Anda di halaman 1dari 30

Materi Perawat

Jumat, 18 Oktober 2013


MAKALAH KATARAK

MAKALAH
KMB I
KATARAK

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.

DESI NANINURHAYATI
DEVI NOVIANINGRUM
ESA FEBRIANTO N
ENI SETIOWATI

(12.005)
( 12.006)
(12.013)
(12.123)

Akademi Keperawatan YAKPERMAS Banyumas


Jl. Raya Jompo Kulon, Sokaraja, Banyumas 53181
Telp. / Fax. (0281) 6596816
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat keduaduanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati
lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab
utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma,
toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter (Vaughan & Asbury,
2007). Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah
50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan
& Asbury, 2007).
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat
mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab

kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia.
Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat
katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996,
katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.
Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan tetapi,
ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor ini
antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara tropis,
paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin,
riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat kortikosteroid
jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan myopia.
B. Tujuan
Tujuan Umum
1. Perawat dan pembaca dapat mengetahui definisi penyakit Katarak.
2. Perawat dan pembaca dapat mengetahui bagaimana jenis-jenis penyakit
Katarak.
Tujuan Umum
1. Perawat dan pembaca dapat mengetahui bagaimana gejala dan tanda-tanda
penyakait Katarak.
2. Perawat dan pembaca dapat mengetahui bagaimana penyebab penyakit
Katarak.
3. Perawat dan pembaca dapat mengetahui bagaimana pengobatan penyakit
Katarak.
C. Manfaat
1. Dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui karakteristik dari penyakit
Katarak.
2. Dengan adanya makalah ini kita dapat mengantisipasi terjadinya penyakit Katarak.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyakit Katarak bisa menyerang manusia ?
2. Bagaimana awal terjadinya penyakit Katarak ?
3. Bagaimana cara pengobatan penyakit Katarak ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga
dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat
terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.
Katarak berasal dari bahasa yunani kataarrhakies yang berarti air terjun. Dalam
bahasa Indonesia, katarak disebut bular, yaitu penglihatan seperti tertutup air terjuan
akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
keduanya ( Ilyas,1999 cit Anas Tamsuri, 2011 : 54 ).
B. Etiologi
Katarak disebabkan oleh berbagai factor, antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Trauma
Terpapar substansi toksik
Penyakit predisposisi
Genetik dan gangguan perkembangan
Iinfeksi virus di masa pertumbuhan janin
Usia

Penuaan merupakan penyebab utama dari katarak (95 %) dan 5 % disebsbkan kerusakan
congenital, trauma,keracunan atau penyakjit sistemik.
Derajat kerusakan yang disebabkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan densitas
( kepadatan) dari kekeruhan selain karena umur ,pekerjaan gaya hidup dan tempat tinggal
seseorang.
Menurut etiologinya katarak dibagi menjadi :
1. katarak seni.le ( 95 %) .
katarak ini disebabkan oleh ketuaan (lebih 60 tahun).
Menurut catatan The framinghan eye studi, katarak terjadi 18 % pada usia 65
74 tahun dan 45 % pada usia 75 84 tahun. Beberapa derajat ktarak diduga

terjadi pada semua orang pada usia 70 tahun.


Ada 4 stadium antara lain :
a. Katarak insipien : stadium ini kekeruhan lensa sektoral dibatasi oleh
bagian lensa yang masih jernih.
b. Katarak intumesen : kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat
c.

lensa yang degeneratip menyerap air.


Katarak matur : katarak yang telah menegani seluruh bagian lensa.

Katarak ini dapat diopperasi.


d. Katarak hepermatur : katarak mengalami proses degenerasi lanjut keluar
dari kapsul lensa sehingga lensa mnegecil, berwarna kuning dan keringf
sertya terdapat lipatan kapsul lensa (Jounole zin kendor). Jika berlanjut
diserrtai kapsul yang tebal menyebabkan kortek yang berdegenerasi dan
cair tidak dapat keluar sehingga berbentuk seperti sekantong susu dengan
nucleus yang terbenam yang disebut katarak Morgageeeni.
2. Katarak congenital
Katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir ( bayi kurang dari 3
bulan).
Katarak congenital digolongkan dalam :
a. Katarak kapsulo lentikuler
Merupakan katarak pada kapsul dan kortek.
b. Katarak lentikuler: merupakan kekeruhan lensa yang tidak mengenai
kapsul.
Katarak congenital atau trauma yang berlanjut dan terjadi pada anak usia 3
bln sampai 9 tahun katarak juvenil .
3. Katarak traumatic : terjadi karena cedera pada mata, seperti trauma tajam/trauma
tumpul, adanya benda asing pada intra okuler,X Rays yang berlebihan atau
bahan radio aktif. Waktu untuk perkembangan katarak traumatic dapat bervariasi
dari jam sampai tahun.
4. Katarak toksik : Setelah terpapar bahan kimia atau substansi tertentu
( korticostirot,Klorpromasin/torasin,miotik,agen untuk pengobatan glaucoma).
5. Katarak asosiasi : penyakit sistemik seperti DM, Hipoparatiroid,Downs sindrom
dan dermatitis atopic dapat menjadi predisposisi bagi individu untuk
perkembangan katarak.
Pada penyakit DM, kelebihan glukosa pada lensa secara kimia dapat mengurangi

alcoholnya yang disebut L-Sorbitol. Kapsul lensa impermiabel terhadap


gula,alcohol dan melindungi dari pelepasan. Dalam usaha untuk mengenbalikan
pada tingkat osmolaritas yang normal lensa diletakan pada air (newell, 1986).
6. Katarak komplikata : Katarak ini dapat juga terjadi akibat penyakit mata lain
(kelainan okuler). Penyakit intra okuler tersebut termasuk retinitis pigmentosa,
glaucoma dan retina detachement. Katarak ini biasanya unilateral.
C. Patofisiologi
Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut dan pada usia diatas 70 tahun,
dapat diperkirakan adanya katarak dalam berbagai derajat, namun katarak dapat juga diakibatkan
oleh kelainan konginental, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Secara kimiawi,
pembentukan katarak ditandai oleh berkurangnya ambilan oksigen dan bertambahnya kandungan
air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium bertambah,
sedangkan kandungan kalium, asam askorbat, dan protein berkurang. Lensa yang mengalami
katarak tidak mengandung glutation. Usaha mempercepat atau memperlambat perubahan
kimiawi ini dengan cara pengobatan belum berhasil dan penyebab maupun implikasinya tidak
diketahui. Akhir akhir ini, peran radiasi sinar ultraviolet sebagai salah satu faktor dalam
pembentukan katarak senil, tampak lebih nyata. Penyelidikan epidemiologi mennjukan bahwa di
daerah daerah yang spanjan g tahun selalu ada sinar matahari yang kuat, insiden kataraknya
meningkat pada usia 65 tahun atau lebih. Pada penelitian lebih lanjut, ternyata sinar ultraviolet
memang mempengaruhi efek terhadap lensa. Pengobatan katarak adalah dengan tindakan
pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokular.
( Anas Tamsuri, 2011 : 55 56 )

D.
KLASIFIKASI KATARAK
PATHWAYS

E. Manifestasi Klinik
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu
yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi
pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya

ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan
menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah
melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah sebagai
berikut:
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
2.
3.
4.
5.
6.

penglihatan ke retina.
Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
Pengukuran Tonografi : TIO (12 25 mmHg)
Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,

papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kontrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
G. Penatalaksanaan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang
dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak
perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata
lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran
uvea) terdiri dari 3 struktur:

1. Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.


2. Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal sehingga mata
bisa fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih tipis sehingga mata bisa
fokus pada objek jauh
3. Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke
saraf optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas
pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis.
Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati
diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan
dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan
katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya
Indikasi dilakukannya operasi katarak :
a. Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam
melakukan rutinitas pekerjaan.
b. Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma.
c. Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m
didapatkan hasil visus 3/60

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:


1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
ICCE yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai
akhir tahun 1960 hanya itulah teknik operasi yg tersedia. Pada pembedahan jenis
ini lensa diangkat seluruhnya. Keuntungan dari prosedur adalah kemudahan
proses ini dilakukan, sedangkan kerugiannya mata beresiko tinggi mengalami
retinal detachment dan mengangkat struktur penyokong untuk penanaman lensa
intraokuler. Salah satu teknik ICCE adalah menggunakan cryosurgery, lensa
dibekukan dengan probe super dingin dan kemudian diangkat.
2. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction)
Terdiri dari 2 macam yakni:
a. Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa
secara manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan
sayatan yang lebar sehingga penyembuhan lebih lama.

b. Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru


dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus
sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi 3
mm. Operasi katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau
menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan
bahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7
mm. Lensa mata yang keruh dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot
(fakum) dan diganti dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan
lensanya dan ditanam secara permanen. Teknik bedah katarak dengan
sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10 menit disertai waktu
pemulihan yang lebih cepat.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka
pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika
bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru
dapat dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena
pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan
kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata
untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa
intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau
masalah mata lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup
tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca
operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular
terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat
menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang
keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.
H. Kompikasi
Komplikasi yang terjadi nistagmus dan strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan
mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan
Uveitis.

I.

Pengkajian keperawatan
a.

Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
1. Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia (Katarak bisa terjadi pada semua umur tetapi pada
umumnya pada usia lanjut dan Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya
sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak
juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi
pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada
usia > 40 tahun), jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari
secara langsung atau Pada pekerjaan laboratorium atau yang berhubungan
dengan bahan kimia atau terpapar radioaktif/sinar-X, tempat tinggal sebagai
gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai
identitas pasien.

2. Riwayat penyakit sekarang


Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain :
Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak).
Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah.
Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film.
Perubahan daya lihat warna.
Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat

menyilaukan mata.
Lampu dan matahari sangat mengganggu.
Sering meminta ganti resep kaca mata.
Lihat ganda.
Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia).
Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain.

3. Riwayat penyakit dahulu


Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti :

DM
Hipertensi
Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu
resiko katarak.

4. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas
biasanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
5. Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan
kabur/tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di
ruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di
sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan,
fotophobia (glukoma akut). Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak
kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah
atau mata keras dan kornea berawan (glukoma berat dan peningkatan air mata)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan/atau mata berair. Nyeri tibatiba/berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
7. Pembelajaran/pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata (katarak) kaji riwayat
keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji
riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,
steroid / toksisitas fenotiazin.
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat lensa
mata melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop

sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros
mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa
yang keruh (iris shadow). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya
imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur.
c.

Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata Snellen/mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan): mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau
penglihatan ke retina ayau jalan optic.
2. Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
3. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik/infeksi.
4. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk memastikan
aterosklerosis.
5. Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.

J.

Masalah Keperawatan
A. Pre Operatif
1. Gangguan sensori-perseptual: penglihatan b/d gangguan penerima
sensori/status organ indera, lingkungan secara terapeutik dibatasi.
2. Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori
penglihatan-kehilangan vitreus, pandangan kabur
3. Kecemasan b/d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur
tindakan pembedahan
B. Post Operatif
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma insisi
2. Gangguan persepsi sensori- perceptual penglihatan berhubungan dengan
fungsi mata terpasang bebat
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan prognosis, pengobatan, kurang
terpajan informasi, keterbatasan kognitif.
4. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan
katarak).

K. Intervensi
A. Pre-Operatif
No. Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

Dx
1

Setelah dilakukan asuhan

Mandiri

Mandiri

keperawatan selama

1)

1)

3x24jam

lihatan, catat apakah satu

Kaji ketajaman peng-

Kebutuhan tiap

individu dan pilihan

diharapkan dapat meningka atau dua mata terlibat.

intervensi bervariasi

tkan ketajaman penglihatan

sebab kehilangan

dalam batas situasi

penglihatan terjadi

individu dengan Kriteria

2)

Hasil :

tehadap lingkungan.

Orientasikan klien

Mengenal gangguan

lambat dan progresif.


2)

Memberikan

peningkatan kenyamanan

sensori dan berkompensasi

dan kekeluargaan,

terhadap perubahan.

menurun-kan cemas dan

disorientasi pasca

Mengidentifikasi/memp

erbaiki potensial bahaya


dalam lingkungan.

operasi.
3)

Observasi tanda-tanda

disorientasi.

3)

Terbangun dalam

lingkungan yang tidak di

kenal dan mengalami


keterbatasan penglihatan
dapat mengakibatkan
kebingungan terhadap
orang tua .
4)

Memberikan

rangsang sensori tepat


4)

Pendekatan dari sisi

terhadap isolasi dan

yang tak dioperasi, bicara

menurunkan bingung.

dengan menyentuh.

5)

5)

ketajaman dan

Ingatkan klien

Perubahan

menggunakan kacamata

kedalaman persepsi dapat

katarak yang tujuannya

menyebabkan bingung

memperbesar kurang lebih

penglihatan dan

25 persen, penglihatan

meningkatkan resiko

perifer hilang dan buta

cedera sampai pasien

titik mungkin ada.

belajar untuk

6)

mengkompensasi.

Letakkan barang yang

dibutuhkan/posisi bel

6)

Memungkinkan

pemanggil dalam

pasien melihat objek

jangkauan/posisi yang

lebih mudah dan

tidak dioperasi.

memudahkan panggilan
untuk pertolongan bila
diperlukan.

Setelah dilakukan asuhan

Mandiri:

Mandiri:

keperawatan selama

1)

1)

3x24jam diharapkan tidak

terjadi pada pascaoperasi

mengurangi rasa takut

terjadi cedera dengan

tentang nyeri, pembatasan

dan meningkatkan kerja

criteria hasil:

aktivitas, penampilan,

sama dalam pembatasan

balutan mata.

yang diperlukan.

pemahaman faktor yang

2)

2)

terlibat dalam

bersandar, kepala tinggi,

pada mata yang sakit,

kemungkinan cedera.

atau miring ke sisi yang

meminimalkan risiko

tak sakit sesuai keinginan.

perdarahan atau stress

Menyatakan

Mengubah lingkungan

Diskusikan apa yang

Beri pasien posisi

Membantu

Menurunkan tekanan

sesuai indikasi untuk

pada jahitan/jahitan

meningkatkan keamanan.

terbuka.
3)

Batasi aktivitas seperti 3)

Menurunkan stress

menggerakkan kepala tiba- pada area


tiba, menggaruk mata,

operasi/menurunkan TIO.

membongkok.
4)

Ambulasi dengan

bantuan; berikan kamar

4)

mandi khusus bila sembuh

regangan daripada

dengan anastesi.

penggunaan pispot, yang

5)

dapat meningkatkan TIO.

Anjurkan

Memerlukan sedikit

menggunakan teknik

5)

Meningkatkan

manajemen stres contoh,

relaksasi dan koping,

bimbingan imajinasi,

menurunkan TIO.

visualisasi, nafas dalam,


dan latihan relaksasi.
6)

Pertahankan

perlindungan mata sesuai


indikasi.

6)

Digunakan untuk

melindungi dari cedera


kecelakaan dan

7)

Observasi

menurunkan gerakan

pembekakan luka, bilik

mata.

anterior kempis, pupil

7)

berbentuk buah pir.

prolaps iris atau rupture

Menunjukkan

luka disebabkan oleh


Kolaborasi:

kerusakan jahitan atau

8)

tekanan mata.

Berikan obat sesuai

indikasi:
Antiemetic, contoh

Kolaborasi:

proklorperazin

8)

(Compazine),

meningkatkan TIO.

Asetazolamid

Memerlukan tindakan

Mual/muntah dapat

segera untuk mencegah


cedera okuler.
Diberikan untuk
menurunkan TIO bila
terjadi
peningkatan.Membatasi
kerja enzim pada
produksi akueus humor

Setelah dilakukan asuhan

1)

Kaji tingkat

keperawatan 2x24 jam

kecemasan pasien dan

akan dipengaruhi

diaharapkan kecemasan px

catat adanya tanda- tanda

bagaimana informasi

berkurang dengan criteria

verbal dan nonverbal.

tersebut diterima oleh

hasil:
-

1)

Derajat kecemasan

individu.

Pasien mengungkapkan 2)

Beri kesempatan

dan mendiskusikan rasa

pasien untuk

cemas/takutnya.

mengungkapkan isi pikiran rasa takut secara terbuka

dan perasaan takutnya.

dimana rasa takut dapat

tidak tegang dan

3)

ditujukan.

melaporkan kecemasannya

dan peningkatan respon

berkurang sampai pada

fisik pasien.

Pasien tampak rileks

Observasi tanda vital

tingkat dapat diatasi.


-

Pasien dapat

2)

3)

Mengungkapkan

Mengetahui respon

fisiologis yang
4)

Beri penjelasan pasien ditimbulkan akibat

mengungkapkan

tentang prosedur tindakan

kecemasan.

pemahaman mengenai

operasi, harapan dan

4)

informasi pembedahan

akibatnya.

pengetahuan pasien

yang diterima.

Meningkatkan

dalam rangka
mengurangi kecemasan
5)

Beri penjelasan dan

dan kooperatif.

suport pada pasien pada


setiap melakukan prosedur

5)

tindakan

kecemasan dan

6)

meningkatkan

Lakukan orientasi dan

Mengurangi

perkenalan pasien terhadap pengetahuan.


ruangan, petugas, dan
peralatan yang akan

6)

Mengurangi

digunakan.

perasaan takut dan


cemas.

B. Post Operatif
No. Tujuan dan Kriteria

Intervensi

Rasional

Dx
1

Hasil
Setelah diberikan

1)

1) skala nyeri yang tinggi dan

asuhan keperawatan

dengan menggunakan skala

disertai peningkatan nadi dapat

selama 3 x 24 jam

nyeri dan pengukuran TTV

menggambarkan tingkat nyeri

Kaji tngkat nyeri pasien

diharapkan nyeri

yang di rasakan oleh pasien

pasien dapat

2)

Berikan kompres dingin

berkurang / hilang

sesuai dengan permintaan

Kriteria hasil :

untuk trauma tumpul

- klien dapat

3)

mengontrol

pencahayaan
3) cahaya yang kuat
4)

Berikan obat untuk

mengontrol nyeri dan TIO


sesuai dengan resep
2

mengurangi nyeri

Kurangi tingkat

nyerinya
Skala nyeri 0 (0-10)

2) mengurangi edema akan

menyebabkan rasa tak nyaman


4) pemakaian sesuai resep akan
mengurangi nyeri dan TIO

Setelah dilakukan

Mandiri

Mandiri

asuhan keperawatan

1.

1.

selama 3x24jam

lihatan, catat apakah satu atau

Kaji ketajaman peng-

Kebutuhan tiap individu

dan pilihan intervensi

diharapkan dapat me dua mata terlibat.

bervariasi sebab kehilangan

ningkatkan

penglihatan terjadi lambat dan

ketajaman

progresif.

penglihatan dalam

2.

Orientasikan klien tehadap

batas situasi

lingkungan.

2.

Memberikan peningkatan

kenyamanan dan kekeluargaan,

individu dengan

menurun-kan cemas dan

Kriteria Hasil :

disorientasi pasca operasi.

3.

Mengenal

gangguan sensori

Terbangun dalam

lingkungan yang tidak di kenal

dan berkompensasi

3.

Observasi tanda-tanda

terhadap perubahan.

disorientasi.

dan mengalami keterbatasan


penglihatan dapat

- Mengidentifikasi
/memperbaiki
potensial bahaya
dalam lingkungan.

mengakibatkan kebingungan
terhadap orang tua .
4.

Memberikan rangsang

sensori tepat terhadap isolasi


dan menurunkan bingung.
5.
4.

Pendekatan dari sisi yang

Perubahan ketajaman dan

kedalaman persepsi dapat

tak dioperasi, bicara dengan

menyebabkan bingung

menyentuh.

penglihatan dan meningkatkan

5.

resiko cedera sampai pasien

Ingatkan klien

menggunakan kacamata

belajar untuk mengkompensasi.

katarak yang tujuannya


memperbesar kurang lebih 25
persen, penglihatan perifer
hilang dan buta titik mungkin

6. Memungkinkan pasien
melihat objek lebih mudah dan
memudahkan panggilan untuk
pertolongan bila diperlukan.

ada.

Setelah dilakukan

6. Letakkan barang yang


dibutuhkan/posisi bel
pemanggil dalam
jangkauan/posisi yang tidak
dioperasi.
Mandiri :

Mandiri:

asuhan keperawatan

1)

1)

selama 3x24jam

kondisi, prognosis, tipe

Kaji informasi tentang

Meningkatkan pemahaman

dan meningkatkan kerja sama

diharapkan pengetah prosedur/lensa.

dengan program pasca operasi.

uan px bertambah

2)

dengan criteria

menurunkan resiko komplikasi

hasil:

2)

evaluasi perawatan rutin.

kapsul posterior dapat menebal

pemahaman

Beritahu untuk melaporkan

atau menjadi berkabut dalam

kondisi/proses

penglihatan berawan.

dua minggu sampai beberapa

Menyatakan

penyakit dan

Tekankan pentingnya

Pengawasan periodik

serius. Pada beberapa pasien

tahun pasca operaasi,

pengobatan.

memerlukan terapi laser untuk

Melakukan dengan

memperbaiki defisit

prosedur benar dan

penglihatan.

menjelaskan alasan

3)

tindakan.

silang/campur dengan obat

Dapat bereaksi

yang diberikan.
4)
3)

Informasikan pasien

Penggunaan obat mata

topikal, contoh agen

untuk menghindari tetes mata

simpatomimetik, penyekat beta,

yang dijual bebas.

dan agen anti kolinergik dapat

4)

menyebabkan TD meningkat

Diskusikan kemungkinan

efek atau interaksi antara obat

pada pasien hipertensi;

mata dan masalah medis

pencetus dispnea pada pasien

pasien, contoh peningkatan

PPOM; gejala krisis

hipertensi, PPOM, diabetes.

hipoglikemik pada diabetes

Ajarkan metode yang tepat

tergantung pada insulin.

memasukkan obat tetes untuk

Tindakan benar dapat

meminimalkan efek sistemik.

membatasi absorbsi dalam


sirkulasi sistemik,
meminimalkan masalah seperti
interaksi obat dan efek sistemik
tak diinginkan.
5)

Aktivitas yang

menyebabkan mata lelah atau


regang, manufer Valsalva, atau
meningkatkan TIO dapat
mempengaruhi hasil bedah dan
5)

Anjurkan pasien

mencetuskan

menghindari membaca,

pendarahan.Catatan: iritasi

berkedip: mengangkat berat,

pernafasan yang menyebabkan

mengejan saat defekasi,

batuk/bersin dapat

membongkok pada panggul,

meningkatkan TIO.

meniup hidung; penggunaan


sprei, bedak bubuk, merokok

6)

Memberikan masukan

(sendiri/orang lain).

sensori, mempertahankan rasa


normalitas, melalui waktu lebih

6)

Dorong aktivitas

mudah bila tak mampu

pengalih seperti mendengar

menggunakan penglihatan

radio, berbincang-bincang,

secara penuh.Catatan:menonton

menonton televisi.

televisi frekuensi sedang


menuntut sedikit gerakan mata
dan sedikit menimbulkan stres
dibanding membaca.
7)

Dapat meningkatkan TIO,

menyebabkan cedera
kecelakaan pada mata.
8)

Mecegah cedera

kecelakaan pada mata dan


menurunkan resiko
peningkatan TIO sehubungan
dengan berkedip atau posisi
7)

Anjurkan pasien

kepala.

memeriksa ke dokter tentang

9)

aktivitas seksual.

kecelakaan pada mata.

8)

Tekankan kebutuhan

untuk menggunakan kaca


pelindung selama hari
pembedahan/penutup pada
malam.
9)

Anjurkan pasien tidur

Mencegah cedera

terlentang, mengatur intensitas


lampu dan menggunakan kaca
mata gelap bila keluar/dalam
ruangan terang, keramas
dengan kepala kebelakang

10) Menurunkan penglihatan

(bukan kedepan), batuk dengan

perifer atau gangguan

mulut/mata terbuka.

kedalaman persepsi dapat

10) Anjurkan mengatur posisi

menyebabkan pasien jalan ke

pintu sehingga mereka terbuka

dalam pintu yang terbuka

atau tertutup penuh: pindah kan sebagian atau menabrak


perabot dari lalu lalang.

perabot.
11) Mempertahankan

11) Dorong pemasukan cairan

konsistensi feses untuk

adekuat, makan berserat atau

menghindari mengejan.

kasar: gunakan pelunak feses


yang dijual bebas bila
diindikasikan.
12) Identifikasi tanda/gejala
memerlukan upaya evaluasi

12) Intervensi dini dapat

medis, contoh nyeri tajam tiba-

mencegah terjadinya

tiba, penurunan penglihatan,

komplikasi serius,

kelopak bengkak, drainase

kemungkinan kehilangan

purulen, kemerahan, mata

penglihatan.

berair, fotofobia.

Setelah dilakukan

Mandiri

Mandiri

asuhan keperawatan

1)

1)

selama 3x24jam

mencuci tangan sebelum

bakteri pada tangan, mencegah

diharapkan tidak

menyentuh/mengobati mata.

kontaminasi area operasi.

terjadi infeksi

2)

dengan criteria hasil

yang tepat untuk

2)

membersihkan mata dari dalam

menurunkan risiko penyebaran

- Meningkatkan

ke luar dengan tisu basah/bola

bakteri dan kontaminasi silang.

penyembuhan luka

kapas untuk tiap usapan, ganti

tepat waktu, bebas

balutan dan masukan lensa

drainase purulen,

kontak bila menggunakan.

eritema dan demam

3)

- Mengidentifikasi

menyentuh/ menggaruk mata

intervensi untuk

yang dioperasi.

mencegah/menurun

Kolaborasi:

kan risiko infeksi.

4)

Diskusikan pentingnya

Gunakan/tunjukkan teknik
Teknik aseptik

Tekankan pentingnya tidak

Berikan obat sesuai

indikasi :
-

Menurunkan jumlah

3)

Mencegah kontaminasi

dan kerusakan sisi operasi.

Antibiotic (topical,

parenteral,atau

Kolaborasi:

subkonjungtival).

4)

secara profilaksis, dimana

Steroid

Sediaan topical digunakan

terapi lebih agresif diperlukan


bila terjadi infeksi. Catatan:
steroidmungkin ditambahkan
pada antibiotic topical bila
pasien mengalami implantasi
IOL.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya
menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena
dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan
yang kabur pada retina.
Katarak ada beberapa jenis menurut etiologinya yaitu katarak senile, kongenital,
traumatic, toksik, asosiasi, dan komplikata.
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak
tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan
mengganti kacamata. Karena kekeruhan (opasitas) lensa sering terjadi akibat
bertambahnya usia sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang
paling sering terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Anas Tamsuri, 2011, Klien Gangguan Mata dan Penglihatan Jakarta. EGC
Sidarta llyas, 2003, Ilmu Penyakit Mata Jakarta FKUI
http://aanborneo.blogspot.com/2013/04/makalah-katarak.html, jam 18:30 tgl 20 9 2013
http://gexmi.blogspot.com/2012/12/makalah-katarak.html jam 18:30, jam 18:57 tgl 20 9 2013
http://liriyantoasy.wordpress.com/2012/02/08/makalah-katarak/ jam 19:03 tgl 20 9 - 2013

Diposkan oleh esa febrianto nugroho di 06.51


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Entri Populer

MAKALAH PEMBERIAN OBAT


MAKALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSAI II KONSEP DASAR PEMBERIAN
OBAT Disusun oleh : Esa Febrian...

MAKALAH KATARAK

MAKALAH KMB I KATARAK Disusun oleh : 1.


(12.005) 2.
D...

DESI NANINURHAYATI

MAKALAH KEBUTUHAN NUTRISI


MAKALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSAI II KEBUTUHAN NUTRISI Disusun
oleh : 1.
Esa Febrianto ...

DOKUMENTASI KEPERAWATAN AKUT


MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN PADA TATANAN KEPERAWATAN
AKUT DISUSUN OLEH : 1.
ESA FEBRIANTO N.
...

PPT KONSEP DASAR ELIMINASI


DOWNLOAD

Google+ Followers
Arsip Blog

2013 (23)
o November (15)
o Oktober (8)

DOKUMENTASI KEPERAWATAN AKUT

PENELITIAN TENTANG AMPUTASI DM DAN STROKE

PEMERIKSAAN FISIK OPTIKUS

MAKALAH PRINSIP PENJALARAN GELOMBANG BUNYI PADA


TE...

ROLE PLAY MENGGANTI LINEN

ANATOMI JANTUNG

MAKALAH KATARAK

MAKALAH KEBUTUHAN NUTRISI

Mengenai Saya

esa febrianto nugroho


Lihat profil lengkapku
Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai