kehamilan maupun kehamilan lanjut, dengan besar angka kejadiannya 3% pada kehamilan lanjut
dan 5% pada awal kehamilan. Perdarahan yang terjadi pada awal kehamilan meliputi abortus,
mola hidatidosa dan kehamilan ektopik.
(6)
Plasenta dan Plasenta Previa. Dari kasus perdarahan diatas ternyata didapatkan besar kasus
paling tinggi adalah perdarahan pada awal kehamilan yang dari salah satu perdarahan awal
kehamilan tersebut terdapat kehamilan molahidatidosa.
Molahidatidosa adalah Tumor jinak dari trofoblast dan merupakan kehamilan abnormal,
dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematous, janin biasanya
meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus
menerus, sehingga gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. Penyebab
pasti terjadinya kehamilan Mola hidatidosa belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor
yang memengaruhinya yaitu faktor ovum, imunoselektif trofoblast, usia, keadaan sosio-ekonomi
yang rendah, paritas tinggi, defisiensi protein, infeksi virus dan faktor kromosom yang jelas, dan
riwayat kehamilan mola sebelumnya. Jenis pada molahidatidosa yaitu Molahidatidosa Komplet
(MHK) dan Molahidatidosa Parsial (MHP). Angka kematian yang diakibatkan oleh kehamilan
Molahidatidosa berkisar antara 2,2% - 5,7%. (1,6,7)
Pada kehamilan Molahidatidosa jika tidak dilakukan penanganan secara komprehensif
maka masalah kompleks dapat timbul sebagai akibat adanya kehamilan dengan Molahidatidosa
yaitu TTG (Tumor Trofoblast Gestasional) dimana TTG ini terbagi menjadi 2 macam yaitu:
Choriocarcinoma non Villosum dan Choriocarcinoma Villosum yang bersifat hematogen dan
dapat bermetastase ke vagina, paru-paru, ginjal, hati bahkan sampai ke otak. Dengan presentasi
kejadian tersebut adalah 18-20% keganasan. (7)
Penatalaksanaan pada Molahidatidosa ada tiga tahap yaitu perbaikan keadaan umum ibu,
pengeluaran jaringan mola dengan cara Kuretase atau Histerektomi, dan pemeriksaan tindak
lanjut yaitu follow up selama 12 bulan, dengan mengukur kadar -HCG dan mencegah
kehamilan selama 1 tahun. Tindak lanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada
pengukuran serial kadar -HCG serum untuk mendeteksi Tumor Trofoblast Persisten. (8)
Penyakit ini, baik dalam bentuk jinak atau ganas, banyak ditemukan di Negara Asia,
sedangkan di Negara bagian Barat lebih jarang. Angka di Indonesia umumnya berupa angka
Rumah Sakit yaitu RSCM, untuk Mola Hidatidosa berkisar 1:50 sampai 1:141 kehamilan. Angka
ini jauh lebih tinggi disbanding Negara-negara barat dimana insidennya berkisar 1:1000 sampai
1:2500 kehamilan untuk kejadian Molahidatidosa. (7)
Sedangkan frekuensi kejadian Molahidatidosa di RSU dr. Slamet Garut tahun 2009
sebanyak 37 kasus dari jumlah kehamilan sebanyak 1730 dan ditemukan angka untuk
Molahidatidosa 1:47 kehamilan pada tahun 2009.
Pada tanggal 05 Mei 2010 saat pencarian Data Sekunder berupa Rekam Medik kasus
Molahidatidosa, penulis menemukan 1 kasus yaitu pada Ny. S dengan diagnosa Molahidatidosa,
yang dirawat di RSU dr. Slamet Garut di Gedung Kalimaya selama 3 hari terhitung mulai tanggal
26 April 2011 28 April 2011. Apabila pada kasus Molahidatidosa tidak dilakukan penanganan
secara komprehensif maka kemungkinan dapat terjadi keganasan menjadi Tumor Trofoblast
Gestasional (TTG) atau koriokarsinoma.
Dari fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus pada Ny. S G 1P0A0
Gravida 4 5 minggu dengan Molahidatidosa di Gedung Kalimaya RSU dr. Slamet Garut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada laporan kasus ini adalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ny. S G1P0A0 Gravida 4 5 minggu dengan
Molahidatisoda di Gedung Kalimaya RSU dr. Slamet Garut?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menganalisis Asuhan Kebidanan pada Ny. S G 1P0A0 Gravida 4 5 minggu dengan
Molahidatidosa di Gedung Kalimaya RSU dr. Slamet Garut.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mampu menganalisis Data Subjektif Asuhan Kebidanan pada Ny. S G 1P0A0 Gravida 4 5
minggu dengan Molahidatidosa di Gedung Kalimaya RSU dr. Slamet Garut.
Mampu menganalisis Data Objektif Asuhan Kebidanan pada Ny. S G 1P0A0 Gravida 4 5
minggu dengan Molahidatidosa di Gedung Kalimaya RSU dr. Slamet Garut.
Mampu menganalisis hasil Analisa Asuhan Kebidanan pada Ny. S G 1P0A0 Gravida 4 5 minggu
dengan Molahidatidosa di Gedung Kalimaya RSU dr. Slamet Garut.
Mampu menganalisis Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ny. S G1P0A0 Gravida 4 5
minggu dengan Molahidatidosa di Gedung Kalimaya RSU dr. Slamet Garut.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Dengan mengetahui bagaimana Asuhan Kebidanan ini, diharapkan dapat menambah wawasan
dan pengetahuan penulis dalam penatalaksanaan klien dengan kehamilan Mola hidatidosa
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dengan penyusunan laporan kasus ini diharapkan agar menjadi bahan masukan, informasi,
maupun untuk pengembangan materi perkuliahan bagi mahasiswa dan menambah bahan
perpustakaan di Akademi Kebidanan Yayasan Pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia.
1.4.3 Bagi Instansi Kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang sesuai dengan Asuhan
Kebidanan dengan Mola Hidatidosa.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
Daftar Istilah
BAB I Pendahuluan
BAB II Tinjauan Teori
BAB III Tinjauan Kasus
BAB IV Pembahasan Tinjauan Kasus
BAB V Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Molahidatidosa
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka,
vaskularisasi dan edematous, janin biasanya meninggal akan tetapi vilus-vilus yang membesar
dan edematous itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus
sebuah anggur.(6)
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya
mengalami perubahan hidrofobik. (9)
Molahidatidosa merupakan kehamilan yang secara genetik tidak normal yang muncul
dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta. (10)
Molahidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas
plasenta atau calon placenta dan disertai dengan degenerasi kistik vili dan perubahan hidropik.
Hamil anggur atau molahidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi
sebagai akibat kegagalan pembentukan bakal janin sehingga terbentuk jaringan permukaan
membran (vili-vili) mirip gerombolan buah anggur. (11)
2.2 Patofisiolagi
2.2.1 Molahidatidosa komplet (MHK). (12)
MHK merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh vili korialisnya mengalami
degenerasi hidrofik yang menyerupai anggur. Seluruh gen kehamilan berasal dari ayah,
umumnya dengan jumlah diploid 46XX, tanpa ada jaringan jarring terlihat. (10, 12)
2.2.2 Molahidatidosa parsial (MHP). (12)
Seperti pada MHK, tetapi disini masih ditemukan embrio atau janin yang biasanya mati sebelum
trimester pertama. Walaupun pernah dilaporkan adanya MHP dengan bayi aterm. Pada kasus ini,
kehamilan terdiri dari tiga unsur gen (misal, XXY 69, XXX 69, XYY 69 ). (10, 12)
Tabel 1.1 Klasifikasi trofoblas dikemukakan oleh ACOG 1993 (13)
Klasifikasi
A . Jinak
Molahidatidosa
subklasifikasi
A .1. MHK
A . 2. MHP
Criteria
Janin tak ada
Hidropik degenerasi difus
Sel trofoblas hyperplasia
difus
Stoma jaringan trofoblas
difus
Bentukan sisik difus
Kriotipe 46XX-45XY
Menjadi sumber ganas 6570 %
Janin ada
Hidropik degenerasi local
Hyperplasia trofoblas local
Stroma jaringan trofoblas
yang tidak ikut serta
diinfiltrasi
Bentukan sisik jelas
Kriotipe 69XXX-69XYY
Menjadi sumber ganas 1015%
Mola parsial
Umumnya 69 XXY atau 69 XXX
Mola sempurna
46XX atau 46XY
Patologi
Sering dijumpai
Janin
Tidak ada
Sering dijumpai
Tidak ada
Bervariasi, fokal
Edema Vilus
Difus
Bervariasi , fokal,ringan sedang
Proliferasi Trofoblast
Gambaran Klinis
Missed abortion
Diagnosis
Gestasi mola
Kecil untuk masa kehamilan
Ukuran Uterus
Jarang
Kista teka-lutein
Jarang
25-30%
Penyulit medis
Sering
20%
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada usia berapa pun dalam usia subur dapat terjadi
kehamilan mola.
4. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah (12)
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi
yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga
mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
5. Paritas tinggi
Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi kehamilan molahidatidosa karena
trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetik yang dapat diidentifikasikan
dengan penggunaan stimulandrulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal). Namun juga
tidak dapat dipungkiri pada primipara pun dapat terjadi kehamilan molahidatidosa. (7, 9)
6. Defisiensi protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan dengan
pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada
waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan
pertumbuhan pada janin tidak sempurna. (7, 9)
Perdarahan pevaginam berulang. Darah cenderung berwarna kecoklatan. Pada keadaan lanjut
kadang keluar gelembung mola.
5. Hipertensi akibat kehamilan, Preeklamsia atau eklamsia yang terjadi sebelum usia kehamilan 24
minggu, dan biasa menetap sampai trimester dua.
6. Sesak napas.
7. Tidak ada aktifitas janin.
8. Mual muntah yang menetap atau menjadi parah, karena diakibatkan kadar -hCG meningkat.
9.
Scanning ultrasonic menunjukkan bayangan badai salju dan tidak terlihat janin, dan seperti
sarang tawon.
10. Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering meningkat, tetapi jarang
menyebabkan gejala klinis hipertiroidisme.
2.5 Diagnosis (11,15)
2.5.1
a)
b)
c)
d)
e)
2.5.2
Anamnesa / keluhan
terdapat gejala hamil muda
kadang kala ada tanda toxemia gravidarum
terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur warna merah tua atau kecoklatan.
Pembesaran uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dari usia kehamilan seharusnya.
Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan ( tidak selalu ada).
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
a) Muka dan kadang kadang badan kelihatan pucat kekuning kuningan yang disebut muka mola
(mola face) atau muka terlihat pucat.
b) Bila gelembung mola keluar dapat dilihat jelas.
Palpasi
a) Uterus membesar tidak seuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek.
b) Tidak teraba bagian bagian janin dan ballotemen, juga gerakan janin.
c) Adanya fenomena harmonica: darah dan gelembung mola keluar dan fundus uteri turun lalu naik
karena terkumpulnya darah baru.
d) Adanya pembesaran kelenjar tiroid, menunjukan adanya komplikasi tiroktoksikosis.
Auskultasi
a) Tidak terdengar DJJ
b) Terdengar bising dan bunyi khas
Periksa Dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian janin, terdapat
perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, seerta evaluasi keadaan servik.
2.5.3
Pemeriksaan penunjang
Reaksi Kehamilan
Kadar HCG yang jauh lebih tinggi dari kehamilan biasa. Pada kehamilan biasa kadar
HCG darah paling tinggi 100.000 IU/L, sedangkan pada molahidatidosa bisa mencapai
5.000.000 IU/L.
Uji Sonde
Sonde dimasukan secara pelan pelan dan hati hati kedalam serviks kanalis dan kavum
uteri. Bila tidak ada tahanan, kemungkinan mola.
Foto Rontgen
Tidak terlihat tulang tulang janin pada kehamilan 3 4 bulan.
USG
Akan terlihat bayangan badai salju dan tidak terlihat janin, dan seperti sarang tawon.
2.6 Diagnosis Banding (9, 15)
1. Kehamilan dengan mioma uteri
2. Abortus
3. Hidramnion
4. Kehamilan ganda (gemeli)
2.7 Komplikasi (9, 11, 15)
Komplikasi molahidatidosa meliputi:
1. Perdarahan hebat
2. Anemia
3. Infeksi
4. Syok
5. Perforasi uterus
6. Keganasan 18 20 % kasus
2.8 Penatalaksanaan Medik (11)
1.
Penanganan yang bisa dilakukan pada molahidatidosa adalah : diagnosis dini akan
menguntungkan prognosis .
2.
Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan dimana sumber daya
sangat terbatas, dapat dilakukan evaluasi klinik dengan fokus pada :
Riwayat haid terakhir dan kehamilan ;
Perdarahan tidak teratur dan spotting;
Pembesaran abnormal uterus;
Pelunakan serviks dan corpus uteri;
Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin;
e.
Tangan kiri diletakkan pada fundus uteri dengan tujuan untuk mengikuti turunnya fundus uteri
e)
4)
a)
b)
c)
2)
Ukur kadar hCG setiap 2 minggu, walaupun sebagian menganjurkan pemeriksaan setiap
minggu, belum terbukti adanya manfaat yang nyata.
3) Tunda terapi selama kadar serum tersebut terus berkurang. Kadar yang meningkat atau mendatar
mengisyaratkan perlunya evaluasi dan biasanya terapi.
4) Setelah kadar normal yaitu setelah mencapai batas bawah pengukuran pemeriksaan dilakukan
setiap 6 bulan, lalu setiap 2 bulan untuk total 1 tahun.
5) Tindak lanjut dapat dihentikan dan kehamilan diijinkan setelah 1 tahun
Karena itu, tindak lanjjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada pengukuran serial kadar
hCG serum untuk mendeteksi tumor trofoblas persisten. (8)
A. follow up pasca evakuasi (18)
Mulai minggu ke 2 sampai dengan minggu ke-12 pasca evakuasi jaringan molanmia,
penderita di anjurkan untuk melakukan follow up setiap 2 minggu, pemeriksaan yang dilakukan
adalah :
a) Pemeriksaan hCG dengan cara RIA / IRMA / EIA
b) Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan :
Minggu ke (t)
Tampak pada kurva diatas pada kasus kasus yang berkembang menjadi TTG kurva
regresinya sudah mulai menyimpang sejak minggu ke-2 pascaevakuasi dan pada pemantauan
minggu ke-4 dan ke-6 paenyimpangannya makin nyata. Kemoterapi mulai diberikan pada
minggu ke-6.
Pengelolaan koriokarsinoma klinis sama dengan pengelolaan kariokarsinoma yakni
dikelola seperti TTG dengan menggunakan skor prognostic WHO 1983 sebagai panduan
pemberian kemoterapi.
2.10 Penanganan Molahidatidosa di RSU Dr.Slamet Garut
A. Pemeriksaan USG untuk menegakkan diagnosis penyakit trofoblast gestasional merupakan salah
satu pemeriksaan yang baku di RSU dr. Slamet Garut.
B. Setelah ditegakkan diagnosis Molahidatidosa selanjutnya diupayakan untuk melakukan evakuasi
jaringan mola.
C. Sebelum evakuasi dilakukan, cari terlebih dahulu ada tidaknya penyulit berupa tiroktoksikosis
dan preeklampsia dan hal-hal lain yang dapat memperburuk prognosis penderita. Upaya evakuasi
baru dilakukan bila penyulit sudah diobati dan teratasi.
D. Bila terdapat perdarahan yang mengancam, maka sekalipun ada penyulit lain perlu dilakukan
segera pengeluaran jaringan mola untuk mengatasi perdarahan.
E. Untuk menghindarkan kematian penderita akibat krisis tiroid di RSU dr.Slamet Garut kasus mola
dengan tiroktoksikosis dikelola bersama dengan bagian penyakit dalam subagian endokrin.
F. Evakuasi jaringan mola dapat dilakukan dengan cara :
Kuret tajam
Kuretase vakum
Histerektomi
G. Kuretase dilakukan dua kali bila ditemukan tinggi fundus uteri lebih dari 20 minggu setelah hari
ke-7 post curetase.
H. Histerektomi dilakukan bila ditemukan pada kasus mola resiko tinggi yang sudah mempunyai
anak cukup.
I.
a)
Mulai minggu ke-2 sampai dengan minggu ke-12 pascaevakuasi jaringan mola, penderita
dianjurkan untuk melakukan follow up setiap 2 minggu. Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
b) Mulai bulan ke-4 sampai dengan bulan ke-6 follow up dilakukan setiap bulan dengan tatacara
follow up yang sama dengan yang sebelumnya. Dan pada bulan ke-6 dilakukan foto toraks AP
untuk menyingkirkan kemungkinan adanya metastasis di paru-paru. Bila perkembangan
menunjukkan keadaan yang baik maka selanjutnya :
c)
Mulai bulan ke-8 sampai bulan ke-12 dianjurkan follow up setiap 2 bulan. Bulan ke-12
dilakukan kembali foto thoraks AP untuk maksud yang sama dengan bulan ke-6
Gambar 1.2
Konsep Penatalaksanaan Molahidatidosa (Penyakit Trofoblast) (13)
2.11 Prognosis
Kematian pada molahidatidosa disebabkan karena perdarahan, infeksi, eklampsia, payah
jantung atau tirotoksokosa. Di Negara maju, kematian karena mola hampir tidak ada lagi, tetapi
di Negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Sebagian besar
dari pasien mola akan segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada
sekelompok wanita yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. (7)
Mortalitas akibat mola saat ini telah praktis berkurang menjadi nol oleh diagnosis yang
lebih dini dan terapi yang tepat. Pada kehamilan mola tahap lanjut, wanita yang bersangkutan
biasanya anemik dan mengalami perdarahan akut. Infeksi dan sepsis pada kasus ini dapat
menyebabkan morbiditas serius. (8)
Hampir 20% molahidatidosa komplit berlanjut menjadi keganasan, sedangkan mola
hidatidosa parsial jarang. Mola yang terjadi berulang serta disertai tirotoksikosis atau kista lutein
memiliki kemungkinan menjadi ganas lebih tinggi. (9)
2.12 Asuhan Kebidanan (18)
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung jawab bidan dalam
pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan dan atau masalah kebidanan.
Tujuan asuhan kebidanan adalah menjamin kepuasan dan keselamatan ibu dan bayinya
sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan keluarga bahagia dan berkualitas melalui
pemberdayaan perempuan dan keluarganya dengan menumbuhkan rasa percaya diri.
Teknik dalam bentuk naratif, merupakan teknik pencatatan pada umumnya banyak digunakan
b)
a)
Data subjektif adalah berisi data dari pasien melalui anamnesis yang merupakan ungkapan
langsung atau segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien dan data pasien dari rekam
medik.
b) Data objektif adalah data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik. Data yang
diobservasi dari hasil pemeriksaan oleh bidan atau tenaga kesehatan atau data penunjang.
c) Analisa adalah berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi
diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya dilakukan tindakan
segera.
d) Penatalaksanaan adalah proses kegiatan membuat perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi
terhadap kasus atau diagnose yang telah ditegakkan berdasarkan interpretasi data yang ditujukan
kepada klien post kuretase atas indikasi molahidatidosa. Serta mengusahakan tercapainya kondisi
klien seoptimal mungkin.
2.14 Manajemen Kebidanan Menurut Varney
Manajemen kebidanan Varney mengemukakan bahwa penatalaksanaan kebidanan
merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisaskan
pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Adapun manajemen kebidanan itu sendiri terdiri
dari 7 langkah yaitu pengumpulan data, interpretasi data dasar, identifikasi data dasar,
identifikasi diagnose atau masalah potensial, identifikasi kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera, rencana yang menyeluruh, pelaksanaan perencanaan dan evaluasi. Adapun
langkah-langkah asuhan kebidanan menrut Varney 1997 :
1.
Mengumpulkan semua data dasar yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara
keseluruhan.
2. Menginterpretasikan data dasar untuk mengidentifikasi diagnose atau masalah
3. Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
4. Identifikasi dan menetapkan kebutuhan trhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien
5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan
yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6. Pelaksanaan perencanaan langsung asuhan secara efisien dan aman
7. Mengevaluasi keefktivan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses
untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
7 langkah Varney
1. Pengumpulan data dasar
2. Interpretasi Data: Diagnosis, Masalah,
Kebutuhan
3. Identifikasi Diagnosis atau Masalah
Potensial
4. Identifikasi Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan Segera
Secara Mandiri, Konsultasi atau
Kolaborasi
5. Rencana Asuhan :
Melengkapi data: Tes Diagnostik
(Laboratorium)
Pendidikan atau Konseling
Rujukan
Follow Up
6. Pelaksanaan
7. Evaluasi
SOAP
Subjektif (hasil Anamnesis)
Objektif (Hasil Pemerikasaan)
Penatalaksan(Tindakan Segera,
Dokumentasi Implemenatsi dan
Evaluasi)
Asuhan Mandiri
Kolaborasi
Tes Diagnostik/ Tes
Laboratorium
Konseling
Follow Up
2.14.1 Pendokumentasian manajemen kebidanan pada ibu hamil (19)
Langkah 1. Pengkajian Data
Riwayat perkawinan terdiri atas status perkawinan, perkawinan ke berapa, umur ibu saat
keluhan utama, obat yang dikonsumsi (termasuk jamu), dan kekhawatiran ibu.
Riwayat obstetri (Gravida ke...... Para Ke...... Abortus ke......anak hidup (AH)......) meliputi
perdarahan pada kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu, hipertensi dalam kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu, BB lahir kurang dari 2500 gram atau lebih dari 4000 gram serta
masalah selama kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
e.
Riwayat KB meliputi jenis metode yang dipakai, waktu, tenaga dan tempat saat
Manajemen kebidanan yang terdiri atas 7 langkah ini merupakan proses berfikir dalam
mengambil keputusan klinis dalam memberikan asuhan kebidanan yang dapat diaplikasikan atau
diterapkan dalam setiap situasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tanggal Pengkajian
: 26 April 2011
No. CM
Jam
: 14.00 WIB
No. Reg
: 1529
Ny. S
Nama Suami
Tn. T
Umur
21 tahun
Umur
30 tahun
Pendidikan
SD
Pendidikan
SD
Pekerjaan
IRT
Pekerjaan
Buruh
Alamat
Kp.
:
02/Rw.
09
Desa
Kp.
:
Cikandang Rt.
02/Rw.
09
Desa
Cikandang
Cikandang
Kecamatan Cikajang
Kecamatan Cikajang
Kabupaten Garut
Kabupaten Garut
B. Alasan datang
Ibu datang ke Rsu. Dr. Slamet rujukan dari PKM DTP Cikajang dengan diagnosa perdarahan.
C. Keluhan Utama
Ibu mengaku hamil 2 bulan, mengeluh keluar darah seperti ati ayam dari jalan lahir, ada
gelembung seperti telur ikan, darah membasahi 1 pembalut per hari, ibu mengaku mengalami
perdarahan 10 hari.
D. Riwayat Haid
Ibu mengatakan pertama kali mendapatkan haid pada saat usia kehamilan 14 tahun, siklusnya
teratur, lamanya 7 hari, banyaknya darah biasa dan tidak ada keluhan nyeri haid.
E. Riwayat Kehamilan Sekarang
Jumlah kehamilan: Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama, tidak pernah mengalami
keguguran
HPHT : Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya tanggal 27 Maret 2011
Pemeriksaan Kehamilan: Ibu mengatakan telah memeriksakan kehamilannya 1 kali ke Bidan, 4
hari yang lalu.
Keluhan selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil sering pusing.
F. Riwayat Kesehatan/Penyakit yang di derita sekarang dan dulu
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal,
penyakit liver, penyakit DM, penyakit tiroid, Epilepsi, Hipertensi, Asma dan penyakit lainnya.
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Status Perkawinan: Ibu mengatakan ini pernikahannya yang pertama, lama menikah 1 tahun.
Usia ibu saat menikah 20 tahun dan usia suami saat menikah 29 tahun.
Riwayat KB: Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnnya.
3.2 Pengkajian Data Objektif
Keadaan Umum: Baik
Kesadaran: Compos Mentis
Tanda-tanda Vital:
TD: 110/60 mmHg
N: 88 x/menit
R: 20 x/menit
S: 37 C
Mata
Konjungtiva tidak anemis, sklera putih.
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tirod, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Thorak
Bentuk simetris, bunyi jantung I = bunyi jantung II murni regular.
Abdomen
Cembung dan lembek
Ekstremitas
Atas: Tidak ada oedema
Bawah: Tidak ada oedem dan tidak ada varises
Genetalia
Pemeriksaan dalam: Vulva dan Vagina tidak ada keluhan, pembukaan tertutup.
3.3 Analisa
Mola hidatidosa
3.4 Penatalaksanaan
Melakukan asuhan sesuai dengan advis dokter, yaitu:
1.
Melakukan persetujuan dengan ibu dan keluarga, bahwa akan dilakukan pemeriksaan dan
pengobatan kepada ibu.
2.
Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu akan di rawat inap selama beberapa hari demi
kesembuhan ibu.
3. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu akan dilakukan kuretase demi keselamatan jiwa ibu.
4. Memasang infus RL
5. Memantau tanda-tanda vital ibu
6. Memantau perdarahan
7. Melakukan pemeriksaan Lab (Hematologi)
Hasil: Hemoglobin
= 12.6 gr/dl
Hematokrit
= 37 %
Leukosit
= 8.200/mm3
Trombosit
= 335.000/mm3
Eritrosit
= 4.23 juta/mm3
Tabel 1.3 Catatan Perkembangan Pasien
TANGGAL
JAM
26 April 2011
27 April 2010
07.00Visite Dokter
S: Ibu mengatakan masih ada perdarahan
O: KU: Baik, Kesadaran: CM
TD: 120/80 mmHg, N: 82 x/mnt, R: 20 x/mnt, S: 36,5C
: dr. R .Sp. OG
Ahli Anestesi
: dr. H .Sp. An
Asisten I
: Zr. A
Asisten Anestesi
:N
Asisten II
: Zr. S
Jenis Anestesi
: NU
Diagnosa Pra-bedah
: Molahidatidosa
Diagnosa
bedah
Pasca
Indikasi Operasi
: Jenis Operasi
: Molahidatidosa
: Kuretase+IUD
Molahidatidosa
Kategori Operasi
: Sedang
Desinfeksi Kulit
: Betadine 10%
28 April 2010
BAB IV
PEMBAHASAN TINJAUAN KASUS
Dalam pembahasan ini penulis akan menganalisis hasil pengkajian terhadap Ny. S, yang
dibandingkan dengan menggunakan konsep teori yang telah dibahas, meliputi data Subjektif,
Objektif, Analisa dan Penatalaksanaan.
4.1 Subjektif
Penulis mendapatkan data Subjektif ini melalui rekam medik yaitu:
a) Umur
Menurut Cunningham dalam bukunya, Obstetri William, bahwa pada kehamilan
molahidatidosa, faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat terjadi kehamilan
Molahidatidosa. Frekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia
subur relatif tinggi.
Pada kasus Ny. S, ditemukan usia ibu adalah 21 tahun pada saat kehamilan tersebut, hal ini
menyatakan bahwa teori tidak sesuai dengan yang ditemukan dilapangan bahwa usia subur pun
bisa beresiko hamil Molahidatidosa.
b) Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Berdasarkan teori dari berbagai sumber, gambaran klinik yang biasanya timbul pada ibu
hamil dengan Molahidatidosa adalah Amenore dan tanda-tanda kehamilan, perdarahan
pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna kecoklatan. Pada keadaan lanjut kadang keluar
gelembung Mola, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan, tidak terabanya bagian
janin pada palpasi dan tidak terdengar BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau
lebih.
Pemeriksaan ANC, berdasarkan kebijakan program, karena setiap wanita hamil memerlukan
paling sedikit 4 kali kunjungan selama kehamilannya. Yaitu satu kali selama trimester pertama
(sebelum 14 minggu) dan dua kali selama trimester kedua (sebelum 14-28 minggu) dan dua kali
selama trimester tiga (antara 28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36). (Depkes, 2002)
Pada kasus Ny. S ditemukan bahwa, keluhan perdarahan dari jalan lahir seperti ati ayam, dan
ada gelembung seperti telur ikan. Sesuai gambaran klinik pada teori, sesuai dengan teori hal
tersebut merupakan tanda pasti kehamilan Molahidatidosa. Untuk ANC, ibu mengatakan selama
hamil pernah memeriksakan kehamilannya 1 kali ke bidan, hal ini sesuai dengan kebijakan
program pemerintah memeriksakan kehamilan 1 kali pada trimester ke satu sebelum usia
kehamilan 14 minggu.
Menurut teori, riwayat kehamilan mola sebelumnya, kembali mengalami kehamilan mola
dijumpai sekitar 1- 2 % kasus. Dalam suatu kejadian terhadap 12 penelitian yang totalnya
mencakup hampir 5000 kelahiran, frekuensi mola adalah 1,3 %. Dalam ulasan tentang
molahidatidosa berulang tapi dari pasangan berbeda, bisa disimpulkan bahwa mungkin terdapat
masalah oosit primer.
Menurut teori, ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan molahidatidosa karena
trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetik yang diidentifikasikan dan
penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal). (6,7)
Pada Ny. S ditemukan bahwa saat itu kehamilan yang pertama dan tidak pernah mengalami
keguguran sebelumnya. Hal ini menyatakan bahwa teori tidak sesuai dengan yang ditemukan
dilapangan bahwa ibu primipara dan tidak memiliki riwayat kehamilan mola sebelumnya pun
bisa beresiko hamil molahidatidosa.
c) Riwayat penyakit lalu dan sekarang
Menurut teori, infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, dapat memengaruhi
terjadinya kehamilan mola, infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil.
Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit
(desease), hal ini sangat tergantung pada jumlah mikroba yang masuk dan virulensinya serta
daya tahan tubuh.
Menurut teori pada kehamilan mola ibu akan mengalami Hipertensi akibat kehamilan,
preeklamsi atau eklamsi yang terjadi sebelum usia kehamilan 24 minggu.
Pada kasus Ny. S tidak ditemukan bahwa ibu mengalami infeksi yang disebabkan oleh virus,
maupun penyakit berat lainnya. Dan pada saat hamil ibu tidak mengalami hipertensi maupun
preeklamsi/eklamsi. Dalam hal ini tidak ditemukan kesesuaian teori dengan kenyataan di
lapangan.
d) Pola Nutrisi
Menurut Sarwono dalam bukunya, Ilmu Kebidanan YBP-SP, kekurangan atau kelebihan
nutrisi dapat menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan pada wanita hamil tersebut.
Kekurangan makanan dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, inersia uteri, dsb.
