Anda di halaman 1dari 9

Modul Sistem Eksresi

Pengertian Sistem Eksresi

Ekskresi berarti pengeluaran zat buangan atau zat sisa hasil metabolisme yang
berlangsung dalam tubuh organisme (makhluk hidup). Zat sisa metabolisme dikeluarkan dari
tubuh oleh alat ekskresi. Alat pengeluaran pada makhluk hidup berbeda-beda sesuai dengan
jenisnya. Semakin tinggi tingkatan makhluk hidup maka semakin kompleks alat pengeluarannya.
Alat pengeluaran pada manusia dan vertebrata terdiri atas ginjal, kulit, paru-paru, dan hati.
Eksresi merupakan salah satu ciri makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan, maupun
manusia. Cukup banyak zat sisa yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh manusia. Misalnya
urin yang dikeluarkan melalui ginjal, keringat dikeluarkan oleh kelenjar keringat melalui kulit,
karbon dioksida dikeluarkan oleh paru-paru, dan empedu dikeluarkan oleh hati. Zat sisa tersebut
tidak dapat dibiarkan mengendap terus menerus di dalam tubuh. Jika tidak dikeluarkan dari
dalam tubuh, maka akan menyebabkan bahaya bagi tubuh.

Organ-organ yang Berperan dalam Sistem Ekskresi

LKS 3
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk
membantu kalian dalam belajar tentang organ yang
berperan dalam system ekskresi!!!
1. Ceritakan tentang ginjal sesuai dengan pengetahuan
kalian! (30)
2. Apa fungsi ginjal itu? (30)
3. Dimanakah letak ginjal dalam tubuhmu? (10)
4. Bagaimanakah bentuk ginjal sesungguhnya? (20)
Gambar 1.1 Penampang Ginjal
5. Seberapa pentingkah ginjal bagi tubuh kalian?
Sumber: Microsoft Encarta, 2005
(15)
6. Apa yang akan terjadi jika kalian kehilangan ginjal kalian? (30)

Sejenak kalian lihat gambar ginjal di atas


Mirip apakah bentuk gambar tersebut?
Sebelum kalian mempelajari lebih lanjut tentang ginjal dan proses pengeluaran yang terjadi
pada ginjal, kalian harus mengenal lebih dalam tentang struktur dan ciri ginjal.

Modul Sistem Eksresi

Organ-organ yang berperan dalam sistem ekskresi manusia terdiri dari ginjal, kulit,
hati, dan paru-paru.
a. Ginjal

Struktur dan Fungsi Ginjal


Ginjal merupakan organ di dalam tubuh manusia yang berbentuk seperti kacang
merah berukuran sebesar kepalan tangan, atau kira-kira berukuran panjang 10-12 cm, lebar
5-6 cm, dan tebal 3-4 cm dengan berat sekitar 140 gram. Pada tubuh manusia, terdapat
sepasang ginjal yang terletak di bagian dorsal dinding tubuh sebelah kiri dan kanan tulang
belakang.
Secara lengkap, peran dan fungsi ginjal adalah sebagai berikut.

Mengekskresikan zat sisa seperti urea, asam urat, kreatinin, kreatin, dan zat lain yang
bersifat racun.

Mengatur volume plasma dan jumlah air di dalam tubuh.

Menjaga tekanan osmosis dengan cara mengatur ekskresi garam-garam, yaitu


membuang jumlah garam yang berlebihan dan menahan garam bila jumlahnya dalam
tubuh berkurang.

Mengatur pH plasma dan cairan tubuh dengan mengekskresikan urin yang bersifat
basa, tetapi dapat pula mengekskresikan urin yang bersifat asam.

korteks
glomerulus
Arteriol aferen

Kapsula bowman

medula

tubulus kontortus
proksimal

tubulus kontortus
distal
Arteriol eferen

arteri

Kapiler peritubular

Vena
Pelvis
tubulus kolektifus
Lengkung
Henle

ureter

Gambar 1.2 Struktur Ginjal


Sumber: Campbell, 2011

Gambar 1.3 Struktur Nefron


Sumber: Campbell, 2011

Modul Sistem Eksresi

Ginjal merupakan salah satu organ yang kompleks. Artinya, ginjal memiliki bagianbagian yang sangat kompleks dan memiliki peran penting sebagai organ ekskresi. Ginjal
diselubungi oleh suatu kapsul yang terbentuk dari jaringan serabut. Bagian luar ginjal
disebut dengan korteks,
korteks sedangkan bagian dalamnya disebut medula.
medula Pada bagian tengah
terdapat ruang kosong (pelvis
pelvis).
pelvis Pada ginjal, terdapat nefron yang merupakan unit
struktural dan fungsional terkecil. Setiap nefron terdiri dari badan malpighi,
malpighi yang
mengandung glomerulus yang dibungkus oleh kapsula bowman, tubulus kontortus
kolektifus.
proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal, dan tubulus kolektifus
Pada medula terdapat piramida ginjal dan piala ginjal yang banyak mengandung
pembuluh-pembuluh. Glomerulus hanya berperan sebagai saringan. Susunan filtrat
glomerulus ditentukan oleh permeabilitas membran kapiler terhadap zat-zat dari darah,
sehingga filtrat glomerulus masih banyak mengandung zat-zat yang penting untuk
metabolisme. Glukosa, asam amino, dan bikarbonat direabsorpsi bersama Na+ di dalam
bagian awal tubulus proksimal. Selanjutnya di sepanjang tubulus proksimal, Na+ diserap
bersama Cl-. Tubulus distal memerankan fungsi reabsorpsi dan augmentasi. Lengkung Henle
berfungsi untuk memekatkan filtrat secara berulang mentransfer natrium dalam jumlah
relatif kecil sepanjang lengkung Henle. Pembuluh-pembuluh tersebut terhubung dengan
ureter yang bermuara pada kantung kemih (vesika urinaria). Kantung kemih berfungsi
sebagai tempat penampungan urin sementara. Urin keluar dari tubuh melalui lubang urin
yang sebelumnya melewati uretra terlebih dahulu.

Proses Pembentukan Urin pada Ginjal


Filtrasi

Di dalam ginjal terjadi proses pembentukan urin.


Pembentukan urin terjadi melalui serangkaian proses filtrasi
(penyaringan) zat-zat beracun, reabsorpsi (penyerapan
kembali), dan augmentasi (penambahan zat sisa yang tidak

Reabsorpsi

diperlukan lagi oleh tubuh dan tidak mungkin disimpan lagi


ke dalam tubulus distal).

Sekresi tubular

Filtrasi (Penyaringan)
Pembentukan urin diawali dengan filtrasi darah di
glomerulus. Filtrasi merupakan perpindahan cairan dari
glomerulus menuju ke ruang kapsula bowman dengan
Gambar 1.4 Proses
Pembentukan Urin
Sumber: Campbell, 2011

Modul Sistem Eksresi

menembus membran filtrasi. Membran filtrasi terdiri dari 3 lapisan, yaitu sel endotelium
glomerulus, membran basiler, dan epitel kapsula bowman. Sel-sel endotelium glomerulus
dalam badan malpighi akan mempermudah proses filtrasi. Di dalam glomerulus, sel-sel darah,
trombosit, dan sebagian besar protein plasma disaring dan diikat agar tidak ikut dikeluarkan.
Hasil penyaringan tersebut berupa urin primer (filtrat glomerulus).
glomerulus) Urin primer mengandung
zat yang hampir sama dengan cairan yang menembus kapiler menuju ruang antarsel. Dalam
keadaan normal, urin primer tidak mengandung eritrosit, tetapi mengandung protein yang
kadarnya kurang dari 0,03%. Kandungan elektrolit (senyawa yang larutannya mampu
menghantarkan listrik) dan kristaloid (kristal halus yang terbentuk dari protein) dari urin
primer juga hampir sama dengan cairan jaringan. Kadar anion di dalam urin primer termasuk
ion Cl- dan ion HCO3-, lebih tinggi 5% dari pada kadar anion plasma, sedangkan kadar
kationnya lebih rendah 5% dari pada kadar kation plasma. Selain itu, urin primer mengandung
glukosa, garam-garam mineral, natrium, kalium, dan asam amino.
Reabsorpsi (Penyerapan Kembali)
Reabsorpsi merupakan proses perpindahan cairan dari tubulus renalis menuju pembuluh
darah yang mengelilinginya, yaitu kapiler peritubuler. Sel-sel tubulus renalis secara selektif
mereabsorpsi zat-zat yang terdapat dalam urin primer. Reabsorpsi tergantung dari kebutuhan
akan zat-zat yang terdapat di dalam urin primer. Nutrisi akan direabsorpsi, sedangkan
reabsorpsi garam organik bervariasi tergantung dari kadar zat tersebut di dalam plasma.
Setelah reabsorpsi, kadar urea menjadi lebih tinggi dan zat-zat yang dibutuhkan tidak
ditemukan lagi. Urin yang dihasilkan setelah proses reabsorpsi disebut urin sekunder (filtrat
tubulus).
tubulus)
Reabsorpsi air
Pada keadaan normal, hampir 99% dari air yang menembus membran filtrasi akan
direabsorpsi sebelum mencapai ureter. Pada tabel berikut ini, adalah persentase air yang
diserap di beberapa bagian tubulus renalis.
Bagian Tubulus
Air yang
Renalis
diabsorpsi (%)
Tubulus kontortus
80
proksimal
Lengkung Henle
6
Tubulus distal
9
Saluran penampung
4
Reabsorpsi di tubulus kontortus proksimal dilakukan dengan proses osmosis yang
disebut dengan reabsorpsi obligat.
obligat Sebaliknya, reabsorpsi air di tubulus kontortus distal

Modul Sistem Eksresi

disebut dengan reabsorpsi fakultatif,


fakultatif yaitu reabsorpsi yang terjadi tergantung dari
kebutuhan. Jadi, jika tubuh terlalu banyak mengandung air, tidak terjadi reabsorpsi.
Sedangkan jika tubuh mengandung air dengan jumlah sedikit, terjadilah reabsorpsi.
Reabsorpsi zat tertentu
Reabsorpsi zat tertentu dapat terjadi secara transpor aktif dan difusi. Sebagai contoh
pada sisi tubulus yang berdekatan dengan lumen tubulus renalis terjadi difusi ion Na+,
sedangkan pada sisi sel tubulus yang berdekatan dengan kapiler terjadi transpor aktif ion
Na+. Adanya transpor aktif Na+ di sel tubulus ke kapiler menyebabkan menurunnya kadar ion
Na+ di sel tubulus renalis, sehingga difusi Na+ terjadi dari lumen sel tubulus renalis. Pada
umumnya zat yang penting bagi tubuh direabsorpsi secara transpor aktif.
Reabsorpsi zat yang penting bagi tubuh
Zat-zat penting bagi tubuh yang secara aktif direabsorpsi adalah protein, asam amino,
glukosa, dan vitamin. Glukosa merupakan sumber energi, sedangkan protein dan asam amino
merupakan pengganti sel yang sudah tua. Zat-zat tersebut direabsorpsi secara aktif di
tubulus proksimal, sehingga tidak ada lagi di lengkung Henle.
Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh dari
kapiler peritubular ke lumen tubular. Peristiwa ini disebut juga sekresi tubular. Augmentasi
terjadi pada tubulus distal. Sel-sel tubulus mengeluarkan zat-zat tertentu yang mengandung
ion hidrogen dan ion kalium kemudian menyatu dengan urin sekunder. Penambahan ion
hidrogen sangat penting karena membantu menjaga kesetimbangan pH dalam darah. Jika pH
dalam darah mulai menurun, sekresi ion hidrogen akan meningkat sampai berada pada keadaan
pH normal (7,3 7,4) dan urin yang dihasilkan memiliki pH dengan kisaran 4,5 8,5. Urin
yang terbentuk akan disimpan sementara di kantong kemih untuk selanjutnya dibuang
melalui uretra.
FaktorFaktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembentukan Urin
Proses pembentuka urin dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang
menyangkut hormon (antidiuretik dan insulin) dan faktor eksternal yang menyangkut jumlah
air yang diminum.

