DIANA RESTIKA
BP. 1010323033
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
Skripsi, Januari 2015
Nama
: Diana Restika
No. BP
: 101032033
Kata Kunci
Daftar Pustaka
NURSING FACULTY
ANDALAS UNIVERSITY
Skripsi, January 2015
Name
: Diana Restika
No. BP
: 1010323033
The Relation Between Therapeutic Communication by Nurse with Applying Patient Safety
Give Medicine with Six Right in Ward Instalation of Solok General Government Publict
Hospital Year 2014
ABSTRACT
The highest incidence rates of patient safety in Solok General Government Public Hospital is
an error in the procedure of give medicine (right time and documentation principe). One
factor of this error is therapeutic communication.. This research target is to know the
Keyword
: Therapeutic communication, Patient Safety, Give medicine
Bibliography : 52 (2002-2014)
BAB I
PENDAHULUAN
pengenalan
resiko,
identifikasi
dan
pengelolaan
hal
yang
melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang baik serta
sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kepada
pasien. Selain itu, keselamatan pasien juga tertuang dalam undang-undang
kesehatan. Terdapat beberapa pasal dalam undang-undang kesehatan yang
membahas secara rinci mengenai hak dan keselamatan pasien.
Kerjasama antara Patient Safety Movement Foundation dengan The
Joint Commission Center for Transforming Healthcare telah menghasilkan
daftar isu terpenting terkait keselamatan pasien yang harus diwaspadai di
tahun 2014, yaitu infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan,
komplikasi operasi, komunikasi hand off, diagnosis, medication errors
Penelitian Wilson et al (2008), meneliti secara acak 15.548 catatan
pasien di 26 rumah sakit di berbagai negara. Hasil menunjukkan bahwa 8,2%
menunjukkan kejadian adverse event yang mana dari 858 kejadian tidak
diinginkan yang dikodekan untuk kecacatan, 305 (32%) pasien dipulihkan
dalam waktu 30 hari, 154 (16%) dipulihkan dalam waktu 6-12 bulan, 111
(14%) mengalami cacat permanen dan 288 (30%) meninggal dari penyebab
yang berhubungan dengan adverse event. Sehingga masing-masing adverse
event menyebabkan 9 hari tambahan di rumah sakit yang akhirnya berdampak
pada biaya perawatan yang lebih besar.
Wilson et al (2008) menjelaskan kejadian tidak diinginkan yang dapat
dicegah disebabkan oleh kesalahan terapi (34,2%) diikuti dengan kesalahan
diagnosis (19,1%) dan operatif (18,4%). Kesalahan terapi masuk dalam error
of commission sedangkan kesalahan diagnosis merupakan error of omission.
KKP-RS melaporkan
insiden keselamatan pasien sebanyak 145 insiden yang terdiri dari KTD 46%,
KNC (Kejadian Nyaris Cedera) 48% dan lain-lain 6% dan lokasi kejadian
tersebut berdasarkan provinsi ditemukan DKI Jakarta menempati urutan
tertinggi yaitu 37.9% diikuti Jawa Tengah 15.9% Yogyakarta 13.8% Jawa
Timur 11.7% Sumatera Selatan 6.9% Jawa Barat 2.8%, Bali 1.4% Sulawesi
Selatan 0.69% dan Aceh 0.68%. Berdasarkan Laporan Peta Nasional Insiden
Kesalamatan Pasien (Kongres PERSI September 2007), kesalahan dalam
pemberian obat menduduki peringkat pertama (24.8%) dari 10 besar insiden
yang dilaporkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Kuntarti (2007) di RSCM Jakarta terkait
penerapan prinsip 6 benar dalam pemberian obat, didapatkan data bahwa
penerapan tepat obat tinggi sebanyak 63%, tepat dosis tingkat penerapannya
sedang yaitu 51,9%, tepat cara tingkat penerapannya tinggi sebanyak 59,3%,
sementara untuk tepat dokumentasi dan tepat waktu pemberian obat masih
dalam kategori rendah, dimana untuk tepat dokumentasi sebanyak 45,6% dan
untuk tepat waktu 19,8%.
Lestari (2009) dalam penelitiannya di salah satu RS swasta di Kudus
didapatkan data bahwa sebanyak 30 % obat yang diberikan tidak
didokumentasikan, 15 % obat diberikan dengan cara yang tidak tepat, 23 %
obat diberikan dengan waktu yang tidak tepat, 2 % obat tidak diberikan , dan
12 % obat diberikan dengan dosis yang tidak tepat.
Depkes (2008) mengungkapkan bahwa faktor yang berkontribusi
terhadap terjadinya inisden keselamatan pasien adalah faktor eksternal/luar
rumah sakit, faktor organisasi dan manajemen, faktor lingkungan kerja, faktor
tim, faktor petugas dan kinerja, faktor pasien dan faktor komunikasi.
Sementara itu Agency for Healthcare Research and Quality /AHRQ
mengatakan bahwa faktor yang dapat menimbulkan insiden keselamatan
pasien adalah : komunikasi, arus informasi yang tidak adekuat, masalah SDM,
hal-hal yang berhubungan dengan pasien, transfer pengetahuan di rumah sakit,
alur kerja, kegagalan teknis, kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat.
Salah satu faktor terjadinya insiden keselamatan pasien adalah
komunikasi.
keperawatan.
Komunikasi
merupakan
aspek
penting
dalam
bidang
Dalam dan 2 pasien (13,33%) yang dirawat di Ruang Rawat Inap Bedah
mengalami plebitis akibat perawatan infus yang kurang baik. Sedangkan pada
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dilaporkan sebanyak 30 pasien (60%) di
Ruang Rawat Inap Interne, Bedah, Neurologi, THT dan Mata, Paru, serta
Kebidanan mengalami kesalahan dalam pemberian obat yang secara spesifik
dalam laporan dijelaskan bahwa kesalahan dalam pemberian obat tersebut
diartikan dalam kesalahan dalam waktu pemberian obat. Sehingga keluarga
pasien sering mengingatkan kepada petugas terhadap jadwal waktu pemberian
obat kepada pasien.
Terkait penerapan patient safety pemberian obat dengan enam benar,
hasil observasi awal menunjukan bahwa untuk prinsip benar obat, benar
pasien, benar dosis, dan benar cara pemberian obat perawat sudah melakukan
nya dengan baik. Permasalahan yang muncul terdapat pada benar waktu dan
benar pendokumentasian.
Potter Perry (2005) menyatakan bahwa untuk obat frekuensi pemberiannya
lebih dari 2 jam, maka obat harus diberikan 30 menit sebelum dan sesudah
waktu yang sudah ditentukan. Akan tetapi dari hasil studi pendahuluan,
peneliti menemukan bahwa 7 dari 10 perawat memberikan obat tidak dalam
rentang waktu tersebut, dimana pasien yang seharusnya diberikan obat dalam
rentang waktu 10.30 sampai 11.30, diberikan lewat dari jam yang telah
ditentukan. Sementara itu dalam hal pendokumentasian terlihat bahwa setelah
pemberian obat perawat tidak mendokumentasikan dengan lengkap.
B. Penetapan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas peneliti merasa tertarik
menganalisa hubungan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan
penerapan patient safety pemberian obat dengan 6 (enam) benar.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi hubungan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat
dengan penerapan patient safety pemberian obat dengan 6 (enam) benar di
Instalasi Rawat Inap RSUD Solok tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
1. Diketahui distribusi frekuensi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Solok.
2. Diketahui distribusi frekuensi Prinsip Pemberian Obat secara 6
(enam) Benar di Instalasi Rawat Inap RSUD Solok
3. Diketahui Hubungan antara Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Perawat dengan Penerapan Patient Safety : Prinsip Pemberian Obat
Secara 6 (enam) Benar.
4. Untuk dijadikan acuan dan saran untuk institusi RSUD Solok terkait
komunikasi terapeutik dan penerapan patient safety
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Rumah Sakit Umum Solok
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan pertimbangan bagi
institusi RSUD Solok dalam merumuskan kebijakan mengenai pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan pelaksanaan komunikasi
terapeutik perawat dengan penerapan patient safety; pemberian obat dengan 6
benar, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Lebih dari separoh perawat (59,6%) melakukan komunikasi terapeutik
dengan tidak baik.
2. Lebih dari separoh perawat (52,5%) tidak menerapkan pemberian obat
dengan 6 benar.
3. Terdapat hubungan signifikan antara pelaksanaan komunikasi terapeutik
perawat dengan pemberian obat dengan 6 benar dengan nilai (p=0,001).
B. Saran
1. Bagi Institusi RSUD Solok
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar perawat
dengan komunikasi terapeutik yang tidak baik, tidak safety dalam
pemberian obat. Maka disarankan khususnya kepada perawat untuk
meningkatkan komunikasi terapeutiknya terutama pada fase pra interaksi,
orientasi dan pada fase kerja. Diharapkan juga perawat untuk
meningkatkan komunikasi sesama perawat terutama pada saat perpindahan
shift (overan) sehingga perawat tidak hanya berfokus pada data di rekam
medik. Selain itu juga diharapkan kedepannya ketika perawat akan
melakukan asuhan keperawatan untuk mengkomunikasikannya kepada
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
akses
30
April
2014
http://mutupelayanankesehatan.net/index.php/19-headline/195-konseppatient-safety-sebagai-fokus-pelayanan-kesehatan-yang-bermutu
dari
Ant. 2009. Menkes : Infeksi Nosokomial Harus Dikendalikan. Diakses 15 Maret 2014
dari
http://health.kompas.com/read/2009/11/09/08082762/Menkes.Infeksi.Nosok
omial.Harus.Dikendalikan
Arifin, Maryam Siti. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perawat
dengan Penerapan Prinsip Enam Benar dalam Pemberian Obat di Ruang
Rawat Inap Baji Kamase dan Baji Pemai di RSUD Labuang Baji Makassar
tahun 2013. Diakses tanggal 30 Januari 2014 dari http://repository.lib-umimakassar.com/gdl.php?mod=browse&op=read&id=repo.lib-umimakassar.com--sittimarya-1157
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Chernecky,C, et all. 2002. Real World Nursing Survival Guide : Drug
Calculation and Drug Administration. Diakses 1 Januari 2015 dari
www.massnurses.org./nurse_practice/sixright.htm
Dahlan, M. S. 2013. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Depkes. 2006. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta
Dharma, K. K. 2011. Metodologi penelitian keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
Doenges, Marylin E.2006. Nursing Care Plan : Guidelines for Individualing Clien
Care Across the Life Span 7th edition. Philadepia
Effendy, Onong Uchjana.2006. Teori dan Praketk Komunikasi. Bandung : Resdakaya.
Agustus
2014
dari
http://health.kompas.com/read/2009/12/21/0650088/Komunikasi.Rumah.Sa
kit.dan.Pasien.Belum.Efektif
Kee, JL & Hayes, ER (2005). Pharmacology: a Nursing process approach. 3rd ed.
Philadelphia: WB Sauders Co.
KKP-RS. 2006. Pedoman pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP). Jakarta
Lestari, Nanik Yustina.2010. Pengalaman Perawat dalam Menerapkan Enam Benar
dalam Pemberian Obat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus.
Diakses
tanggal
10
Januari
2015
dari
http://eprints.undip.ac.id/10734/1/ARTIKEL.doc
Khasanah, Uswathon. 2009. Kejadian Nursing Error dalam Pemberian Obat Injeksi
di Bangsal Bedah RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta. Diakses tanggal 10 Januari
dari http://acadstaff.ugm.ac.id/MTk2NzAzMjcxOTk0MDMyMDAx_
Kuantarti. 2007. Tingkat Penerapan Prinsip Enam tepat dalam Pemberian Obat di
Ruang Rawat RS. Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta. Jurnal Keperawatan
Indonesia, Volume 1 no 9
Manajemen Rumah Sakit. 2014. Isu Keselamatan Pasien. Diakses 21 Januari 2015
dari http://manajemenrumahsakit.net/2013/12/isu-keselamatan-pasien-2014/
Mulyana. Dede Sri. 2013. Analisis Penyebab Insiden Keselamatan Pasien oleh
Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit X Jakarta. FKM UI
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
Rosdakya
Mulyatiningsih, Endang. 2013. Buku Statiska dan Penelitian. Bandung : Alfabeta
Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta : UGM Press
Nugroho, Adi Haryanti. 2009. Hubungan Antara Komunikasi Terapeutik Perawat
dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Islam Kendal. Jurnal Keperawatan
FIKKES Vol 2. No. 2, 36-41.
Nurkholis, Edi Susanto. 2008. Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Kecemasan
Pasien Gangguan Kardiovaskuler yang Pertama Kali dirawat di Intensive
Care Unit RSU Tugurejo Semarang. Jurnal Keperawatan FIKKES Vol.1 No.
2, 1-11
Nursing Begin. 2009. Prinsip Enam Benar dalam Pemberian Obat. Diakses 26
November 2014 dari http://nursingbegin.com/prinsip-enam-benar-dalampemberian-obat/
Papalia, Diane. E. 2008. Human Develepment (Psikologi Perkembangan). Jakarta :
Kencana
Potter & Perry. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 1 :
Konsep, Proses dan Dampak. Jakarta : EGC
Putri, Ike Wahyuli. 2014. Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Kepuasan Pasien
dalam Pelayanan Kesehatan di RSUD Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan
Singgigi
tahun
2014.
diaakses
tanggal
10
Januari
2015
dari
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ve
d=0CCEQFjAA&url=http%3A%2F%2Fjurnal.umsb.ac.id%2Fwpcontent%2Fuploads%2F2014%2F09%2FJURNAL-IKEPDF.pdf&ei=jl_DVJusINjc8AXBtILYDA&usg=AFQjCNHTkbo304Yhh0tu
svyXtjw5t57U9g&bvm=bv.84349003,d.dGc
Rachmawati, Emma. 2011. Model Pengukuran Budaya Keselamatan Pasien di RS
Muhammadiyah Aisyiyah Tahun 2011. Disertasi S3 FKM UI
R M Wilson,dkk. 2008 Patient Safety in Developing Countries : Retrospective
estimation of Scale and Nature of Harm to patients in Hospital. Diakses
tanggal 5 Agustus 2014 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22416061
Sandi, Ricco Arika. 2013. Hubungan Pelaksanaan Timbang Terima dengan
Penerapan Keselamatan Pasien di Irna Bedah dan non Bedah RSUP M.
Djamil Padang tahun 2013. Skripsi Keperawatan Universitas Andalas
Sanjaya, Dewa Gede Windu, Ketut Suarjana. Faktor-Faktor Manajerial yang
Melatarbelakangi Tingginya Kejadian Jumlah Pasien dengan Dekubitus
(Indikator Patient Safety) pada Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Umum Puri
18
September
2014
dari
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/01/komunikasi_terapeutik.pdf
Simamora,
Pastridawaty.
2011.
Pengaruh
Pengetahuan,
Dinamika
Pemberian
Keperawatan.
Obat
Diakses
terhadap
Tindakan
10
Januari
Pendokumentasian
2015
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/viewFile/3485/3381
Suryani. 2013. Komunikasi Terapeutik : Teori dan Praktek. Jakarta : EGC
dari