Anda di halaman 1dari 1

ANDA DAN HUKUM DALAM KESEHARIAN - 66

LEMBAGA ADAT SEBAGAI LEMBAGA PENYELESAIAN SENGKETA


A
ADAT Bak Po teu Meurehom, Hukom bak Syiah berlaku sepenuhnya dalam mengatur kehidupan Dalam menyelesaikan berbagai sengketa, banyak
Kuala, Qanun bak Putro Phang, Reusam bak manusia atau kehidupan bermasyarakat. Setiap gerak sanksi yang bisa dijatuhkan kepada sipelanggar hukum.
Laksamana. Bunyi hadih maja ini, tidak bisa dan tingkah laku dalam interaksi sosial masyarakat selalu Pasal 19 Perda Nomor 7 tahun 2000 menyebutkan: Jenis-
lekang dari keseharian kita, masyarakat Aceh. berbalut bingkai adat, sehingga apapun yang dilakukan, jenis penyelesaian sengketa dan sanksi yang dapat
Kalimat ini adalah bagian yang melekat dalam kehidupan selalu ditinjau atau disesuaikan dengan ukuran-ukuran dijatuhkan sebagai berikut :
adat di Aceh. adat. Dengan memakai tolok ukur adat dan hukum adat a. Nasihat
Adat istiadat merupakan seperangkat nilai-nilai dan tersebut, sadar atau tidak, secara otomatis sudah b. Teguran
keyakinan sosial yang tumbuh dan berakar dalam memakai tolok ukur agama. c. Pernyataan maaf di hadapan orang banyak di
kehidupan masyarakat Aceh. Dr. Muhammad Hakim Hal ini dapat dilihat dari adat dan hukum adat yang meunasah atau mesjid, diikuti dengan acara
Nyak Pha, Dosen Fakultas Hukum Universitas syiah mengatur sekitar kehidupan rumah tangga, sampai pada peusijuk
Kuala/ Hakim Agung pada Mahkamah Agung RI, dalam adat dan hukum adat yang mengatur mata pencaharian. d. Denda
buku yang berjudul Pedoman Umum Adat Aceh Edisi I, Dari penyelenggaraan upacara keagamaan dan e. Ganti kerugian
menuliskan bahwa adat istiadat adalah tata kelakuan upacara kemasyarakatan, dan pendidikan hingga upaya f. Dikucilkan oleh masyarakat gampong
atau tata tindakan atau tata perbuatan yang selanjutnya penyelesaian sengketa. g. Dikeluarkan dari masyarakat gampong
merupakan kaedah-kaedah yang bukan saja dikenal, Hukum Adat Untuk Penyelesaian Sengketa h. Pencabutan gelar adat
diakui dan dihargai, akan tetapi juga ditaati oleh Hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang i. Dan lain-lain bentuk sanksi sesuai dengan adat
sebahagian besar warga masyarakat yang menjelma dalam keputusan-keputusan para setempat
bersangkutan. Adat istiadat tersebut telah memberikan fungsionaris hukum yang mempunyai wibawa serta Akan tetapi, sedikit disayangkan, kini peran
sumbangan yang sangat berharga terhadap pengaruh dalam pelaksanaannya, berlaku serta merta lembaga adat agak terpinggirkan oleh berbagai kondisi
kelangsungan kehidupan masyarakat. dan dipatuhi sepenuh hati. yang terjadi di Aceh. A Rahman Kaoy mengatakan, kondisi
Berdasarkan Undang-undang Nomor 44 Tahun A Rahman Kaoy mengatakan, hukum adat lahir dan Aceh, yang selalu dalam keadaan “bersengketa”
1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi dipelihara oleh keputusan-keputusan para warga membuat penyelenggaraan adat menjadi terlupakan. 73
Daerah Istimewa Aceh, bidang adat merupakan salah masyarkat hukum, terutama keputusan-keputusan tahun berperang melawan belanda, ditambah lagi
satu keistimewaan yang diakui oleh Pemerintah di berwibawa dari pimpinan rakyat yang membantu dengan konflik bersenjata, membuat masyarakat tidak
Propinsi Daerah Istimewa Aceh. pelaksanaan-pelaksanaan perbuatan hukum atau sempat berpikir untuk menyelenggarakan adat dan
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri dalam hal yang bertentangan dengan kepentingan hukum adat, terlebih lagi mewarisinya kepada generasi
Nomor 11 tahun 1984 tentang Pembinaan dan keputusan para hakim yang bertugas mengadili muda.
Pengembangan Adat istiadat di Tingkat Desa/Kelurahan, sengketa, sepanjang keyakinan tersebut tidak kehidupan yang berdasarkan adat, kini hanya
pengaturan masalah lembaga Adat telah mempunyai bertentangan dengan keyakinan hukum adat. mengakar dalam kehidupan generasi tua saja.
landasan hukum yang kongkrit. Dengan demikian Jika sengketa diselesaikan secara hukum adat, Perubahan zaman yang dibarengi dengan
pemerintah Propoinsi Daerah Istimewa Aceh dapat sebut A Rahman Kaoy, dipastikan penyelesaiannya akan kemodernisasian, telah menyisihkan keseharian adat
mengatur pembinaan, pengembangan dan pelestarian bisa lebih mudah. Menyelesaikan masalah dengan dari kehidupan masyarakat, khususnya kaum muda.
adat istiadat. hukum adat, dipastikan tidak ada ekses, dan beban yang Tidak heran, jika kini muncul satu keresahan akan
Fungsi umum Adat istiadat adalah mewujudkan diemban oleh pihak kepolisian yang dalam hal ini adalah kelangsungan keberadaan adat di masyarakat Aceh.
hubungan yang harmonis dalam kehidupan masyarakat. perangkat hukum positif, juga akan lebih ringan. Senada dengan itu, Adli Abdullah, mengatakan telah
Di Aceh sendiri, menurut Wakil Ketua Majelis Adat Aceh Berbagai sengketa, jika diselesaikan dengan hukum terjadi dekradasi pemahaman adat di kalangan
(MAA) A. Rahman Kaoy, adat dan proses hukum nyaris positif dinilai bisa menimbulkan ekses, misalnya, masyarakat Aceh untuk saat ini. Pasca tsunami Aceh,
tidak bisa dipisahkan. Oleh karenanya dalam setiap seseorang yang bersalah kemudian divonis penjara, membawa dua dampak sekaligus untuk perkembangan
kumpulan masyarakat yang hidup dalam satu komunitas dan suatu saat bisa menimbulkan rasa dendam di adat di Aceh.
atau yang dikenal dengan gampong (istilah untuk desa), kemudian hari. Dampak pertama, kearifan-kearifan lokal mulai
masyarakat harus memiliki satu lembaga adat, yang Dalam Pasal 10 Perda Nomor 7 tahun 2000 terkikis dengan masuknya budaya modernisasi yang
terdiri dari unsur pemerintahan, pemuka agama dan disebutkan : Aparat penegak hukum memberi datang beserta banyaknya orang dari berbagai penjuru
kaum penasihat. kesempatan terlebih dahulu kepada geuchik dan imum dunia, yang datang melawat ke Aceh, melalui berbagai
Lalu apa yang disebut dengan lembaga adat? mukim untuk menyelesaikan sengeketa-sengketa/ bantuan. Contoh terdekat, sebut Adli, adalah
Dalam Pasal 1 ayat (5) Perda No 7 tahun 2000 tentang perselisihan di gampong/mukim masing-masing. kebersamaan membangun gampong. Jika sebelumnya
Penyelenggaraan Kehidupan Adat, disebutkan bahwa Sekretaris Panglima Laot Aceh, Adli Abdullah, masyarakat masih mau bergotong royong dengan
Lembaga Adat adalah suatu organisasi kemasyarakatan mengatakan, sistem peradilan adat amat sesuai dengan sukarela membangun gampongnya, tetapi kini hal yang
adat yang dibentuk oleh suatu masyarakat hukum adat perasaan masyarakat. Sejak zaman Iskandar Muda, kontras yang terlihat. Dampak kedua, adalah dampak
tertentu, mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan semua sengketa, baik itu perdata maupun pidana selalu positif, dimana segala hal tentang adat dan hukum adat,
sendiri serta berhak dan berwenang untuk mengatur menempuh prosedur penyelesaian melalui lembaga kini mulai dibincangkan hingga ke tingkat akademisi di
dan mengurus serta menyelesaikan hal-hal yang hukum adat, misalnya perkelahian, pembunuhan kampus. Dengan adanya kondisi ini, diharapkan
berkaitan dengan adat Aceh. bahkan untuk sekarang ini, kecelakaan lalu lintas di jalan implementasi adat Aceh dalam keseharian masyarakat
Peran Adat Ditinjau dari Segi Sejarah raya penanganannya dilakukan melalui geuchik atau bisa dikembalikan seperti zaman keemasannya dulu,
Dalam perjalanannya, adat di Aceh tidak bisa orangtua gampong yang dilakukan di meunasah. apalagi sekarang sudah didukung kuat dengan
dipisahkan dengan hukum agama Islam. Dalam hadih Dengan demikian maka berbagai kasus tersebut bisa adanya Undang-undang No. 11/2006 tentang
maja lainnya dikatakan adat dengan syariat atau adat diselesaikan dengan cepat, sederhana dan murah serta Pemerintahan Aceh.
dengan hukum, diibaratkan bagai zat dengan sifat (hukom hasil keputusannya akan membentuk kembali jalinan Saat ini, sebut A Rahman Kaoy, tengah diupayakan
ngon adat lagee zat ngon sifeut). persaudaraan dan kedamaian. kembali membentuk lembaga-lembaga adat di
Sedikit melihat kebelakang, segala peraturan yang Namun, jika dalam waktu tertentu sengketa tidak gampong-gampong di seluruh Provinsi Nanggroe Aceh
berdasarkan syara’ atau syariat selalu ditulis oleh juga bisa diselesaikan, atau ada pihak yang belum puas, Darussalam, hal ini dilakukan dengan melatih semua
seorang Qadhi Malikul ‘Adil, yang kemudian maka sengketa bisa diajukan kepada aparat penegak aparat gampong, untuk bisa menerapkan adat seperti
diimplementasikan oleh Sultan sebagai adat di hukum, sesuai dengan Pasal 15 ayat (1) Perda Nomor 7 sebelumnya. Dari pelatihan “Sosialisasi Lembaga Adat
masyarakat. Jadi, hukum adat yang berlaku pada masa tahun 2000 disebutkan : Apabila dalam jangka waktu 1 di Gampong” yang dilakukan oleh Majelis Adat Aceh
lalu pada prinsipnya dapat digolongkan kepada tiga hal: (satu) bulan Imum Mukim tidak dapat menyelesaikan atau selama periode 2007 hingga saat ini diperkirakan baru
a. Adatullah, yaitu hukum adat yang hampir mutlak para pihak yang berselisih/bersengketa merasa tidak 5% saja aparat gampong di Aceh yang sudah
didasarkan pada hukum Allah (Al-quran dan Hadits) puas terhadap keputusan adat tingkat Mukim, maka ia mendapatkan pelatihan tersebut. Selain dilatih untuk
b. A d a t M u h a k a m a h , y a i t u h u k u m a d a t y a n g dapat mengajukan perkaranya kepada aparat penegak menjalankan adat, mereka juga dilatih untuk menjadi
dimanifestasikan pada asas musyawarah dan hukum. Pasal 15 ayat (2) menyebutkan : Keputusan adat pengurus di peradilan gampong, sehingga setiap terjadi
mufakat. yang telah dijatuhkan kepada pihak-pihak yang sengketa di gampong, bisa diselesaikan dengan hukum
c. Adatunnah, yaitu adat istiadat sebagai manifestasi bersengketa dapat dijadikan salah satu pertimbangan adat dan peradilan gampong.
bagi qanun dan reusam yang mengatur kehidupan oleh aparat penegak hukum
masyarakat. dalam menyelesaikan Semua artikel dalam seri ini dapat ditemukan pada website IDLO
Pada masa ini seluruh bentuk adat dan hukum adat perkara. di http://www.idlo.int/bandaacehawareness.HTM

Rubrik ini dipublikasikan atas kerjasama Harian Serambi INDONESIA dengan IDLO

Anda mungkin juga menyukai