Seorang anak perempuan usia 10 bulan, datang ke puskesmas dengan keluhan
utama batuk, berdasarkan keluhan utama tersebut kita dapat menyimpulkan adanya infeksi saluran napas atas atau infeksi saluran napas bawah. Keluhan batuk sudah berlangsung selama tiga hari. Pada hari 1 hingga hari ke 2, pasien batuk kering, tidak sesak, pilek, demam tidak tinggi dan hanya diberi parasetamol. Pada 2 hari sebelum ini infeksi saluran napas tampaknya baru mengenai saluran napas bagian atas saja karena tidak ada keluhan sesak. Pemberian parasetamol oleh orang tua pasien merupakan tindakan tepat dan dosisnya sudah benar. Pada hari ke 3, Batuk OS bertambah sering, berdahak, sesak , pilek dan demam naik turun. Keluhan sesak disini menandakan bahwa infeksi kemungkinan telah turun ke saluran napas bagian bawah atau adanya penyempitan saluran nafas. OS yang tampak aktif menandakan keadaan umum OS masih baik. Dari anamnesis diketahui pula bahwa ibu OS terkena flu sejak 5 hari yang lalu, jadi kemungkinan infeksi saluran napas ini ditularkan oleh ibu os sendiri. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak baik, status gizi baik, nafas cepat dimana nafas OS disini 52x/ menit .
Suhu tubuh os 37.5 c yang berarti os
dalam keadaan febris. Faring tampak hiperemis yang menandakan adanya infeksi saluran nafas atas. Pada auskultasi didapatkan ronki basah halus didaerah apex yang menandakan adanya infiltrat di paru dan
memperkuat bahwa sesak napas OS
disebabkan oleh pneumonia.
Maka bedasarkan dari pemeriksaan fisik dan anamnesis yang telah dilakukan diagnosa kerja untuk kasus ini adalah Pneumonia, sesuai dengan kriteria pneumonia dimana adanya batuk dengan napas cepat, demam, dan ronkhi pada auskultasi paru. Klasifikasi pneumonia disini adalah pneumonia ringan dikarenakan keadaan umum pasien masih baik, tidak ada tarikan dinding dada, dan tidak ada tanda bahaya umum.
Bronkiolitis dijadikan diagnosis banding karena juga merupakan penyebab tersering
batuk dengan sesak pada balita. Bronkiolitis sendiri termasuk infeksi saluran nafas bawah yang biasanya disebabkan oleh Virus. Bronkiolitis dapat disingkirkan dari diagnosis banding karena pada saat auskultasi tidak ditemukan wheezing. Karena pada kasus ini Pneumonia masih termasuk ringan, maka Os dapat dirawat jalan. Pemberian antibiotik harus dilakukan untuk membunuh bakteri. Antibiotik pilihan utama adalah golongan sulfa, yaitu cotrimoxazole dengan dosis trimetroprim 8 mg/kgbb dan sulfamextazole 50 mg/kgbb dibagi 2 dosis perhari. Dosis cotrimoxazole untuk OS adalah
2 x 240 mg ( 1 cth). Penurun demam
parasetamol dengan dosis 10 15 mg /kgbb perkali, maka dosis parasetamol untuk
OS adalah 3 x 125 mg (1 cth). Untuk obat batuk dan pileknya, diberikan kombinasi pulvures salbutamol 0,4 mg (dosis : 0,05 mg 1 mg/kgbb/kali), Ctm 0,8mg( dosis 0,1mg/kgbb/kali), GG 25 mg ( dosis 10 mg /kgbb dibagi 3 dosis) frekuensi 3 x 1. Sarankan Os kontrol 2 hari kemudian untuk memantau perkembangan penyakit. Jika anak tampak sesak, ada tarikan dinding dada, ada suara nafas tambahan ( stridor ), sarankan ibu pasien untuk segera kembali ke puskesmas. Sarankan ibu untuk segera ke IGD jika ada tanda bahaya umum ( penurunan kesadaran, kejang, selalu mengatuk / letargis, tidak mau minum dan menyusui, selalu memuntahkan semua yang dimakan ). Untuk prognosis dari kasus ini adalah dubia ad bonam baik vitam maupun functionam dikarenakan pneumonia masuk klasifikasi ringan. Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan dosis yang benar serta asupan gizi yang maksimal, lingkungan bebas debu dan polusi, biasanya pneumonia ringan dapat sembuh total.