alternatif, yang telah menghasilkan haploid
bibit Petunia (Raquin, 1986) adalah untuk perlakuan ovarium dengan sinar- dan
kemudian menyerbuki mereka dengan serbuk sari yang normal.
Gynogenesis sejauh ini telah digunakan lebih jarang daripada androgenesis
untuk produksi tanaman haploid. Sel haploid dan tanaman haploid yang
dihasilkan oleh androgenesis atau gynogenesis memiliki banyak kegunaan dalam
pemuliaan tanaman dan genetika (Vasil dan Nitsch, 1975). Kebanyakan penelitian
terbaru pada kultur anter telah berkonsentrasi pada mencoba untuk meningkatkan
efisiensi plantlet regenerasi spesies penting secara ekonomis. Tanaman haploid
sereal sangat berharga dalam program pemuliaan, tetapi dalam Gramineae,
frekuensi dan keandalan pemulihan melalui kultur antera masih terlalu rendah
untuk penggunaan rutin.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah ini diantaranya:
1. Kultur jaringan tanaman adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian
dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atauorgan yang serba steril,
dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptic, sehingga
bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi
tanaman yang lengkap.
2. Metode yang ada dalam Kultur Jaringa Tumbuhan adalah metode padat
dan metode cair.
3. Tahapan dalam Kultur Jaringan Tumbuhan diantaranya:
a). Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan
b). Inisiasi Kultur
c). Sterilisasi
d) Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul
e). Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan Akar
f). Aklimatisasi
4. Macam-macam Kultur Jaringan Tumbuhan diantaranya:
a) Kultur Embrio
b) Kultur Kalus
c) Kultur Anter
d) Kultur Ovari
e) Kultur Suspensi Sel
f) Kultur Organ - Organ culture
g) Kultur Biji - Seed culture
h) Kultur Yang Berasal Dari Satu Sel
DAFTAR PUSTAKA
Gamborg, O.L. dan G.C. Phillips. 1995. Plant Cell, Tissue and Organ Culture
Fundamental Methods. Berlin: Springer - Verlag
George, E.F. 2008. Plant Propagation by Tissue Culture Volume I:
Background. 3rd Edition. Edited: E.F. George,Michael A. Hall, and
Geert-Jan De Klerk. Springer. Netherlands.