1.
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin
lebih dari normal yang ditandai dengan adanya jaundice atau ikterus
(Wong, 2005).
2.
Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai diskolorasi kulit, mukosa
membran dan sklera karena peningkatan kadar bilirubin dalam serum > 2
mg/dl (Sukadi, 2002).
3.
Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar
bilirubin dalam jaringan ekstravaskular, sehingga konjungtiva, kulit dan
mukosa akan berwarna kuning (Azis Alimul, 2005).
ANATOMI FISIOLOGI
Hepar adalah organ terbesar dalam tubuh manusia, terletak di sebelah atas dalam
rongga abdomen, disebelah kanan bawah diafragma. Berwarna merah kecoklatan,
lunak dan mengandung amat banyak vaskularisasi. Hepar terdiri dari lobus kanan
yang besar dan lobus kiri yang kecil.
Fungsi hepar adalah 1).Metabolisme karbohidrat, protein dan lemak 2). Sintesa
kolesterol dan steroid, pembentukan protein plasma (fibrinogen, protrombin dan
globulin) 3). Penyimpanan glikogen, lemak, vitamin (A, B12, D dan K) dan zat
besi (Ferritin) 4). Detoksikasi menghancurkan hormon hormon steroid dan
berbagai obat-obatan 5). Pembentukan dan penghancuran sel-sel darah merah,
pembentukan terjadi hanya pada 6 bulan masa kehidupan awal fetus 6). Sekresi
bilirubin (pigmen empedu) dari bilirubin unconjugated menjadi conjugated
Kantung atau kelenjar empedu merupakan kantung berbentuk buah pir dengan
panjang sekitar 7,5 cm dan dapat menampung 50 ml cairan empedu. Cairan
empedu adalah cairan kental berwarna kuning keemasan atau kehijauan yang
dihasilkan terus menerus dalam jumlah 500 1000 ml/hari, merupakan zat
esensial dalam pencernaan dan penyerapan lemak, suatu media yang dapat
mengekskresikan zat-zat tertentu yang tidak dapat diekskresikan oleh ginjal.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Jaundice pada sklera dan mukosa oral, kulit menguning
Jaundice dengan lokasi yang berbeda-beda dapat diperkirakan level bilirubin
(Pemeriksaan ikterometer dari Kremer).
b. Letargi, bayi tampak malas untuk bergerak dan minum, refleks sucking dan
refleks rooting menurun atau menghilang.
c. Pucat menandakan anemia
d. Bising usus hipoaktif
e. Palpasi abdomen ditemukan pembesaran hepar dan limpa
f. Reflex moro menghilang
g. Hipertonisitas, opistotonus, kejang
h. Cephalhematom besar mungkin terlihat pada tulang parietal
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Urine gelap, feses lunak coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin
b. Peningkatan konsentrasi bilirubin
c. Golongan darah ibu dan bayi untuk mengidentifikasi inkompatibilitas ABO
d. Test Coomb tali pusat bayi yang baru lahir :
Hasil test Coomb indirek (+)
Menunjukan adanya antibodi Rh (+), anti-A dan anti-B dalam sel darah ibu.
Hasil test Coomb direk (+)
Menunjukan adanya sensitivitas (Rh (+), anti-A dan anti-B) sel darah merah dari
neonatus.
e. Bilirubin serum
Bilirubin conjugated bermakna bila > 1.0 1.5 mg%
Bilirubin unconjugated meningkat tidak > 5 mg% dalam 24 jam, kadarnya tidak
> 20 mg %.
f. Protein serum total
Kadar <> 65 %) pada polisitemia.
Hb menurun (<>
PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
Hiperbilirubin dapat dicegah dan dihentikan peningkatannta dengan cara :
a. Pengawasan antenatal yang baik
b. Menghindari obat-obatan yang dapat meningkatkan ikterus pada masa
kehamilan dan kelahiran, misalnya sulfa furazole, oksitosin, dsb.
c. Pencegahan pengobatan hipoksin dapa janin dan neonatus
d. Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus
e. Pemberian makanan yang dini
f. Pencegahan infeksi
2. Penanganan
a. Foto terapi
Dilakukan pada penderita dengan kadar bilirubin indirek > 10 mg/dL dan pada
bayi dengan proses hemolisis yang ditandai dengan adanya ikterus pada hari
pertama kelahiran.
Mekanisme : menimbulkan dekomposisi bilirubin, kadar bilirubin dipecah
sehingga mudah larut dalam air dan tidak toksik, yang dikeluarkan melalui urine
(urobilinogen) dan feses (sterkobilin).
Terdiri dari 8-10 buah lampu yang tersusun pararel 160-200 watt, menggunakan
cahaya Fluorescent (biru atau putih), lama penyinaran tidak lebih dari 100 jam.
Jarak bayi dan lampu antara 4050cm, posisi berbaring tanpa pakaian, daerah
mata dan alat kelamin ditutup dengan bahan yang dapat memantulkan cahaya
(contoh : karbon), dan posisi bayi diubah setiap 1-6 jam.
Dapat dilakukan pada sebelum atau sesudah transfusi tukar.
b. Fenobarbital
DAFTAR PUSTAKA
Ashwill & Droske. 1997. Nursing Care of Children. Philadelphia. WB Saunders
Company.
Barnard & Hazinski. 1992. Nursing Care of Critically III Children. St. Louis,
Mosby Year Book Inc.
Ilyas, Mulyati & Nurlina. 1995. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jaakrta. EGC
Markum. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. FKUI
Nelson, Behrman. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC
Sukadi. 2002. Ikterus Neonaturum Diktat Kuliah Perinatologi. Bandung, FKUP
RSHS.
Wong, 2005. Clinical Manual of Pediatric Nursing. San Fransisco. Mosby