BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks ,
sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. sistem saraf
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. sistem tubuh yang penting ini juga mengatur
kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. karena pengaturan saraf
tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga
menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. dalam sistem inilah
berasal segala fenomena kesadaran ,pikiran,ingatan,bahasa,sensasi, dan
gerakan.
Analgetik
merupakan
obat
yang
mengurangi
bahkan
mungkin
SSP II
aktivitas SSP secara spesifik atau secara umum, oleh karena itu perlu dilakukan
percobaan ini.
B. Tujuan Praktikum
1. Untuk menentukan efektivitas dari obat analgetik yaitu obat piroxicam dan
obat asam mefenamat berdasarkan jumlah geliat hewan coba mencit (Mus
muculus) yang diinduksi dengan asam asetat glasial.
2. Untuk menentukan efektivitas dari obat antipiretik yaitu obat sanmol dan
obat ibuprofen berdasarkan parameter pengukuran suhu tubuh rektal pada
hewan coba tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi dengan pepton.
a. Untuk menentukan efektivitas dari obat antiinflamasi yaitu obat
dexamethasone dan klotaren berdasarkan pengukuran volume kaki pada
hewan coba mencit (Mus musculus) yang diinduksi dengan karagen 1 %.
saraf
adalah
salah
satu
organ
yang
berfungsi
untuk
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
saraf dengan organ efektor terjadi melalui pelepasan subtansi kimiawi khusus
yang dinamakan neurotransmitter (Harvey, 2013).
Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap
stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu
respons terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama:
Input sensorik, Aktivitas integratif, Output motorik (Sloane, 2004).
Sistem saraf dibedakan atas 2 divisi anatomi yaitu sistem saraf pusat
(SSP) yang terdiri dari otak dan medulla spinalis, serta sistem saraf tepi yang
merupakan sel-sel saraf yang terletak di luar otak dan medulla spinalis yaitu
saraf-saraf yang masuk dan keluar SSP. Sistem saraf tepi selanjutnya dibagi
dalam divisi eferen yaitu neuron yang membawa sinyal dari otak dan medulla
spinalis ke jaringan tepi, serta divisi aferen yang membawa informasi dari
perifer ke SSP (Harvey, 2013).
Secara fungsional, sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan
sistem eferen (Sloane, 2004) :
1. Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke
SSP.
2. Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan kelenjar.
Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua subdivisi.
a. Divisi somatik (volunter) berkaitan dengan perubahan lingkungan
eksternal dan pembentukan respons motorik volunter pada otot rangka.
b. Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respons involunter
pada otot polos, otot jantung, dan kelenjar dengan cara mentransmisi
impuls saraf melalui dua jalur
1) Saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla
spinalis.
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
2) Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sakral pada medulla
spinalis.
Skizofernia adalah suatu sidrom yang ditandai oleh manisfestasi
psikologis spesifik. Manisfestasi ini meliputi halusinasi auditorik, waham,
gangguan pikiran dan gangguan perilaku. Bukti-bukti baru menunjukkan
bahwa skizofremia disebabkan oleh kelainan perkembangan yang melibatkan
lobus temporalis medial (girus parahipokamus, hipokamus, dan amigdala),
korteks llobus temporalis dan frontalis (Neal, 2006).
Alzheimer meruapakn penyakit neurogeneratif yang di tandai dengan
kehilangan neuro kolinergik
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
3. Menghambat reseptor dopamin dalam otak: semua obat neuroleptika
menghambat reseptor dopamin dalam otak dan perifer
4. Menghambat reseptor serotonin dalam otak.
Epilepsi menyatakan suatu serangan berulapa kejang secara periodic
dengan atau tanpa kejang. Serangan tersebut disebabkan oleh kelebiha muatan
neuron kortikal dan ditandai dengan perubahan aktivitas listrik seperti yang
diukur dengan elektro-ensefalogram (EEG) (Margono, 2004).
Mekanisme kerja obat-obat anti epilepsi. Obat-obat yang efektif dalam
mengurangi serangan epilepsi dapat bekerja atau yang lebih sering mencegah
meluasnya lepasan listrik abnormal ke daerah-daerah otak. Obat-obat anti
epilepsi yaitu karbamazepin, klonazepam, klorazepat, diazepam ,etoksuksimid,
gabapentin lamotrigin, fenibarbital, fenitoin, pirimidon dan asam valporat
(Harvey, 2013).
Mekanisme kerja obat-obat anti epilepsi. Obat-obat yang efektif dalam
mengurangi serangan epilepsi dapat bekerja atau yang lebih sering mencegah
meluasnya lepasan listrik abnormal ke daerah-daerah otak. Obat-obat anti
epilepsi yaitu karbamazepin, klonazepam, klorazepat, diazepam ,etoksuksimid,
gabapentin lamotrigin, fenibarbital, fenitoin, pirimidon dan asam valporat
(Harvey, 2013).
Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap luka
jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zatzat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau
merusak organisme yang mnyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur
derajat perbaikan jaringan. Jika penyembuhan lrngkap, proses peradangan
biasanya reda. Namun, kadang-kadang inflamasi tidak bisa dicetuskan oleh
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
suatu zat yang tidak berbahanya seperti tepung sari, atau oleh suatu respons
imuns seperti asama atau arthritis rematoid (Harvey, 2013).
Inflamasi
bertujuan
untuk
menyekat
serta
mengisolasi
jejas,
anti-inflamasinya,
obat-obat
ini
bekerja
dengan
jalan
SSP II
hidroperoksieikosatetraenoat dan asam hidroksieikosatetraenoat (HPETEs dan
HETEs) merupakan lipid yang berkaitan, disintesis dari precursor yang sama
sebagai prostaglandin, memakai jalan yang berhubungan (Harvey, 2013).
Adapun
mekanisme
pembentukan
prostaglandin
sebagai
berikut
(Ganiswara, 2012):
Fosfolipid
Dihambat kortikosteroid
Enzim fosfolipase
Asam arakidonat
Enzim Lipoksigenase
Enzim siklooksigenase
Dihambat obat
OAINS
Hidroperoksid
endoperoksid
PGG2/PGH
Leukotrien
Prostaksiklin
Tromboksan A2
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
Analgetika adalah senyawa yang dalam dosis terauperik meringankan
atau menekan rasa nyeri tanpa memiliki kerja anastesi umum. Berdasarkan
potensi kerja, mekanisme kerja dan efek samping analgetika dibedakan dalam
dua kelompok yaitu (Margono, 2004):
1. analkgetika yang bersifat kuat, bekerja pada pusat (hipoanalgetika,
kelompok opiat)
2. analgetika yang berkhasiat lemah (sampai sedang), bekerja terutama pada
perifer dengan sifat anti piretika dan kebanyakan juga mempunyai sifat
antiinflamasi dan anti reumatik
Rasa nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional,yang tidak enak dan
yang berkaitan dengan ( ancaman ) kerusakan jaringan. Keadaan psikis sangat
mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit (kepala) atau
memperhebat, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsang nyeri. Nyeri
merupakan suatu perasaan pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda
bagi setiap orang. Batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni pada 44-45C.
rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yang bersifat
bahaya tentang adanya ganguan dijaringan seperti peradangam (rema,encok),
infeksi jasad renik atau kejang otot (Tjay dan Rahardja , 2007).
Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda
tentang adanya gangguan-gangguan dalam tubuh seperti peradangan, infeksi
kuman atau atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan rangsangan mekanis atau
kimiawi, kalaor atau listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan
melepaskan zat yang disebut mediator nyeri (pengantara) (Anief, 2004).
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa
cara yakni (Anief, 2004):
1. Menghalangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perimer dengan
analgetika lokal
2. Merintangi penyaluran rangsangan disaraf-saraf sensoris, misalnya dengan
anastetika lokal
3. Blokade pusat nyeri disistem saraf pusat dengan obat analgetika sentral
(narkotika) atau dengan anastetika umum.
1. Analgetik
Analgetik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Anief, 2007).
Analgesik Opioid (Neal, 2006):
1) Kuat
- Morfin
- Diamorfin (Heroin)
- Fenazosin
- Dekstromoramid
- Metadon
- Petidin
- Buprenorfin
- Fentanil
2) Sedang/Lemah
- Kodein
- Dihidrokodein
- Dekstropropoksifen
Efek analgesik OAINS digunakan baik di perifer maupun disentral,
tetapi efek perifernya lebih banyak. Efek analgesiknya biasanya
berhubungan dengan efek antiinflamsinya dan diakibatkan sintesis
prostaglandin sedikit nyeri, tetapi mempotensiasi nyeri yang disebabkan
oleh mediator inflamasi lain ( misalnya histamin, bradikinin) (Neal, 2006).
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
Opioid berinteraksi secara stereospesifik dengan reseptor protein pada
membran sel-sel saluran cerna. Efek utama opioid diperantarai oleh 4 famili
reseptor, yang ditunjukkan dengan huruf Yunani, , , dan , setiap
reseptor menunjukkan spesifisitas yang berbeda untuk obatobat yang
diikatnya (Harvey, 2013).
2. Antipiretik
Antipiretik adalah obat-obat atau zat-zat yang dapat menurunkan suhu
badan pada keadaan demam. Suhu badan diatur oleh keseimbangna antara
produksi dan hilangnya panas. Alat pengatur suhu tubuh berada di
hipothalamus. Pada keadaan demam keseimbangna ini terganggu tetapi
dapat dikembalikan ke normal oleh obat mirip aspirin. Ada bukit bahwa
peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik diawali pelepasan suatu zat
pirogen atau sitokinin seperti interleukin-1 (IL-1) yang memacu pelepasan
prostaglandin yang berlebihan di daerah preoptik hypothalamus. Selain itu
PGE2 terbukti menimbulkan demam setelah diinfuskan ke ventrikel serebral
atau disuntikkan ke daerah hypothalamus. Obat mirip aspirin menekan efek
zat piorgen endogen dengan menghambat sintesis PG (Tjay dan Rahardja,
2007).
B. Uraian Bahan
1. Uraian bahan
a. Aquadest (Ditjen POM, 1979: 96)
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
Nama resmi
Nama lain
RM
BM
Pemerian
:
:
:
:
:
AQUA DESTILATA
Air suling, aquadest
H2O
18,02
Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
:
:
:
:
:
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
rasa asam.
Dapat campur dengan air, dengan etanol
:
:
NATRII
Nama Lain
CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Natrium karboksilmetilselulosa
Pemerian
Kelarutan
berbau,higroskopik.
Mudah mendispersi dalam air,
membentuksuspensi koloidal, tidak larut
dalam etanol (95%) P, dalam eter P,dalam
pelarut organiklain.
d. Pepton (Dirjen POM, 1979: 721)
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
Nama resmi
Nama lain
Pemerian
:
:
:
PEPTON
Pepton
Serbuk, kuning kemerahan sampai coklat;
Kelarutan
Penyimpanan
: ALBUMINUM
Nama Lain
: Albumin
Pemerian
sampai
Penyimpanan
Kegunaan
2. Uraian Obat
a. Asam Mefenamat (Gunawan, 2007)
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
Indikasi
Kontraindikasi
Efek samping
Dosis
Farmakokinetik
mg tiap 6 jam.
Diabsorbsi cepat dan sempurna melalui
saluran cerna. Konsentrasi tertinggi
dalam plasma dicapai dalam waktu jam
Farmakodinamik
Kontraindikasi
Efek samping
:
:
setelah imunisasi
Disfungsi hati dan ginjal
Reaksi hematologi, reaksi kulit dan reaksi
alergi lainnya
Dosis
:
Dewasa : 1-2tab, anak -1 tab.
c. DEXAMETHASONE (Margono, 2004)
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
Indikasi
Kontra indikasi
Efek samping
dosis imunsupresive.
ulkus peptikum, osteporosis dan faktur
Farmkodinamik
vertebrata.
kostikosteroid mempengaruhi
hati.
Dosis
:
oral 0,5 -10 mg /hari
Sediaan
tablet
d. PIROKSICAM (Gunawan, 2007)
Indikasi
Kontraindikasi
ankilosa.
: pasien tukak lambung dan pasien yang
Efek samping
mengkonsumsi antikoagulan.
: gangguan saluran cerna, tukank lambung,
pusing, tinnitus, nyeri kepala dan aritmia
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
kulit.
: absorbsi berlangsung cepat dilambung,
Farmakokinetik
Dosis
Kontraindikasi
peradangan.
Jangan menggunakan klotaren untuk
pasien yang alergi terhadap klotaren,
memiliki riwayat reaksi alergi
(bronkospasme, shock, rhinitis, urtikaria)
Efek samping
Dosis
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
mg/kgbb /hari dibagi dalam 2-3 kali
Farmakokinetik
dosis.
Gangguan pada saluran gastrointestinal
seperti mual, muntah, sembelit, nyeri
perut, diare, kembung. Dalam pemakaian
jangka panjang pasien biasanya diberikan
Farmakodinamik
Farmakokinetik
analgetik
Farmakodinamik
BAB III METODE KERJA
A. Alat yang digunakan
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah benang godam,
gelas kimia, kanula, penggaris, spoit injeksi, stopwatch, dan termometer rektal.
B. Bahan yang digunakan
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Asam asetat
glasial 1%, Asam Mefenamat,
SSP II
5
SSP II
6. Diukur lingkar kaki pada menit ke 15, 30 dan 60.
BB
VP
Peroxicam
As.
20 gr
0,66 mL
27 gr
0,9 mL
3 geliat
6 geliat
8 geliat
Mefenamat
2. Antipiretik
BB
Dosis
Suhu
Suhu
Hewan
Obat
Awal
Demam
4,75
35,9
Obat
Ibuprofen 109 gr
menit
36,1
menit
35,9
36,2C
mL
4,82
Sanmol
Suhu Perlakuan
15
30
60
C
35,2
193 gr
menit
35C
C
36,2
C
37,6
37,6
35,4C
mL
%
penurunan
3,3
-6,2
3. Antiinflamasi
V.kaki
BB
Dosis
V.kaki
Obat
benga
Hewan
Obat
awal
k
Klotaren
30 gr
Dexameth
1 mL
1,3 cm
33 gr
AYU MELINDA
15020140081
30
60
menit
menit
menit
1,4
1,3
1,3
%
penurunan
23,5
cm
1,1
1 cm
mL
15
1,7 cm
1,1
osone
Pembahasan
V. setelah Perlakuan
1,2 cm
cm
cm
cm
1 cm
1 cm
16,6
SSP II
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan
serta terdiri terutama dari jaringan saraf, dalam mekanisme sistem saraf,
lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan
khusus seperti iritabilitas, atau sensivitas terhadap stimulus dan konduktivitas,
atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons terhadap stimulasi, diatur oleh
sistem saraf dalam tiga cara utama.
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sum-sum tulang belakang. Efek
perangsangan sistem saraf pusat (SSP) baik oleh obat yang berasal dari alam atau
sintetik dapat diperlihatkan pada hewan dan manusia. Beberapa obat memperlihat
efek perangsangan SSP yang nyata dan dosis toksik, sedangkan obat lain
memperlihatkan efek rangsangan SSP sebagai efek samping.
Pada percobaan ini digunakan mencit (Mus musculus) atau tikus (Rattus
norvegicus). Alasan mengapa digunakannya mencit (Mus musculus) dan tikus
(Rattus norvegicus) yaitu, karena sebagian besar mencit atau tikus adalah hewan
laboratorium yang digunakan dalam penelitian biomedis, pengujian, dan
pendidikan. Hal ini dilakukan karena mencit dan tikus memiliki struktur organ
yang hampir sama dengan manusia. Dalam hal genetika, mencit atau tikus ini
adalah mamalia yang dicirikan paling lengkap.
Dalam praktikum ini digunakan asam asetat glasial sebagai bahan
penginduksi analgetik. Asam asetat glasial merupakan asam lemah yang tidak
berkonjugasi dalam tubuh, pemberian asam asetat glasial terhadap hewan
percobaan akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri akibat
adanya kerusakan jaringan atau inflamasi. Pepton sebagai bahan penginduksi
antipiretik. Pepton merupakan suatu protein yang dimana biasanya dibentuk
pirogen yaitu suatu zat yang meneyebabkan demam. Serta keragen sebagai bahan
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
penginduksi antiinflamasi, karagen merupakan suatu zat asing (antigen) yang bila
masuk kedalam tubuh akan merangsang pelepasan mediator radang seperti
histamin sebagai menimbulkan radang akibat antibodi tubuh bereaksi terhadap
antigen tersebut untuk melawan pengaruhnya.
Pada percobaan menetukan efek farmakologi analgetik menggunakan
Peroxicam dan Asam Mefenamat. Mekanisme karja untuk obat analgetik, yaitu
dangan cara menghalangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer,
baik analgetik maupun antipiretik pada dasarnya melakukan fungsi yang sama
yaitu menghalangi terbentuknya rangsangan pada reseptor. Hanya saja, analgetik
menghalangi terbentuknya rangsangan nyeri, sedangkan antipiretik menghalangi
terbentuknya rangsangan pada panas. Namun, kedua rangsangan itu di atur oleh
hipotalamus.
Pada percobaan penentuan efek farmakologi antipiretik menggunakan Ibu
Profen dan Sanmol. Mekanisme karja untuk obat antipiretik, yaitu sama halnya
dangan mekanisme kerja untuk obat analgetik.
Pada percobaan menetukan efek anti inflamasi, menggunakan Klotaren dan
Dexamethasone. Mekanisme kerja dari aniinflamasi steroid yaitu menginaktivasi
enzim fosfolipase untuk tidak mengubah fosfilipid yang dibentuk karena adanya
gangguan pada membrane sel menjadi asam arakidonat. Sedangkan obat
nonsteroid memilki kerja yang sama baik dalam bentuk paten maupun generik,
yaitu bahan aktifnya mempenetrasi ke dalam kulit, ke daerah yang mengalami
inflamasi seperti peradangan akibat trauma dan rematik dan menghambat enzim
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
siklooksigenase 2 untuk mengubah asam arakidonat menjadi zat zat
prostaglandin.
Hasil yang diperoleh dari percobaan antiinflamasi pada mencit kelompok 1
volume awal 1,3 cm, kemudian setelah diberikan obat klotaren, volume bengkak
1,7 cm dan pada saat 15 menit 1,4 cm, 30 menit 1,3 cm, dan 60 menit 1,3 cm, jadi
% penurunannya yaitu 23,5. Sedangkan pada mencit kelompok 2 volume awal 1
cm, kemudian setelah diberikan obat dexamethasone, volume bengkak 1,2 cm dan
pada saat 15 menit 1,1 cm, 30 menit 1 cm, dan 60 menit 1 cm, jadi %
penurunannya yaitu 16,6. Hal ini menunjukkan bahwa dexamethasone lebih
efektif sebagai antiinflamasi dibandingkan dengan klotaren. Pada literatur
diperoleh pula efek obat anti-inflamasi yaitu klotaren dan dexamethasone dapat
mengurangi bengkak pada kaki mencit setelah diinduksi dengan karagen.
Alasan dilakukan percobaan ini, untuk mengetahui efek farmakologi dari
setiap obat, yaitu obat analgetik menghalangi terrbentuknya rangsangan pada
reseptor nyeri perifer. Untuk obat antiinflamasi bagian tubuh misalnya kulit yang
mengalami peradangan akibat trauma dan rematik. Sedangkan obat antipiretik
menghalangi terbentuknya rangsangan panas.
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
DAFTAR PUSTAKA
Anief, 2004, Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan Penggunaan, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Anonim, 2015, Penuntun Farmakologi Praktikum dan Toksikologi II, Universitas
Muslim Indonesia, Makassar.
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Ganiswara G., Sulistia, 2012, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FK-UI, Jakarta.
Margono, Mahar, 2004, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, UI Press, Jakarta.
Mitchell, 2009, Dasar-dasar Patologis Penyakit, EGC, Jakarta.
Mycek, Harvey. R. A., Champe. P. C, 2013, Farmakologi Ulasan Bergambar,
Widya Medika, Jakarta.
Neal,M.J, 2006, At a Glance Farmakologi Medis Edisi kelima, Erlangga, Jakarta.
Setiadi, 2007, Anatomi dan Fisiologi Manusia, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Sloane, Ethel, 2004, Anatomi dan Fisiologi untuk pemula, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Tjay, Tan Hoan,
Jakarta.
LAMPIRAN
A. Perhitungan Dosis
1. Sanmol 500 mg, Berat etiket rata rata = 673,1 mg
500 mg
=8,33 mg/kgBB
Dosis manusia =
60 kgBB
mg
37
Dosis tikus
= 8,33
kgBB 6
= 51,36 mg/kgBB
51,36 mg
200 g
Dosis maksimal =
1000 g
= 10,272 mg
10 mL
10,272 mg
Larutan stock =
5 mL
= 20,544 mg
AYU MELINDA
15020140081
SSP II
20,544 mg
673,1 mg
500 mg
27,65 mg
=0 , 02765 g
= 27,65 mg =
1000 g
2. Ibuprofen 400 mg, Berat etiket rata rata = 0,57655 g = 576,55 mg
BYD
Dosis manusia =
Dosis tikus
400 mg
=6,66 mg/kgBB
60 kgBB
= 6,66 mg/kgBB
37
6
= 41,07 mg/kgBB
Dosis maksimal =
41,07 mg
200 g
1000 g
= 8,214 mg
Larutan stock
10 mL
8,214 mg
5 mL
= 16,428 mg
BYD
16,428 mg
576,55 mg
400 mg
= 23,678 mg =
23,678 mg
=0 , 023678 g
1000 g
20 mg
=0,33 mg/kgBB
60 kgBB
= 0,33 mg/kgBB
= 4,07 mg/kgBB
Dosis maksimal =
4,07 mg
30 g
1000 g
= 0,1221 mg
AYU MELINDA
15020140081
37
3
SSP II
Larutan stock
5 mL
0,1221mg
1 mL
= 0,6105 mg
BYD
0.6105mg
242,575 mg
20 mg
= 7,40 mg =
7,40 mg
=0 , 0074 g
1000 g
Dosis manusia =
Dosis mencit
500 mg
=8,3 mg/kgBB
60 kgBB
= 8,3 mg/kgBB
37
3
= 102,36 mg/kgBB
Dosis maksimal =
102,36 mg
30 g
1000 g
= 3,0708 mg
Larutan stock
5 mL
3,0708 mg
1 mL
= 15,354 mg
BYD
15,354 mg
647,76 mg
500mg
= 19,89 mg =
19,89 mg
=0 , 0198 g
1000 g
Dosis manusia =
AYU MELINDA
15020140081
0,5 mg
=0,0083 mg /kgBB
60 kgBB
SSP II
Dosis mencit
37
3
= 0,0083 mg/kgBB
= 0,102 mg/kgBB
Dosis maksimal =
0,102mg
30 g
1000 g
= 0,00306 mg
Larutan stock
5 mL
0,00306 mg
1 mL
= 0,0153 mg
BYD
0,0153mg
183 mg
0,5 mg
= 5,59 mg =
5,59 mg
=0 , 0559 g
1000 g
Dosis manusia =
Dosis mencit
50 mg
=0,83 mg/kgBB
60 kgBB
= 0,83 mg/kgBB
37
3
= 10,23 mg/kgBB
Dosis maksimal =
10,23 mg
30 g
1000 g
= 0,306 mg
Larutan stock
5 mL
0,306 mg
1 mL
= 1,53 mg
BYD
AYU MELINDA
15020140081
1,53 mg
229,2mg
50 mg
SSP II
=7,01352 mg =
7,01352 mg
1000 g
0 , 00701352 g
B. Skema Kerja
1. Analgetik
Disiapkan alat dan bahan
Mencit 1
Piroxicam
Mencit 2
Asam mefenamat
2. Antipiretik
Disiapkan alat dan bahan
Tikus 1
Sanmol
Tikus 2
Ibuproven
SSP II
3. Antiinflamasi
Disiapkan alat dan bahan
Mencit 1
Dexamethason
AYU MELINDA
15020140081
Mencit 2
Klotaren