Hormon Antidiuretik (ADH)


Hormon Antidiuretik (ADH) dihasilkan oleh bagian otak yang disebut hipotalamus. ADH
disimpan dan dibebaskan dari kelenjar pituitari, yang berada persis di bawah hipotalamus.
Pengeluaran hormon ini ditentukan oleh reseptor khusus di dalam otak yang secara terus-

Modul Sistem Eksresi

menerus mengendalikan tekanan osmotik darah (kesetimbangan konsentrasi air dalam darah).
Oleh karena itu, hormon ini akan mempengaruhi proses reabsorpsi air pada tubulus kontortus
distal, sehingga permeabilitas sel terhadap air akan meningkat.
Jika tekanan osmotik darah naik, yaitu pada saat dalam keadaan dehidrasi atau
kekurangan cairan tubuh (saat kehausan atau banyak mengeluarkan keringat), konsentrasi air
dalam darah akan turun. Akibat dari kondisi tersebut, sekresi ADH meningkat dan dialirkan
oleh darah menuju ke ginjal. ADH selain meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, juga
meningkatkan permeabilitas saluran pengumpul, sehingga memperbesar membran sel saluran
pengumpul. Dengan demikian, air akan berdifusi ke luar dari pipa pengumpul, lalu masuk ke
dalam darah. Keadaan tersebut akan berusaha memulihkan konsentrasi air dalam darah.
Namun, akibatnya urin yang dihasilkan menjadi sedikit dan lebih pekat.

Jumlah air yang diminum


Jumlah air yang diminum tentu akan mempengaruhi konsentrasi air dalam darah. Jika
kita meminum banyak air, konsentrasi air dalam darah menjadi tinggi, dan konsentrasi
protein dalam darah menurun, sehingga filtrasi menjadi berkurang. Selain itu, keadaan seperti
ini menyebabkan darah lebih encer, sehingga sekresi ADH akan berkurang. Menurunnya filtrasi
dan berkurangnya ADH akan akan menyebabkan penyerapan air, sehingga urin yang dihasilkan
akan meningkat dan encer.

Kelainan pada Ginjal


a. Albuminuria,
Albuminuria merupakan gangguan yang terjadi pada ginjal sehingga urine mengandung
protein. Urin normal sebenarnya tidak mengandung senyawa protein, asam amino, ataupun
glukosa. Oleh karena itu, gangguan ini menunjukkan bila alat filtrasi pada ginjal telah
rusak.
b. Nefritis (radang ginjal), merupakan kerusakan pada ginjal akibat glomerulus terinfeksi
bakteri Streptococcus. Glomerulus rusak mengakibatkan urea dan asam urat masuk lagi ke
dalam darah. Akibatnya penderita akan mengalami uremia.
uremia Indikasi penyakit ini yakni
adanya penimbunan air pada kaki atau edema yang terjadi karena proses penyerapan air
terganggu.
c. Poliuria, merupakan gangguan yang terjadi karena ke mampuan rendah nefron melakukan
reabsorpsi. Akibat gangguan ini, urine yang dikeluarkan oleh tubuh amat banyak dan
encer.

Modul Sistem Eksresi

d. Oligouria,
Oligouria merupakan kerusakan ginjal yang menyebabkan penderita mengeluarkan urine
dalam jumlah sangat sedikit atau bisa juga sama sekali tidak ada (anura).
e. Diabetes melitus (kencing manis), merupakan gangguan yang disebabkan oleh adanya
kandungan gula dalam urine. Kurangnya hormon insulin dari pankreas menjadikan kadar
gula dalam darah sangat tinggi.
f. Diabetes insipidus,
insipidus merupakan gangguan ginjal yang menyebabkan penderita mengeluarkan
banyak urine. Penyakit ini dapat terjadi karena penderita kekurangan hormon antidiuretika
(ADH) yang disekresikan kelenjar hipofisis. Apabila hormon ADH seseorang berkurang,
jumlah urine yang dihasikan dapat naik 20-30 kali lipat.
g. Batu ginjal,
ginjal terbentuk dari adanya pengedapan garam kalsium di dalam rongga ginjal,
saluran ginjal, atau kandung kemih. Bentuk batu ginjal seperti kristal yang tidak dapat
larut. Kandungan zat yang ada di dalamnya adalah kalsium oksalat, asam urat, dan
kristal kalsium fosfat. Penyebab adanya endapan garam ini karena penderita terlalu banyak
mengkonsumsi garam mineral, sedangkan air dikonsumsi hanya sedikit. Selain itu,
dipengaruhi perilaku buruk penderita yang sering menahan buang air kecil.
h. Hematuria,
Hematuria adalah peradangan atau iritasi gesekan batu ginjal pada organ urinaria
sehingga menyebabkan urine mengandung darah.

Modul Sistem Eksresi

Minilab Activities

Analisis Kandungan Urin Manusia


A. Tujuan: Untuk mengetahui kandungan zat dalam urine manusia
B. Alat dan Bahan
Alat :

Bahan :

1. Sentrifugasi

7. Kertas hisap

1. Larutan benedict

2. Tabung sentrifugasi

8. Lap flanel

2. Indikator universal

3. Tabung reaksi

9. Lampu spiritus

3. Reagen millon

4. Penjepit tabung reaksi

10. Kasa asbes

4. Air kran

5. Gelas benda

11. Kaki tiga

5. Urin siswa laki-laki dan

6. Gelas penutup

12. Korek api

perempuan

13. Termometer
C. Langkah Kerja
1. Analisis Fisik
a. Warna
Amatilah warna urin yang telah kalian sediakan dari kedua subyek dan catatlah
hasilnya.
b. pH
Ukurlah pH urin dari kedua subyek dengan menggunakan indikator universal dan
cocokkan dengan tabel pH pada kotak indikator universal. Catatlah hasil
pengukurannya.
2. Analisis Kimia
a. Glukosa
1) Masukkan 8 tetes urin dari masing-masing subyek ke dalam tabung reaksi
yang berbeda.
2) Tambahkan 5 ml larutan benedict ke dalam masing-masing tabung reaksi.
3) Letakkan tabung reaksi tersebut dalam air mendidih hingga isi tabung reaksi
mendidih pula. Atau panaskan secara langsung dengan hati-hati di atas lampu
spiritus hingga mendidih.
4) Amati warna yang dihasilkan dan bandingkan dengan warna urin mula-mula.

Modul Sistem Eksresi

5) Catat hasil pengamatannya.


b. Protein
1) Masukkan urin dari kedua subyek ke dalam tabung sentrifugasi.
2) Pusingkan selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
3) Letakkan 3 ml supernatant urin ke dalam tabung reaksi.
4) Tetskan 5 tetes reagen Millon.
5) Letakkan tabung reaksi dalam air mendidih hingga isi tabung reaksi mendidih
pula. Atau panaskan secara langsung dengan hati-hati di atas lampu spiritus
hingga mendidih.
6) Amati warna yang dihasilkan dan bandingkan dengan warna urin mula-mula.
7) Catat hasil pengamatannya.
c. Pigmen empedu
1) Isilah masing-masing separo tabung reaksi dengan urin dari kedua subyek.
2) Kocoklah tabung reaksi dengan baik dan benar.
3) Amati ada tidaknya buih pada urin.
Setelah kalian melakukan praktikum, susunlah laporan hasil pengamatan kalian dan kumpulkan kepada
gurumu.

Anda mungkin juga menyukai