Anda di halaman 1dari 8

A.

PENGERTIAN
Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi sekresi
(Wong, 2001 : 883).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah atau darah saja. (Ngastiyah, Perawatan
Anak Sakit, 1997)
Diare adalah keadaan di mana seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami defekasi sering dengan feses cair, atau feses tidak berbentuk. (Lynda
Juan Carpenito, 2001).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100 - 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi
yang meningkat (Mansjoer, Arif., et all. 1999).
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari
( WHO, 1980)

B. FAKTOR PENYEBAB
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor
a. Faktor infeksi
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak.
Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas.
Infeksi virus : Enteroviru, Adenovirus, Rotavirus. Astrovirus.
Infeksi parasit : Cacing ( Ascaris, Trichuris, Oxyuris, strongyloides );
Protozoa ( Etamoba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis ); jamur ( Candida albicans ).
b. Faktor malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat : disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan


sukrosa ), monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa ).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi
laktosa ).
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas.
KOMPLIKASI YANG TERJADI
a.
b.
c.

Dehidrasi (ringan sedang, berat, hipotnik, isotonik atau hipertonik).


Renjatan hipovolemik.
Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,

d.
e.

perubahan elektokardiogram).
Hipoglikemia.
Intoleransi skunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim

f.
g.

laktase.
Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
Malnutrisi energi protein, akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik
(Ngastiyah, 2005).

C.

MANIFESTASI KLINIK

1.

Mula-mula pasien gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,


nafsu makan berkurang.

2.

Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.Warna tinja
berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.

3.

Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja


menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.

4.

Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas


kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.

5.

Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan


darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun
(apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.

6.

Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).

7.

Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan


pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).

D.

PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
4 hal penting yang perlu diperhatikan
a. Jenis cairan
Oral : pedialyte atau oralit
Parental : NaCl, isotonic, infus
b. Jumlah cairan
Jumalh cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang dikeluarkan
c. Jalan masuk atau cara pemberiaan
Oral atau parental

d. Jadwal pemberian cairan


Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian kembali
status hidrasi untuk menghitung kebutuhan cairan
2. Identifikasi penyebab diare
3. Terapi simtematik
Obat anti diare, obat anti motilitas dan sekresi usus, antiemetik
4. Terapi definitive
Sebagai langkah pencegahan seperti hygiene peroranan, sanitasi lingkungan
E.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan tinja
o Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula dalam tinja
o Bila perlu diadakan uji bakteri
o Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
o Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
o Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
b. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau
parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

F.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan output cairan yang
berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekuensi BAB yang
berlebihan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan.

6. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan keluarga, prosedur yang


menakutkan.
G.

INTERVENSI
Diagnosa 1.
Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan output cairan yang
berlebihan.
Tujuan :
Devisit cairan dan elektrolit teratasi
Kriteria hasil:
Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, balance cairan
seimbang
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur input dan output
cairan (balance cairan). Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum
yang banyak kurang lebih 2000 2500 cc per hari. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapi cairan, pemeriksaan lab elektrolit. Kolaborasi dengan tim gizi
dalam pemberian cairan rendah sodium.
Diagnosa 2.
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan
mual dan muntah.
Tujuan :
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil :
Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual, muntah
tidak ada.
Intervensi :
Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. Timbang berat badan klien. Kaji
faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen
(palpasi, perkusi, dan auskultasi). Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil
tapi sering. Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

Diagnosa 3.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekuensi BAB yang
berlebihan.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil :
Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :
Ganti celana atau popok jika basah. Bersihkan pantat secara perlahan menggunakan
sabun non alkohol. Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
Observasi pantat dan perineum dari infeksi. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapi antifungi sesuai indikasi.
Diagnosa 4.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan :
Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
Nyeri dapat berkurang / hilang, ekspresi wajah tenang
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri. Atur posisi yang nyaman bagi
klien. Beri kompres hangat pada daerah abdomen. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapi analgetik sesuai indikasi.
Diagnosa 5.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan.
Tujuan
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil :
Keluarga klien mengerti dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang,
keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
Intervensi :

Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
proses penyakit klien. Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui
pendidikan kesehatan. Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum
dimengertinya. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
Diagnosa 6.
Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan keluarga, prosedur yang
menakutkan.
Tujuan :
Klien akan memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan
Intervensi :
Kaji tingkat kecemasan klien. Kaji faktor pencetus cemas. Buat jadwal kontak
dengan klien. Kaji hal yang disukai klien. Berikan mainan sesuai kesukaan klien.
Libatkan keluarga dalam setiap tindakan. Anjurkan pada keluarga untuk selalu
mendampingi klien.

Daftar Pustaka
Ardiansyah M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa, DIVA Press, Jogjakarta.
Bets C dan Linda A.S, 2009, Buku Saku Keperawatan Pediatri. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Doenges, moorhouse & Burley, 2001, Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Hidayat Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Selemba Medika, Jakarta.
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit Edisi 2, ECG, Jakarta.
Puji Esse, dkk, 2014, Panduan Penulisan Skripsi Edisi 10 Makassar, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Makassar, Makassar.
Pudiastuti Dewi R, 2011, Waspada Penyakit Pada Anak, PT Indeks, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai