(CHF)
DEFINISI
1.2 EPIDEMIOLOGI
. Prevalensi CHF adalah tergantung umur/age-dependent.
Menurut penelitian, gagal jantung jarang pada usia di bawah
45 tahun, tapi menanjak tajam pada usia 75 84 tahun.
Di Indonesia kasus dari gagal jantung banyak dijumpai dan
menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas utama baik di
negara maju maupun di negara sedang berkembang. Data
yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit RK Charitas
diperoleh data prevalensi penderita CHF pada tahun 2008
sebanyak 114 orang, sedangkan pada tahun 2009 meningkat
menjadi 135 orang, dan pada periode bulan Januari sampai
dengan Juni 2010 berjumlah sebanyak 72 orang.
2.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi berdasarkan kelainan
struktural jantung (ACC/AHA)
Stadium A
Memiliki risiko tinggi untuk
berkembang menjadi gagal jantung.
Tidak terdapat gangguan struktural atau
fungsional jantung, tidak terdapat tanda
atau gejala
Kelas I
Tidak terdapat batasan dalam
melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik
sehari-hari tidak menimbulkan
kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
Stadium B
Telah terbentuk penyakit struktur
jantung yang berhubungan dengan
perkembangan gagal jantung, tidak
terdapat tanda atau gejala
Kelas II
Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak
terdapat keluhan saat istrahat, namun
aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan
kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
Stadium C
Gagal jantung yang simtomatik
berhubungan dengan penyakit struktural
jantung yang mendasari
Kelas III
Terdapat batasan aktifitas bermakna.
Tidak terdapat keluhan saat istrahat,
tetapi aktfitas fisik ringan
menyebabkan kelelahan, palpitasi atau
sesak
Stadium D
Penyakit jantung struktural lanjut serta
gejala gagal jantung yang sangat
bermakna saat istrahat walaupun sudah
mendapat terapi medis maksimal
(refrakter)
Kelas IV
Tidak dapat melakukan aktifitasfisik
tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
istrahat. Keluhan meningkat saat
melakukan aktifitas
2.3 ETIOLOGI
Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal.
Beberapa factor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung :
O Meningkatnya laju metabolisme (misalnya,
demam dan tirotoksikosis)
O Hipoksia dan anemia : memerlukan peningkatan
cairan jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sistemik ; menurunkan suplai oksigen ke
jantung.
O Asidosis (respiratori atau metabolik)
O Abnormalitas elektrolit : menurunkan kontrktilitas
jantung.
O Disritmia jantung : terjadi denga sendirinya atau
secara sekunder akibat gagal jantung
menurunkan efisiensi keseluruhan fungSI jantung.
2.4 PATOFISIOLIGI
Bila jantung mendadak menjadi rusak berat,
seperti Infark miokard, maka kemampuan
pemompaan jantung akan segera menurun.
Sewaktu jantung mulai melemah, sejumlah
respons adaptif lokal mulai terpacu dalam
upaya mempertahankan curah jantung.
Respons tersebut mencakup peningkatan
aktivitas adrenergik simpatik, peningkatan
beban awal akibat aktivasi sistem reninangiotensin-aldosteron, dan hipertrofi ventrikel.
Hipervolemia
Hipertensi
Patofisiologi
Pean Preload
Stenosis Katub
Katub
inkompetent
Kerusakan
miokardium
Pean
afterload
Depan
Pe CO
Belakang
Pean perfusi
organ sistemik
Pean RA preload
Pean LVEDV
Pean Preload
Pean TD
sistemik
IntoleranA
ktivitas
Pean ADH
Mendesak
lobus hepar
Pean renal
blood flow
Aktivasi Renin
Angiotensin Aldosteron
Pean RV
preload
Pean LA
Preload
Pean tek
kapiler pulmoner
Edema
Ekstremitas
Risti ggn
integr Kulit
Kematian sel
hepar, fibrosis,
sirrhosis
Pean tekanan
vena porta
Edema
Risti ggn
integr Kulit
Edema Pulmoner
Akumulasi cairan di
sirkulasi mesenterika
Hipertrofi ventrikel
Respon kompensatorik terakhir adalah
hipertrofi miokardium atau bertambah
tebalnya dinding. Hipertrofi miokardium
akan mengakibatkan peningkatan kekuatan
kontraksi ventrikel.
2. 5 MANIFESTASI KLINIS
O Meningkatnya volume intravaskuler
O Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena
meningkat
O Edema paru akibat peningkatan tekanan vena pulmolalis
sehingga cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli,
yang dimanifestasikan dengan batuk dan napas pendek
O Edema perifer umum dan penambahan berat badan
akibat tekan sistemik
O Turunnya curah jantung akibat darah tidak dapat
mencapai jaringa dan organ
O Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan
pelepasan renin dari ginjal, yang pada gilirannya akan
menyebabkan sekresi aldostoron, retensi natrium dan
cairan serta peningkatan volume intravaskuler.
Manifestasi Klinis
Gagal Jantung Kanan
O Pembesaran ventrikel kanan
O Murmur
O Edema perifer, terlokalisis, anasarka
O Peningkatan BB
O Peningkatan HR
O Asites
O Distensi vena jugularis
O Hepatomegali
O Efusi pleura
17
Manifestasi Klinis
Gagal Jantung Kiri
O Pembesaran ventrikel kiri
O Pernafasan Cheyne-Stokes
O Pulsus alternans
O Peningkatan HR
O Hipertropi ventrikel kiri
O Pertukaran O2 buruk
O Crackles
O Bunyi jantung S3 dan S4
18
Keterangan :
Gambar 1 : Jantungnormal
Gambar 2 : Dinding jantung merentang dan bilikbilik jantung membesar, dinding jantung merentang
untuk menahan lebih banyak darah
Gambar 3 : Dinding-dinding jantung menebal,
dinding otot jantung menebal untuk memompa
lebih kuat.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a)
b)
c)
d)
e)
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
O Penatalaksanaan penderita dengan gagal
a. Non Farmakalogi
O Anjuran umum :
O Edukasi : terangkan hubungan keluhan, gejala
dengan pengobatan.
O Aktivitas sosial dan pekerjaan diusahakan agar
dapat dilakukan seperti biasa. Sesuaikan
kemampuan fisik dengan profesi yang masih
bisa dilakukan.
O Gagal jantung berat harus menghindari
penerbangan panjang.
Tindakan Umum :
O Diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 g pada gagal
jantung ringan dan 1 g pada gagal jantung berat, jumlah
cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada
gagal jantung ringan.
O Hentikan rokok
O Hentikan alkohol pada kardiomiopati. Batasi 20-30 g/hari
pada yang lainnya.
O Aktivitas fisik (latihan jasmani : jalan 3-5 kali/minggu
selama 20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu
selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut jantung
maksimal pada gagal jantung ringan dan sedang).
O Istirahat baring pada gagal jantung akut, berat dan
eksaserbasi akut.
b. Farmakologi
Terapi farmakologik terdiri atas ;
panghambat ACE, Antagonis Angiotensin II,
diuretik, Antagonis aldosteron, -blocker,
vasodilator lain, digoksin, obat inotropik
lain, anti-trombotik, dan anti-aritmia
Gambar 4. Algoritma
2.10 PROGNOSA
O Meskipun penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung telah
TERIMA KASIH