BAB I
PENDAHULUAN
1.1
arthritis
adalah
penyakit
kronis
yang
menyebabkan
dan kaki cenderung paling sering terlibat. Pada rheumatoidarthritis kekakuan paling
sering terburuk di pagi hari. Hal ini dapatberlangsung satu sampai dua jam atau
bahkan sepanjang hari. Kekakuan untukwaktu yang lama di pagi hari tersebut
merupakan petunjuk bahwa seseorangmungkin memiliki rheumatoid arthritis, karena
sedikit penyakit arthritislainnya berperilaku seperti ini. Misalnya, osteoarthritis
paling sering tidakmenyebabkan kekakuan pagi yang berkepanjangan.Rheumatoid
arthritis kira-kira 2,5 kali lebih sering menyerang perempuan dari pada laki-laki.
Insiden meningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada perempuan. Insiden
puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun.(2)
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
Mengenai prevalensi dan distribusi karakteristik berdasarkan umur dan jenis kelamin
serta mengetahui apakah dengan intervensi non farmakologi dapat memberikan
perubahan signifikan akan keluhan penyakitnya terutama nyeri. Penelitian ini
dilakukan terhadap pasien rheumatoid arthritis yang menjalani rawat jalan di Poli
Umum Puskesmas Indrajaya. Sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan
masukan bagi Puskesmas Indrajaya dalam mengetahui dalam menangani penyakit
rheumatoid arthritis serta mendapatkan data berapa jumlah pasien rheumatoid
arthritis yang merupakan bagian dari penyakit jaringan otot dan kebas yang menjadi
10 penyakit terbanyak di Puskesmas Indrajaya yang menempati urutan ke 2..
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
Tujuan Penelitian
2
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui Prevalensi Dan Karakteristik Penderita Rheumatoid Arthritis Di
Poli Umum Puskesmas Indrajaya Periode bulan Januari 2015 bulan Desember 2015
?
1.3.2
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari peneliti ini adalah :
1. Mengetahui Prevalensi Penderita Rheumatoid Arthritis Di Poli Umum
Puskesmas Indrajaya Periode bulan Januari 2015 bulan Desember
2015
2. Mengetahui Distribusi Karakteristik Penderita Rheumatoid Arthritis
Berdasarkan Umur Di Poli Umum Puskesmas Indrajaya Periode bulan
Januari 2015 bulan Desember 2015
3. Mengetahui Distribusi Karakteristik Penderita Rheumatoid Arthritis
Berdasarkan Jenis Kelamin Di Poli Umum Puskesmas Indrajaya
Periode bulan Januari 2015 bulan Desember 2015
1.4
Manfaat Penelitian
1.
karakteristik
penyakit
rheumatoid
arthritis
khususnya
pada
pasien
rawat
Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Rheumatoid Arthritis
2.1.1
Definisi
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang
sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi (Gordonet al., 2002). Menurut American College of Rheumatology (2012),
rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis (jangka panjang) yang menyebabkan
nyeri, kekakuan, pembengkakan serta keterbatasan gerak dan fungsi banyak sendi.
Arthritis Rheumatoid adalah suatu penyakit sistemik progresif, yang
mengenai jaringan lunak dan cenderung untuk menjadi kronis.Jadi, sebenarnya
terlibatnya sendi pada penderitapenderita Arthritis ini pada tahap berikutnya setelah
penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai sifat progresifnya (Kapita Selekta
Kedokteran, 2005).(6)
2.1.2 Epidemiologi
Etiologi
a. Faktor Umur
Penyakit Arthritis Rheumatoid tidak mengenal batas umur, dari anak-anak
sampai usia lanjut, dan munculnya penyakit ini dimulai dari umur 25- 35 tahun.
