Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Menurut PPDGJ III Gangguan mental organik merupakan gangguan

mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat
didiagnosis tersendiri. Termasuk gangguan mental simtomatik, dimana pengaruh
terhadap otak merupakan akibat sekunder dari penyakit/gangguan sistemik di luar
otak (extracerebral).1,4
Gangguan mental organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat
suatu patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit
cerebrovaskuler,intoksifikasi obat dan infeksi).1,2 Sedangkan gangguan fungsional
adalah gangguan otak dimana tidak ada dasar organik yang dapat diterima secara
umum (contohnya Skizofrenia, depresi). Bagian yang disebut Gangguan Mental
Organik dalam DSM III-R sekarang disebut sebagai Delirium, Demensia,
Gangguan Amnestik Gangguan Kognitif lain, dan Gangguan Mental karena suatu
kondisi medis umum yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.1
Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan
jiwa yang dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan
adanya penyakit, cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak,
disfungsi ini dapat primer seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa yang
langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan dan
penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ
atau sistem tubuh.4
Gangguan Mental Organik dipakai untuk Sindrom Otak Organik yang
etiolognnya (diduga) jelas Sindrom Otak Organik dikatakan akut atau menahun
berdasarkan dapat atau tidak dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan
otak atau Sindrom Otak Organik itu dan akan berdasarkan penyebabnya,
permulaan gejala atau lamanya penyakit yang menyebabkannya. Gejala utama
Sindrom Otak Organik akut ialah kesadaran yang menurun (delirium) dan
sesudahnya terdapat amnesia, pada Sindrom Otak Organik menahun (kronik) ialah

demensia. Demensia sebenarnya adalah penyakit penuaan. Kira-kira lima persen


dari semua orang yang mencapai usia 65 tahun menderita demensia tipe
Alzheimer, dibandingkan dengan 15 sampai 25% sari semua orang yang berusia
85 atau lebih. Delirium adalah gangguan yang umum. Usia lanjut adalah factor
risiko untuk perkembangan delirium. Kira-kira 30 sampai 40 persen pasien rawat
di rumah sakit yang berusia lebih dari 65 tahun mempunyai suatu episode
delirium.1,2,4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gangguan Mental Organik
Gangguan mental organik merupakan gangguan mental yang berkaitan
dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri.

Termasuk gangguan mental simtomatik, dimana pengaruh terhadap otak


merupakan akibat sekunder dari penyakit/gangguan sistemik di luar otak
(extracerebral).
Gambaran Utama :
1. Gangguan fungsi kognitif
Misalnya, daya ingat (memory), daya pikir (intellect), daya belajar
(learning).
2. Gangguan sensorium
Misalnya, gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian
(attention).
3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol di bidang
- Persepsi (halusinasi)
- Isi pikiran (waham/delusi)
- Suasana perasaan dan emosi (depresi,gembira, cemas). 1,4
2.2 Perbandingan penggolongan diagnosis Gangguan mental organik
2.2.1 Menurut PPDGJ III, klasifikasi gangguan mental organik adalah
sebagai berikut :
F00 Demensia pada penyakit Alzheimer
F00.0 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset dini
F00.1 Demensia pada penvakit Alzheimer dengan onset lambat.
F00.2 Demensia pada penyakit Alzheimer, tipe tak khas atau tipe
F00.9 Demensia pada penyakit Alzheimer Yang tidak tergolongkan
( YTT).
F01 Demensia Vaskular
F01.0 Demensia Vaskular onset akut.
F01.1 Demensia multi-infark
F01.2 Demensia Vaskular subkortikal.
F01.3 Demensia Vaskular campuran kortikal dan subkortikal
F01.8 Demensia Vaskular lainnya
F01.9 Demensia Vaskular YTT
F02 Demensia pada penyakit lain yang diklasifikasikan di tempat lain
(YDK)
F02.0 Demensia pada penyakit Pick.
F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt Jakob.
F02.2 Demensia pada penyakit huntington.
F02.3 Demensia pada penyakit Parkinson.
F02.4 Demensia pada penyakit human immunodeciency virus (HIV).
F02.8 Demensia pada penyakit lain yang ditentukan (YDT) dan YDK
F03 Demensia YTT.

Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada F00F03 sebagai berikut :
.x0 Tanpa gejala tambahan.
.x1 Gejala lain, terutama waham.
.x2 Gejala lain, terutama halusinasi
.x3 Gejala lain, terutama depresi
.x4 Gejala campuran lain.
F.04 Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif
lainnya
F05 Delirium bukan akibat alkohol dan psikoaktif lain nya
F05.0 Delirium, tak bertumpang tindih dengan demensia
F05.1 Delirium, bertumpang tindih dengan demensia
F05.8 Delirium lainya.
F05.9 DeliriumYTT.
F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan
penyakit fisik.
F06.0 Halusinosis organik.
F06.1 Gangguan katatonik organik.
F06.2 Gangguan waham organik (lir-skizofrenia)
F06.3 Gangguan suasana perasaan (mood, afektif) organik.
.30 Gangguan manik organik.
.31 Gangguan bipolar organik.
.32 Gangguan depresif organik.
.33 Gangguan afektif organik campuran.
F06.4 Gangguan anxietas organik
F06.5 Gangguan disosiatif organik.
F06.6 Gangguan astenik organik.
F06.7 Gangguan kopnitif ringan.
F06.8 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan
penyakit fisik
F06.9 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan
penyakit fisik YTT.
F07 Gangguan keperibadian dan prilaku akibat penyakit, kerusakan dan
fungsi otak
F07.0 Gangguan keperibadian organik
F07.1 Sindrom pasca-ensefalitis
F07.2 Sindrom pasca-kontusio
F07.8 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit,
kerusakan dan disfungsi otak lainnya.
F07.9 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit,
kerusakan dan disfungsi otak YTT.
F09 Gangguan mental organik atau simtomatik YTT 4
4

2.2.2

Menurut DSM IV, klasifikasi gangguan mental organik sebagai


berikut:
A. Delirium
1. Delirium karena kondisi medis umum.
2. Delirium akibat zat.
3. Delirium yang tidak ditentukan (YTT)
B. Demensia.
1. Demensia tipe Alzheimer.
2. Demensia vaskular.
3. Demensia karena kondisi umum.
a) Demensia karena penyakit HIV.
b) Demensia karena penyakit trauma kepala.
c) Demensia karena penyakit Parkinson.
d) Demensia karena penyakit Huntington.
e) Demensia karena penyakit Pick
f) Demensia karena penyakit Creutzfeldt Jakob
4. Demensia menetap akibat zat
5. Demensia karena penyebab multipel
6. Demensia yang tidak ditentukan (YTT)
C. Gangguan amnestik
1. Gangguan amnestik karena kondisi medis umum.
2. Gangguan amnestik menetap akibat zat
3. Gangguan amnestik yang tidak ditentukan ( YTT )
D. Gangguan kognitif yang tidak ditentukan. 1

2.3 Klasifikasi gangguan mental organik


2.3.1 Demensia
Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit atau gangguan fungsi
kognitif yang biasanya bersifat kronis dan progresif dimana terdapat gangguan
fungsi luhur kortikal yang multipel, termasuk didalamnya daya ingat, daya pikir,
orientasi dan daya tangkap, berhitung, kemampuan belajar.berbahasa dan daya
nilai.. Jika pasien memiliki suatu gangguan kesadaran, maka pasien kemungkinan
memenuhi kriteria diagnostic untuk delirium. Butir klinis dari demensia adalah
identifikasi sindrom dan pemeriksaan klinis tentang penyebabnya. Gangguan
mungkin progresif atau statis, permanen atau reversible. Kemungkinan pemulihan

demensia adalah berhubungan dengan patologi dasar dan ketersediaan serta


penerapan pengobatan yang efektif. Diperkirakan 15 persen orang dengan
demensia mempunyai penyakit-penyakit yang reversible juka dokter memulai
pengobatan tepat pada waktunya, sebelum terjadi kerusakan yang irreversible. 1,4,6
Menurut PPDGJ III Pedoman diagnosis demensia antara lain :

Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang sampai
mengganggu kegiatan harian seseorang seperti : mandi, berpakaian,
makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil

Tidak ada gangguan kesadaran

Gejala dan disabilitas sudah nyata paling sedikit 6 bulan

Demensia sebenarnya adalah penyakit penuaan. Kira-kira lima persen dari


semua orang yang mencapai usia 65 tahun menderita demensia tipe Alzheimer,
dibandingkan dengan 15 sampai 25% sari semua orang yang berusia 85 atau
lebih. Faktor risiko untuk perkembangan demensia tipe Alzheime adalah wanita,
mempunyai sanak saudara tingkat pertama dengan gangguan tersebut. Dan
mempunyai riwayat cedera kepala. Sindrom down juga secara karakteristik
berhubungan dengan perkembangan demensia tipe Alzheimer. Tipe demensia
yang paling sering kedua adalah demensia vascular- yaitu demensia yang secara
kausatif berhubungan dengan penyakit serebrovakular.
2.3.2 Delirium
Tanda utama dari delirium adalah suatu gangguan kesadaran, biasanya
terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif secara global. Kelainan
mood, persepsi, dan perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum. Tremor,
asteriksis, nistagmus, inkoordinasi dan inkontinensia urine merupakan gejala
neurologis yang umum. Biasanya, delirium mempunyai onset yang mendadak
(beberapa jam atau hari), perjalanan yang singkat dan berfluktuasi, dan perbaikan
yang cepat jika factor penyebab diidentifikasi dan dihilangkan. Tetapi, masingmasing dari ciri karakteristikk tersebut dapat bervariasi pada pasien individual.
Delirium merupakan suatu sindrom, bukan suatu penyakit. Delirium diketahui
mempunyai banyak sebab, semuanya menyebabkan pola gejala yang sama yang
6

berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien dan gangguan kognitif. Sebagian


besar penyebab delirium terletak di luar system saraf pusat- sebagian contoh,
gagal ginjal atau hati. 1,6
Delirium adalah gangguan yang umum. Usia lanjut adalah faktor risiko
untuk perkembangan delirium. Kira-kira 30 sampai 40 persen pasien rawat di
rumah sakit yang berusia lebih dari 65 tahun mempunyai suatu episode delirium.
Faktor predisposisi lainnya untuk perkembangan delirium adalah usia muda,
cedera otak yang

telah ada sebelumnya, riwayat delirium, ketergantungan

alcohol, diabetes, kanker, gangguan sensoris dan malnutrisi. Adanya delirium


merupakan tanda prognostik yang buruk. 1,6
2.3.3 Gangguan amnestik
Gangguan amnestic ditandai terutama oleh gejala tunggal suatu gangguan
daya ingat yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi social atau
pekerjaan. Diagnosis dibuat apabila pasien mempunyai tanda lain dari gangguan
kognitif. Gangguan amnestic ini dibedakandari gangguan dissosiatif. 1,3,4
Tidak ada data pasti mengenai gangguan amnestic ini, bebrapa penelitian
melaporkan adanya insidensi atau prevelensi gangguan ingatan pada penggunaan
alcohol dan cedera kepala. Gangguan amnestik memiliki banyak penyebab antara
lain penyebab gangguan amnestik yaitu kondisi medis sistemik, kondisi otak
primer seperti kejang dan trauma kepala, karena berhubungan dengan zat seperti
gangguan penggunaan alcohol, neurotoksin, benzodiazepine dan lain sebagainya. 1

2.4.1 Gangguan mental karena kondisi medis umum


A. Epilepsi
Epilepsi adalah penyakit neurologis kronis yang paling umum. Masalah
utama adalah pertimbangan suatu diagnostic epilepsi pada passion psikiatrik,
pembedaan psikosocial dari suatu diagnosis epilepsy untuk seorang pasien, dan
efek psikologis dan efek kognitif dari obat antiepileptic yang sering digunakan.
Gejala perilaku yang paling umum dari epilepsy adalah perubahan kepribadian;

psikosis, kekersan, dan depresi adalah gejala yang lebih jarang dari gangguan
epileptic.
Definisi
Kejang adalah suatu gangguan patofisiologis paroksismal sementara dalam
fungsi serebral yang disebabkan oleh pelepasan neuron yang spontatn dan luas.
Pasien dikatakan menderita epilepsy jika mereka mempunyai keadaan yang kronis
yang ditandai oleh kejang rekuren.
Klasifikasi
Dua kategori utama kejang adalah parsial dan umum. Kejang parsial
meliabtkan aktivitas epileptiformis didaerah oatk setempat. Kejang umum
melibatkan keseluruhan otak.
1. Kejang umum

Kejang tonik klonik umum mempunyai gejala klasik hilangnya kesadaran,


gerakan tonik, klonik umum pada tungkai menggigit lidah dan peristiwa
inkontinensia. Masalah psikiatrik yang paling sering berhubungan dengan kejang
umum adalah membantu pasien menyesuaikan gangguan neurologis kronis dan
menilai efek kognitif atau perilaku dari obat antiepileptik. 1,6
Absence (Petit Mal)
Sifat epileptic dari episode mungkin berjalan tanpa diketahui karena manifestasi
motoric atau sensorik sangat ringan. Epilepsy inibisasa dimulai pasa masa anak
antara usia 5 sampai 7 tahun dan menghilang pada masa pubertas. Kehilangan
kesadaran singkat selama psien tiba-tiba kehilangan kontak denan lingkungan,
adalh karakteristik dari epilepsy petit mal tetapi pasien tidak mengalami
kehilangan kesadaran atau gerakan kejang yang sesungguhnya epilepsy ini dapat
terjadi pada masa dewasa namun jarang, onsetnya ditandai dengan episode
psikotik atau delirium yang tiba-tiba dan rekuren dan disertai pingsan. 1,6
2. Kejang parsial diklasifikasikan sebagai kejang sederhana atau kompleks
Gejala praiktal
Peristiwa praiktal pada epilepsy parsial kompleks aalah termasuk sensasi
otonomik, sensasi kognitif, keadaan afektif dan secara klasik automatisme.
Gejala iktal

Perilaku yang tidak terinhibisi, terdisorganisasi dan singkat menandai sergan iktal.
Gejala kognitif termasuk amnesia untuk waktu selama kejang dan suatu periode
delirium yangmenghilang setelah kejang. Psein degna epilepsy parsial k ompleks,
suatu focus kejang dapat ditemukan pada pemeriksaan EEG.
Gejala interiktal
Kelainan psikiatrik yang seling dilaporkan adalah gangguan kepribadian dan
biasanya kemungkinan terjadi pada pasien dengan epilepsy yang berasal dari
lobus temporalis. Ciri yang paling sering adalah perubahan perilaku seksual,
viskositas kepribadian, religiositas dan pengalaman emosi yang melambung.
Perubahan prilaku seksual dapat dimanifestasikan sebagai hiperseksualitas,
penyimpangan minat seksual. Hiposeksualitas. Gejala viskositas kepribadian
biasanya paling dapat diperhatikan pada percakapan pasien yangmungkin lambat,
serius, berat dan suka menonjolkan keilmuan, penuhdenga rincian yang tidak
penting dan seringkali berputar-putar. Religiositas mungkin jelas dan dapat
dimanifestasikan bukan hanya dengan meningkatnya peran serta pada aktivitas
yang sangat religious tetapi juga oleh permasalah moral dan etik yan gtidak
umum, keasyikan dengan benar dan salah, dan meningkatnya minat pada
permasalahan global dan filosofi. Ciri hiperreligius kadang dapat tampak seperti
gejala prodromal skizifrenia.
Gejala psikotik
Keadaan psikotik interiktal adalah lebih sering dari psikosis iktal. Episode
interpsikotik interpsikotik yang mirip skizofrenia dapat terjadi pasa pasien dengan
epilepsy khususnya yang berasal dari lobus temporalis. Onset gejala psikotik pada
epilepsy adalah bervariasi. Biasanya gejala psikotik tampak pada pasien yang
telah menderita epilepsy untuk jangka waktu yang lama, dan onset gejala psikotik
didahului oleh perkembangan perkembangan perubahan kepribadian yang
berhubungan dengan aktivitas otak epileptic. Gejala psikosis yang paling
karakteristik adalah halusinasi, dan waham paranoid. Gejala gangguan pikiran
pada pasien epilepsy psikotik paling mering merupakan gejala yang melibatkan
konseptualisasi dan sirkumstansialitas. Pada pasien ini juga muncul gejala
kekerasan dan gejala gangguan mood. 1,6

Diagnosis
Diagnosis epilepsy yang tepat dapat sulit khususnya jika gejala iktal dan
interiktal dari epilepsy merupakan maifestasi berat dari gejala psikiatrik tanpa
adanya perubahan yang bermakna pada kesadaran dan kemampuan kognitif.
Diagnosis banding lain yang dipertimbangkan adalah kejang semu, dimana psien
mempunyai suatu control kesadaran atas gejala kejang yang mirip.
Pada pasien yang sebelumnya mendapatkan suatu diagnosis epilepsy,
timbulnya gejala psikiatrik harus dianggap sebagai kemungkinan mewakili suatu
evolusi dalam gejala epileptiknya. Jika gejala psikotik tampak pada seorang
pasien yang pernah mempunyai epilepsy yagn telah didiagnosis atau
dipertimbangkan sebagai diagnosis masa lalu, klinisi harus mendapatkan satu atau
lebih pemeriksaan EEG. Pada pasienyang sebelumnya pernah mendapatkan
diagnosis epilepsy.

Empat karakteristik harus menyebabkan seorang klinisi

mencurigai kemungkinan tersebut, yaitu onset psikosis yan gtiba-tiba pada orang
yang sebelumhya dianggap sehat secara psikologis, onset delirium yang tiba-tiba
tanpa penyebab yang diketahui, riwayat episode yang serupa denga onset yagn
mendadak dan pemulihan spontant, dan riwayat terjatuh atau pingsan sebelumnya
yang tidak dapat dijelaskan. 1,6
Pengobatan
Digunakan obat anti kejang, diantaranya phenobarbital, phenytoin, dll.
Carbamazepine dan asam valproate

mungkin dapat membantu dalam

mengendalikan gejala iritabilitas dan meledaknya agresi, karena dua obat tersebut
adalah obat antipsikotik tipikal. 1,6
B. Trauma Kepala
Trauma kepala dapat menyebabkan berbagai gejala mental. Trauma kepala
dapat mengarahkan ke diagnosis demensia oleh trauma kepala atau gangguan
mental karena kondisi medis umum yang tidak ditentukan. Sindrom pascagegar
tetap kontroversial, karena menyebabkan berbagai gejalapsikiatrik. 1,4
Trauma kepala dibedakkan menjadi trauma kepala tembus, dan trauma
tumpul. Juga dapat terjadi suatu kontusi fokal. Peregangan parenkim otak

10

menyebabkan kerusakan aksonal difus. Proses yang timbul kemudian, seperti


edema, dan perdarahan, dapat menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut.
Patofifsiologi terjadinya trauma kepala merupaka situasi klinis yang umum.
Gejala utama yang berhubungan dengan trauma kepala adalah gejala dari
gangguan kognitif dan gejala dari sekuele prilaku. Setelah suatu periode amnesia
pasca traumatis, biasanya terjadi periode pemulihan selama 6 sampai 12 bulan.
Masalah kognitif yagn paling sering adalah menurunnya kecepatan pemprosesan
informasi, penurunan perhatian, meningkatnya distraktibilitas, defisit dalam
pemecahan masalah dan kemampuan terus berusaha, dan masalah dengan daya
ingat dan mempelajari informasi baru. Pada perilaku, gejala yang utama adalah
perubahan kepribadian, depresi, meingkatnya impulsivitas, dan meningktanya
agresi. 1,4,6
C.Tumor Otak
Sekitar 50% pasien dengan tumor otak mengalami gejala mental,
Meningioma kemungkinan dapat menyebabkan gejala fokal karena lesi menekan
daerah korteks

yang terbatas, sedangkan glioma kemungkinan menyebabkan

gejala yang difus. Delirium merupakan suatu komponen yang paling sering dari
tumor yang tumbuh dengan cepat, besar atau metastatic. Jika pada pemeriksaan
fisik ditemukan intoktinensia kandung kemih atau usus, suatu tumor lobus
frontalis harus dicurigai. Jika riwayat penyakit danpemeriksaan menemukan
kelainan pada daya ingat dan pembicaraan, suatu tumor lobus temporalis harus
dicurigai. 1,6

D.Gangguan Kekebalan
Gangguan kekeblan utama yang mengenai masyarakat pada umumnya
adalah Lupus Eritematosus Sistemik (LES).Lupus eritematosus sistemik adalah
suat penyakti autoimun yang melibatkan peradanan pada berbagai system organ.
Gejala neuropsikiatrik utama adalah depresi, insomnia, labilitas emosional,
kegelisahan, dan konfusi.
E.Penyakit Infeksi

11

Penyakit

infeksi

merupakan

salah

satu

penyebab

yang

banyak

menimbilkan gangguan mental organik, adapun contoh dari berbagai penyakit


infeksi tersebut antara lain:
1. Meningitis Kronis
2. Ensefalitis Herpes Simpleks
3. Ensefalitis Rabies
4. Neurosifilis
5.Penyakit infeksi lain seperti typhoid fever

BAB III
KESIMPULAN
Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat
suatu patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak, penyakit
cerebrovaskuler, intoksifikasi obat dan infeksi).1,2

12

Gangguan mental organik merupakan gangguan mental yang berkaitan


dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri.
Termasuk gangguan mental simtomatik, dimana pengaruh terhadap otak
merupakan akibat sekunder dari penyakit/gangguan sistemik di luar otak
(extracerebral).Gambaran Utama terdapat gangguan fungsi kognitif misalnya,
daya ingat (memory), daya pikir (intellect), daya belajar (learning). gangguan
sensorium misalnya, gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian
(attention), sindrom dengan manifestasi yang menonjol di bidang persepsi
(halusinasi), isi pikiran (waham/delusi) dan suasana perasaan dan emosi
(depresi,gembira, cemas). 1,4
Gangguan mental organic diantaranya adalah delirium, demensia, dan
gangguan amnestic serta gangguan kognitif lainnya dan gangguan mental karena
kondisi medis umum. 1,4
Gangguan Mental Organik dipakai untuk Sindrom Otak Organik yang
etiolognnya (diduga) jelas Sindrom Otak Organik dikatakan akut atau menahun
berdasarkan dapat atau tidak dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan
otak atau Sindrom Otak Organik itu dan akan berdasarkan penyebabnya,
permulaan gejala atau lamanya penyakit yang menyebabkannya. Gejala utama
Sindrom Otak Organik akut ialah kesadaran yang menurun (delirium) dan
sesudahnya terdapat amnesia, pada Sindrom Otak Organik menahun (kronik) ialah
demensia.1,2,3
Diperlukan pemeriksaan yang cermat untuk menentukan diagnosis pasien
dengan gangguan mental organik ini, sebab underlying diseases yang dibahas di
sini memiliki fokus-fokus tertentu di otak yang mengakibatkan timbulnya gejala
neuropsikiatrik. 5,6
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, B. J dan Alcot, V. 2007. Kaplan and Sadocks Synopsis of Psychiatry
Behavioural Sciences/Clinical Psychiatry. 10th Edition. University School of
Medicine New York; Chapter 42.

13

2. Ingram.I.M, Timbury.G.C, Mowbray.R.M. 1995 Catatan Kuliah Psikiatri,


Edisi keenam, cetakan ke dua, Penerbit Buku kedokteran, Jakarta.
3. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid 1. 2008. Penerbit Media
Aesculapsius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. hal
4. Maslim, rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
Dari PPDGJ III. Jakarta : Nuh Jaya
5. Maramis. W.F. 1992. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Cetakan ke VI, Airlangga
University Press, Surabaya
6. Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto. 2014. Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit FK UI
7. Katzung, BG .2007. Farmakologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai