Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : CA COLOREKTAL

OLEH : KELOMPOK 9 (SEMBILAN)


NAMA KELOMPOK :
1. BENJAMIN ZETH TUHURIMA
2. WAHYUNINGSIH
3. WEID WEIDIA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SORONG
PRODI D.III KEPERAWATAN FAKFAK
TAHUN 2015/2016

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang karena limpahan rahmat
dan kekuatan yang diberikan kepada kami dalam menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GANGGUANN SISTEM PENCERNAAN CA COLON DAN REKTUM, sebagai pemenuhan
nilai tugas mata kuliah Sistem Pencernaan II.
Tentunya ada pihak-pihak yang turut berperan dalam terselesaikannya makalah ini. Untuk itu
penyusun sampaikan ucapan terimakasih kepada Ns. Ahmad Zainal Abidin, S.Kep selaku dosen
pengampu yang telah memberikan tugas pembuatan makalah ini. Dan tak lupa penyusun
sampaikan ucapan terimakasih kepada teman-teman sejawat yang telah memberikan support
kepada kami sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusun telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun pastilah masih memiliki
kekurangan. Maka dari itu, penyusun berharap banyak masukan kritik dan saran dari pembaca
untuk perbaikan makalah ini agar menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

FAKFAK, 08 Oktober 2015,

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR:
DAFTAR ISI:
DAFTAR TABEL:
LEMBARAN PENGESAHAN:
LAPORAN PENDAHULUAN:
A. KONSEP DASAR PENYAKIT CA KOLONREKTAL:
1. Pengertian:
2. Etiologi:
3. Klasifikasi :
4. Patofisiologi :
5. Manifestasi klinis:
6. Pemeriksaan diagnostic:
7. Pengobatan atau pelaksanaan medis:
8. Komlikasi:
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
KOLOREKTAL:
1. Pengkajian:
2. Diagnose keperawatan:
3. Intervensi:
4. Implementasi:
5. Evaluasi:
6. Daftar pustaka:

LAPORAN PENDAHULUAN

i
ii
iii
iiii
1

DENGAN

PENYAKIT

CA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT CA COLOREKTAL

1. PENGERTIAN.
a. Kangker Kolorektal Adalah: kanker yang berasal dalam permukaan usus besar (colon)
atau retum/rektal,umumnya kangker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang
tidak ganas terdapat adenoma atau berbentuk polip. Adenoma atau polip pada
kolorektal dapat di angkat dengan mudah hanya saja jarang menemukan gejala
apapun,sehingga tidak terdeteksi dalam waktu cukup lama hingga berkembang menjadi
kanker kolorektal.
b.

2. ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolorektal belum diketahui cara pasti namun factor resiko dan
factor prediposisi telah diidentifikasi.
Factor resiko yang mungkin adalah:
a. Riwayat kanker pribadi,orang yang sudah pernah terkenah kanker kolorektal dapat
terkena kanker kolorektal untuk kedua kalinya.selain itu wanita dengan riwayat kanker
di indung telur,uterus(endometrium)atau payudara mempunyai tingkat resiko yang
lebih tinggi terkena kanker kolorektal.
b. Riwayat kanker kolorektal pada keluarga,jika mempunyai riwayat kanker kolorektal
pada keluarga,maka kemungkinan akan terkena penyakit ini lebh besar,khususnya jika
mempunyai saudara yang terkena kanker pada usia muda.
c. Riwayat usus inflamasih kronis
d. Diet: kebiasaan mengonsumsi makanan yang rendah serat (sayur,buahbuahan),kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
Factor predisposisi yang penting adalah factor gaya hidup, orang yang merokok, atau
menjalani pola makan yang tinggi lemak, seperti lemak jenuh dan asam lemak omega -6
dan sedikit buah dan sayuran memiliki tingkat resiko yang lebih besar, terkena kanker
kolorektal.
Etiologi lain :
a. Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta
gelombang elektromagnetik.
b. Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan
kambing serta transfuse darah
c. Minuman beralkohol, khusunya bir usus mengubah alcohol menjadi astildehida yang
meningkatkan resiko menderita kanker kolon
d. Obeitas
e. Bekerja sambil duduk seharian seperti para eksekutif, pegawai administrasi ataau
pengemudi kendaraan umum
f. Polip di usus (colorectal polyps) polip adalah pertumbuhan dnding dalam kolon atau
rectum dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun keatas sebagian besar polip
bersifat jjinak (bukan kanker) tetapi beberapa poli (adenoma) dapat menjadi kanker
g. Koltis ulseratifa (crohn) orang dengan kondisi yang menyebbabkan peradangan pada
kolon, misalnya colitis selama bertahun-tahun memliki resiko yang lebih besar
h. Usia diatas 50 tahun kanker kolorektal lebih biasa terjadi pada usia manusia yang
semakin tua lebih dari 90% orang yang menderita penyakit ini di diagnosis setlah 50
tahun keatas
3. KLASIFIKASI

ii

Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon


Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon
Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa
Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain
a. Klasifikasi Ca kolorektal menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berkut :
1) A : kanker hanya terbatas pada mkosa dan belum ada metastasis B1 ; kanker telah
meninfiltrasi lapiasan mulkularis mukosa
2) B2 : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria
3) C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelnjar getah bening sebanyak 1 -4
buah.
4) C2 : kanker tealh mengadakan metastasi ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah
5) D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang
luas dan tidak dapat di operasi
b. Klasifikasi Ca kolorektal dapat ditentukan dengan system TNM (T =tumor, N= kelenjar
getah bening regional, M = jarak metastase )
1) T = timor primer
2) TO = tidak ada tumor
3) T1 = invasi hingga mukosa atau submukosa
4) T2 = invasi kedinding otot
5) T3 = tmor menembus dinding otot
6) N = kelenjar limfa
7) NO = tidak ada metastasi
8) N1 = metastase ke kelenjar regional unilateral
9) N2 = metastase ke kelenjar regional bilateral
10) N3 = metastasis multiple ekstensif ke kelnjar regional
11) M = metastasi jauh
12) mO = tidak ada metastasi jauh
13) M1 = ada metastasis jauh
c. Klasifikasi Ca kolon menjadi 3 kelompok
1) Tipe menojol
Semua tumor yang masa uutamanya kedalam lumen usus termasuk tipe ini, tumor
tampak nodular, polipoit, seperti kembang, kola tai fungoid. Massa tumor besar,
permukaan muda mengalami perdarahan, infeksi, dan nekrosisis. Umumnya terjadi
di belahan kanan kolon. Sifat invasi rendah, prognosis agak baik
2) Tipe ulseratif
Setiap tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang agak dalam
(kedalamannya biasa mencapai atau melebihi tunika muskularis)termasuk tipe ini.
Tipe ulseratif paling sering di jumpai, menempati lebih dari separuh kanker besar.
Karakteristiknya adalah pada masa terdapat tukak yang agak dalam, bentul luar
kawah gunung berapi, tepinya menonjol dan keras, dasarnya tidak rata, nekrosis,
derajat keganasan tinggi, metastasi limfogen lebih awal.
3) Tipe infiltratife
Tumor menginfiltrasi tiap lapisan dinding usus secara difusi,sehingga dinding usus
setempat menebal, tetapi tampak dari luar sering kali tidak jelas tukak atau tonjolan.
Tumor sering kali mengenai sekeliling saluran usus disertai hyperplasia abnormal
jaringan ikat, lingkaran usus jelas menyusut, membentuk kntriksi anular,
diermukaan serosa setempat sering tampak cincin kontriksi akibat traksi jaringan
ikat. Oleh karena itu mudah terjadi ileus, tipe ini sering ditemukan pada colon
sigmoid dan bagian atas rectum, derajat keganasan tinggi, metastasi lebih awal.

4. PATOFISIOLOGI
Kanker kolorektal terutama (95%) adenocarsinooma ( muncul dari lapisan epitel usus).
Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak
jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapt terlepas dari
tumor primer dan menyebar kebagan tumor yang lain ( paling sering kehati).
Kebanyakan kanker kolon berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas (adenoma), yang
dalam stadium awal membentuk polip ( sel yang tubuh sangat cepat). Dalam stadium awal,
polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak
menampakkan gejala apaun sehingga tak terdeteksi dalam waktu yang relative lama dan
pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian usus
besar( dafey, 2006: 335)
Kanker kolon awalnya berasal dari polip jinak, polip dapat berubah masa polipoid, besar,
tumbuh dengan cepat, ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke
dalam struktur luarnya.
Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang
datar lebih sering terjadi pada sekum dan colon acendens.secara histologist 95% kanker
kolorektal adalah adenokarsinoma (tumor ganas yang tumbuh di jaringan epitel usus) yang
dapat menyekresi mucus yang jumblahnya berbeda-beda.sel kanker dapat terlepas dari
tumor primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain (paling sering kehati) .
Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu:
a. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdektan seperti kedalam kandung kemih
b. Melalui pembulu linfe ke kelenjar linfe perikolon dan mesokolon
c. Melalui aliran darah,biasanya kehati karna kolon mengalirkan darah ke portal
d. Penyebaran secara transperitoneal
e. Penyebaran ke luka jaitan,insisi abdomen atau lokasi drain.pertumbuhan kanker
menghasilkan efek sekunder meliputi peyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan
ulserasi pada diding usus serta pendarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan
perforasi dan abses,serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale,2000: 177)

5. MANIFESTASI KLINIS
a. Manifestasi klinis kanker kolorektal secara umum adalah:

ii

1) Perdarahan rektum
2) Perubahan pola BAB
3) Tenesmus (nyeri rektal)
4) Obstruksi intestinal
5) Nyeri abdomen
6) Kehilangan berat badan
7) Anoreksia
8) Mual dan muntah
9) Anemia
10) Massa palpasi
Manifestasi klinis sesuai dengan bagian kolon yang terkena keganasan
Colon Kanan

Colon Kiri

Rektal/Rectosigmoid

1. Nyeri dangkal abdomen.


1. Obstruksi
1.
2. anemia
(nyeri abdomen dan
3. melena
kram, penipisan feses,
(feses hitam,seperti ter)
konstipasi dan distensi)
4. dyspepsia
2.
2. Adanya darah segar
5. nyeri di atas umbilicus
6. anorexia, nausea, vomiting
dalam feses.
3.
7. rasa tidak nyaman diperut 3. tenesmus (nyeri rektal)
4.
4. Perdarahan rektal
kanan bawah
5. Perubahan pola BAB
8. teraba massa saat palpasi
6. Obstruksi intestine
5.
9. Penurunan BB

Evakuasi feses yang


tidak

lengkap

setelah defekasi.
Konstipasi
dan
diare bergantian.
Feses berdarah.
Perubahan
kebiasaan defekasi.
Perubahan BB

b. Tanda dan gejala.


1) Perubahan kebiasaan BAB (diare atau konstipasi)
2) Perasaan bahwa perut tidak sepenuhnya kosong
3) Terdapat darah (merah cerah atau pekat) pada BAB
4) Ukuran BAB lebih kecil dari biasanya
5) Sering mengalami kram perut atau sakit akibat gas lambung,atau merasa kembung
6) Kehilangan berat badan tanpa alasan
7) Selalu merasa letih
8) Sering terasa mual atau muntah.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan segera dilakukan bagi mereka
yang sudah mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman, tidak
berbahaya, namun pemeriksaan ini tidak menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk
menemukan kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk diperiksa di
laboratorium patologi. Pada pemeriksaan ini diperlukan alat endoskopi fiberoptik yang
digunakan untuk pemeriksaan kolonoskopi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus
besar, memotretnya, sekaligus biopsi tumor bila ditemukan. Dengan kolonoskopi dapat
dilihat kelainan berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada penonjolan atau ulkus,
pengamatan kolonoskopi ditujukan pada kelainan warna, bentuk permukaan, dan
gambaran pembuluh darahnya.

b. Radiologis
Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon
(barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru.
c. Ultrasonografi (USG).
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada
tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
d. Histopatologi.
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon
adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
e. Laboratorium Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan
(FKUI, 2001 : 210). Selain itu, pemeriksaan darah samar (occult blood) secara berkala,
untuk menentukan apakah terdapat darah pada tinja atau tidak.
f. Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan tersebut sekaligus untuk mengetahui adanya kelainan pada prostat.
g. Barium Enema
Pada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus besar melalui
dubur dan siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat rontgen. Pada pemeriksaan ini hanya
dapat dilihat bahwa ada kelainan, mungkin tumor, dan bila ada perlu diikuti dengan
pemeriksaan kolonoskopi. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi kanker dan polip yang
besarnya melebihi satu sentimeter. Kelemahannya, pada pemeriksaan ini tidak dapat
dilakukan biopsy
h. Fecal occult blood test
Pemeriksaan darah samar feses di bawah mikroskop
i. Pemeriksaan kimia darah
Alkaline phosphatase dan kadar bilirubin dapat meninggi, indikasi telah mengenai
hepar. Test laboratorium lainnya meliputi serum protein, kalsium, dankreatinin
j. Test Guaiac pada feces
Digunakan untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feces, karena semua kanker
kolorektal mengalami perdarahan intermitten
k. CEA (carcinoembryogenic antigen)
Dalam pemeriksaan ini ditemukannya glikoprotein di membran sel pada banyak jaringan,
termasuk kanker kolorektal. Antigen ini dapat dideteksi oleh radioimmunoassay dari
serum atau cairan tubuh lainnya dan sekresi. Karena test ini tidak spesifik bagi kanker
kolorektal dan positif pada lebih dari separuh klien dengan lokalisasi penyakit, ini tidak
termasuk dalam skreening atau test diagnostik dalam pengobatan penyakit. Ini terutama
digunakan sebagai prediktor pada prognsis postoperative dan untuk deteksi kekambuhan
mengikuti pemotongan pembedahan (Way, 1994).
l. CT (computed tomography) scan, magnetic resonance imaging (MRI), atau pemeriksaan
ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji apakah sudah mengenai organ lain melalui
perluasan langsung atau dari metastase tumor
m. X-ray dada. Digunakan untuk deteksi metastase tumor ke paru-paru
n. Whole-body PET Scan Imaging

ii

Sementara ini adalah pemeriksaan diagnostik


yang
mendeteksi kanker kolorectal rekuren (yang timbul kembali).
o.

paling

akurat untuk

Pemeriksaan DNA Tinja

7. PENATALAKSANAAN.
a. Medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik.
Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terapi komponen darah dapat
diberikan. Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang
berhubungan. Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk
pendukung atau terapi anjuran. Terapi anjuran biasanya diberikan selain pengobatan
bedah yang mencakup kemoterapi, terapi radiasi, dan imunoterapi.
b. Terapi radiasi
sering digunakan sebelum pembedahan untuk menurunkan ukuran tumor dan membuat
mudah untuk direseksi. Intervensi lokal pada area tumor setelah pembedahan termasuk
implantasi isotop radioaktif ke dalam area tumor. Isotop yang digunakan termasuk radium,
sesium, dan kobalt. Iridium digunakan pada rektum. Terapi radiasi memakai sinar
gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk
merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetic sehingga membunuh kanker.
Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel
kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas,
perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan
c. Kemoterapi
Kemoterapi memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi darah,
sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kirakira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat,
karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001 : 211).
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi
dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang
memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil
penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.
Radiasi dan kemoterapi dapat diberikan secara berkesinambunagn dengan memperhatikan
derajat kanker. Deteksi kanker yang dapat dilanjutkan dengan pemberian kemoterapi
disesuaikan dengan klasifikasi dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar getah bening
regional, M = jarak metastese)
d. Imunoterapi
Imunoterapi adalah upaya untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh, untuk mengalahkan
sel-sel kanker dengan cara meningkatkan reaksi kekebalan tubuh terhadap sel
kanker.Imunoterapi hampir selalu menggunakan bahan alami yang berasal dari mahluk
hidup, terutama manusia. Digunakannya bahan alami karena dapat berfungsi merangsang
respon anti tumor dengan tubuh dengan meningkatkan jumlah sel pembunuh tumor, secara
langsung berfungsi sebagai agen pembunuh tumor, mengurangi mekanisme tubuh yang
normal dalam menekan respon imun, atau berfungsi memperbaiki toleransi tubuh terhadap
radioterapi atau kemoterapi.
e. Bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebayakan kanker kolorektal. Operasi adalah
penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih awal dan masih
belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab
biasanya dokter bedah menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi
sekitar kanker. Pembedahan merupakan tindakan primer pada kira kira 75 % pasien
dengan kanker kolorektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau palliative. Kanker yang

terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan
polipektomi, suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya
pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam
membuat keputusan di kolon, massa tumor kemudian dieksisi. Reseksi usus diindikasikan
untuk kebanyakan lesi Kelas A dan semua Kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang
dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah
89ipalliative. Apabila tumor telah menyebar dan mencakup struktur vital sekitarnya, maka
operasi tidak dapat dilakukan.
f. Kolostomi
Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada
kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang
(stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsisebagai diversi sementara atau
permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi
drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi, yang ditentukan oleh lokasi tumor
dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.
Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur yang baru dikembangkan
untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan
sebagai pedoman dalam menbuat keputusan di kolon; massa tumor kemudian di eksisi.
Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon
dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau
menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD, 1983). Kolostomi dapat berupa
secostomy, colostomy transversum, colostomy sigmoid, sedangkan colon accendens dan
descendens sangat jarang dipergunakan untuk membuat colostomy karena kedua bagian
tersebut terfixir retroperitoneal. Kolostomi pada bayi dan anak hampir selalu merupakan
tindakan gawat darurat, sedang pada orang dewasa merupakan keadaan yang pathologis.
Colostomy pada bayi dan anak biasanya bersifat sementara.

g. Diet
1) Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat
melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan
kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama
mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
2) Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
3) Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama
yang terdapat pada daging hewan.
4) Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat
memicu sel karsinogen / sel kanker.
5) Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan
6) Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur
8. KOMPLIKASI
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan
ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi.

ii

Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis
dapat menimbulkan syok.
ada juga beberapa komplikasi nya yaitu :
a. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
b. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
c. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemorragi.
d. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
e. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN CA COLOREKTAL


1. PENGKAJIAN
Pengkajian pasien Post Operatif Ca Colon (Doenges, 1999) adalah meliputi :
a. Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer,
atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
b. Integritas Ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple,
misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi
simpatis.
c. Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ;
malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan
pemasukkan / periode puasa pra operasi).
d. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

e. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi
immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ;
Munculnya kanker /terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia
malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obatobatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
f. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik
glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic,
antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau
obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan
diri pasca operasi).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Post operatif


(Wilkinson, 2006 : 621) meliputi:

kanker kolon

a. Pola nafas, tidak efektif berhubungan dengan imobilitas, dan kondisi pascaanastesi.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik/nyeri.
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, terapi
pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah.
f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot
abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon.

3. INTERVENSI
No
1

DIAGNOSA
Pola nafas, tidak
efektif
adalah
inspirasi dan/atau
ekspirasi
yang
tidak
member
ventilasi

yang adekuat

INTERVENSI
Pertahankan jalan udara
pasien dengan memiringkan kepala,
hiperekstensi rahang, aliran udara
faringeal oral.
Auskultasi suara napas.
Observasi frekuensi dan
Kedalaman pernapasan,
pemakaian otot-otot bantu
pernapasan, perluasan rongga dada,
retraksi atau pernapasan cuping
hidung, warna kulit, dan aliran
udara.
Letakkan pasien pada Posisi yang
sesuai, tergantung ada kekuatan
pernapasan dan jenis pembedahan.
Lakukan latihan gerak sesegera
mungkin pada pasien yang reaktif
dan lanjutkan pada periode
pascaoperasi.

RASIONAL
R :mencegah obstruksi jalan
napas.
R :indikasi danya obstruksi oleh
mukus atau lidah dan dapat
dibenahi
dengan
mengubah
posisi ataupun pengisapan.
R : dilakukan untuk fektivitas
pernapasan
sehingga
upaya
memperbaikinya dapat segerra
dilakukan.
R :elevasi kepala dan posisi
miring akan mencegah terjadinya
aaspirasi dari muntah, posisi
yang benarakan mendorong
ventilasipada lobus paru bagian
bawah dan menurunkan tekanan
pada diafragma.
R : ventilasi dalam yang aktif
membuka
alveolus,

ii

Lakukan pengisapan lendir jika


diperlukan.
Kolaborasi, pemberian oksigen
sesuai kebutuhan

Intolintoleransi

aktivitas adalah
suatu keadaaan

seorang individu
yang tidak cukup
mempunyai energi
fisiologis
atau psikologis unt
uk bertahan atau
memenuhi
kebutuhan atau
aktivitas sehari-hari
yang diinginkan.

Hambatan
mobilitas fisik
adalah suatu
keterbatasan dalam
kemandirian,perger
akkan fisik yang
bermanfaat dari
tubuh atau satu
ekstremitas atau
lebih

Rencanakan periode istirahat yang


cukup.
Berikan latihan aktivitas secara
bertahap.
Bantu pasien alam memenuhi
kebutuhan sesuai kebutuhan.
Setelah latihan dan aktivitas kaji
respons pasien

Kaji kebutuhan akan pelayanan


kesehatan dan kebutuhan akan
peralatan.
tentukan tingkat motivasi pasien
dalam melakukan aktivitas.
Ajarkan dan pantau pasien dalam
hal penggunaan alat bantu.
Ajarkan dan dukung pasien dalam
latihan ROM aktif dan pasif.
Kolaborasi dengan ahli terapi fisik

atau okupasi.

mengeluarkan
ekresi,
meningkatkan
pengangkutan
oksigen,
membuang gas anastesi ; batuk
membantu mengeluarkan sekresi
dari sistem pernapasan.
R:obstruksi jalan napas dapat
terjadi
karena adanya
darah
ataumukus alam tenggorok atau
trakhea.
R: dilakukan
Untuk
meningkatkan
atau
memaksimalkan
pengambilan oksigen yang akan
diikat
oleh
Hb
yang
menggantikan
tempat
gas
anastesi
dan
mendorong
pengeluaran gas terssebut melalui
zat- zat inhalasi.
R: mengurangi aktivitas yang
tidak diperlukan, dan energi
terkumpul dapat digunakan untuk
aktivitas
seperlunya
secar
optimal.
R:
tahapan-tahapan
yang
diberikan membantu proses
aktivitas secara perlahan dengan
menghemat tenaga namun tujuan
yang tepat, mobilisasi dini.
R: mengurangi pemakaian energi
sampai kekuatan pasien pulih
kembali.
R: menjaga kemungkinan adanya
respons abnormal dari tubuh
sebagai akibat dari latihan.
R:mengidentifikasi
masalah,memudahkan
intervensi.
R: mempengaruhi
penilaian terhadap kemampuan
aktivitas
apakaharena
ketidakmampuan
ataukah ketidakmauan.
R: menilai batasan kemampuan
aktivitas optimal.
R:mempertahankan/m
eningkatkan
kekuatan dan
ketahanan otot.
R : sebagai suaatu sumber untuk
mengembangkan
perencanaan
dan
mempertahankan/

meningkatkan mobilitas pasien.


4

Kerusakan
integritas kulit
adalah
keadaan
kulit seseorang
yang
mengalami perubah
an
secara
tidak
diinginkan

Kaji kulit dan identifikasi pada


tahap perkembangan luka.
Kaji lokasi, ukuran, warna, bau,
serta jumlah dan tipe cairan luka.
Pantau peningkatan suhu tubuh.
Berikan perawatan luka dengan
tehnik aseptik. Balut luka dengan
kasa kering dan steril, gunakan
plester kertas.
Jika pemulihan tidak terjadi
kolaborasi tindakan lanjutan,
misalnya debridement.
Setelah debridement, ganti balutan
sesuai kebutuhan
Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi

Perubahan nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
adalah
keadaan individu
yang
mengalami
kekurangan asupan
nutrisi
untuk
memenuhi
kebutuhan
metabolik.

Kaji sejauh mana ketidakadekuatan


nutrisi klien
Perkirakan/hitung
pemasukan
kalori, jaga komentar tentang nafsu
makan sampai minimal.
Timbang berat badan sesuai
indikasi.
Anjurkan makan sedikit tapi sering
Anjurkan kebersihan oral sebelum
makan.
Tawarkan minummsaat makan bila
toleran.
Konsultasi
tentang
kesukaan/ketidaksukaan klien yang
menyebabkan distress

R: mengetahui sejauh mana


perkembangan
luka
mempermudah dalam melakukan
tindakan yang tepat.
R:
mengidentifikasi
tingkat
keparahan
luka
akan
mempermudah
intervensi.
R: suhu tubuh yang meningkat
dapat diidentifikasikan sebagai
adanya proses peradangan.
R : tehnik aseptic membantu
mempercepat
penyembuhan
luka
dan
mencegah terjadinya infeksi.
R : agar benda asing atau
jaringan yang terinfeksi tidak
menyebar luas pada area kulit
normal
lainnya.
R :balutan dapat diganti satu atau
dua kali sehari tergantung kondisi
parah/ tidak nya luka, agar tidak
terjadi infeksi.
R :antibiotik berguna untuk
mematikan
mikroorganisme
pathogen pada daerah yang
berisiko terjadi infeksi.

R
:menganalisa
penyebab
melaksanakan
intervensi.
R:Mengidentifikasi
kekurangan/kebutuhan
nutrisi
berfokus pada masalah membuat
suasana
negative
dan
mempengaruhi
masukan.
R :Mengawasi keefektifan secara
diet.
R: tidak member rasa bosan dan
pemasukan
makanan.
dapat
ditingkatkan.
R:Mulut
yang
bersih
meningkatkan nafsu makan.
R:Dapat mengurangi mual dan

ii

Kolaborasi ahli gizi pemberian

makanan yang bervariasi


Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian suplemen dan obatobatan, serta kebutuhan nutrisi
parenteral dan pemasang pipa
lambung.

Konstipasi
berhubungan
dengan penurunan
asupan cairan dan
serat, kelemahan
otot abdomen
sekunder
akibat mekanisme
kanker kolon.

Kaji warna dan konsistensi feses,


frekuensi, keluarnya flatus, bising
usus dan nyeri terkan abdomen.
Pantau tanda gejala rupture usus

dan/atau peritonitis.
kaji factor penyebab konstipasi.

menghilangkan gas.
R:Melibatkan
pasien
dalam
perencanaan,
memampukan
pasien memiliki rasa kontrol dan
mendorong untuk makan.
R :Makanan yang bervariasi
dapat meningkatkan nafsu makan
klien.
R:menstimulasi nafsu makan dan
mempertahankan intake nutrisi
yang
adekuat
R: penting untuk menilai
keefektifan
intervensi,
dan
memudahkan
rencana
selanjutnya.
R :keadaan ini dapat menjadi
penyebab
kelemahan
otot
abdomen
dan
penurunan
peristaltic usus, yang dapat
menyebakan
konstipasi.
R :mengetahui dengan jelas
factor penyebab memudahkan
pilihan intervensi yang tepat

4. IMPLEMENTASI

5. EVALUASI
Perawat mengevaluasi penyediaan perawatan untuk pasien dengan kanker colorektal.
Hasil yang di harapkan adalah meliputi bagaimana pasien akan :
a. Mendemonstrasikan penyembuhan dari proses operasi dengan mengembalikan
fungsi gastrointestinal dengan pernafasan yang stabil, sistem kardiovaskuler dan
sistem ginjal kembali normal.
b. Mendemonstrasikan perawatan luka, dan apabila di aplikasikan perawatan
kolostomi dengan bantuan yang minimal.
c. Mendemonstrasikan cara koping yang efektif dengan merasionalkan diagnosa
kanker dan perawatannya.

Anda mungkin juga menyukai