Seiring pertambahan umur dapat memperbesar resiko terjadinya penyakit Arthritis
Rheumatoid.Umur terjadinya penyakit ini terutama antara 45-60 tahun.
b. Jenis Kelamin
Arthritis Rheumatoid lebih sering dijumpai pada wanita dengan perbandingan
wanita dan pria 3:1. Perbandingan ini pada wanita dalam usia subur berbanding 5:1.
c. Faktor genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLADR4 dengan Arthritis
Rheumatoid seropositif.Pengambilan HLADR4 memiliki resiko relatif 4:1 untuk
menderita penyakit ini (Sudoyo, 2012).
d. Faktor Infeksi
Infeksi telah diduga sebagai penyebab Arthritis Rheumatoid.Dugaan faktor
resiko infeksi juga timbul karena umumnya onset penyakit ini terjadi secara
mendadak dan timbul disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok. Walaupun
hingga kini berhasil dilakukan isolasi suatu mikroorganisme dari jaringan sinoval,
hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan bahwa terdapat suatu komponen
2.1.4
Patogenesis
Sistem imun merupakan bagian pertahanan tubuh yang dapat membedakan
komponen self dan non-self. Kasus rheumatoid arthritis sistem imun tidak mampu
lagi membedakan keduanya dan menyerang jaringan sinovial serta jaringan
penyokong lain. Inflamasi berlebihan merupakan manifestasi utama yang tampak
pada kasus rheumatoidarthritis. Inflamasi terjadi karena adanya paparan antigen.
Antigen dapat berupa antigen eksogen, seperti protein virus atau protein
antigenendogen.(5)
Paparan antigen akan memicu pembentukan antibodi oleh sel B. Pada pasien
rheumatoid arthritis ditemukan antibodi yang dikenal dengan Rheumatoid Factor
(RF). Rheumatoid Factor mengaktifkan komplemen kemudian memicu kemotaksis,
fagositosis
dan
pelepasan
sitokin
oleh
sel
mononuklear
sehingga
dapat
C1 yang
mempertahankan
kedudukan
proses
odontoid
yang
2. Gelang bahu
Peradangan pada gelang bahu ini akan mengurangi lingkup gerak sendi
gelang bahu. Karena dalam aktivitas sehari-hari gerakan bahu tidak memerlukan
lingkup gerak yang luas. Tanpa latihan pencegahan akan mudah terjadi kekakuan
gelang bahu yang berat yang disebut frozen shoulder syndrome. (Nasution AR &
Sumariyono, 2010)
3. Siku
kearah posterior
dapat
menyebabkan
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada pasien yang menderita Arthritis Rheumatoid antara
lain, nyeri dan pembengkakan sendi , panas, eritme, dan gangguan fungsi pada sendi,
kaku sendi pada pagi hari yang berlangsung lebih dari 30 menit, deformitas tangan
dan kaki, demam, nafsu makan menurun, penurunan berat badan, keadaan mudah
lemah, anemia, pembesaran kelenjar limfe, fenomena rynaud vasospasme yang
ditimbulkan oleh cuaca dingin dan stress
sianosis. (7)
10
kekakuan ringan (lebih dari 1 jam) yang terutama dirasakan pada pagi hari dan pada
waktu menggerakan persendian yang meradang.
b. Arthritis Kronis
Gejala akibat kerusakan struktur persendian yang irreversibel. Kerusakan
struktur persendian akibat kerusakan rawan sendi atau erosi tulang periartikular
merupakan proses yang tidak dapat diperbaiki lagi dan memerlukan modifikasi
mekanik atau pembedahan rekonstruktif. Pada fase ini terdapat nodula-nodula
Rheumatoiddan deformitas sendi.(6)
2.1.8
Diagnosis
Kerusakan sendi pada rheumatoid arthritis (RA) dimulai pada beberapa
minggu setelah onset gejala. Pengobatan yang dilakukan sejak dini dapat
menurunkan progresivitas penyakit. Bukti menunjuk pada suatu jendela
oportunitas untuk memulai pengobatan yang dapat mengubah perjalanan penyakit.
Bukti terakhir menunjukkan bahwa jendela ini mungkin berkisar antara 3-4 bulan.
Oleh karena itu, penting sekali untuk mendiagnosis penyakit dan memulaimodifikasi
terapi penyakit sesegera mungkin. Diagnosis rheumatoidarthritis memerlukan
sejumlah tes untuk meningkatkan kepastian diagnosis, membedakannya dengan
11
Laju enap darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP) menunjukkan adanya
proses inflamasi, akan tetapi memiliki spesifisitas yang rendah untuk RA. Tes
ini berguna untuk memonitor aktivitas penyakit dan responnya terhadap
pengobatan.
2)
Tes RhF (rheumatoid factor). Tes ini tidak konklusif dan mungkin
mengindikasikan penyakit peradangan kronis yang lain (positif palsu). Pada
beberapa kasus RA, tidak terdeteksi adanya RhF (negatif palsu). RhF ini
terdeteksi positif pada sekitar 60-70% pasien RA. Level RhF jika
dikombinasikan dengan level antibodi anti-CCP dapat menunjukkan tingkat
keparahan penyakit.
3)
rheumatoid
arthritis
secara
dini.
Penelitian
terbaru
menunjukkan bahwa tes tersebut memiliki sensitivitas yang mirip dengan tes
RhF, akan tetapi spesifisitasnya jauh lebih tinggi dan merupakan prediktor
yang kuat terhadap perkembangan penyakit yang erosif.
4)
5)
6)
X-ray tangan dan kaki dapat menjadi kunci untuk mengidentifikasi adanya
erosi dan memprediksi perkembangan penyakit dan untuk membedakan
dengan jenis artritis yang lain, seperti osteoartritis.
7)
MRI dapat mendeteksi adanya erosi lebih dini jika dibandingkan dengan XRay.
12
8)
9)
Scan tulang. Tes ini dapat digunakan untuk mendeteksi adanya inflamasi pada
tulang.
10)
11)
2.1.9
Tatalaksana Terapi
1)
2)
Strategi terapi
Pengobatan rheumatoid arthritis memiliki dua komponen :
a) Mengurangi inflamasi serta mencegah kerusakan dan kecacatan sendi.
b) Menghilangkan gejala, terutama nyeri.(7)
3)
13
14
mungkin
direkomendasikan
15
reaksi
kekebalan
tubuh
abnormal
sehingggaperlu
dihambat
untuk
dua
atau
lebih
DMARDs
juga
diketahui
lebih
efektif
sebagai
monoterapi
danpenggunaannya
secara
kronis
sebaiknya
Monitoring terapi
Evaluasi terapi terutama didasarkan pada perbaikan tanda-tandaklinis dan
16
Anemia
2)
Infeksi
Pasien dengan RA memiliki risiko lebih besar untuk infeksi. Obat
imunosupresif akan lebih meningkatkan risiko.
3)
Masalah gastrointestinal
Pasien dengan RA mungkin mengalami gangguan perut dan usus. Kanker perut
dan kolorektal dalam tingkat yang rendah telah dilaporkan pada pasien RA.
4)
Osteoporosis
Kondisi ini lebih umum daripada rata-rata pada wanita postmenopause dengan
RA, pinggul yang sangat terpengaruh. Risiko osteoporosis tampaknya lebih
tinggi daripada rata-rata pada pria dengan RA yang lebih tua dari 60 tahun.
5)
Penyakit paru-paru
17
Penyakit jantung
RA dapat mempengaruhi pembuluh darah dan meningkatkan risikopenyakit
jantung iskemik koroner.
7)
Sindrom Sjgren
8)
Sindrom Felty
Kondisi ini ditandai dengan splenomegali, leukopenia dan infeksibakteri
berulang. Ini mungkin merupakan respon disease-modifyingantirheumatic
drugs (DMARDs).
9)
2.1.11 Prognosis
Diagnosis dan pengobatan yang terlambat dapat membahayakan pasien.
Sekitar 40% pasien rheumatoid arthritis ini menjadi cacat setelah 10 tahun. Akan
tetapi, hasilnya sangatlah bervariasi. Beberapa pasien menunjukkan progresi yang
nampak seperti penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya, sedangkan pasien lain
mungkin menunjukkan progresi penyakit yang kronis. Prognosis yang buruk dapat
dilihat dari hasil tes yang menunjukkan adanya cedera tulang pada tes radiologi awal,
adanya anemia persisten yang kronis dan adanya antibodi anti-CCP. Rheumatoid
arthritis yang aktif terus-menerus selama lebih dari satu tahun cenderung
menyebabkan deformitas sendi serta kecacatan. Morbiditas dan mortalitas karena
masalah kardiovaskular meningkat pada penderita rheumatoid arthritis. Secara
keseluruhan, tingkat mortalitas pasien rheumatoid arthritis adalah 2,5 kali dari
populasi umum.
2.2 Umur
18
memainkan
peran
besar
dalam
orang
mendapatkan
Arthritis
19
Variabel Independent
Variabel Dependent
3 Prevalensi
4
5 Karakteristik pasien
6
7 Rheumatoid Arthritis :
8
Gambar 3.1 Kerangka
Umur
Jenis Kelamin
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
yang digunakan adalah studi deskriptif retrospektif yaitu suatu metode yang
dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
keadaan secara objektif dengan melihat kebelakang
(backword looking)
20
N Variabel
o
1 Prevalensi
Umur
Jenis
kelamin
Rheumato
id
Arthritis
Definisi
Prevalensi rheumatoid
arthritis adalah jumlah
penderita rheumatoid
arthritis lama dan baru
pada periode bulan
Januari 2015 bulan
Desember 2015 di poli
umum Puskesmas
Indrajaya
Umur dihitung
berdasarkan ulang
tahun terakhir penderita
yang tercatat pada
rekam medik
Ciri khas tertentu yang
dimiliki oleh pasien
sesuai dengan yang
tercatat pada status
rekam medik.
suatu
penyakit
autoimun
dimana
persendian (biasanya
sendi tangan dan kaki)
mengalami peradangan,
sehingga
terjadi
pembengkakan, nyeri
dan seringkali akhirnya
menyebabkan
kerusakan
bagian
dalam sendi
Alat
ukur
Rekam
medik
Cara
ukur
Telaah
dokumen
Hasil ukur
Jml kasus baru + kasus lama
prevalensi =______________ x 100%
populasi
Rekam
medik
Telaah
dokumen
1.
2.
3.
25 - 35 tahun
36 - 45 tahun
>45 tahun
Rekam
Telaah
medik
dokumen
menjadi 2, yaitu:
1.
2.
Rekam
Telaah
medik
dokumen
Nominal
Nominal
Laki-laki
Perempuan
Nominal
Skala
ukur
Nominal
Tempat Penelitian
Penelitian Dilakukan Di poli umum Puskesmas Indrajaya Periode Bulan
21
Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah semua data pasien yang tercatat di Rekam Medik
poli umum Puskesmas Indrajaya periode bulan Januari 2015 bulan Desember 2015
dan diambil menjadi data penelitian sebagai populasi penelitian.
Tabel 3.2 Daftar Jumlah pasien tiap bulan dari bulan Jauari 2015 Desember
2015
Bulan
Jumlah
22
Jan
Sampel
3.5
36
Feb Mar
Apr
Me
Ju
Ju
Agu
Sept Okt
Nov Des
49
l
22
i
23
n
20
l
13
s
17
25
12
28
32
286
3.5.2
Kriteria eksklusi
Semua data pasien yang dicatat pada Rekam Medik yang tidak di diagnosa
Rheumatoid Arthritis.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yaitu status
rekam medik penderita Rheumatoid Arthritis yang datang berobat ke Poli Umum
Puskesmas Indrajaya.
3.7Alur Project
Alur kerja dari project ini digambarkan seperti Gambar di bawah ini:
Populasi Project
Sampel Project
Pengukuran dengan telaah dokumen rekam
medik tentang prevalensi dan distribusi frekuensi
Pengumpulan Data
Pengolahan data dengan langkah editing,coding,
data entry dan verifikasi
23
Pelaporan Hasil
Gambar 4 Alur Project
3.8
secara deskriptif yang akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi relatif.
Proses pengolahan data terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
a. Editing, untuk melakukan pengecekan data yang diharapkan lengkap,
jelas, relevan, dan konsisten.
b. Coding, untuk mengkonversikan atau menerjemahkan data yang
dikumpulkan selama penelitian ke dalam symbol yang cocok untuk
keperluan analisis
c. Data entry, memasukan data ke dalam komputer.
d. Verifikasi, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang
telah dimasukkan ke komputer.
3.9 Analisa Data
Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat, yaitu untuk melihat
distribusi frekuensi variabel yang diteliti. Data disajikan dalam bentuk tabel dan
ditentukan presentase perolehan untuk tiap-tiap kategori dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
P=
fi
n
100%
Keterangan:
P = Persentase
24
fi = Frekuensi teramati
n = Jumlah responden yang menjadi sampel penelitian
BAB IV
HASIL
4.1 Profil Komunitas Umum
4.1.1 Kondisi Geografis Puskesmas Indrajaya
Puskesmas Indrajaya berada di Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie yang
wilayahnya meliputi 49 desa. Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Indrajaya yaitu
berbatasan dengan:
25
Peta wilayah kerja Puskesmas Indrajaya dapat dilihat pada Gambar 4.1 di
bawah ini
1
2
3
4
5
II
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
III
22
23
24
25
26
NAMA DESA
JUMLAH
PENDUDUK
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
697
0
576
360
323
1956
340
192
289
179
150
1150
357
185
293
181
173
1189
359
335
207
244
285
231
433
228
243
306
178
215
311
603
307
564
5049
190
169
107
120
149
117
232
119
118
155
92
105
149
299
144
291
2556
169
166
100
124
136
114
201
109
125
151
86
110
162
304
163
273
2493
450
457
413
469
372
212
222
212
222
175
238
235
201
242
197
CALEUE
Dayah Caleue
Jurong Caleue
Keutapang
Tampieng Baroh
Tampieng Tunong
JUMLAH
BLUEK GRONGGRONG
Ulee Birah
Lamreuneung
Mesjid Baro
Cot Seuke
Lamkabu
Rumia
Wakheuh
Drien
Baro Bluek
Dayah Bie
Mesjid Ulgam
Sukon Ulgam
Guci
Mesjid Dijiem
Tgh Blang Bluek
Bale Baroh Bluek
JUMLAH
LHOK KAJU
Blang Lhok Kaju
Baro Jruek
Mesjid Lam Ujong
Dayah Keurako
Yubme
27
27
28
29
IV
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
V
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
Pulo Gampong U
Raya Lhok Kaju
Pante Lhok Kaju
JUMLAH
GAROT/TUNGKOP
Tungkop Cut
Rawa Tungkop
Mesjid Tungkop
Sukon Tungkop
Meulayu
Keubang
Garot cut
Dayah Muara Garot
Blang Garot
Pante Garot
JUMLAH
GAPUI / SUWIEK
BaleBaroh Gapui
Blang Rapai
Neulop dua Gapui
Baro Gapui
Glee Gapui
Peutoe Gapui
Beureudeup
Teungoh Suwiek
MesjidSuwiek
TuhaSuwiek
JUMLAH
TOTAL JUMLAH
343
421
442
3367
170
201
201
1615
173
220
241
1747
148
310
304
324
527
862
1185
1645
607
1037
6949
73
151
138
166
269
322
552
781
326
441
3219
75
159
166
158
258
540
633
864
281
596
3730
366
295
723
303
465
669
189
350
520
192
4072
21393
180
140
353
149
223
334
21
168
257
94
1919
10488
186
155
370
154
242
335
118
182
263
98
2103
11282
28
4.2
JENIS PENDIDIKAN
Dokter umum
S1 Keperawatan
S1 Kesmas
S1 Administrasi
S1 Tehnik Kimia
S1 Pertanian
S1 Farmasi
S1 Teknik Informatika
S1 Ekonomi
D-III Keperawatan
D-IV Kebidanan
D-III Kebidanan
D-III Kesling
D-III Analis Kesehatan
D-III Gizi
D-III Farmasi
D-III Manajemen
Informatika
D-III Teknik Informatika
D-I Kebidanan + PPB
SPPH
SPK
SMA/MA
SMP
SD
JUMLAH
2 Orang
2 Orang
10 Orang
2 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
2 Orang
1 Orang
33 Orang
6 Orang
54 Orang
13 Orang
2 Orang
1 Orang
1 Orang
STATUS KEPEGAWAIAN
PNS
PTT KONTRAK BAKTI
2
1
1
8
2
1
1
1
1
1
2
1
11
22
1
5
8
27
19
5
8
1
1
1
1
-
4 Orang
1 Orang
9 Orang
1 Orang
6 Orang
3 Orang
1 Orang
1 Orang
9
1
6
-
1
1
1
1
2
-
Prevalensi
Prevalensi Penderita Rheumatoid Arthritis Di Poli Umum Puskesmas
Indrajaya Periode bulan Januari 2015 - bulan Desember 2015. Gambaran secara
lengkap dan jelas adalah sebagai berikut:
Jumlah pasien baru+jumlah pasien lama
prevalensi =___________________________________ x 100%
Populasi
29
= 286
X100
6818 %
= 4,2%
Dari hasil menggunakan rumus diatas, memperlihatkan bahwa prevalensi
penderita Rheumatoid Arthritis di Poli Umum Puskesmas Indrajaya sebesar 4,2%.
No
Bulan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
TOTAL
Pasien
RA
36
49
28
22
23
20
13
17
25
32
12
9
286
25-35
F
%
36-45
F
%
2
3
1
1
3
1
1
1
3
2
1
1
20
7
11
9
4
4
2
1
4
4
6
1
1
54
5,6
6,1
3,6
4,5
13,0
5,0
7,7
5,9
12,0
6,3
8,3
11,1
7
>45
F
19,4
22,4
32,1
18,2
17,4
10,0
7,7
23,5
16,0
18,7
8,3
11,1
27
35
18
17
16
17
11
12
18
24
10
7
75,0
71,4
64,3
77,3
69,6
85,0
84,6
70,6
72,0
75,0
83,4
77,8
18,9
212
74,1
Pada tabel 4.3 diatas memperlihatkan bahwa dari 286 responden, sebagian
besar penderita rheumatoid arthritis berusia >45 tahun setiap bulannya. Pada bulan
Januari berjumlah 27 orang (75%), Februari 35 orang (71,4%), Maret 18 orang
30
(64,3%), April 17 orang (77.3%), Mei 16 orang (69,6%), Juni 17 orang (85,0%), Juli
11 orang (84,6%), Agustus 12 orang (70,6%), September 18 orang (72%), Oktober
24 orang (75%), November 10 orang (83,4%), dan Desember 7 orang (77,8%).
35
30
27
24
25
20
18
15
10
5
7
2
17
Umur 25-35
11
9
3
umur 36-45
11
4
1
18
17
16
4
1
4
11
umur >45
12
6
2
11
31
No
Bulan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
TOTAL
Pasien
RA
36
49
28
22
23
20
13
17
25
32
12
9
286
Perempuan
F
%
25
28
24
16
18
12
7
14
24
19
8
7
202
69,4
57,1
85,7
72,7
78,3
60,0
53,8
82,4
96,0
59,4
66,7
77,8
70,6
Laki-laki
%
11
21
4
6
5
8
6
3
1
13
4
2
8
30,6
42,9
14,3
27,3
21,7
40,0
46,2
17,6
4,0
40,6
33,3
22,2
29,4
Pada tabel 4.4 diatas memperlihatkan bahwa dari 286 responden, sebagian
besar penderita rheumatoid arthritis berjenis kelamin perempuan setiap bulannya.
Pada bulan Januari berjumlah 25 orang (69,4%), Februari 28 orang (57,1%), Maret
24 orang (85,7%), April 16 orang (72,7%), Mei 18 orang (78,3%), Juni 12 orang
(60%) Juli 7 orang (53,8%), Agustus 14 orang (82,4%), September 24 orang (96%),
Oktober 19 orang (59,4%), November 8 orang (66,7%), dan Desember 7 orang
(77,8%),
32
Object 7
33
BAB V
DISKUSI
5.1
Indrajaya Periode bulan Januari 2015 - bulan Desember 2015 adalah sebesar 4,2%.
Di Indonesia sendiri kejadian penyakit ini lebih rendah dibandingkan dengan negara
maju seperti Amerika. Prevalensi kasus rheumatoid arthritis di Indonesia berkisar
0,1% sampai dengan 0,3% sementara di Amerika mencapai 3%. Laporan hasil riset
kesehatan (RIKESDA) Aceh 2010, menunjukan bahwa prevalensi peradangan sendi
menurut kota/ kabupaten berkisar antara 34,2 %. Hasil yang bervariasi ini
dipertimbangkan disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi penyakit
Rheumatoid Arthritisantara lain, umur, jenis kelamin, genetik, infeksi, dan
lingkungan.
5.2
Umur
Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa dari 286 responden, sebagian
besar penderita rheumatoid arthritis berusia >45 tahun setiap bulannya. Pada bulan
Januari berjumlah 27 orang (75%), Februari 35 orang (71,4%), Maret 18 orang
(64,3%), April 17 orang (77.3%), Mei 16 orang (69,6%), Juni 17 orang (85%), Juli
11 orang (84,6%), Agustus 12 orang (70,6%), September 18 orang (72%), Oktober
24 orang (75%), November 10 orang (83,4%), dan Desember 7 orang (77,8%).
Hasil yang didapat sesuai dengan teori bahwa Organisasi kesehatan dunia
(WHO) melaporkan bahwa 20% penduduk dunia terserang penyakit Arthritis
Rheumatoid, dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka
34
mengatakan bahwa Penyakit Arthritis Rheumatoid tidak mengenal batas umur, dari
anak-anak sampai usia lanjut, dan munculnya penyakit ini dimulai dari umur 25- 35
tahun. Seiring pertambahan umur dapat memperbesar resiko terjadinya penyakit
Arthritis Rheumatoid.Umur terjadinya penyakit ini terutama antara 45-60 tahun.
5.3
Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa dari 286 responden, sebagian
besar penderita rheumatoid arthritis berjenis kelamin perempuan setiap bulannya.
Pada bulan Januari berjumlah 25 orang (69,4%), Februari 28 orang (57,1%), Maret
24 orang (85,7%), April 16 orang (72,7%), Mei 18 orang (78,3%), Juni 12 orang
(60%), Juli 7 orang (53,8%), Agustus 14 orang (82,4%), September 24 orang (96%),
Oktober 19 orang (59,4%), November 8 orang (66,7%), dan Desember 7 orang
(77,8%).
Hasil yang didapat sesuai dengan teori bahwa Di Indonesia sendiri
diperkirakan kasus rheumatoid arthritis berkisar 0,1 % sampai dengan 0,3 % dari
jumlah penduduk Indonesia. Rheumatoid arthritis adalah bentuk paling umum dari
arthritis autoimun, yang mempengaruhi lebih dari 1,3 juta orang Amerika. Dari
jumlah tersebut, sekitar 75% adalah perempuan.Bahkan, 1-3% wanita mungkin
mengalami rheumatoid arthritis dalam hidupnya.Arthritis Rheumatoid lebih sering
dijumpai pada wanita dengan perbandingan wanita dan pria 3:1.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa data, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
35
1.
2.
4,2%
Distribusi karakteristik penderita Rheumatoid Arthtritis berdasarkan umur
menunjukkan bahwa umur diatas 45 tahun memiliki resiko tinggi terkena
3.
penyakit tersebut.
Distribusi karakteristik penderita Rheumatoid Arthtritis berdasarkan jenis
kelamin menunjukkan bahwa perempuan memiliki resiko tinggi terkena
penyakit tersebut.
6.2
1.
Saran
Bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Indrajaya
Diharapkan agar lebih meningkatkan kegiatan penyuluhan, penyebaran poster
dan leaflet untuk menurunkan prevalensi Arthritis Rheumatoid, bahwa
perempuan lebih beresiko mengalami penyakit dibanding laki-laki, dan
penderita dengan usia diatas 45 tahun. Serta pembentukan grup pasien yang
menderita Arthritis Rheumatoid. Dengan dibentuknya grup tersebut maka
penderita diharuskan mengikuti kegiatan grup tersebut, misal: senam
Reumatik.
2. Tenaga Medis
Kepada Tenaga medis diharapkan dapat meningkatkan kemampuan untuk
mendiagnosa dan memberikan terapi yang tepat pada penderitaRheumatoid
Artritis di Puskesmas Indrajaya.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
38