Anda di halaman 1dari 4

Faktor-faktor Terjadinya Kejahatan Seksual pada Anak

Dilihat dari sudut pandang pelaku kejahatan seksual, menurut Hari (1980 dalam Wickman
dan West, 2002) secara umum dapat disebutkan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya
kejahatan seksual pada anak dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu : faktor intern dan faktor
ekstern.
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu. Faktor ini khusus
dilihat pada diri individu dan hal-hal yang mempunyai hubungan dengan kejahatan
seksual.
a. Faktor Kejiwaan. Kondisi kejiwaan atau keadaan diri yang tidak normal dari
seseorang dapat mendorong seseorang melakukan kejahatan. Misalnya, nafsu
seks yang abnormal dapat menyebabkan pelaku melakukan pemerkosaan
terhadap korban anak-anak dengan tidak menyadari keadaan diri sendiri.
Psikologis (kejiwaan) seseorang yang pernah menjadi korban pemerkosaan
sebelumnya seperti kasus Emon yang kejiwaannya telah terganggu sehingga ia
kerap melakukan kejahatan seksual pada anak.
b. Faktor Biologis. Pada realitanya kehidupan manusia mempunyai berbagai
macam kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan biologis itu terdiri atas tiga
jenis, yakni kebutuhan makanan, kebutuhan seksual dan kebutuhan proteksi.
Kebutuhan akan seksual sama dengan kebutuhan-kebutuhan lain yang
menuntut pemenuhan.
c. Faktor Moral. Moral merupakan faktor penting untuk menentukan timbulnya
kejahatan. Moral sering disebut sebagai filter terhadap munculnya perilaku
yang menyimpang. Pemerkosaan, disebabkan moral pelakunya yang sangat
rendah. Seperti kasus terbaru yang terjadi di Jakarta Timur yaitu seorang ayah
berinisial YS tega memperkosa anak kandungnya sendiri sebanyak 35 kali.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang berada di luar diri si pelaku.
a. Faktor Sosial Budaya. Meningkatnya kasus-kasus kejahatan asusila atau
perkosaan terkait erat dengan aspek sosial budaya. Akibat modernisasi
berkembanglah budaya yang semakin terbuka dan pergaulan yang semakin
bebas.
b. Faktor Ekonomi. Keadaan ekonomi yang sulit menyebabkan seseorang
memiliki pendidikan yang rendah dan selanjutnya akan membawa dampak
kepada baik atau tidak baiknya pekerjaan yang diperoleh. Secara umum,
seseorang yang memiliki tingkat pendidikan rendah cenderung mendapatkan
pekerjaan yang tidak layak. Keadaan perekonomian merupakan faktor yang
secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pokok-pokok
kehidupan masyarakat. Akibatnya terjadi peningkatan kriminalitas termasuk
kasus pemerkosaan.
c. Faktor Media Massa. Media massa merupakan sarana informasi didalam
kehidupan seksual. Pemberitaan tentang kejahatan pemerkosaan yang sering
diberitahukan secara terbuka dan didramatisasi umumnya digambarkan

tentang kepuasan pelaku. Hal seperti ini dapat merangsang para pembaca
khususnya orang yang bermental jahat memperoleh ide untuk melakukan
pemerkosaan.
Dampak Kejahatan Seksual pada Anak
Anak yang menjadi korban kejahatan seksual diluar batas perkembangan emosi dan fisik
mereka dapat mengancam diri mereka dalam aspek fisik, psikis, emosi dan spiritual. Browne
dan Finkelhor (dalam Wickham dan West, 2002, mengungkapkan empat jenis dari efek
trauma akibat kekerasan seksual, yaitu:
1. Betrayal (penghianatan)
Kepercayaan merupakan dasar utama bagi korban kekerasan seksual. Sebagai seorang
anak, kepercayaan orangtua harusnya dimengerti dan dipahami. Namun, kepercayaan
anak dan otoritas orangtua menjadi hal yang mengancam anak.
2. Traumatic sexualization (trauma secara seksual)
Anak yang mengalami kekerasan seksual cenderung menolak untuk melakukan
hubungan seksual, dan sebagai konsekuensinya menjadi korban kekerasan seksual
sewaktu anak itu dewasa maka ia akan melakukan seperti yang dialaminya semasa
kecil.
3. Powerlessness (merasa tidak berdaya)
Rasa takut menembus kehidupan korban. Mimpi buruk, fobia, dan kecemasan dialami
oleh korban disertai dengan rasa sakit. Perasaan tidak berdaya mengakibatkan
individu merasa lemah. Korban merasa dirinya tidak mampu dan kurang efektif dalam
bekerja. Beberapa korban juga merasa sakit pada tubuhnya.
4. Stigmatization
Korban kekerasan seksual merasa bersalah, malu, memiliki gambaran diri yang buruk.
Rasa bersalah dan malu terbentuk akibat ketidakberdayaan dan rasa yang timbul
akibat mereka tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol dirinya. Korban sering
merasa berbeda dengan orang lain, dan beberapa korban marah pada tubuhnya akibat
penganiyaan yang dialami. Korban lainnya menggunakan obat-obatan dan minuman
alkohol untuk menghukum tubuhnya, menumpulkan inderanya, atau berusaha
menghindari memori kejadian tersebut.
Menanggulangi Dampak Kejahatan Seksual
Cara yang paling efektif menurut Larry, Rebecca, dan Heidi (1994) adalah dengan membawa
anak yang menjadi korban kejahatan seksual ke psikolog anak ataupun pengobatan klinis
lainnya. Namun hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah orang tua, psikolog, ataupun
dokter dalam kegiatan terapi tersebut. Karena kunci keberhasilan menanggulangi dampak
yang terjadi apabila orang-orang tersebut dapat berkerja sama dengan memperhatikan dan
mengikuti komponen-komponen yang penting sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dampak dari kejahatan seksual terhadap anak dengan menilai
variabel yang menandakan seberapa besar kejahatan seksual memberikan dampak
kepada korban, yang datanya nanti akan digunakan untuk menentukan jenis
pengobatan dan durasi pengibatan yang harus di tempuh korban.

2. Menggunakan pengobatan yang aplikatif, jelas, dan kongkret secara empiris,


termasuk mengadopsi contoh dan cara yang digunakan oleh rumah sakit kejiwaan
daerah lain yang sudah teruji keberhasilannya.
3. Senantiasa memberikan dukungan sosial kepada anak melalui orang-orang dekat
yang ia sayangi seperti orang tua dan saudaranya.
4. Secara sistematis mengamati efektivitas dari pengobatan yang dijalani anak,
seperti pada perubahan gejala-gejala pada korban, struktur keluarga, ketersediaan
alternatif pendukung, kemampuan berhubungan secara personal dengan orang
lain, serta frekuensi kejahatan seksual lainnya yang mungkin terjadi lagi.
5. Secara rutin melakukan pengobatan dengan lembaga yang menyediakan
pengobatan, sosialisasi, dan pelayanan yang resmi.
Cara Mencegah Kejahatan Seksual pada Anak melalui Pengajaran dengan 3B
1. Bermain
Dengan permainan puzzle, kenalkan bagian tubuh yang dibagi per segmen : bahu ke
atas, bahu sampai lutut, lutut ke bawah. Jelaskan bagian mana saja yang tak boleh
disentuh dan bagian mana saja yang bisa disentuh.
2.

Bernyanyi
Dendangkan, Ini tubuhku, sangat berharga, tak boleh disentuh siapa saja, aku sayang
tubuhku dan kujaga. Kreasiakan lagu sehingga mudah dinyanyikan dan diingat.

3. Bercerita
Lakukan tanya jawab sehingga anak bisa tahu bagaimana seharusnya kalau hal ini
(pelecehan seksual) terjadi. Kenalkan hubungan dengan orang-orang di sekitarnya,
siapa yang boleh dan tak boleh menyentuhnya. Lakukan tanya jawab untuk
memancing anak menjadi kritis.
Bagaimana kalau ada orang menyentuh lutut ke bawah?
Siapa saja yang boleh menyentuh?
Orang asing itu apa?
Beda kenalan, teman, sahabat, kerabat dan muhrim apa?
Kalau tukang antar pizza?
Kalau tukang sayur?
Kalau adek mama?
Kamu dulu di perut mama 9 bulan lho, mama bawa ke mana-mana. Kalau ada apa-apa
terjadi pada kamu, mama ini malaikat pelindungmu, mama sayang sekali sama kamu,
lahir dari perut mama, kita ini satu. Mama tidak akan izinkan apabila ada yang

menyakiti kamu. Jaga tubuhmu baik-baik ya sayang. Jangan sembarangan disentuh


orang.
Daftar Pustaka
Berita Online
Aco, Hasanudin. Ayah Memperkosa Anak Kandung 35 Kali saat Istrinya Cari
Nafkah.
http://www.tribunnews.com/metropolitan/2014/10/13/ayah-memperkosa-anakkandung-35-kali-saat-istrinya-cari-nafkah (diakses pada 27 November 2014)
Damanik, Caroline. Emon Mengalami Kekerasan Seksual Pertama Kali oleh
Temannya saat SMP.
http://regional.kompas.com/read/2014/05/09/1305095/Emon.Alami.Kekerasan.Seksual.
Pertama.Kali.oleh.Temannya.Saat.SMP (diakses pada 27 November 2014)
Simanjuntak, Johnson. Korban Pencabulan Emon 110 Anak.
http://www.tribunnews.com/metropolitan/2014/05/06/korban-pencabulan-emon-110anak (diakses pada 28 November 2014)
Buku
Wickman, Randal Easton., Janet West. 2002. Therapeutic Work with Sexually Abused
Children. London: SAGE Publications
Jurnal
Beutler, Larry E., Rebecca A. Williams, Heidi A. Zetzer. 1994. Efficacy of Treatment
for Victims of Child Sexual Abuse, Jurnal Sexual Abuse of Children Volume 4 Number
2, (Summer/Fall), hal.171.

Anda mungkin juga menyukai