Oleh:
David Nugroho
F1314134
F1314146
M. Rifqi Zulkarnain
F1314151
Pratiwi Kusuma W.
F1314157
secara hierarki terkait informasi tentang apa, siapa yang dituju, untuk apa serta
hierarki tujuan dengan tujuan lainnya. Tujuan versi ini menjadi dasar tujuan
FASB.
Principal objective ( butir 1 )
Sembilan imperative / hierarchical objectives ( butir 2-10 )
Dua nonhierarchical objectives ( butir 11-12 )
4. Tujuan Pelaporan Keuangan FASB
Secara umum tujuannya adalah menyediakan informasi yang berguna untuk
pembuatan keputusan ekonomi dan bisnis.
a. Konteks Lingkungan Tujuan Pelaporan
FASB menyatakan tujuan pelaporan tidak dapat steril dari lingkungan penerapan
pelaporan keuangan. Tujuan pelaporan FASB didasarkan pada kondisi di Amerika
Serikat.
b. Karakteristik dan Keterbatasan Informasi yang disediakan melalui mekanisme
pelaporan keuangan
Berkaitan dengan badan usaha daripada industry atau ekonomi keseluruhan
Merupakan informasi kuantitatif yang bersifat pendekatan ( approximation )
daripada perhitungan pasti
Sebagian besar merefleksikan pengaruh transaksi yang telah terjadi ( historis )
Hanya merupakan salah satu sumber informasi yang dibutuhkan untuk
mengambil keputusan tentang badan usaha
Penyediaan dan penggunaan memerlukan kos ( cost ) sehingga pertimbangan
kos manfaat dapat membatasi pelaporan
c. Fokus atau Cakupan Informasi
Tujuan dominan yaitu untuk epentingan pihak eksternal dalam bentuk pelaporan
umum ( general purpose financial reporting ) yaitu investor dan kreditor.
d. Isi Tujuan Pelaporan
5. Teori di Balik Tujuan Pelaporan FASB
Penalaran dalam perumusan tujuan pelaporan versi FASB
Konteks
lingkungan :
mekanisme
pasar, pasar
Karakteristik
Focus/cakupan
dan
informasi
keterbat
yaitu
6. Tujuan Pelaporan Entitas Non bisnis mencakup tujuan utama dan spesifik terkait unit
Pemerintah, organisasi amal keagamaan, sosial, swasta nonprofit
7. Tujuan Pelaporan Keuangan IFRS
Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting
Standards (IFRS) adalah Standar dasar, Pengertian dan Kerangka Kerja yang
diadaptasi oleh Badan Standar Akuntansi Internasional (International Accounting
Standards Board (IASB)). Sejumlah standar yang dibentuk sebagai bagian dari IFRS
dikenal dengan nama terdahulu Internasional Accounting Standards (IAS). IAS
dikeluarkan antara tahun 1973 dan 2001 oleh Badan Komite Standar Akuntansi
Internasional (Internasional Accounting Standards Committee (IASC)). Pada tanggal
1 April 2001, IASB baru mengambil alih tanggung jawab guna menyusun Standar
Akuntansi Internasional dari IASC. Selama pertemuan pertamanya, Badan baru ini
mengadaptasi IAS dan SIC yang telah ada. IASB terus mengembangkan standar dan
menamai standar-standar barunya dengan nama IFRS.
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b. Pengguna adalah investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor
usaha lainnya, pelanggan, pemerintah dan masyarakat.
B. Karakteristik Kualitatif Informasi menurut FASB
1. Nilai Informasi
2. Keterpahaman ( Understandibility )
3. Keterpautan ( Relevance )
4. Nilai Prediktif ( Predictive Value )
5. Nilai Balikan ( Feedback Value )
6. Ketepatwaktuan ( Timelines )
7. Keterandalan ( Reliability )
8. Ketepatan Penyimbolan ( Representational Faithfulness )
9. Keterujian ( Verifiability )
10. Kenetralan ( Neutrability )
11. Keterbandingan ( Comparability )
12. Materialitas ( Materiality )
13. Bobot Keberpautan dan Keterandalan
C. Karakteristik Kualitatif Informasi menurut IFRS
Menurut IFRS - Kerangka konseptual dibagi menjadi 3 level
First Level = Basic objective
Second Level = Karakteristik keuangan dan Unsur Iaporan keuangan
Third Level = Recognition, measurement, and disclosure concepts
Karakteristik kualitatif berada pada Second Level
1.
BAB 5
KONSEP DASAR
Pengertian Konsep Dasar
Konsep dasar secara implisit melekat pada tiap penalaran dalam merekayasa akuntansi.
Konsep dasar merupakan abstraksi atau konseptualisasi karakteristik lingkungan akuntansi.
Konsep dasar bersifat asumsi yang validitasnya tidak selalu dapat diuji tetapi sebagai basis
penalaran. Konsep dasar merupakan konsep yang dianut dan dijadikan dasar dalam penalaran
dan perekayasaan. Penyebutan dasar dikarenakan jika dianut akan memiliki implikasi
tertentu dalam pemilihan perlakuan.
Konsep dasar memiliki manfaat yakni menjadi komponen argument dalam penalaran logis
pada tingkat perekayasaan, penetapan standar, dan penerapan standar.
IAI
Paul Grady
Accounting Principles Board (APB)
Wolk, Tearney, and Dodd
Anthony, Hawkins, and Merchant
Paton and Littleton (P&L)
Sumber lain (buku akuntansi keuangan pada umumnya)
Isi dari berbagai konsep dasar dapat berbeda antarsumber, hal ini dikarenakan:
1.
2.
3.
4.
5.
berjangka dapat diandalkan dibandingkan dengan laporan untuk satu penggalan waktu
saja.
3. Penghargaan sepakatan
Kos atau penghargaan sepakatan merupakan bahan olah akuntansi yang paling obyektif.
Setiap obyek yang terlibat dalam transaksi atau kejadian harus dinyatakan dalam bahan
olah ini agar dapat diproses lebih lanjut. Kos merupakan pengukur atau pengkuantifikasi
untuk menyatakan berbagai macam objek. Kos merepresentasi realitas kegiatan ekonomik
kesatuan usaha untuk menghasilkan informasi semantic tentang realitas tersebut. Kos
adalah pengukur sedangkan biaya adalah elemen atau objek yang diukur.
4. Kos Melekat
Kos melekat pada objek yang kontinus dalam upaya menghasilkan pendapatan. Untuk
merepresentasi kegiatan tersebut, akuntansi menggunakan kos untuk merunut kegiatan
produktif kesatuan usaha. Akuntansi menggabungkan berbagai kos yang melekat pada
tiap komponen kegiatan tanpa memperhatikan nilai ekonomik baru yang melekat pada
barang yang dihasilkan. Tambahan utilitas barang atau produk diakui setelah terjadinya
transaksi penjualan dan kos baru sebagai penghargaan masuk ke kesatuan usaha.
5. Upaya dan Capaian/hasil
Biaya merupakan upaya untuk mendatangkan hasil berupa pendapatan. Tidak ada
pendapatan tanpa biaya. Kos yang melekat pada barang atau jasa yang diserahkan kepada
pembeli merupakan pengukur upaya (effort) sedangkan kos yang masuk ke kesatuan
usaha dari pembeli atas penyerahan barang atau jasa tersebut merupakan pengukur hasil
(accomplishment) yang dicapai. Laba yang tepat dapat diukur kalau kos yang keluat
(sebagai pengukur upaya) ditandingkan atau diasosiasi dengan kos yang masuk
(sebagai pengukur hasil) dengan penakar yang tepat. Penakar penandingan dapat berupa
unit produk (alasan ideal) atau perioda waktu (alasan kepraktisan).
Asas akrual atau himpun, karena akuntansi mendasarkan diri pada konsep upaya dan hasil
dalam menentukan besarnya laba, akuntansi tidak membatasi pengertian biaya atau
pendapatan pada biaya yang telah dibayar atau pendapatan yang telah diterima. Akuntansi
menekankan substansi kegiatan atau transaksi yang menimbulkan biaya dan pendapatan.
Artinya, akibat suatu transaksi tertentu yang telah terjadi (past events), berjalannya waktu
sudah dapat menjadi dasar untuk mengakui biaya atau pendapatan. Karena itu dalam
proses penandingan (matching), akuntansi mendasarkan diri pada asar akrual bukannya
asas tunai.
ASAS AKRUAL adalah asas dalam pengakuan pendapatan dan biaya yang menyatakan
bahwa pendapatan diakui pada saat hak kesatuan usaha timbul lantaran penyerahan
barang atau jasa ke pihak luar dan biaya diakui pada saat kewajiban timbul lantaran
penggunaan sumber ekonomik yang melekat pada barang dan jasa yang diserahkan
tersebut. Sebagai konsekuensi asas ini, akuntansi mengakui pos-pos akruan (accrued) dan
tangguhan (deferred).
6. Bukti Terverifikasi dan Objektif
Informasi keuangan akan dapat diandalkan dan tidak menyesatkan kalau informasi
tersebut didukung dengan bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya
(terverifikasi). Tidak seperti ilmu pasti, akuntansi tidak mendasarkan diri pada
objektivitas dan verifiabilitas mutlak melainkan pada objektivitas dan verifiabilitas
relative atas dasar pertimbangan keadaan dan fakta yang melingkupi suatu transaksi.
7. Asumsi
Akuntansi memerlukan asumsi-asumsi sebagai landasan penalaran. Konsep dasar dalam
banyak hal merupakan asumsi atau paling tidak dilandasi oleh asumsi-asumsi yang
validitasnya sulit diuji secara objektif tetapu bermanfaat untuk basis pemilihan konsep
atau prinsip. Validitas konsep dasar hanya dapat dievaluasi atas dasa intuisi, harapan
normal dan realitas empiris.
melingkupi dan karakteristik kesatuan usaha individual. Keunikan kesatuan usaha justru
menghendaki perlakuan akuntansi yang berbeda agar informasi keuangan lebih
menggambarkan keadaan unit usaha yang sebenarnya.
4. Konservatisme
Konsevatisme adalah sikap atau aliran (mazhab) dalam menghadapi ketidakpastian untuk
mengambil tindakan atau keputusan atas dasar munculan (outcome) yang terjelek dari
ketidakpastian tersebut. Sikap konservatif juga mengandung makna sikap berhati-hati
dalam menghadapi risiko dengan cara bersedia mengorbankan sesuatu untuk mengurangi
atau menghilangkan risiko.
5. Pengendalian Internal Menjamin Keterandalan Data
Konsep ini menyatakan bahwa sistem pengendalian internal yang memadai merupakan
sarana untuk mendapatkan keterandalan informasi yang tinggi.