Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks,
sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur
kebanyakan aktivitas sistem sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf
tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga
menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah
berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi, dan
gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi
respons terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja terintegrasi dari
sistem saraf yang mencapai puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah
laku individu.
Sistem saraf pusat (SSP) merupakan sistem saraf yang dapat
mengendalikan sistem saraf lainnya didalam tubuh dimana bekerja dibawah
kesadaran atau kemauan. SSP biasa juga disebut sistem saraf sentral karena
merupakan sentral atau pusat dari saraf lainnya. Sistem saraf pusat ini dibagi
menjadi dua yaitu otak (ensevalon) dan sumsum tulang belakang (medula
spinalis).
Obat-obat dapat mempengaruhi Susunan Saraf Pusat (SSP) dengan
merangsang (stimulasi) dan menekan (depresi), dan ada pula obat yang dapat
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
menekan sesuatu fungsi sekaligus merangsang fungsi yang lain. Efek obat-obat
tergantung pada jenis dan sensitivitas reseptor yang dipengaruhinya.
Adapun dalam bidang farmasi pengetahuan tentang sistem saraf pusat
perlu untuk diketahui khususnya dalam bidang ilmu farmakologi toksikologi
karena mahasiswa farmasi dapat mengetahui obat-obat apa saja yang perlu atau
bekerja pada sistem saraf pusat. Hal inilah yang melatar belakangi
dilakukannya percobaan ini.
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengamati efek obat hipnotik-sedatif yaitu fenobarbital dan diazepam
terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).
2. Mengamati efek obat anastetik umum dari eter dan kloroform pada mencit
(Mus musculus).
3. Mengamati efek obat stimulan yaitu caffein terhadap hewan coba mencit
(Mus musculus).
4. Menentukan efek obat antidepresan yakni amitriptyline terhadap hewan
coba mencit (Mus Musculus).
1.
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI UMUM
Sel saraf merupakan adalah serangkaian organ yang kompleks dan
bersambungan serta terdiri terutama dalam jaringan saraf. Dalam mekanisme
sistem saraf, lingkungan internal dan stimuls eksternal dipantau dan diatur oleh
kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitifitas terhadap stimulus, dan
konduktifitas atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respon terhadap
stimulus, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama (Sloane, 2013).
Sistem saraf pusat merupakan bagian dari system syarat, yang terdiri dari
otak dan sumsum tulang belakang. SSP mempunyai fungsi mengkoordinasi
segala aktivitas bagian tubuh manusia (Tjay, 2007).
Dalam menjalankan fungsinya, SSP dibantu oleh system syarat perifer
yang berfungsi menghantarkan impuls dari dan ke susunan saraf pusat atau
dengan istilah yang lain yaitu dari saraf efferent (motor) ke saraf afferen. Pada
rangsangan seperti sakit, panas, rasa, cahaya, suara mula-mula diterima oleh
sel-sel penerima (reseptor) dan kemudian dilanjutkan ke otak dan sum-sum
tulang belakang.Rasa sakit dapat disebabkan oleh perangsangan rasa sakit
diotak besar sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional yang
timbulkan oleh rasa sakit tersebut (Ganiswara, 2007).
Organisasi struktur sistem saraf terbagi atas (Sloane, 2013) :
1. Sistem saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan medulla spinalis yang
dilindung tulang kranium dan kanal vertebral.
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
2. Sistem saraf perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem
ini terdiri dari saraf kranial dan saraf spinal yang menghubungkan otak dan
medulla spinalis dengan reseptor dan efektor.
Sebagian besar obat yang mempengaruhi SSP bekerja dengan mengubah
beberapa tahapan dalam proses neurotransmisi. Obat-obat yang mempengaruhi
SSP dapat bekerja presinaptik, mempengaruhi produksi, penyimpanan atau
pengakhiran
kerja
nurotransmiter.Obat-obat
lain
dapat
memacu
atau
IVA MUKRIMA
SSP I
berhubungan dengan hilangnya kesadaran yang reversible. Sedangkan
annestesi lokal adalah obat yang digunakan untuk mencegah rasa nyeri dengan
memblok konduks sepanjang serabut saraf secara reversible (Neal, 2006).
Anastetika umum dapat menekan SSP secara bertingkat dan berturutturut menghentikan aktifitas bagian-bagiannya. Dikenal empat rataf dalam
narkosa, yaitu (Cambell, 2002) :
1. Analgesia, kesadaran bekurang, rasa nyeri hilang dan terjadi euphobia (rasa
nyaman) yang disertai impian yang mirip halusinasi.
2. Eksitasi, kesadaran hilang dan terjadi kegelisahan. Disebut juga taraf
induksi.
3. Anatesia, pernapasan menjadi dangkal dan cepat, secara teratur seperti
keadaan tidur (pernapasan perut), gerakan-gerakan mata dan refleks mata
hilang sedangkan otot-otot menjadi lemas.
4. Perlumpuhan sum-sum tulang, kerja jantung dan pernapasan terhenti. Taraf
ini sedapat mungkin dihindari.
Teknik pemberian obat anastetik umum terbagi dua yaitu (Hoan, 2010) :
a. Anastetik inhalasi : gas tawa, halotan, enfluran, isofluran, dan sevofluran.
Obat ini diberikan sebagai uap melalui saluran nafas.
b. Anastetik intravena : toipental, diazepam, dan ketamin. Obat-obat ini dapat
diberikan dalam bentuk supositoria secara rectal.
Neurotransmiternya yaitu GABA, dan reseptornya adalah GABA A,
GABAB, GABAC. Neurotransmitter adalah suatu penghantaran impuls yang
mnyebabkan mediator kimia. Adapun Neurotransmitter SSP annara lain
(Mycek, 2013) :
1. Glutomat, dimaa neurotransmitter ini terdapat dalam konsentrasi tinggi di
otak maupun
lainnya.
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
2. GAMA (Gamma Amine Butyric Acid) merupakan neurotransmitter
penghambat
utama
dibagian
otak,
sedangkan
glisin
merupakan
IVA MUKRIMA
SSP I
atau menyebabkan tidur. Lazimnya obat ini diberikan pada malam hari.
Bilamana zat-zat ini diberikan pada siang hari dalam dosis yang rendah untuk
tujuan menenangkan maka dinamakan sedative (Tjay, 2007).
Sedative berfungsi menurunkan aktivitas, mengurangi ketegangan dan
menenangkan penggunanya. Keadaan sedasi juga merupakan efek samping
dari banyak obat yang khasiatnya tidak menenangkan system saraf pusat
misalnya antikolinergik, hipnotik menimbulkan rasa kantuk, (dowsiness)
mempercepat tidur sepanjang malam, mempertahankan keadaan tidur yang
menyerupai tidur alamiah mengalami sifat-sifat EEGnya selain sifat-sifat ini.
Secara ideal obat tidur tidak memiliki aktivitas sisa terhadap esok harinya
(Kadzung, 2013).
Hipnotik merupakan zat-zat yang dalam dosis terapi diperuntukkan
meningkatkan
keinginan
faali
untuk
tidur
dan
mempermudah
atau
IVA MUKRIMA
SSP I
1. Tidur non-REM (Slow Wave Sleep) ditandai dengan denyut jantung,
tekanan darah dann pernapasan yang teratur. SWS ini berlangsung kurang
lebih satu jam lamanya yang meliputi untuk fase 3-4 merupakan fase bentuk
tidur terdalam. Peristiwa ini penting untuk daya tahan tubuh, metabolisme
dan respon sel-sel tubuh.
2. Tidur REM (Rapid Eye Movemennt) ditanndai dengan gerakan mata ke satu
arah. Disamping itu, jantung, tekanan darah dan pernapasan naik turun,
alirann darah seolah meningkat dan otot dalam keadaan rileks. Pada fase ini,
kedua siklus pertama berlangsung 5-15 menit dengan timbulnya banyak
impian. Fase ini berlangsung menjadi lebih panjang hingga pada pagi hari
berlangsung dalam 20-30 menit.
Mekanisme kerja hipnotik-sedative yaitu pengikatan GABA ke
reseptornya. Pada membran sel akan membuka saluran klorida, meninkatkan
efek konduksi klorida. Aliran ion klorida yang masuk menyebabkan
hiperpolarisasi lemah menurunkan potensi postsinaptik dari ambang letup dan
meniadakan pembentukan kerja potensial (Tjay, 2013).
Penggolongan obat hipnotik sedative terbagi menjadi golongan
benzodiazepine
seperti
alprazolam,
klorazolam,
diazepam,
lorazepam,
sebagai berikut
(Harvey, 2013) :
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
1. Benzodizepine
Target kerja benzodiazepine adalah reseptor asam. Benzodiazepine
memodivikasi efek GABA melalui ikatan dengan tempat yang berafinatas
tinggi dan spesifik pada lokasi pertemuan antara sub unit dan y2.
Peningkatan GABA dengan reseptornya akan memicu pembukaan kanal
klorida. Benzodiazepine akan menngkatkan frekuensi pembukaan kanal oleh
GABA. Aliran masuk ion klorida menyebabkan sedikit hipopolarisasi yang
menurunkan potensi pascasinaps dari ambang letup hingga meniadakan
potensi
aksi.Contoh
obat-obat
Benzodiazepine
adalah
Alprazolam,
IVA MUKRIMA
SSP I
Secara kualitatif benzodiazepin mempunyai efek yang hampir sama,
namun
secara
kuantitatif
spectrum
farmakodinamik
serta
data
IVA MUKRIMA
SSP I
dengan efek samping antipsikotika yaitu sedasi, gangguan mood dan lain-lain
(Tjay, 2007).
IVA MUKRIMA
SSP I
SSRI merupakann suatu kelompok obat antidepresann dengan
beragam kimiawi yang secara spesifik menghambat ambilan-kembali
serotonin, memiliki selektivitas terhadap pengangkutan serotonin sebanyak
300 hingga 300 kali lebih besar dibandingkan pengangkutan norepinefrin.
Contoh obat adalah citalopram dan escitalopram.
2. Penghambat ambilan-kembali norepinefrin/serotonin (SNRI)
Venlafaxine dan duloxetine menghambat ambilan kembali serotonin
dan norepinefrin secara selektif. Obat ini dapat efektif mengobati depresi
pada pasien yang tidak efektif dengan SSRI.
3. Antidepresan atipikal
Kelompok obat yang bekerja pada beberapa lokasi yang berbeda.
Kelompok ini meliputi bupropion, nefazodone, mirtazadine dan trazodone.
4. Antidepresan trisiklik (TCA)
Menghambat ambilan-kembali norepinefrin dan serotonin menuju
neufron sehingga, seandainya baru ditemukan hari ini, TCA mungkin akan
dimasukkan dalam SNRI, kecuali perbbedaan dalam efek samping yang
terkait kelas antidepresan yang baru tersebut. Contoh obatnya adalah
amitriptilin.
5. Penghambat MAO
Monoamino oksidase adalah enzim mitokondria yang ditemukan pada
saraf dan jaringan lainnya, seperti usus dan hati. Contoh obatnya adalah
selegiline.
6. Obat yang digunakan untuk mengobati mania dan gangguan bipolar
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
Cemas atau annxietas adalah sutu keadaan yang tidak menyenangkan.
Berupa ketegangan, rasa takut, atau gelisah yang timbul dari sumber yang tidak
diketahui. Gangguan cemas ini merupakan gangguan mental tersaring. Gejala
fisik kecemasan berat berupa dengan ketakutan (seperti takikardia,berkeringat,
gemetar dan palpitasi) dann melibatkan pengaktifan simpatis (Richard, 2013).
Stimulan sususan saraf pusat memiliki dua golongan obat yang bekerja
terutama pada susunan saraf pusat (SSP). Golongan pertama yaitu stimulan
psikomotor, menimbulkan eksitasi dan euforia, mengurangi perasaan lelah dan
meningkatkan aktivitas motorik. Kelompok kedua, obat-obat psikotomimetik
atau halusinogen, menimbulkan perubahan mendasar dalam pola pemikiran
dan perasaan, dan sedikit berpengaruh pada sambungan otak dan sumsum
tulang belakang. Sebagai suatu kesatuan, stimulant susunan saraf pusat (SSP)
sedikit sekali digunakan dalam klinik tetapi penting dalam masalah
penyalahgunaan obat, selain obat depresan SSP dan narkotik (Mycek,2013).
Stimulant atau sebagai vitamin adalah zat-zat kimia organis dengan
komposisi beranekaragam yang dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh
manusia
normal. Fungsi dari vitamin itu sendiri sangat bervriasi, banyak vitamin yang
secara biologis tidak aktif tetapi membutuhkan pengubahan kimia dalam tubuh
misalnya vitamin B1, B2, B3 dan B6. akibat dari defisiensi vitamin yang
menimbulkan gejala khas seperti buta malam (Vitamin A), beri-beri (Vitamin
B), radang lidah dan bibir (Tjay, 2007).
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
Stimulan bekerja mempercepat aktivitas dalam sistem saraf pusat. Obat
yang termasuk kelompok ini antara lain : Kafein, kokain, amfetamion
(Upper), dan hidroklorida metamfetamin (meth). Dalam dosis sedang,
kelompok obat stimulant menghasilkan perasaan senang, percaya diri, dan
kegembiraan atau euphoria. Dalam dosis besar, obat-obat ini membuat
seseorang merasa cemas dan gugup. Dalam dosis yang sangat besar, obat-obat
ini dapat menyebabkan kejang-kejang, gagal jantung dan kematian (Wade,
2008).
Stimulan ganglion. Stimulan ini mempunyai kerja yang sangat luas
karena menstimulasi reseptor nikotinik pada kedua neuron ganglion
parasimpatis dan simpatis. Efek simpatis meliputi vasokonstriksi, takikardia,
dan hipertensi. Efek parasimpatis meliputi peningkatan motilitas usus dan
peningkatan sekresi kelenjar saliva dan bronkus (Neal, 2006).
Amfetamin adalah obat sintetis yang dikonsumsi dalam bentuk pil,
disuntik, dihisap, atau dihirup. Metamfetamin secara struktur mirip dengan
amfetamin dan dikonsumsi dengan cara yang sama pula; Memfetamin
diedarkan dalam dua bentuk, bubuk (crank, speed) atay dalam bentuk yang
lebih murni, Kristal padat. Kokain adalah obat alamiah yang lebih murni yang
dihasilkan dari daun tumbuhan koka. Amfetamin dan kokain membuat para
penggunanya merasa segar tapi tidak meningkatkan cadangan energy dalam
bentuk tubuh, rasa lelah, perasaan mudah terganggu, dan depresi akan muncul
ketika efek obat-obat ini hilang (Wade, 2008).
Efedrin merupakan suatu stimulant sentral yang ringan, tetapi amfetamin
yang lebih mudah masuk ke dalam otak, mempunyai efek stimulant yang jauh
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
lebih hebat terhadap mood dan kesigapan serta mempunyai potensi
penyalahgunaan yang tinggi serta jarang digunakan (Neal, 2006).
Atropin merupakan stimulant sentral yang lemah, terutama pada nucleus
vagus, dan pada dosis rendah menyebabkan bradikardia. Dosis yang lebih
tinggi menyebabkan takikardia (Neal, 2006).
B. URAIAN BAHAN DAN OBAT
1. Uraian Bahan
a. Air suling (Ditjen POM, 1979, hal : 96)
Nama resmi
: AQUA DESTILATA
Nama lain
: Aquades, air suling
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
Kelarutan
: Larut dalam etanol.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan
: Sebagai pelarut.
b. Na CMC (Ditjen POM, 1979 hal : 401)
Nama resmi
: NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Nama lain
: Natrium karboksimetilselulosa
Pemerian
: Serbuk atau butiran putih atau putih gading
tidak
Kelarutan
berbau
dan
hamper
berbauhigroskopik.
: Mudah
medispersidalam
tidak
air membentuk
suspense
(95% P)
dalam
eter P
dan
dalam
pearutorganik lain.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan
: Sebagai pelarut obat dan larutan kontrol.
c. Eter (Ditjen POM, 1979 :66)
Nama Resmi
Nama Lain
Pemerian
: AETHER ANAESTHETICUS
: Eter anestesi/etoksietana
: Cairan transparan; tidak berwarna; bau khas;
rasa manis dan membakar. Sanagt mudah
menguap; sudah mudah terbakar; campuran
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
uapnya
dengan
oksigen,
udara
atau
meledak.
: Larut dalam 10 bagian air; dapat campur
dengan etano (95%) P, dengan kloroform P,
dengan minyak lemak dan dengan minyak
Penyimpanan
atsiri.
: Dalam wadah kering tertutup rapat, terlindung
Penggunaan
: CHOLOROFORMUM
: Kloroform
: Cairan jernih, tidak berwarna,
mudah mengalir,
Penyimpanan
Penggunaan
2. Uraian Obat
a. Amitriptilin
Zat aktif
Golongan
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
Indikasi
Kontraindikasi
Efek samping
Interaksi obat
(Tjay, 2010).
: Hipnotik dan antiansietas, analgesik opioid,
antipsikotik,
antidepresan
lain,
alkohol,
2012)
: Depresi : dosis awal sampai 75 mg/hari, dalam
dosis terbagi, naikkan bertahap sampai 150-200
mg (sampai 300 mg untuk pasien rawat inap).
Sampai 150 mg dapat diberikan sebagai dosis
Farmakodinamik
Farmakokinetik
promazin
: Rearbsorpsi dari usus dengan BA ca 40% PPnya diatas 90%, plasma t1/2 -nya rata-rata 15 jam.
Dalam hati sebagian besar zat didemetilasi
menjadi metabolit aktif nortriptilyn dengan daya
sedative lebih ringan, t1/2 nya rata-rata 36 jam.
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
Ekskreksinya
berlangsung
terutama
lewat
kemih.
b. Diazepam
Zat aktif
Golongan obat
Indikasi
: Diazepam 2 mg
: Benzodiasepin (Harvey, 2013)
: Untuk pengobatan jangka pendek pada gejala
ansietas.
Sebagai
meringankan
Kontraindikasi
terapi
spasme
otot
tambahan
untuk
rangka
karena
Efek samping
gangguan
pulmonar
akut
dan
Farmakokinetik
2012)
: Diazepam merupakan turunan bezodiazepin.
Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi
neuron
dengan
asam
gamma-aminobutirat
N-desmetildiazepam
dan
oxazepam.
(Gunawan, 2012)
: Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 1 - 2
jam pemberian oral. Waktu paruh bervariasi
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
antara 20 - 50 jam sedang waktu paruh
desmetildiazepam bervariasi hingga 100 jam,
tergantung usia dan fungsi hati. (Ganiswarna,
Interaksi obat
2012)
: Penggunaan
susunan
bersama
saraf
pusat
obat-obat
atau
depresan
alkohol
dapat
:
:
Efek samping
sintesis
porfirin
analgetika
dan
serta
keracunan
psikofarmaka.
(Gunawan, 2012)
Efek samping pada dosis hipnotik jarang
terjadi. Sekali-sekali dapat terjadi gangguan
saluran cerna dan reaksi alergi. (Gunawan,
Dosis
2012)
Sekali 300 mg, sehari 600 mg. (Gunawan,
Farmakodinamik
2012)
Memberikan efek anti konvulsi dan efek utama
adalah depresi SSP. Depresi napas sebanding
dengan dosis tidak memberikan efek yang
nyata pada kardiovaskular. (Gunawan, 2012)
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
Farmakokinetik
di
ginjal
(Gunawan,
2007).
d. Caffein
Golongan obat
Indikasi
Kontradiksi
Peningkatan
(Patra, 2014)
: Peningkatan intravascular, mulut kering, pusing,
Farmakokinetik
Farmakodinamik
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
E. PEMBUATAN OBAT
1. Amitriptyline 30 mg
a Disiapkan alat dan bahan
b Ditimbang amitriptylin sebanyak 0,012 gram
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
c Dimasukkan ke dalam kertas perkamen
d Dilarutkan dengan 5mL Na-CMC 1% dalam labu ukur 5 mL
e Dihomogenkan lalu diberi etiket
2. Fenobarbital 100 mg
a Ditimbang fenobarbital sebanyak 0,01295 gram
b Dimasukkan ke dalam kertas perkamen
c Dilarutkan dengan 5 mL Na-CMC 1% dalam labu ukur 5 mL
d Dihomogenkan lalu diberi etiket
3. Diazepam 2 mg
a Disiapkan alat dan bahan
b Ditimbang diazepam sebanyak 0,004 gram
c Dimasukkan kedalam kertas perkamen
d Dilarutkan dengan 5 mL Na-CMC 1% dalam labu ukur 5 mL
e Dihomogenkan lalu diberi etiket
4. Caffein 200 mg
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang caffein sebanyak 0,00615 gram
c. Dimasukkan kedalam kertas perkamen
d. Dilarutkan dengan 5 mL Na-CMC 1% dalam labu ukur 5 mL
e. Dihomogenkan lalu diberi etiket
F. PERLAKUAN HEWAN COBA
1
2
3
4
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
3. Diberikan masing-masing obat fenobarbital dan diazepam pada mencit
secara oral
4. Diamati onset dan durasi dari efek yang ditimbulkan
5. Dicatat onset dan durasi
d Stimulant
1. Disiapkan alat dan bahan serta hewan coba (mencit)
2. Dimasukkan mencit kedalam wadah yang berisi air
3. Diamati perilaku mencit
4. Diberikan obat coffein pada mencit secara oral
5. Dimasukkan lagi mencit kedalam air
6. Diamati berapa banyak gerakan yang ditimbulkan hewan coba mencit
pada menit ke 15, 30, 45, dan 60
7. Dicatat frekuensinya
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
BAB IV HASIL PENGAMATAN
Tabel Pengamatan
1
Anastesi
Eter
BB
(gr)
25
VP
(ml)
0,83
Onset
(menit)
112
Durasi
(menit)
2
Kloroform
26
0,86
116
Obat
Antidepresi
Obat
Amitriptilin
Amitriptilin
Amitriptilin
Amitriptilin
Amitriptilin
Amitriptilin
Amitriptilin
BB
(gr)
20
20
20
20 g
20 g
20 g
20 g
Stimulant
BB
(gr)
Stimulant
23
Stimulant
23
Stimulant
23
Stimulant
23
Stimulant
23
Stimulant
23
Stimulant
23
Sedativ dan Hipnotik
Perlakuan
Pelakuan
Sedative
Hipnotik
AYU MELINDA
15020140081
BB
(gr)
32
24
VP
(ml)
0,67
0,67
0,67
0,67 ml
0,67
0,67
0,67
Frekuensi
(Menit)
awal
0
25
30
45
60
75
VP
(ml)
0,76
0,76
0,76
0,76
0,76
0,76
0,76
Waktu
(Menit)
awal
0
15
30
45
60
75
VP
(ml)
1 ml
0,8 ml
Durasi
(menit)
45
49
IVA MUKRIMA
SSP I
Pembahasan
Sistem
saraf
adalah
salah
satu
organ
yang
berfungsi
untuk
IVA MUKRIMA
SSP I
permukaan tubuh, serta keadaan lingkungan fisiologik. Dan juga karena mencit
(Mus Musculus) juga memiliki komponen darah yang dapat mewakili mamalia
lainnya khususnya manusia, dan juga mencit (Mus Musculus) mempunyai organ
terlengkap sebagai hewan mamalia.
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah benang godam,
baskom, kanula, kapas, spoit, statif, stopwatch, dan toples.Sedangkan bahan yang
digunakan pada percobaan ini adalah aquadest, amitripthylin, caffeina, diazepam,
eter, kloroform, Na-CMC 1% dan Phenobarbital.
Adapun Obat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu pada percobaan
anastesi menggunakan eter dan kloroform. Eter melakukan kontraksi pada otot
jantung, terapi in vivo ini dilawan oleh meningginya aktivitas simpati sehingga
curah jantung tidak berubah. Eter
juga
termasuk
kelompok
barbitural
dalam
golongan
IVA MUKRIMA
SSP I
gangguan kognitif, dan berpotensi osteoporosis.Penggunaan utama Phenobarbital
pada epilepsi adalah dalam terapi statis.
Pada percobaan antidepresi menggunakan amitriptylin. Obat ini termasuk
dalam kelompok antidepresan trisiklik dalam golongan obat anti depresan.
Mekanisme kerjanya adalah penghambat ambilan kembali neurotransmitter dan
penghambat reseptor. Efek-efek obat ini meningkatkan mood, memperbaiki
kewaspadaan mental dan menurunkan pra-okulasi morbid pada 50-70% penderita
depresi mayor.
Serta percobaan stimulant menggunakan caffein. Obat ini termasuk dalam
kelompok perangsang motoris dalam golongan perangsang ssp. Mekanisme
kerjanya adalah translokasi kalsium ekstraseluler. Peningkatan adenosine
monofosfat
siklik
dan
guanosin
monofosfat
siklik
sebagai
hambatan
IVA MUKRIMA
SSP I
pemberian kloroform yaitu 116 menit dan durasinya yaitu 6 menit. Hal ini sesuai
dengan literatur sebab menimbulkan efek pada mencit berupa mencit kehilangan
keseimbangan, serta kesadaran agak mirip keadaan pingsan. Perbandingan antara
pemakaian eter dan kloroform di percobaan anastesi yaitu, eter lebih cepat berefek
pada mencit dibandingkan dengan kloroform.
Percobaan untuk obat hipnotik-sedativ dengan menggunakan fenobarbital
untuk hipnotik dan diazepam untuk sedative. Pada Pemberian fenobarbital
menimbulkan gejala dengan onset 45 menit dan durasinya 49 menit. Sedangkan
untuk Pemberian diazepam sebanyak 1 ml secara per oral menimbulkan gejala
dengan onset 60 menit dan durasinya 45 menit. sesuai dengan literatur karena
onset dan durasinya berlangsung lama yaitu bisa berlangsung antara 10-60 menit
dikarenakan fenobarbital adalah obat tidur jangka panjang, serta diazepam sebagai
obat penenang. Efek yang ditimbulkan dari zat uji fenobarbital ini yaitu
merangsang waktu tidur, depresi dan rasa nyeri.
Pada percobaan stimulant, diperoleh hasil frekuensi sebelum diberikan
coffein tidak menghasilkan banyak gerakan. Pada saat telah diberikan coofein
frekuensi ke 0 menghasilkan banyak gerakan yaitu 51, frekuensi ke 15
menghasilkan banyak gerakan yaitu 59, frekuensi ke 30 menghasilkan banyak
gerakan yaitu 54, frekuensi ke 45 menghasilkan banyak gerakan yaitu 41,
frekuensi ke 60 menghasilkan banyak gerakan yaitu 39, dan frekuensi ke 75
menghasilkan banyak gerakan yaitu 35. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa
dimana jika diberikan obat stimulant maka akan menimbulkan eksitasi dan
euphoria serta meningkatkan aktivitas motorik sehingga gerakan yang dihasilkan
seharusnya bertambah banyak.
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
Percobaan dengan antidepresan pada menit ke- 0 setelah pemberian obat,
dihasilkan14 gerakan. Pada menit ke-15 dihasilkan 26 gerakan. Pada menit ke-30
dihasilkan 30 gerakan, pada menit ke 45 dihasilkan 18 gerakan, pada menit ke- 60
menghasilkan 24 gerakan, dan menit ke- 75 menghasilkan 70 gerakan. Hal ini
sesuai dengan literature dimana obat ini bekerja efektif sebagai obat penenang
atau antidepresan.
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1
2
Pada percobaan anastesi, eter dan kloroform efektif sebagai obat anastesi
Pada percobaan hipnotik dan sedative dengan obat Phenobarbital dan
3
4
antidepresan
B. Saran
Untuk asisten agar selalu mendampingi para praktikannya pada saat
praktikum sedang berlangsung. Agar praktikan lebih terarah dan kesalahannkesalahann yang tidak diarapkann tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
Anonim, 2015. Penuntun Farmakologi dan Toksikologi 1. Universitas Muslim
Makassar: Makassar
Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI : Jakarta.
Ganiswara, G. Sulistia, dkk, 2007. Farmakologi dan Terapi, UI-Press: Jakarta.
Hartanto, dkk. 2007. Biokimia Harpe Edisi 27. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Kadzung, Bartman dkk. 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik. EGC : Jakarta
Mycek, Mary J., 2013, Farmakologi Ulasan Bergambar, Widya Medika: Jakarta.
Neal, 2006,At A Glance: Farmakologi Medis. Erlangga : Jakarta
Patra, Ketut, 2014, ISO Indonesia, Jakarta: IAI
Sloane Ethel. 2013. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta
Setiadi, 2007. Farmakologi Terapan. Erlangga : Jakarta.
Tjay, T. H., dkk, 2007. Obat-Obat Penting Edisi V. PT Gramedia. Jakarta.
Wade, Carole, 2008, Psikologi Edisi 9 Jilid 1, Jakarta : Erlangga
LAMPIRAN
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
A. Perhitungan Dosis
a. Diazepam 2 mg, BR = 198,32 mg
2 mg
=0.03 mg/kgBB
60 kg
Dosis Dewasa
Dosis mencit
= 0,033mg/kgBB
37
=0,37 mg/kgBB
3
0,37 mg
30 g=0,01 mg
1000 g
Larutan stok
5 ml
0,01mg=0,05 mg /5 mL
1 ml
0,05mg
x 198,32 mg=4,958 mg /5 mL
2mg
0,004 gram /5 mL
Dosis Dewasa
Dosis mencit
= 0,83mg/kgBB
37
=10,23 mg/kgBB
3
10,23 mg
30 g=0,30 mg
1000 g
Larutan stok
5 ml
0,30 mg=1,5 mg /5 mL
1 ml
1,5 mg
x 204,96 mg=12,29 mg /5 mL
25 mg
= 0,012 g/5 mL
c. Fenobarbital 100 mg, BR = 127,4 mg
Dosis Dewasa
AYU MELINDA
15020140081
100 mg
=1,66 mg/kgBB
60 kg
IVA MUKRIMA
SSP I
Dosis mencit
= 1,66mg/kgBB
37
=20,47 mg/kgBB
3
20,47 mg
30 g=0,61
1000 g
Larutan stok
5 ml
0,61mg=3,05mg / 5mL
1 ml
mg
3,05 mg
x 127,4 mg=12,95 mg /5 mL
30 mg
=0,01295 g/5 mL
d. Caffein 200 mg
200 mg
=3,33 mg/kgBB
60 kg
Dosis Dewasa
Dosis mencit
= 3,33 mg/kgBB
37
=41,07 mg/ kgBB
3
41,07 mg
30 g=1,23 mg
1000 g
Larutan stok
5 ml
1,23 mg=6,15 mg = 0,00615 g/5mL
1 ml
B Skema Kerja
1. Anastesi
Disiapkan hewan coba
eter
AYU MELINDA
15020140081
+ kloroform
IVA MUKRIMA
SSP I
Dihitung onset dan durasi
2. Antidepresan
Disiapkan hewan coba (mencit)
Dihitung frekuensinya
3. Stimulant
Disiapkan hewan coba (mencit)
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA
SSP I
Dihitung frekuensinya
4. Hipnotik Sedative
Disiapkan hewan coba mencit
Di induksi secara
oral dengan
Diazepam
Di induksi secara
oral dengan
Phenobarbital
AYU MELINDA
15020140081
IVA MUKRIMA