Bahan makanan tidak perlu mahal, akan tetapi cukup akan zat gizi, seperti diketahui selama
hamil zat gizi yang dibutuhkan meningkat, antara lain untuk pertumbuhan plasenta, pertambahan
volume darah, dsb.
Menurut teori protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan payudara ibu. Keperluan akan
zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan
mengakibatkan pertumbuhan janin tidak sempurna, kekurangan protein merupakan salah satu
faktor yang memengaruhi terjadinya kehamilan mola.
Berdasarkan tinjauan kasus pada Ny. S tidak ada pernyataan tentang bagaimana pola nutrisi
ibu, sedangkan pola nutrisi ibu sangat penting untuk dianamnesis, untuk mengetahui apakah
terdapat kekurangan protein pada ibu. Sehingga pada kasus Ny. S, tidak ditemukan penyebab
yang pasti mengapa ibu mengalami kehamilan mola.
e) Pola kebiasaan merokok (Toxic habit)
Menurut teori, bahaya rokok pada ibu hamil antara lain dapat melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah, mudah mengalami abortus, partus prematurus terganggunya suplai oksigen
dari ibu ke janin, gangguan pada pembuluh darah bahkan dapat memengaruhi terjadinya
kehamilan molahidatidosa. Maka dari itu sebaiknya wanita hamil dilarang merokok dan
menjauhi diri dari asap rokok. Bahaya perokok pasif tak ubahnya dengan perokok aktif.
Berdasarkan tinjauan kasus pada Ny. S tidak ada pernyataan tentang pola kebiasaan merokok
(toxic habit). Sehingga pada kasus Ny. S, tidak ditemukan penyebab yang pasti mengapa ibu
mengalami kehamilan mola.
f)
Menurut Mansjor, dalam bukunya kapita selekta kedokteran apabila kenaikan tekanan darah
sistolik labih dari 30 mmHg atau mencapai 140 mmHg, dan kenaikan tekanan darah diastolic
lebih dari 15 mmHg atau mencapai 90 mmHg, pertimbangkan adanya preeklamsi, eklamsi atau
hipertensi dalam kehamilan. Pada kehamilan mola dapat terjadi hipertensi akibat kehamilan,
preeklamsi, eklamsi yang terjadi sebelum usia kehamilan 24 minggu.
Menurut sarwono, dalam bukunya Onkologi dan ginekologi adanya tiroktoksikosis pada
penderita mola dengan gejala-gejala, nadi istirahat 100 x/menit tanpa ada sebab lain yang jelas.
Pada kasus Ny. S ditemukan bahwa tekanan darah ibu sebesar 110/60 mmHg, nadi ibu
sebesar 88 x/menit pada saat masuk RS, hal ini menunjukan tidak adanya hipertensi akibat
kehamilan, dan tidak ada gejala tiroktoksikosis pada kehamilan mola ibu berdasarkan teori yang
telah dijelaskan.
c) Wajah
Menurut mansjoer, dalam bukunya kapita selekta kedokteran, muka dan kadang-kadang
badan kelihatan pucat kekuning-kuningan yang disebut muka mola (mola face) atau muka
terlihat pucat.
Pada kasus Ny. S, wajah ibu tidak pucat, dilihat dari data pemeriksaan mata yang hasilnya,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik. Hal ini menunjukan tidak sesuai antara teori yang
dikemukakan dengan kenyataan di lapangan.
d) Leher
Menurut teori, adanya pembesaran kelenjar tiroid, menunjukan adanya komplikasi
tiroktoksikosis. Yang diakibatkan oleh kehamilan mola karena kadar -HCG yang meningkat.
Pada kasus Ny. S pada pemeriksaan leher tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar
tiroid, berarti ibu tidak mengalami hipertiroidisme yang akan berangsur menjadi tiroktoksikosis.
e) Abdomen
Menurut teori, tanda-tanda atau gambaran klinik pada kehamilan Mola hidatidosa adalah
uterus membesar tidak sesuai usia kehamilan, teraba lembek, tidak teraba bagian-bagian janin
dan bellotement, juga gerakan janin, tidak terdengar DJJ dan adanya fenomena harmonica (darah
dan gelembung mola keluar dan fundus uteri turun lalu naik lagi karena terkumpulnya darah
baru).
Pada kasus Ny. S dilihat dari pemeriksaan abdomen pada rekam medik ditemukan abdomen
cembung dan lembek. Hal tersebut telah menggambarkan adanya kehamilan molahidatidosa.
f)
Genitalia
Menurut teori, pada kehamilan molahidatidosa, terdapat pengeluaran darah dan gelembung
mola dari jalan lahir, sementara keadaan serviks tertutup.
Pada kasus Ny. S dilihat dari pemeriksaan genitalia pada rekam medik terdapat hasil vulva
dan vagina tidak ada keluhan dan tidak ada pembukaan. Gejala klinis ini mengarah pada adanya
kehamilan molahidatidosa pada ibu.
g) Data Penunjang
Menurut teori, pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan untuk menunjang diagnosa pada
kehamilan Molahidatidosa adalah reaksi kehamilan, kadar -HCG yang jauh lebih tinggi dari
kehamilan biasa, uji sonde dimasukkan secara perlahan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis
dan kavum uteri, bila tidak ada tahanan, kemungkinan kehamilan mola, foto rontgen tidak
terlihat tulang-tulang janin pada kehamilan 3-4 bulan dan USG akan terlihat bayangan badai
salju dan tidak terlihat janin, seperti sarang tawon.
Pada kasus Ny. S pada data rekam medik dan wawancara mendalam pada pemberi asuhan.
pada pemeriksaan darah pada tanggal 26 April 2011 dengan hasil: Hemoglobin= 12.6 gr/dl,
Hematokrit= 37 %, Leukosit= 8.200/mm3, Trombosit= 335.000/mm3, Eritrosit= 4.23 juta/mm.
Pemeriksaan PP test pada tanggal 27 April 2011 jam 07.00 hasilnya positif. Dari data tersebut
dapat diambil diagnosa bahwa kehamilan ibu adalah kehamilan Molahidatidosa diperkuat
berdasarkan pemeriksaan uji sonde di meja operasi pada tanggal 28 April 2011.
4.3 Analisa
Pada tahap penegakkan diagnosa pada kasus Ny. S ini adalah berdasarkan kesimpulan dari
hasil data Subjektif dan Objektif:
Subjektif:
a) Ibu mengatakan hamil kurang lebih 2 bulan, datang ke RSU dr. Slamet atas rujukan PKM DTP
Cikajang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir, darah seperti ati ayam, ada gelembung
seperti telur ikan, darah membasahi 1 pembalut per hari, ibu mengaku mengalami perdarahan
10 hari.
b)
Menurut keterangan dari surat rujukan bahwa bahwa benar Ny. S pada saat itu mengalami
perdarahan.
Objektif:
a)
Dilihat dari data rekam medik, hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada Ny. S (hasil
pemeriksaan abdomen, hasil pemeriksaan genetalia) merujuk pada adanya kehamilan
molahidatidosa pada ibu.
b) Dilihat dari data rekam medik, semua data penunjang (hasil pemeriksaan kimia darah, hasil PP
test, dan hasil uji sonde) menunjukan bahwa kehamilan ibu adalah kehamilan molahodatidosa.
Berdasarkan hasil data subjektif dan objektif diatas yang telah dikaji, maka dapat
ditegakkan diagnosa Molahidatidosa. Dalam hal ini terdapat ketidaksesuaian aturan penulisan
sebuah diagnosa yang seharusnya adalah G1P0A0 gravida 4-5 minggu dengan kehamilan
Molahidatidosa.
5.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kasus Ny. S ini dilihat dari rekam medik sudah sesuai dengan
protap yang ada secara umum yakni perbaikan keadaan umum, pengeluaran jaringan mola, serta
pemeriksaan tindak lanjut.
Menurut sarwon, dalam bukunya Onkologi dan ginekologi, terdapat berbagai kontroversi
mengenai pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal pasca molahidatidosa terhadap prognosis
penderitanya dikemudian hari. Selama follow up sampai 12 bulan pasca molahidatidosa
penderita dianjurkan menggunakan KB kondom. Pemakaian IUD tidak dianjurkan karena efek
samping perdarahan pada akseptor IUD akan menyulitkan diagnosis adanya pertumbuhan baru
jaringan trofoblast. Sedangkan penggunaan KB hormonal tidak dianjurkan karena dampaknya
terhadap timbulnya TTG pascamola controversial, sehingga dianggap lebih aman menggunakan
KB kondom.
Pada kasus Ny. S yang ditemukan dalam rekam medik, pada laporan operasi, jenis
operasi yang dilakukan pada Ny. S ini adalah kuretase + IUD. Dalam hal ini, terdapat
ketidaksesuaian antara teori yang dijelaskan dengan kenyataan dilapangan. Setelah dilakukan
wawancara mendalam pada pemberi asuhan, bahwa pemasangan kontrasepsi IUD merupakan
kebijakan dari dokter sebagai operator pada operasi itu sendiri.
Pada penatalaksanaan ditemukan ketidaksesuaian antara kaidah penulisan yang benar
dengan kenyataan dilapangan, bahwa pada penatalaksanaan hendaknya mencantumkan evaluasi
per tindakan, sementara dalam rekam medik tidak terdapat adanya evaluasi baik pada
keseluruhan tindakan maupun evaluasi per tindakan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah penyusunan laporan kasus Asuhan Kebidanan pada Ny. S G1P0A0 Gravida 4 5
minggu dengan Molahidatidosa di Gedung Kalimaya RSU dr. Slamet Garut. Penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. S sudah cukup baik hal ini terbukti dengan keadaan
umum ibu sudah berangsur membaik, sehingga ibu bisa pulang dengan alasan sudah sembuh.
2. Pada Tinjauan Kasus
a.
Subjektif
Ibu mengatakan hamil kurang lebih 2 bulan, datang ke RSU dr. Slamet atas rujukan PKM DTP
Cikajang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir, darah seperti ati ayam, ada gelembung
seperti telur ikan, darah membasahi 1 pembalut per hari, ibu mengaku mengalami perdarahan
Diharapkan bagi pendidikan, untuk memberi pengajaran lebih tentang studi kasus
khususnya Asuhan Kebidanan dengan Molahidatidosa, dengan melengkapi literatur-literatur
tentang Molahidatidosa.
Diposkan oleh Desi Rofrof Rofiat di 00.18
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
1 komentar: