Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KIMIA KLINIK

ANALISIS IMUNOKIMIA
Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kimia Klinik
Dosen : Hesti Renggana, S.Si.,Apt

Disusun Oleh :
Ernawati Saadah
Ipan Mutaram
Neng Elina Maryati
Wina Winarti
Kelas/Kelompok : B/10

FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS GARUT
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan
ridha-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kimia Klinik yang
berjudul Analisis Imunokimia.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh
kami. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dimasa
sekarang maupun dimasa mendatang.

Garut, Mei 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Sistem Imunitas adalah salah satu sistem yang sering dilupakan
oleh manusia, padahal Imunitas merupakan salah satu hal yang sangat
penting dalam kelangsungan hidup bagi semua makhluk. Kita dapat
menikmati kehidupan tanpa harus merasa sakit, tidak perlu mengeluarkan
biaya berobat yang saat ini Untuk melawan benda asing, tubuh memiliki
sistem pertahanan yang saling mendukung. Epidermis yang berfungsi
sebagai pertahanan fisik, dibantu oleh air mata, sebum, ludah, dan getah
lambung yang mengandung unsur pertahanan kimiawi.
Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau
kelenjar tubuh vertebrata lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan
tubuh untuk mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing seperti
bakteri dan virus. Antibody terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut
rantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai berat besar dan dua [rantai
ringan]. Antibodi diproduksi oleh tipe sel darah yang disebut sel B.
Terdapat beberapa tipe yang berbeda dari rantai berat antibodi, dan
beberapa tipe antibodi yang berbeda, yang dimasukan kedalam isotipe
yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai berat mereka masuki. Lima
isotipe antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh mamalia, yang
memainkan peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon imun
yang tepat untuk tiap tipe benda asing yang berbeda yang ditemui.
Kespesifikan tindak balas antara antigen dan antibodi telah ditunjukkan
melalui

kajian-kajian

yang

dilakukan

oleh

Landsteiner.

Beliau

menggabungkan radikal-radikal organik kepada protein dan menghasilkan


antibodi terhadap antigen-antigen tersebut. Keputusan yang diperolehi
menunjukkan antibodi boleh membedakan antara kumpulan berbeda pada
protein ataupun kumpulan kimia yang sama tetapi berbeda kedudukan.

1.2
1.
2.
3.
4.
5.
1.3
1.
2.
3.
4.
5.

Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan imunokimia ?
Apa yang dimaksud system kekebalan tubuh dan jenis-jenisnya ?
Apa saja fungsi dan peran imunokimia ?
Apa saja klasifikasi dari imunokimia ?
Apa saja analisa dalam imunokimia ?
Tujuan
Untuk mengetahui penjelasan dari imunokimia.
Untuk mengetahui penjelasan system kekebalan tubuh dan jenis-jenisnya.
Untuk mengetahui fungsi dan peran imunokimia.
Untuk mengetahui klasifikasi imunokimia.
Untuk mengetahui analisa yang digunakan dalam imunokimia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian
Imunokimia adalah suatu kajian imunologi yang berfokus pada
level kimia/ biokimia. Imunokimia juga menerangkan secara rinci
molekul-molekul dan reaksi- reaksi yang terlibat dalam sistem kekebalan,
ini berkembang pesat dengan adanya teknik laboratorium canggih.

Imunokimia merupakan ilmu yang mempelajari sistem kekebalan


tubuh. Sistem kekebalan tubuh adalah kumpulan sel, organ dan struktur
khusus dan tidak begitu khusus yang luar biasa rumit.
Imunokimia berfungsi menerangkan reaksi kimia masuknya benda
asing. contoh lewat pencernaan, urine, dan lain-lain. setelah itu, dibahas
juga reaksi- reaksi yang terjadi di dalamnya. Misi sistem ini adalah
mengenali dan menghancurkan para penyusup asing sebelum kerusakan
terjadi pada tubuh. Organisme yang menyebabkan penyakit, seperti
bakteri, virus, jamur dan parasit, dideteksi ketika masuk, ditandai untuk
dibasmi, dan dimakan oleh sel sel sistem kekebalan tubuh yang lapar. Sel
sel kanker dikenali sebagai tidak diharapkan dan ditiadakan. Organ organ
yang ditransplantasi, walaupun dimanfaatkan untuk tujuan penyelamatan
hidup, sebenarnya adalah obyek asing dan dianggap demikian oleh sistem
kekebalan tubuh. Ilmu kedokteran telah mempersembahkan banyak upaya
untuk mencegah penolakan transplantasi.
2.2

Sistem Kekebalan Tubuh


Sistem kekebalan tubuh (imunitas) adalah system mekanisme pada
organisme yang melindngi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh pathogen serta sel tumor. Sistem ini
mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme
akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit,
serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka
dri sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi
seperti biasa.
2.2.1

Jenis-jenis Sistem Kekebalan Tubuh

1) System kekebalan tubuh berdasarkan asalnya


a. Kekebalan Nonspesifik (Kekebalan tubuh bawaan /
Kekebalan tubuh alami)
Kekebalan tubuh nonspesifik adalah bagian dari tubuh kita
yang telah ada sejak kita lahir.Ciri-cirinya yaitu :
- Sistem ini tidak selektif,artinya semua benda asing yang masuk
ke dalam tubuh akan diserang dan dihancurkan tanpa seleksi

Tidak memiliki kemampuan untuk mengingat infeksi yan

terjadi sebelumnya
Eksposur menyebabkan respon maksimal segara
Sistem ini memiliki komponen-komponen yang mampu
menangkal benda masuk ke dalam tubuh, yaitu :
i. Rintangan Mekanis
Rintangan mekanis merupakan system pertahanan tubuh yang
pertama dan umumnya terletak di bagian permukaan tubuh.
Rintangan mekanis ini terdiri atas :
1. Kulit, terdiri dari lapisan tanduk yang tidak mudah ditembus
oleh benda asing kecuali jika kulit dalam keadaan
terluka.Asam lemak dan keringat yang dihailkan oleh
kelenjar di kulit juga akan mencegah benda asing masuk ke
dalam tubuh.
2. Selaput Lendir, merupakan hasil sekresi dari sel yang
terdapat di sepanjang saluran pernapasan dan saluran
pencernaan.Pada saluran pernapaan, selaput lendir berfungi
dalam menangkap bakteri / benda asing yang masuk ke
dalam tubuh melalui saluran pernapasan.
Contoh : Selaput lendir pada hidung. Selaput lender pada
saluran pencernaan berfungsi sebagai rintangan yang
melindungi sel diluar system pencernaan.
3. Rambut-rambut halus, sebagian besar terdapat pada saluran
pernapasan. Contoh : di hidung,rambut-rambut halus
berfungsi sebagai penyaring udara yang masuk melalui

hidung.
ii. Rintangan Kimiawi
1. Hasil Sekresi berperan untuk membunuh benda asing
dengan menggunakan zat kimia dan enzim.
2. Bakteri yang terdapat di permukaan tubuh ( bakteri
nonpatogen ) berfungsi untuk menekan pertumbuhan
bakteri patogen yang akan masuk ke dalam tubuh.
3. Sel Darah Putih merupakan system pertahanan tubuh
kedua. Apabila benda asing berhasil melewati system
pertahanan pertama dan masuk ke dalam tubuh,maka sel
darah putih akan mencegah benda asing masuk lebih jauh

lagi ke dalam tubuh. Sel darah putih akan menghancurkan


setipa benda asing yang masuk ke dalam tubuh dengan
carafagositosis. Mekanisme fagositosis yaitu :
a) Mikroba menempel ke fagosit.
b) Fagosit membentuk pseudopodium yang

menelan

mikroba
c) Vesikula fagositik bersatu sengan lisosom
d) Mikroba dibunuh oleh enzim dalam fagolisosom
e) Sisa-sisa mikroba dikeluarkan lewat eksotisosis
4. Sel Natural Killer merupakan sel pertahanan yang mampu
melisis dan membunuh sel-sel kanker serta sel tubuh yang
terinfeksi virus sebelum diaktifkanya system kekebalan
adaptif. Sel ini membunuh dengan cara menyerang
membrane sel target dan melepaskan senyawa kimia
preforin.
5. Protein Komplemen merupakan protein darah yang
berfungsi

membantu

system

pertahanan

sel

darah

putih.Protein komplemen membantu system kekebalan


tubuh dengan cara :
1. Menghasilkan opsonin ,kemotoksin, dan kinin. Opsonin
untuk mempermudah terjadinya fagositosis. Kemotoksin
berfungsi sebagai penarik sel darah putih menuju ke
infeksi,

sedangkan

kinin

untuk

meningkatkan

permeabilitas pembuluh darah.


2. Berperan dalam proses penghancuran membran sel
mikroorganisme yang menyerang tubuh.
3. Menstimulasi sel darah putih agar menjadi lebih aktif.
iii. Sistem Complement
Sistem komplemen menjembatani antara innate dan
acquired immunity melalui :
- Memperbesar respon Antibody

(Ab)

responses

dan

immunologic memory
- Melisiskan sel-sel asing
- Membersihkan kompleks imun dan sel yg mengalami
apoptosis.
- Komponen-komponen komplemen mempunyai banyak
fungsi biologis antara lain stimulasi proses chemotaxis,
memicu degranulasi sel mast tanpa tergantung pada IgE.

Terdapat 3 jalur pengaktifan komplemen, yaitu Classical


Pathway, Lectin dan Alternative.
a. Classical Pathway
Aktivasi dependen thd Ab, terjadi bila C1 berinteraksi
dengan Ag-IgM atau aggregated Ag-IgG complexes, atau
Ab-independent, yg terjadi bila polyanion (eg, heparin,
protamine, DNA dan RNA dari sel apoptotic), gramnegative bacteria, atau terikat pada C-reactive protein yg
bereaksi langsung dengan C1. Pathway ini diregulasi
oleh C1 inhibitor (C1-INH).

b. Lectin Pthway
Aktivasinya adalah Ab-independent, yang terjadi bila
mannose-binding lectin (MBL), suatu protein serum,
terikat pada gugus manosa atau fruktosa pada dinding sel
bakteri, dinding sel ragi (yeast), atau virus. Secara
fungsionil dan struktural jalur ini menyerupai jalur
klasik.
c. Alternate Pathway
Aktivasi terjadi bila komponen permukaan sel mikroba
antara

lain

yeast

walls,

bacterial

cell

wall

lipopolysaccharide atau Ig antara lain nephritic factor,


aggregated IgA) memecah sebagian kecil C3. Jalur ini
diregulasi oleh properdin, factor H, dan decayaccelerating factor. Ke 3 jalur itu kemudian akan
mengerucut menjadi suatu jalur final bersama bilamana
C3 convertase memecah C3 menjadi C3a dan C3b.
Pemecahan

C3

akan

menghasilkan

pembetukan

Membrane Attack Complex (MAC), yang merupakan


komponen

sitotoksik

system

komplemen,

menyebabkan lisis dan sel-sel inang.


6. Interferon merupakan sel yang berperan

MAC
dalam

mensekresikan sekumpulan protein saat tubuh kita

terserang virus. Interferon akan bertindak sebagai antivirus


dan bereaksi sengan sel yang belum terinfeksi oleh virus.
Interferon

juga

dapat

merangsang

limfosit

untuk

mengahncurkan dan membunuh sel-sel yang terinfeksi


virus.
b. Kekebalan Spesifik (Kekebalan adaptif / Kekebalan tubuh
buatan )
Kekebalan tubuh spesifik adalah system kekebalan yang
diaktifkan oleh kekebalan tubuh nonspesifik dan merupakan
system pertahanan tubuh yang ketiga. Ciri-cirinya, yaitu :
1. Bersifat selektif terhadap benda asing yang masuk ke dalam
tubuh.
2. Sistem reaksi ini tidak memiliki reaksi yang sama terhadap
semua jenis benda asing
3. Memiliki kemampuan untuk mengingat infeksi sebelumnya
4. Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia
( antibody )
5. Perlambatan waktu antara eksposur dan respon maksimal
Komponen yang terlibat dalam kekebalan tubuh spesifik adalah :
a) Antigen, merupakan zat kimia asing yang masuk ke dalam
tubuh dan dapat merangsang terbentuknya antibody. Antigen
memiliki struktur tiga dimensi sengan dua atau lebih
determinant site. Determinant site merupakan bagian dari
antigen yang dapat melekat pada bagian sisi pengikatan pada
antibody. Antigen dapat berupa protein, sel bakteri,atau zat
kimia yang dikeluarkan mikroorganisme.
Jenis-jenis antigen yaitu :
- Heteroantigen : antigen yang berasal dari spesies lain
- Isoantigen
: Antigen dari spesies sama tetapi struktur
genetiknya berbeda.
- Autoantigen : Antigen yang berasal dari tubuh itu sendiri.
b) Hapten, merupakan suatu determinant site yang lepa dari
struktur antigen. Hapten hanya dapat berikatan dengan
antibody apabila disuntikkan ke dalam tubuh.
c) Antibodi (Imunoglobulin/Ig) merupakan zat kimia atau protein
plasma

yang

dapat

mengidentifikasi

antigen. Antibodi

dihasilkan oleh sel limfosit B. Ketika sel limfosit B


mengidentifikasi antigen,dengan cepat sel akan bereplikasi
untuk menghasilkan sejumlah besar sel plasma.Sel plasma lalu
akan menghasilkan antibody dan melepaskanya ke dalam
cairan tubuh. Sel limfosit B juga menghasilkan sel memori B,
dengan struktur yang sama dengan sel limfositB,dan dapt
hidup lebih lama daripada sel plasma.
a. Antibody Poliklonal yaitu antibodi dihasilkan di dalam
tubuh secara alami yang dibentuk merupakan klon dari selsel limfosit dan umum .
b. Antibodi monoclonal yaitu antibodi yang dibentuk di luar
tubuh melalui fusi sel. Merupakan hasil pengklonan satu sel
hibridoma.Berfungsi untuk mendiagnois penyakit kanker
dan hepatisis.
Antibodi memiliki struktur seperti huruf Y dengan dua
lengan dan satu kaki.Lengan tersebut dinamakan antigen
binding site,yakni tempat melekatnya antigen.Molekul antibody
dapat dikelompokkan menjadi lima kelas yaitu IGg, IgA, IgM,
IgD, IgE.
2) Sistem Kekebalan Tubuh Berdasarkan Mekanisme Kerjanya
Sistem kekebalan tubuh berdasarkan mekanisme kerjanya
terbagi 2, yaitu Imunitas Humoral dan Imunitas Selular.
1. Imunitas humoral
Imunitas humoral, yaitu imunitas yang dimediasi oleh
molekul di dalam darah, yang disebut antibodi. Antibodi
dihasilkan oleh sel B limfosit. Mekanisme imunitas ini
ditujukan untuk benda asing yang berada di di luar sel (berada
di cairan atau jaringan tubuh). B limfosit akan mengenali
benda asing tersebut, kemudian akan memproduksi antibodi.
Antibodi merupakan molekul yang akan menempel di suatu
molekul spesifik (antigen) di permukaan benda asing tersebut.
Kemudian antibodi akan menggumpalkan benda asing tersebut
sehingga menjadi tidak aktif, atau berperan sebagai sinyal bagi
sel-sel fagosit.
2. Imunitas selular

Imunitas selular adalah respon imun yang dilakukan oleh


molekul-molekul protein yang tersimpan dalam limfa dan
plasma darah. Imunitas ini dimediasi oleh sel T limfosit.
Mekanisme ini ditujukan untuk benda asing yang dapat
menginfeksi sel (beberapa bakteri dan virus) sehingga tidak
dapat dilekati oleh antibodi. T limfosit kemudian akan
menginduksi 2 hal:
a. fagositosis benda asing tersebut oleh sel yang terinfeksi,
b. Lisis sel yang terinfeksi sehingga benda asing tersebut
terbebas ke luar sel dan dapat di dilekati oleh antibodi.
2.3

Fungsi dan Peran Imunokimia


Imunokimia berfungsi menerangkan reaksi kimia masuknya benda
asing. contoh lewat pencernaan, urine, dan lain-lain. Setelah itu, dibahas
juga reaksi- reaksi yang terjadi di dalamnya. Antibodi adalah
imunoglobulin suatu glikoprotein. dalam biokimia, gena adalah DNA
suatu polinukleotida. Interaksi antigen antibodi merupakan interaksi
kimiawi yang dapat dianalogikan dengan interaksi enzim dengan
substratnya. Spesifitas kerja antibodi mirip dengan enzim. Pemberian
transfusi darah yang tidak sesuai akan menimbulkan hemolisis, koagulasi.

2.4

Klasifikasi Imunoglobulin
1. Imunoglobulin G (IgG)
IgG mempunyai struktur dasar imunoglobulin yang terdiri dari 2
rantai berat h dan 2 rantai ringan l. IgG manusia mempunyai koefisien
sedimentasi 7 s dengan berat molekul sekitar 150.000. Pada orang normal
igg merupakan 75% dari seluruh jumlah imunoglobulin.
Imunoglobulin

terdiri

dari

subkelas,

masing-masing

mempunyai perbedaan yang tidak banyak, dengan perbandingan


jumlahnya sebagai berikut: igG1 40-70%, igG2 4-20%, igG3 4-8%, dan
igG4 2-6%. Masa paruh igg adalah 3 minggu,
IgG merupakan antibodi dominan pada respon sekunder dan
menyusun pertahanan yang penting melawan bakteti dan virus. Ini

merupakan satu-satunya antibodi yang mampu melintasi plasenta,oleh


karena itu merupakan imunoglobulin yang paling banyak ditemukan pada
bayi yang baru lahir.
IgG lebih mudah menyebar ke dalam celah-celah ekstravaskuler
dan mempunyai peranan utama menetralisis toksin kuman dan melekat
pada kuman sebagai persiapan fagosistosis serta memicu kerja system
komplemen. Dikenal 4 subklas yang disebut igG1, igG2, igG3 dan igG4.
2. Imunoglobulin M (IgM)
Secara diagnostik bermanfaat karena kehadiran igM umumnya
mengindikasikan adanya infeksi baru oleh pathogen yang menyebabkan
pembentukannya.
IgM berfungsi sebagai reseptor permukaan sel b untuk tempat
antigen melekat dan disekresikan dalam tahap-tahap awal respons sel
plasma. Igm sangat efisien untuk reaksi aglutinasi dan reaksi sitolitik, dan
karena timbulnya cepat setelah infeksi dan tetap tinggal dalam darah maka
igm merupakan daya tahan tubuh penting pada bakterimia.
Ini merupakan imunoglobulin yang efisien dalam proses aglutinasi
fiksasi komplemen dan reaksi antigen-antibodi lainnya serta penting juga
dalam menjadi pertahanan dalam melawan bakteri dan virus.
Imunoglobulin M merupakan 10% dari seluruh

jumlah

imunoglobulin, dengan koefisien sedimen 19 s dan berat molekul 850.000l.000.000. Molekul ini mempunyai 12% dari beratnya adalah karbohidrat.
Antibodi igM adalah antibodi yang pertama kali timbul pada respon imun
terhadap antigen dan antibodi yang utama pada golongan darah secara
alami. Gabungan antigen dengan satu molekul igM cukup untuk memulai
reaksi kaskade komplemen.
3. Imunoglobulin A (IgA)
Adalah imunoglobulin utama dalam sekresi selektif, misalnya pada
susu, air liur, air mata dan dalam sekresi pernapasan, saluran genital serta
saluran pencernaan atau usus (corpo antibodies). Imunoglobulin ini
melindungi selaput mukosa dari serangan bakteri dan virus. Ditemukan
pula sinergisme antara igA dengan lisozim dan komplemen untuk
mematikan kuman koliform. Juga kemampuan igA melekat pada sel

polimorf dan kemudian melancarkan reaksi komplemen melalui jalan


metabolisme alternatif.
IgA dihasilkan paling banyak dalam bentuk dimer yang tahan
terhadap proteolisis berkat kombinasi dengan suatu zat protein khusus,
disebut secretory component, oleh sel-sel dalam membrane mukosa.
Fungsi utama igA adalah untuk mencegah perluasan virus dan
bakteri ke permukaan epitel. Fungsi igA setelah bergabung dengan antigen
pada

mikroorganisme

mungkin

dalam

pencegahan

melekatnya

mikroorganisme pada sel mukosa.


4. Imunoglobulin D (IgD)
Konsentrasi igD dalam serum sangat sedikit (0,03 mg/ml), sangat
labil terhadap pemanasan dan sensitif terhadap proteolisis. Berat
molekulnya adalah 180.000. Rantai mempunyai berat molekul 60.000
70.000 dan l2% terdiri dari karbohidrat. Fungsi utama igD belum diketahui
tetapi merupakan imunoglobulin permukaan sel limfosit b bersama igM
dan diduga berperan dalam diferensiasi sel ini.
Imunoglobulin ini tidak mengaktifkan system komplemen dan
tidak dapat menembus plasenta. IgD terutama ditemukan pada permukaan
sel b, yang kemungkinan berfungsi sebagai suatu reseptor antigen yang
diperlukan untuk memulai diferensiasi sel-sel b menjadi plasma dan sel b
memori. Ini juga terjadi pada beberapa sel leukemia limfatik. Di dalam
serum immunoglobulin ini hanya terdapat dalam jumlah sedikit.
5. Imunoglobuline (IgE)
Didalam serum ditemukan dalam konsentrasi sangat rendah. IgE
apabila disuntikkan ke dalam kulit akan terikat pada mast cells dan basofil.
Kontak dengan antigen akan menyebabkan degranulasi dari mast cells
dengan pengeluaran zat amin yang vasoaktif. IgE yang terikat ini berlaku
sebagai reseptor yang merangsang produksinya dan kompleks antigenantibodi yang dihasilkan memicu respon alergi anafilaktik melalui
pelepasan zat perantara.
Pada orang dengan hipersensitivitas alergi berperantara antibodi,
konsentrasi ige akan meningkat dan dapat muncul pada sekresi luar. IgE
serum secara khas juga meningkat selama infeksi parasit cacing.
Dihasilkan pada saat respon alergi seperti asma dan biduran.
Peranan igE belum terlalu jelas. Di dalam serum, konsentrasinya sangat

rendah, tetapi kadarnya akan naik jika terkena infeksi parasit tertentu,
terutama yang disebabkan oleh cacing. IgE berukuran sedikit lebih besar
dibandingkan dengan molekul igG dan hanya mewakili sebagian kecil dari
total antibodi dalam darah.
2.4.1

Fungsi Imunoglobulin

1. Mengikat antigen, yang dilakuakan lewat perantaraan fragmen fab,


khususnya pada daerah variabel dari rantai h dan l.
2. Dua ciri utama imunoglobulin (ig) adalah specifitiy (kekhususan/
spesifitas) dan diversity (keanekaragaman). Spesifitas berkaitan
dengan kemampuan ig tertentu untuk berinteraksi dengan antigen
tertentu. Karena terdapat antigen dalam jumlah banyak dan
beraneka ragam, diperlukan juga ig dlama jumlah banyak dan
beranekaragam.
3. Fungsi biologis lain yang dilakukan lewat perantaraan fc. Fungsi
biologis ini antara lain adalah pengikatan komplemen, fasilitas
fagositosis, fiksasi pada kulit dan pengangkutan melewati barier
plasenta.
2.5

Analisa Imunokimia
Analisa menggunakan teknik-teknik imunologi dengan metode
fisiko kimia. Analisis yang berdasarkan reaksi spesifik antara Antigen
(Ag) dan Antibodi Ab. Analisis dapat dilakukan secara kualitatif maupun
kuantitatif dengan penggunaan senyawa label untuk visualisasi reaksi
Ab).

Prinsip Reaksi Imunokimia


Prinsip reaksi imunokimia adalah reaksi antigen antibodi (AgAb) yang spesifik untuk antigen tertentu.
Supaya dapat ditentukan dengan analisa imunokimia maka Ag harus
memiliki sifat :
1. Imunogenitas yaitu mampu menstimulasi respon imuns

2. Antigenitas yaitu memiliki epitop (bagian Ag yang bereaksi dengan


Ab) atau determinan antigenik.
Pemeriksaan imunologi laboratorium
- DHF (IgG dan IgM)
- Helicobacter pylory ( H-pylory IgG-IgM)
- Salmonella typhi ( IgM)
- Amoeba (IgG)
- Rematoid artritis (IgM IgA IgG)
Sumber kesalahan dalam analisis imunokimia
a. Kesalahan Random/Acak(imprecision)
- Pipeting masalah desain dan teknis penggunaan pipet.
- Kesalahan spektrofotometrik
- Stabilitas pereaksi
b. Kesalahan system (inaccuracy)
-

Kesalahan mempipet

Masalah kalibrasi alat

Bentuk pipet, dll

pengaruh obat lain yang digunakan

pengaruh senyawa endogen lainnya (bilirubin dll)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Imunokimia adalah suatu kajian imunologi yang berfokus pada
level kimia/ biokimia. Imunokimia juga menerangkan secara rinci
molekul-molekul dan reaksi- reaksi yang terlibat dalam sistem
kekebalan, ini berkembang pesat dengan adanya teknik laboratorium
canggih. Jenis-jenis system kekebalan tubuh berdasarkan asalnya ada
system kekebalan tubuh spesifik dan nonspesifik serta berdasarkan
mekanisme kerjanya adalah Imunitas Humoral dan Imunitas Selular.

Klasifikasi Imunoglobulin diantaranya IgG, IgM, IgA, IgD dan IgE.


Sedangkan pada Analisa Imunokimia menggunakan Metode Fisiko
Kimia.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton and Hall,1997, Fisiologi Kedokteran,Edisi 9. Jakarta:EGC


Isnaeni, Wiwi. 2006. Imunologi. Yogyakarta:Kanisius
Guide,Suide,MD.1990.Mikrobiologi Dasar Edisi.3.Jakarta: Binarupa
Aksara
Tambayong,Jan,dr,(2000).Mikrobiologi Untuk Keperawatan.Jakarta:
Widya Medika
Widiawati T, Anggraito YU.2010.Buku Ajar Biologi Molekuler.Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang: Semarang

M.J.Parka, V.A. Stucke.Microbiology for Nursing.1982.Bailliere Tindall.

Anda mungkin juga menyukai