Anda di halaman 1dari 8

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1Pengertian
Proses keperawatan meerupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan pada
pasien (individu,keluarga,kelompok, dan masyarakat) yang logis, sistematis, dinamis, dan
teratur (Depkes, 1998: keliat, 1999). Proses ini bertujuan untuk memberikan asuhan
keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yg melibatkan hubungan
kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga, dan masyarakat untuk mencapai tingkat
kesehatan yg optimal (carpenito, 1989 dikutip oleh keliat, 1991).
Pelaksanaan proses keperawatan jika bersifat unik, karena sering kali pasien
memperlihatkan gejala yang berbeda untuk kejadian yang sama, masalah pasien tidak
dapat dilihat secara langsung, dan penyebabnya bervariasi. Pasien banyak yang
mengalami kesulitan menceritakan permasalahan yang dihadapi, sehingga tidak jarang
pasien menceritakan hal yang sama sekali berbeda dengan yang dialaminya. Perawat jiwa
dituntut memiliki kejelian yang dalam saat melakukan asuhan keperawatan. Proses
keperawtan jiwa dimulai dari pengkajian ( termasuk analisa data dan pembuatan pohon
masalah), perumusan diagnosis, pembuatan kriteria hasil, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi (Fortinash, 1995).

2.2Tujuan
1. Memaksimalkan interaksi positif pasien dengan lingkungan
2. Meningkatkan derajad kesejahteraan/kesehatan
3. Meningkatkan aktualisasi diri

2.3Manfaat

Untuk perawat
Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikn askep
Pola pikir/ kerja logis, ilmiah, sistematis dan terorganisir
Tanggungjawab dan tanggunggugat
Meningkatkan kepuasan kerja

Saran desiminasi iptek keperawatan


Pengembangan karir
Untuk klien
Askep yg diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan ilmiah
Partisipasi meningkat menuju perawatan mandiri
Terhindar dari malpraktik

2.4Pengkajian
Pengkajian sebagai tahap awal proses keperawatan meliputi pengumpulan data, analisis
data, dan perumusan masalah pasien. Data yang dikumpulkan adalah data pasien secara
holistic, meliputi aspek biologis, psikologis, social dan spiritual. Seorang perawat jiwa
diharapkan memiliki kesadaran atau kemampuan tilik diri (self awareness), kemampuan
mengobservasi dengan akurat, berkomunikasi secara terapeutik, dan kemampuan
berespons secara efektif (stuart dan sundeen, 2002) karena hal tersebut menjadi kunci
utama dalam menumbuhkan hubungan saling percaya dengan pasien. Hubungan saling
percaya antara perawat dengan pasien akan memudahkan perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan. Oleh karenanya, dapat membantu pasien menyelesaikan masalah
sesuai kemampuan yang dimilikinya.
Stuart dan sundeen (2002) menyebutkan bahwa factor predisposisi, factor presipitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki pasien
adalah aspek yang harus digali selama pengkajian.
Secara lebih terstruktur pengkajian kesehatan jiwa meliputi hal berikut.
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Factor predisposisi
4. Aspek fisik/biologis
5. Aspek psikososial
6. Status mental
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Mekanisme koping
9. Masalah psikososial dan lingkungan
10. Pengetahuan
11. Aspek medis
Setelah data terkumpul dan didokumentasikan dalam format pengkajian kesehatan
jiwa, maka seorang perawat harus mampu melakukan analisis data dan menetapkan

suatu kesimpulan terhadap masalah yang dialami pasien. Kesimpulan itu mungkin
adalah sebagai berikut.
1. Tidak ada masalah tapi ada kebutuhan
a. Pasien memerlukan pemeliharaan kesehatan dengan follow up secara periodic,
karena tidak ada masalah serta pasien telah memiliki pengetahuan untuk
antisipasi masalah.
b. Pasien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan promosi
sebagai program antisipasi terhadap masalah.
2. Ada masalah dengan kemungkinan.
a. Resiko terjadinya masalah, karena sudah ada factor yang mungkin dapat
menimbulkan masalah
b. Actual terjadi masalah dengan disertai data pendukung.
Hasil kesimpulan tersebut kemudian dirumuskan menjadi masalah keperawatan.
Dalam merumuskan masalah sebaiknya mengacu pada rumusan pada table.
Pernyataan Diagnostik
Aktual

Tujuan Keperawatan
Fokus Intervensi
Perubahan dalam perilaku Mengurangi
pasien
resolusi

Resiko Tinggi

(beralih

diagnosis

rah menghilangkan masalah.


atau

perbaikan status).
Pemeliharaan Kondisi yang Mengurangi
ada.

Mungkin

kea

Tidak

untuk
ditentukan

masalah validasi

atau

factor

mencegah

resiko

terjadinya

masalah actual.
kecuali Mengumpulkan data tambahan
untuk

menguatkan

atau

menetapkan tanda gejala atau


Masalah kolaboratif

Tujuan keperawatan

factor resiko.
Menentukan awitan atau status
masalah

penatalaksanaan

perubahan status.
3. Pohon masalah

2.5Perumusan diagnosis
Menurut carpenito (1998), diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon

actual atau potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah
kesehatan/proses kehidupan. Rumusan diagnosis yaitu permasalahan (P) berhubungan
dengan Etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab akibat secara ilmiah. Perumusan
diagnosis keperawatan jiwa mengacu pada pohon masalah yang sudah dibuat. Misalnya
pada pohon masalah diatas dapat dirumuskan diagnosis sebagai berikut.
1. Sebagai diagnosis utama, yakni masalah utama menjadi etiologi, yaitu resiko
mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi
pendengaran.
2. Perubahan sensori persepsi, halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri.
3. Isolasi social, menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah kronis.

Pada rumusan diagnosis keperawatan yang menggunakan typology single diagnosis,


maka rumusan diagnosis adalah menggunakan etiologi saja. Berdasarkan pohon
masalah diatas maka rumusan diagnosis sebagai berikut.
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2. Isolasi social : menarik diri
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis.

2.6Penyusunan Rencana
Rencana tindakan keperawatan terdiri dari atas empat komponen, yaitu tujuan umum,
tujuan khusus, rencana tindakan keperawatan, dan rasional. Tujuan umum berfokus pada
penyelesaian masalah (P). Tujuan ini dapat dicapai jika tujuan khusus yang ditetapkan telah
tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E). Tujuan ini merupakan
rumusan kemampuan pasien yang harus dicapai. Pada umumnya kemampuan ini terdiri
atas tiga aspek, yaitu sebagai berikut (stuart dan sundeen, 2002).
1. Kemampuan kognitif diperlukan untuk mnyelesaikan etiologi dari diagnosis
keperawatan
2. Kemampuan psikomotor diperlukan agar etiologi dapat selesai.
3. Kemampuan afektif perlu dimiliki agar pasien percaya

akan

kemampuan

menyelesaikan masalah.
Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat dilaksanakan
untuk mencapai setiap tujuan khusus. Sementara rasional adalah alasan ilmiah mengapa
tindakan diberikan. Tindakan keperawatan harus menggambarkan tindakan keperawatan
yang mandiri, serta kerja sama dengan pasien, keluarga, kelompok, dan kolaborasi dengan
tim kesehatan jiwa yang lain.

2.7Tindakan implementasi
Sebelum tindakan keperawatan diimplementasikan perawat perlu memvalidasi apakah
rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai dengan kondisi pasien saat ini (here and
niw). Perawat juga perlu mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai kemampuan
intrapersonal, intelektual, dan teknikal sesuai dengan tindakan akan dilaksanakan. Setelah

tidak ada hambatan lagi, maka tindakan keperawatan bias diimplemntasikan. Adapun
contoh dari implementasi tindakan adalah sebagai berikut :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasi dan diskusikan dengan klien
mengenai isi, waktu, frekuensi halusinasi, situasi yang menimbulkan halusinasi, hal
yang dirasakan jika berhalusinasi, hal yang dilakukan untuk mengatasi, serta dampak
yang dialaminya.
3. Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi.
4. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timulnya halusinasi.
5. Bantu klien memilih satu cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya.

2.8Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada pasien. Evaluasi ada dua macam, yaitu (1) evaluasi proses atau evaluasi formatif,
yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, dan (2) evaluasi hasil atau sumatif,
yang dilakukan dengan membandingkan respons pasien pada tujuan khusus dan umum
yang telah ditetapkan.
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP, yaitu sebagai berikut :
S : respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan
O : respons objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A : analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap ada, muncul masalah baru, atau data yang kontradiksi terhadap masalah yang
ada.
P : tindak lanjut berdasarkan hasil respons pasien.
Rencana tindak lanjut dapat berupa hal sebagai berikut :
1. Rencana dilanjutkan (jika masalah tidak berubah)
2. Rencana dimodifikasi (jika masalah tetap, sudah dilaksanakan semua tindakan tetapi
hasil belum memuaskan).
3. Rencana dibatalkan (jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan
masalah yang ada).

2.9Dokumentasi
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pendokumentasian Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa
1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah menarik atau menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif
dan nyata. Tingkat aktif dan nyata yang timbul dari dan bergantung dari kesadaran-kesadaran yang
mendukungnya pada tiap-tiap individu (Imam Barnadit, 1985)
Menurut Umar Tirtaraharja, dkk. Pendidikan formal, non formal dan informal adalah subsistem dari
bidang pendidikan sebagai sistemnya. Sedangkan sistem pendidikan nasional Indonesia seperti
dituangkan dapam Tap MPR No. II/MPR/1988 bertujuan untuk :
1) Meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman, bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin,
bekerja keras, tanggung jawab, mandiri, cerdas dan trampil dan sehat jasmani rohani.
2) Menumbuhkan dan memperdalam ; rasa cinta pada tanah air, semangat kebangsaan dan
kesetiakawanan sosial.
3) Mengembangkan iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan ; rasa percaya
diri, sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif.
4) Mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang dapat ; membangun diri sendiri dan
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari Tahu ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui indera penglihatan dan pendengaran (Notoatmojo, 1997).
Menurut Bloom pengetahuan dicakup dalam domain kognitif ada 6 tingkatan :
1) Mengingat yaitu suatu kemampuan menulang materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami yaitu suatu kemampuan menjelaskan, menginterpretasikan dan
menyimpulkan tentang obyek yang diketahui secara benar.
3) Aplikasi yaitu suatu kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi riil.
4) Analisis yaitu suatu kemampuan menyebarkan materi/obyek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih berkaitan satu
sama lain.
5) Sintesis yaitu suatu kemampuan meletakkan, menghubungkan atau menyusun formulasi
baru dari informasi yang sudah ada.

6) Evaluasi yaitu suatu kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu


materi/obyek.

3. Motivasi
1) Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti mendorong/menggerakkan (Tri
Rusmi Widayatun, 1999)
2) Motivasi artinya dorongan atau kehendak yang menyebabkan timbulnya semacan
kekuatan agar seseorang itu berbuat atau bertingkah laku. Karena tingkah laku tersebut
dilatar belakangi motiv maka disebut tingkah laku bermotivasi. Dorongan atau kehendak
timbul karena ada kekurangan/kebutuhan yang menyebabkan keseimbangan dalam jiwa
seseorang terganggu (Singgih Dirgagunarsa, 1983)
3) Motivasi adalah proses mengajak seseorang atau sekelompok orang, masing-masing
dengan pribadi dan kebutuhan yang berbeda untuk mewujudkan sasaran/tujuan bersama
sekaligus tujuan pribadi (Sri Pramodawardhani, 1996).
4) Tingkah laku bermotivasi dapat dirumuskan sebagai Tingkah laku yang dilatar belakangi
oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian tujuan serta kehendak
terpuaskan.

Anda mungkin juga menyukai