Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PANKREATITIS
Oleh:
Rizka Menawati
260112130535
Siska Oktaviani
260112130536
260112130537
Ina Amalia
260112130538
Denny Hendra S
260112130539
Ika Suhaidah
260112130540
260112130541
Risa Nurfatihani
260112130542
Angga Budi P
260112130543
Danny Nurmalia
260112130544
260112130545
260112130546
Fika Nurihanah Z
260112130547
Riskita Asari A
260112130548
Ferani Cendrianti
260112130549
Nurul Ulya
260112130550
PENDAHULUAN
A. Definisi
Pankreatitis didefinisikan sebagai pankreatitis akut atau kronis, dengan akibat
faktor tertentu pada daerah jaringan tertentu atau pada sistem organ yang kecil.
1. Pankreatitis Akut (PA)
Penyakit pankreatitis akut (PA) dicirikan dengan adanya perasaan sakit di
daerah atas perut (abdomen) dan meningkatnya enzim pankreatik dalam darah.
Kebanyakan pasien dengan PA ringan, yang dapat sembuh secara spontan tanpa
adanya komplikasi. Sekitar 20 % orang dewasa dengan gejala berat dan 10 30 %
dengan PA yang berat meninggal. Meskipun fungsi eksokrin dan endokrin
pankreas dapat meninggalkan bekas yang tidak berat setelah seraangan PA,
namun dapat memicu terjadinya pankreatitis kronik (PK)(1)
Penyakit pankreas akut (PA)adalah inflamasi pankreas yang disertai dengan
rasa sakit hebat pada perut bagian atas dan peningkatan konsentrasi serum lipase
dan amylase. Mayoritas pasien dengan PA ringan, akan sembuh total, namun PA
berat akan mengalami komplikasi lokal seperti penumpukan cairan akut, nekrosis
pankreas, abses dan pseudosit. (2)
2. Pankreatitis Kronik (PK)
Penyakit pankreas kronis (PK) adalah sindrom kerusakan dan inflamasi
pankreas berkepanjangan. Pankreatitis kronik (PK) ditandai dengan adanya
kerusakan secara permanen pada struktur dan fungsi pankreas akibat inflamasi
yang progresif dan luka pada pankreas yang sudah lama. Pada tahap awal penyakit
gejalanya menyerupai PA bahkan sulit untuk dibedakan. Kebanyakan pasien
memiliki periode nyeri pada perut yang parah, dimana ini merupakan ciri gejala
utama. Kegagalan pankreas progresif menyebabkan gangguan pencernaan dan
diabetes mellitus. Pasien PK memiliki resiko tinggi terkena kanker pankreas. (1)
B. Patofisiologi
1. Pankreatitis Akut
Patofisiologi pankreatitis akut didasarkan pada peristiwa cedera dan peristiwa
sekunder pada saat cedera (Gambar 41-2 ). Aktivasi dini tripsinogen menjadi
tripsin menyebabkan aktivasi enzim pencernaan lain dan autodigesti dari kelenjar
tersebut. Kelainan genetik dalam jalur yang melindungi pankreas dari autodigesti
juga memainkan sebuah role patofisiologis. Pelepasan aktifasi enzim pankreas ke
pankreas dan jaringan sekitarnya menghasilkan kerusakan jaringan dan nekrosis
pankreas, lemak sekitarnya, dan struktur berdekatan. Kerusakan sel-sel lemak
lipase menghasilkan zat berbahaya yang menyebabkan cedera lebih lanjut pada
pankreas dan peripankreatin. Pelepasan sitokin oleh sel asinar langsung melukai
sel asinar dan meningkatkan inflamasi respons asinar. Kerusakan sel
membebaskan chemoattractants yang menarik neutrofil, makrofag, dan sel-sel
lain ke daerah peradangan. Kerusakan pembuluh darah dan iskemia menyebabkan
pelepasan kinin yang membuat dinding kapiler permeabel dan menyebarkan
edema pada jaringan. Pelepasan tersebut merusak oksigen radikal bebas yang
mungkin berkorelasi dengan tingkat keparahan luka pankreas. Infeksi pankreas
bisa terjadi akibat peningkatan permeabilitas usus dan translokasi bakteri kolon.
Pelepasan dari aktifasi enzim pankreas ke dalam sirkulasi sistemik yang dapat
berkembang menjadi kerusakan organ, kegagalan multiorgan, dan kematian. (1)
Dalam keadaan normal, pancreas terlindung dari efek enzimatik dari enzimnya
sendiri. Semua enzim pancreas terdapat dalam bentuk inaktif. Aktifitas normal
terjadi oleh enterokinase di duodenum yang mengaktivasi tripsin dan selanjutnya
mengaktivasi enzim pancreas lainnya. Pada pancreatitis akut terjadi aktivasi
premature enzim pancreas tidak di dalam duodenum melainkan di dalam pancreas,
selanjutnya terjadi autodigesti pancreas. Adapun mekanisme yang memulai
aktivasi enzim antara lain adalah refluks cairan empedu, aktivasi system
komplemen, dan stimulasi yang berlebihan sekresi enzim. Isi duodenum
merupakan campuran dari enzim pancreas yang aktif, asam empedu, lisolesitin,
dan asam lemak yang telah mengalami emulsifikasi, dan semuanya ini dapat
menginduksi terjadinya pancreatitis akut. Pelepasan enzim aktif intraseluler ini
menyebabkan kerusakan sel. Kerusakan sel asiner ini akan menyebabkan aktivasi
tripsin dan menyebabkan pelepasan lipase. Lipase akan menyebabkan nekrosis
lemak lokal maupun sistemik.(45,6)
peradangan nekrosis seluler, dan fibrosis yang terjadi dari waktu ke waktu. Hasil
Penghinaaan nitial
Aktivasi Zymogen
Iskemia
Pelepasan enzim aktif
Obstruksi Duct
Pelepasan zat vasoaktif
Di Ammasi
Memblok saluran
Kerusakan struktur
pancreas. (4,5,6)
Kerusakan jaringan pancreas menyebabkan berkurangnya sekresi enzim
pancreas dan hormone-hormon seperti insulin. Malabsorpsi lemak dan protein
terjadi jika sekresi enzim berkurang sampai 90%.
(4,5,6)
Mual dan muntah terjadi pada 85% pasien dan biasanya diikuti
timbulnya sakit perut.
c. Tanda
d. Uji Laboratorium
2. Pankreatitis Kronik
a. Umum
Pasien memiliki tanda-tanda gizi buruk, dan penyakit liver kronis yang
disebabkan karena konsimsi alkohol. Selama serangan akut, pasien
mungkin dianggap menderita pankreatitis akut terlebih dahulu sampai
diputuskan pankreatitis kronis setelah dilakukan diagnosis.
b. Gejala
Rasa sakit yang amat sangat, sering terjadi pada malam hari, dan tidak
responsif terhadap obat-obatan. Intensitas nyeri bervariasi dari ringan
sampai berat, dan biasanya tidak berhubungan langsung dengan proses
inflamasi atau lainnya. Serangan parah berlangsung dari beberapa hari
sampai beberapa minggu dan terdapat kemungkinan diperburuk dengan
adanya makanan. Rasa sakit sering disertai dengan mual dan muntah.
c. Tanda-tanda
d. Uji Laboratorium
Jumlah sel darah putih, cairan, elektrolit dan biasanya tetap normal
kecuali cairan dan elektrolit yang hilang akibat muntah dan diare.
Konsentrasi serum amilase dan lipase biasanya tetap normal kecuali
jika terdapat adanya penyumbatan saluran pankreas atau pseudokista.
D. Diagnosis(1)
1. Pankreatitis Akut
2. Pankreatitis Kronik
RCP adalah uji diagnosa paling sensitif dan spesifik, tapi disimpan
untuk pasien yang diagnosanya tidak bisa dengan teknik pencitraan
karena biayanya dan potensi untuk komplikasi
TERAPI PANKREATITIS
1. Terapi non farmakologi(3)
a. Pankreatitis akut
Terapi Bedah
Tindakan bedah diindikasikan pada pankreatitis akut berat:
2. Terapi farmakologi
a. Pankreatitis Akut
Tujuan pengobatan adalah menghentikan proses peradangan dan
antodigesti atau menstabilkan sedikitnya keadaan klinis sehingga memberi
Manajemen Nyeri
Untuk mengatasi nyeri perut diberikan analgesik. Faktor penting yang
perlu diperhatikan dalam memilih analgetik adalah efikasi dan keamanan. Dahulu
tritmen biasanya diawali dengan pemberian meperidine secara parenteral (50-100
mg tiap 3-4 jam), karena tidak mengakibatkan pankreatitis. Sekarang ini, banyak
rumah sakit yang membatasi atau malah tidak menggunakannya lagi karena tidak
seefektif narkotik lainnya dan dikontraindikasikan pada pasien gangguan ginjal.
Selain kurang efekif, juga dibutuhkan dosis dan frekuensi yang lebih tinggi. Hal
yang terpenting adalah bahwa metabolit aktif meperidine berakumulasi pada
pasien gagal ginjal dan dapat menyebabkan kejang atau psikosis.
Parenteral morfin lebih direkomendasikan. Tetapi penggunaannya
terkadang harus dihindari karena dapat menyebabkan spasm sphincter of Oddi,
meningkatkan serum amylase, dan (jarang) pankreatitis. Hidromorfon lebih
disukai karena memiliki waktu paruh yang lebih panjang. Belum ada bukti bahwa
obat antsekretori dapat mencegah eksaserbasi nyeri perut.
Obat-obatan
Sejumlah obat diteliti efikasinya dalam mencegah komplikasi pankreas
diantaranya adalah:
1. antagonis H
2,
aprotinin
2. platelet-activating factor antagonist: lexipafant
3. Somatostatin dan Octreotide
o Inhibitor potent sekresi enzim pankreas
o Mengurangi kematian tetapi tidak mengurangi komplikasi
Pencegahan Infeksi
Salah satu penyebab kematian pada pankreatitis akut berat adalah karena
yang dipertahankan oleh normal enterik di villi adalah salah satu faktor utama
mekanisme perlindungan saluran cerna. Kegagalan barier intestinal dan juga
pertumbuhan bakteri yang sangat besar akibat perubahan motilitas tersebut dan
imunosupresi akan meningkatkan kontaminasi pankreas oleh translokasi bakteri
pada pasien pankreatitis akut berat.
Pemberian antibiotika profilaksis pada pankreatitis nekrotika akut masih
kontroversial. Salah satu keberatannya adalah meningkatnya resistensi mikroba
dan risiko meningkatnya infeksi nosokomial akibat organisme nonenterik.
melaporkan pemberian antibiotika awal pada pasien yang mengalami nekrosis
pankreas akut dengan cefuroxime 4,5 g/hari dibandingkan dengan plasebo dapat
menurunkan mortalitas dan risiko sepsis (p=0,01).
Untuk efektivitas pengobatan antibiotika yang diberika adalah antibiotika
broad spectrum yang dapat menembus barier sehingga mencapai tempat infeksi,
seperti metronidazole, cefotaxime, piperacillin, mezlocillin,ofloxacin, and
ciprofloxacin. Apabila diberikan secara profilaktik disarankan lama pemberian
berkisar antara 7-14 hari.
Pemeriksaan aspirasi jarum halus yang dipandu dengan USG/CT scan
sebaiknya dilakukan untuk membedakan nekrosis pankreas akut bersifat steril atau
terinfeksi dan melakukan kultur dan sensitivitas sebagai pedoman pemberian
antibiotika yang tepat. Aspirasi jarum halus relatif aman dan memberikan hasil
yang akurat, dengan tingkat sensitivitas dan spesifisitas untuk menegakkan
nekrosis pankreas terinfeksi sebesar masing masing 90% dan 96%.
Pankreatitis Post-ERCP
Support nutrisi dengan enteral atau parenteral nutrisi harus dimulai jika di
antisipasikan nutrisi oral tidak memberikan efek lebih dari satu minggu.
b. Pankreatitis Kronis
Terapi pereda nyeri golongan narkotik, masih sering diperlukan untuk
mengurangi rasa nyeri. Bila penderita terus menerus merasakan nyeri dan tidak
ada komplikasi, biasanya dokter menyuntikan penghambat nyeri ke saraf pankreas
sehingga rangsangannya tidak sampai ke otak. Bila cara ini gagal, mungkin
diperlukan pembedahan. Jika saluran pankreasnya melebar, pembuatan jalan
pintas dari pankreas ke usus halus, akan mengurangi rasa nyeri pada sekitar 7080% penderita. Jika salurannya tidak melebar, sebagian dari pankreas mungkin
harus diangkat. Bila kepala pankreas terkena, bagian ini diangkat bersamaan
dengan usus dua belas jari. Pembedahan ini dapat mengurangi nyeri pada 60-80%
penderita.
Dengan meminum tablet atau kapsul yang mengandung ekstrak enzim
pankreas pada saat makan, dapat membuat tinja menjadi kurang berlemak dan
memperbaiki penyerapan makanan, tapi masalah ini jarang dapat teratasi. Bila
perlu, larutan antasid atau penghambat H2 dapat diminum bersamaan dengan
enzim pankreas. Dengan pengobatan tersebut, berat badan penderita biasanya
akan meningkat, buang air besarnya menjadi lebih jarang, tidak lagi terdapat
tetesan minyak pada tinjanya dan secara umum akan merasa lebih baik.
Jika pengobatan diatas tidak efektif, penderita dapat mencoba mengurangi
asupan lemak. Mungkin juga dibutuhkan tambahan vitamin yang larut dalam
lemak (vitamin A, D, E dan K).
Algoritma dan garis pedoman untuk evaluasi dan treatment pankreatitis kronis
PENATALAKSANAAN TERAPI
PANKREATITIS
STUDI KASUS I
Ny. Andre 37 thn, BB: 54 kg, Tb: 160 cm, dibawa ke UGD dengan keluhan
sakit hebat pada epigastrium tiba-tiba dan makin lama makin hebat. Nyeri ini
menyebar ke punggung perut yang menjalar ke abdomen bagian bawah. Pada
pemeriksaan didapatkan TD: 80/60 mmHg. HR: 132 x/menit. Lemah RR:
30x/menit, T: 38,5C. Mual dan beberapa kali muntah, kulit dingin, abdomen
tegang terasa pada area epigastrium. Nyeri tekan (+). Tugor turun, mukosa mulut
kering. Pada pemeriksaan lebih lanjut PH darah: 7,3. PO3: 65 mmHg. PCO2: 37
mmHg. HCO3: 13 m Eq/lt (serum amylase dan lipase meningkat), leukositosis
dan oligoria dari USG didapatkan adanya cholelitis yang disertai pancreatitis.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien:
a. Nama : Ny. A
b. Usia : 34 tahun
c. Jenis Kelamin : perempuan
d. Pekerjaan : -
Sakit hebat pada epigastrium yang muncul secara tiba-tiba dan makin lama
makin hebat.
:-
6. Pemeriksaan fisik :
a. Antropometri: TB=160 cm; BB=54 kg.
b. TTV: TD=80/60 mmHg; HR=132x/m lemah; RR=30x/m; suhu= 38,5oC.
c. Inspeksi: mukosa mulut kering.
d. Auskultasi: e. Palpasi: kulit dingin, abdomen tegang, teraba masa pada area epigastrium,
nyeri tekan (+), turgor turun.
f. Perkusi: 7. Pemeriksaan Diagnostik :
a. Pemeriksaan Laboratorium Ph darah=7,3 PO2=65 mmHg, PCO2= 37
mmHg, HCO3= 15 mEq/l, Serum lipase dan amilase meningkat,
Leukositosis, Oliguri
b. USG: didapatkan adanya cholelitiasis dan pancreatitis.
B. Perencanaan Terapi
No
1.
Diagnosa
Gangguan rasa nyaman dan
Tujuan
- Klien mengatakan
nyeri hilang/
terkontrol
Intervensi
Mandiri :
1. Selidiki keluhan verbal
nyeri, lihat lokasi dan
intensitas khusus (skala 0-
program terapeutik
- Klien mampu
kemungkinan adanya
menunjukkan metode
menghilangkan nyeri
punggung
3. Pertahankan perawatan
dinding abdomen
(+)
Kolaborasi :
1. Analgesik narkotik, seperti
meperidin (Demerol)
Meperidin efektif
menghilangkan nyeri
dengan tidak adanya
resiko efek samping
spasme bilierpankreas
2. Obat sedatif
Mempunyai efek
meningkatkan istirahat
dan menurunkan
spasme duktus sehingga
menurunkan kebutuhan
metabolic sekresi enzim
3. Obat antasida
Menetralisir asam gaster
untuk menurunkan
produksi enzim
pancreas dan
menurunkan insiden
pendarahan GI atas
4. Obat simetidin dan
ranitidine
Menurunkan sekresi
HCl sehingga
menurunkan rangsangan
pancreas dan nyeri
karenanya
Intervensi bedah :
Bedah eksplorasi mungkin
diperlukan pada adanya
nyeri/komplikasi yang tidak
2.
Ketidakseimbangan cairan
-Mempertahankan
hidrasi adekuat
baik, pengisien
gaster, diare.
jumlah pengeluaran
normal
abnormal
3. Hitung keseimbangan
cairan 24 jam
4. Catat warna dan karakter
drainase gaster juga PH dan
adanya darah
5. Catat turgor kulit, membran
mukosa kering, keluhan
haus
6. Auskultasi bunyi jantung,
catat frekuensi dan irama.
Awasi / catat perubahan
irama
Kolaborasi :
1. Berikan penggantian cairan
seperti cairan garam faal,
albumin, produk darah,
dekstran dan ganti
elektrolit, contoh, natrium,
kalium, klorida, kalsium
Menggantikan
kebutuhan cairan dan
elektrolit dalam tubuh
2. Siapkan lavase peritoneal,
dialisa hemoperitoneal
Membuang bahan kimia
toksik.enzim pankreas
3. Awasi pemeriksaan
laboratorium
Melihat adanya
komplikasi/keberhasilan
3.
program
Mandiri :
pencernaan (sehubungan
hidup untuk
pankreas/ autodogestif)
memperbaiki status
nutrisinya
memenuhi kebutuhan
lipase meningkat.
4. Observasi warna /
konsistensi / jumlah feses
5. Tes urine untuk gula dan
aseton
Kolaborasi:
1. Trigliserida rantai sedang
(contoh MCT, portagen)
MCT memberikan nutrient
tambahan yang tidak
memerlukan enzim
pankreas
2. Berikan vitamin A,D.E,K
Kebutuhan penggantian
sperti metabolism lemak
terganggu, penurunan
absorbs penyimpanan
vitamin larut dalam lemak
3. Penggantian enzim
Untuk memperbaiki
defisiensi
4. Antikolinergik seperti
banthine
Diperkirakan menurunkan
sekresi pancreas dang aster
dengan mekanisme vegal
dan penurunan motalitas
5. Pemberian insulin
Memperbaiki hiperglikemia
STUDI KASUS II
EJ wanita berusia 30 tahun, terlihat pertama kali pada ruang gawat darurat
pada pukul 6 sore. Mengeluhkan nyeri pada perut sejak 2 hari yang lalu, dimana
nyeri yang dirasakannya merambat sampai punggung. Pada malam sebelumnya,
dia menyatakan bahwa dia sedang mengadakan makan malam dengan kerabatnya,
namun pada malam itu dia merasa nafsu makannya turun, sehingga dia hanya
makan dalam porsi sedikit. Dia terlihat pucat, berkeringat dan kesakitan.
Pernafasannya lambat, dan dia menyatakan bahwa pada saat dia menggambil
nafas lebih dalam nyeri yang dirasakan semakin parah. Tekanan darah 100/60 mm
Hg, denyut jantung 110 dan suhu tubuhnyaa 37,5 oC. Saat epigastrium ditekan,
nyeri yang dirasakannya tidak terlalu parah, namun saat tangan dokter diangkat,
nyeri yang dirasakan sedikit demi sedikit makin betambah. Dia menyatakan
bahwa nyeri yang dirasakannya ini kadang muncul dan kadang tidak terasa sejak 9
bulan yang lalu, namun berbeda dengan nyeri yang dirasakannya di punggung
yang sering muncul. Dia menyatakan bahwa tidak memiliki riwayat keluarga
untuk penyakit gastrointestinal.
A. Pengkajian
1. Riwayat Pasien:
Selama 12 bulan yang lalu dia mengalami nyeri epigastrik, nyeri yang dialami
menjalar pada punggungnya (dari 4 jam sampai 3 hari), mengalami penurunan
nafsu makan dan berat badan sebanyak 4,5 kg. Mengalami nausea dan anoreksia,
terjadi pada 12 bulan yang lalu pengobatan sendiri menggunakan antasida, berat
badan saat ini 50,80 kg (berat badan setahun yang lalu 63,50 kg. Tampak fisik
tubuh pasien terlihat sangat kurus dengan otot atrofi tampak.
2. Data Laboratorium
Transferrin
Glukosa
Bilirubin
ALT
AST
ALK phos
CPK
CHOL
LDL
TG
HBA1C
WBC
HGB
HCT
MCV
Normal
250-380
70-110
0,3
4-36
0-35
30-120
30-135
120-199
<130
35-135
3,9-5,2
4,8-11,8
12-15
37-47
80-96
Data Pasien
155
130
1,5
45
50
178
145
225
129
250
6,5
14,5
11,6
35,7
101,5
B. Perencanaan Terapi
Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak
dan sering minum alkohol perhari menjadi dugaan sementara penyebab terjadinya
pankreaitis dan kolestrol tinggi. Dan juga berhubungan dengan adanya nyeri pada
abdominal dan epgastrik memperkuat dugaan pasien mengalami pankreaitis akut.
Pengobatan yang diberikan pada pasien :
nyeri)
Chlordiazepoxide 25 mg intra vena setiap 6 jam 3 kali sehari (untuk
Perlu dilakukan monitoring pada data laboratorium seperti (Glukosa, ALT, AST,
bilirubin, kolestrol, trigliserida, ALK Phos), berat badan pasien.
A. Pengkajian
Mrs Schliefer suami dan dua anak perempuan menyapa perawat Lee
Quinn di pintu. Mrs Schliefer beristirahat di sofa ruang tamu, mengenakan
selimut. Perawat Quinn meminta Mrs Schliefer untuk kembali ke ranjang,
sehingga perawat dapat melakukan pengkajian & meminta keluarga Mrs Schliefer
untuk membahas kebutuhan perawatan kesehatan Mrs Schliefer sehingga rencana
perawatan dapat dikembangkan. Pada penilaian, Perawat Quinn menemukan
bahwa Mrs Schliefer cemas dan lelah. Mrs Schliefer menyatakan bahwa ia telah
kehilangan 13,6 kg Berat Badan di rumah sakit dan sekarang beratnya hanya 46
kg. Tinggi Badan 168 cm. TTV dalam batas normal. Mrs Schliefer memiliki bekas
luka di perut bagian atas dan dua luka bulat (dari saluran air) di setiap sisi
perutnya. Luka ditutup tapi masih memiliki scabs. Kulitnya sejuk dan kering, dan
turgor buruk. Apakah arelt dan tepat onented dan menanggapi pertanyaan. Kadar
glukosa darah normal. Mrs Schliefer menyatakan bahwa masalah utamanya
adalah kurangnya energi dan ketidakmampuan Mrs Schliefer mengurus suami dan
anak perempuan, yang menyatakan keprihatinan tentang kemampuan mereka
untuk merawat Mrs Schliefer. Mereka merasa bahwa meskipun mereka telah
diajarkan semua tentang penyakit dan bagaimana untuk memberikan perawatan,
mereka masih tidak yakin mereka tahu persis apa yang harus dilakukan sekarang
bahwa Mrs Schliefer adalah di rumah.
B. Diagnosis
Ms Quinn, bersama-sama dengan Mr dan Mrs Schliefer dan dua anak perempuan
mereka, mengembangkan dan rencana perawatan berdasarkan diagnosa
keperawatan berikut:
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
Diubah Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rumah sakit
yang berkepanjangan, pantangan, dan gangguan pencernaan.
Self-Care Deficit: Bathing / hygine (tingkat II: memerlukan bantuan orang lain,
pengawasan, dan daya tahan.
Risiko untuk Pengasuh Peran Strain berkaitan dengan kurangnya pengalaman
dengan tugas-tugas pengasuhan.
Diharapkan Hasil :
Hasil yang diharapkan dibentuk dalam rencana perawatan menetapkan bahwa Mrs
Schliefer, dalam waktu 1 bulan, akan
verbalisasi penyebab kelelahan, menentukan prioritas untuk kegiatan harian dan
mingguan, dan istirahat incorporatea periode ke aktivitas sehari-hari.
Gain 3-4 lb.
Mandi dan menjaga kebersihan pribadi tanpa bantuan.
Selain itu, anggota keluarga akan verbalisasi kenyamanan dengan memberikan
perawatan yang diperlukan untuk Mrs Schliefer.
C. Evaluasi
Setelah 1 bulan berada di rumah, Mrs Schliefer dan keluarganya telah
menetapkan rutinitas baru didasarkan pada saat-saat Mrs Schliefer yang paling
energik. Salah satu perubahan besar adalah bahwa Mrs Schliefer sekarang
perbaikan makan siang karena dia merasa terbaik selama siang dan karena dia dan
suaminya dapat berbagi kali ini bersama-sama tanpa gangguan. Mrs Schliefer
masih sisa di siang hari, tetapi sekarang dapat menyediakan sendiri mandi dan
kebersihan. Dia terbiasa dengan diet baru, dan makan secukupnya tanpa mentega.
Dia juga mengatakan bahwa duduk dengan tenang sebelum makan adalah
membantu dan bahwa ia lebih suka makan enam kecil makan sehari. Mr Schliefer
dan anak perempuan mereka setuju bahwa kekhawatiran awal mereka tentang
perawatan Mrs Schliefer telah diselesaikan; sekarang mereka semua tahu apa yang
harus mereka lakukan, dan karena mereka saling mencintai dan memiliki iman
yang kuat bahwa ibu mereka semakin lebih baik, masa depan terlihat jauh cerah.
Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan
1. Jelaskan langkah-langkah untuk kenyamanan tanggapan berikut untuk
pankreatitis: gatal-gatal, mual, kulit berubah integritas dari diare.
2. Klien Anda dengan pankreatitis akut juga seorang pemabuk. Jelaskan penilaian
yang menunjukkan awal penarikan.
3. Diskusikan dasar Pathophysiologic hypovolemic shockin perdarahan
pankreatitis akut.
DAFTAR PUSTAKA