Presus Ikk Vika Habsari
Presus Ikk Vika Habsari
Diabetes Melitus Tipe II tak terkontrol dengan Hipertensi grade I dan Obesitas grade I
pada Janda Paruh Baya dengan Sosial Ekonomi Rendah terkait Perceraian disertai
Kejenuhan terhadap Pengobatan Penyakitnya dalam Rumah Tangga yang Tidak
Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga
PUSKESMAS KOTAGEDE II YOGYAKARTA
Disusun oleh
Vika Habsari Budi Utami
2009 031 0005
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Diabetes Melitus Tipe II tak terkontrol dengan Hipertensi grade I dan Obesitas grade I
pada Janda Paruh Baya dengan Sosial Ekonomi Rendah terkait Perceraian disertai
Kejenuhan terhadap Pengobatan Penyakitnya dalam Rumah Tangga yang Tidak
Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat
Disusun oleh:
Vika Habsari Budi Utami
20090310005
dr. Sita A.
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Kotagede II
BAB I
LAPORAN KASUS
2
A. Identitas Pasien
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Pekerjaan
Status Perkawinan
Pendidikan Terakhir
Nomor Rekam Medis
Jenis Kunjungan
Kunjungan Puskesmas
Kunjungan Rumah I
Kunjungan Rumah II
: Ny. Suwarti
: 53 tahun
: Perempuan
: Gedongkuning KG I RT 12/RW 04 no 239 A
: Islam
: Tidak bekerja
: Janda
: Tamatan Sekolh Pendidikan Guru
: 00004
: Jamkesmas
: 30 Desember 2014
: 31 Desember 2014
: 7 Januari 2014
gembiraloka.
Perkawinan
Pasien menikah 1x tahun 1989 dan memiliki 3 anak
Sosialisasi
Pasien menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar.
Gaya Hidup
Pasien tidak merokok dan tidak minum alkohol. Pasien makan 3 kali sehari
dengan mengkonsumsi nasi, sayur dan lauk seadanya. Tetapi kadang
3
: Tidak membesar
: Tidak membesar, nyeri(-)
: Tidak meningkat
4
Anterior
Simetris, retraksi(-)
Ketinggalan gerak(-)
Vocal fremitus kanan =
Inspeksi
Palpasi
kiri
Sonor
Perkusi
kiri
seluruh Sonor
lapang paru
Suara dasar vesikuler
Suara tambahan(-/-)
Auskultasi
pada
Posterior
Simetris, retraksi(-)
Ketinggalan gerak(-)
Vocal fremitus kanan =
pada
seluruh
lapang paru
Suara dasar vesikuler
Suara tambahan(-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi
: Iktus kordis teraba, kuat angkat cukup
Perkusi batas jantung
Kanan atas
: SIC II linea para strenalis
Kiri atas
: SIC II linea para sternalis sinistra
Kanan bawah
: SIC IV linea para sternalis
Kiri bawah
: SIC V midclavicula sinistra
Auskultasi : Suara 1 dan suara 2 reguler, suara bising jantung tambahan (-)
Gerakan
Tonus
Trofi
Edema
Akral
Nyeri
Pembengkakan
Luka
Tungkai
Kanan
Bebas
Normal
Eutrofi
Hangat
+
-
Kiri
Bebas
Normal
Eutrofi
Hangat
-
Lengan
Kanan
Bebas
Normal
Eutrofi
Hangat
-
Kiri
Bebas
Normal
Eutrofi
Hangat
-
D. Pemeriksaan Penunjang
(30 Desember 2014)
Gula darah sewaktu : 285 mg/dL
10/10/2014
264 mg/dl
15/11/2014
263 mg/dl
30/12/2014
285 mg/dl
Diagnosis Klinis
Diabetes Melitus tipe II tak terkontrol
Hipertensi grade I
Obesitas grade I
F. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
R/Metformin tab mg 500 No. LX
S/ 3 dd 1
R/ Glimepirid mg 1 no. XXX
S/ 1 dd tab 1 p.c (0-0-1)
R/Amlodipin tab mg 5 No. LX
S/ 2 dd tab 1
2. Non farmakologis
Edukasi meliputi:
Komplikasi tentang penyakit pasien
Pola makan sehat dan seimbang (diet diabetes)
Ketaatan mium obat secara teratur sesuai saran dokter
Kontrol rutin gula darah dan tensi ke puskesmas biarpun sudah tidak ada keluhan
Ilness merupakan keadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang didapat dari
penyakit tersebut (bersifat subyektif). Illness terdiri dari beberapa komponen, yaitu
pemahaman terhadap penyakit (ide), akibat penyakit yang dirasakan pasien trhadap fungsi
hidupnya, perasaan dan harapan. Berikut adalah komponen illness dan hasil yang didapat
dari pasien terhadap penyakitnya:
No
1
Ide
Komponen
Menurut
pasien,
DM
Pasien
ini bisa diturunkan
dari
6
Perasaan
Harapan
Kunjungan Rumah
1. Kondisi Pasien
Kunjungan ke rumah dilakukan pada tanggal 31 Desember 2014 pukul 14.00
WIB. Kunjungan kedua dilakukan pada tanggal 7 Januari 2015 pukul 12.00 WIB.
Pada saat kunjungan pertama, pasien mengaku sudah meminum obat dari puskesmas
sesuai dosis dan petunjuk dokter. Keadaan umum pasien tampak baik. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 88x/menit, frekuensi
pernafasan 21x/menit, dan suhu afebris. Kunjungan pertama dilakukan untuk
mengumpulkan data-data pribadi pasien guna membuat Family Assement Tools.
Pada kunjungan kedua pasien mengaku sudah meminum obat dari puskesmas.
Pasien mengatakan setelah diberikan edukasi semakin mengetahui komplikasi yang
dapat timbul jika kadar gula darah dan tekanan darah pasien tidak terkontrol. Pasien
mulai lebih berhati hati untuk menjaga pola makan. Kemudian pasien juga sedikit
meningkatkan aktifitas fisik untuk olahraga ringan seperti senam kaki. Pada
kunjungan kedua, pasien diberikan Buku tentang Diabetes Mellitus serta diajarkan
Leg Exercise (senam kaki).
2. Pekerjaan
Pasien berumur 53 tahun dan tidak bekerja semenjak 2 tahun yang lalu karen
sudah tidak mendapatkan izin berdagang ketika pasien sempat berhenti sementara
untuk berdagang.
3. Keadaan Rumah
a. Lokasi
7
s
Keterangan :
RT : ruang tamu
KT : kamar tidur
J : jamban
S : sumur
D : dapur
KT
S
D
Denah lokasi
U
T
B
S
Keterangan :
TB : taman bunga
S : rumah pasien
P : puskesmas
b. Kepemilikan
Rumah sendiri
c. Kondisi rumah
Bangunan permanen, berdinding tembok,
lantai semen, atap dari genting, ada langit-langit.
d. Luas
Luas tempat tinggal 5m x 9m, jumlah penghuni
4 orang.
e. Pencahayaan
Terdapat jendela di depan rumah pasien, terdapat
ventilasi di setiap ruang.
f. Kebersihan
Ruang tamu, kamar tidur tidak tampak terawat. Terlihat jorok. Kamar mandi tidak
terdapat pintu dan langsung menuju ke dapur. Samping kamar mandi terdapat
sumur timba.
8
g. Halaman
Tampak pasir dihalaman rumah pasien
DM
C,D
DM DM
6
1
1
DM
5
7
25
45
CVA : stroke
58
5
3
2
5
5,
5
Keterangan :
DM,HT
5
6
27
20
1
5
6
bln
C : caregiver
DM : diabetes melitus
: pasien
HT : hipertensi
: bercerai
D : desicion maker
: laki-laki
B : breadwinner
: perempuan
b. Family Map
Mantan
suami
Anak II
pasien
Keterangan
= Fungsional
= Cucu
Disfungsional
I
Anak
Hubungan
ke 3
pasien dengan anak-anaknya dan kakak yg rumahnya di ssamping
pasien baik dan harmonis. Hanya dengan mantan suami pasien sudah tidak
berkomunikasi sejak berpisah tahun 2001. anak II merasa dendam terhadap
ayahnya karena meninggalkan ibunya.
9
Indikator
Adaptation
Partnership
Growth
Affection
Resolve
tidak
pernah
(0)
Kadang
(1)
Hampir
selalu
(2)
+
+
+
+
8
e. Family SCREEM
ASPEK
SOCIAL
CULTURAL
SUMBER DAYA
Hubungan dan
komunikasi pasien
dengan keluarga baik
dan harmonis. Dengan
tetangga juga baik.
Pasien hanya percaya
PATOLOGI
10
RELIGIUS
ECONOMY
EDUCATION
MEDICAL
Pengetahuan tentang
penyakit kurang
Age
29 th
40 th
40 th
49 th
50 th
51 th
51 th
53 th
Life events
Severity of
illness
Stress psiko
Stress psiko
Stress psiko
g. Indikator PHBS
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ya
Tidak
11
8.
9.
10.
Diagnostik Holistik
Diabetes Melitus Tipe II tak terkontrol dengan Hipertensi grade I dan Obesitas grade I
pada janda paruh baya dengan status sosial ekonomi rendah terkait perceraian disertai
kejenuhan terhadap pengobatan penyakitnya dalam rumah tangga yang tidak
berperilaku hidup bersih dan sehat.
Management Komprehensif
Patient Centered
Promotif :
Edukasi pada pasien dan anggota keluarga (melibatkan minimal 1 nggota
keluarga) tentang :
1. Gambaran bahwa DM dan HT merupakan penyakit kronis yang tidak dapat
disembuhkan, namun dapat dikendalikan tentang perilaku pasien.
2. Pentingnya penjelasan ttg penyebab, gejala, komplikasi dan pengelolaannya.
3. Pentingnya modifikasi gaya hidup untuk menurunkan BB yang berlebih dan
pengelolaan DM dan HT.
4. Pentingnya minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter.
5. Pentingnya kontrol teratur ke PKM/RS minimal 10 hari atau 2 minggu sekali
6. Pentingnya monitoring gula darah dan tensi secara teratur
Perawatan keki untuk mencegah luka dan rutin melakukan senam kaki diabetik
Kontrol rutin minimal 10 hari/2 minggu sekali ke Puskesmas atau Rumah Sakit
Manajemen stress
menenagkan pasien.
-
Diberikan konseling CEA untuk mengatasi kejenuhan thdp obat yang diberikan
dan kurangnya pengetahuan thdp penyakitnya.
Kuratif
R/ Amlodipin mg 5 1x1
R/ Glimepirid mg 1 1x1
R/ Metformin mg 500 3x1
Rehabilitatif
Pada pasien ini belum diperlukan
Palliatif
Pada pasien ini belum diperlukan
Family focused
-
Community oriented
-
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Diabetes Mellitus
A. Pengertian
Diabetes miletus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin dan kedua-duanya sehingga terjadi abormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein. DM dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi
yang serius pada organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, dan pembuluh darah.
Komplikasi yang sering terjadi pada diabetes milletus yakni hipertensi.
B. Epidemiologi
14
dapat
15
kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga
berdampak pada penurunan insulin.
D. Etiologi
Diabetes mellitus dapat terjadi sebagai akibat dari gangguan genetic, penyakit
iatrogenic akibat steroid, kondisi endokrin seperti hiperpitutarisma atau
hipertiroidisma serta kerusakan sel sel langerhans akibat inflamasi, kanker, atau
pasca bedah. Pada DM tipe 2 terjadi penurunan jumlah reseptor insulin permukaan
sel target dan penurunan aktivitas post reseptor walaupun produksi insulin tetap
berjalan. Akibatnya kemampuan sel untuk menggunakan insulin berkurang
sehingga glukosa yang masuk sel berkurang dan glukosa di dalam pembuluh
darah meningkat, keadaan ini disebut resistensi insulin. Etiologi Diabetes
Mellitus, menurut ADA (2007) adalahdapat dilihat pada tabel dibawah ini :
o Diabetes Tipe 1 merupakan diabetes yang tergantung dengan insulin disebabkan
oleh kerusakan sel - sel beta dalam pancreas sejak masa anak anak atau remaja
o Diabetes Tipe 2 mulai dari yang dominan resistensi insulin relative sampai yang
dominan defek sekresi insulin
o Diabetes Tipe lain
1. Defek genetik fungsi insulin
2. Defek genetik kerja insulin
3. Karena obat
4. Infeksi
5. Sebab imunologi yang jarang : antibody insulin
6. Resistensi Insulin
7. Sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM (Klinefelter, sindrom Turner)
o Diabetes Gestasional (DMG) karena dampak kehamilan
E. Patofisiologi
Insulin merupakan hormon yang penting untuk kehidupan. Hormon ini
mempengaruhi baik metabolisme karbohidrat maupun protein dan lemak. Pada
diabetes tipe II ini, pankreas masih mempunyai beberapa fungsi sel yang
menyebabkan kadar insulin bervariasi yang tidak cukup untuk memelihara
homeostasis glukosa. Pasien dengan diabetes tipe II ini seringkali gemuk dan
sering dihubungkan dengan organ target yang membatasi respon insulin endogen
dan eksogen. Pada beberapa kasus, resistensi insulin disebabkan oleh penurunan
jumlah reseptor insulin. Resistensi insulin ditandai dengan peningkatan lipolisis
dan produksi asam lemak bebas, peningkatan produksi glukosa hepatik dan
penurunan pengambilan glukosa pada otot skelet. Disfungsi sel mengakibatkan
gangguan pada pengontrolan glukosa darah. Berikut efek dari defisiensi insulin
yang terjadi pada tubuh :
16
F. Diagnosis
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM
berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan beart badan yang tidak
diketahui sebabnya. Diagnosis DM juga didasarkan atas pemeriksaan kagar
glukosa darah secara enzimatik pembuluh darah vena.
Jika keluhan khas disertai dengan GDS 200 mg/dl atau GDP 126 mg/dl
sudah cukup untuk menegakan diagnosis DM. Jika pasien tanpa keluhan khas
tersebut pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal belum
cukup untuk menegakan diagnosis. Maka diperlukan pemeriksaan sekali lagi
angka abnormal glukosa darah baik GDS 200 mg/dl atau GDP 126 mg/dl.
G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatknya kualitas hidup.
Tujuan penatalaksanaan secara khusus : a). jangka pendek : hilangnya keluhan dan
tanda diabetes mellitus, terciptanya rasa nyaman dan tercapainya target
pengendalian glukosa, b). jangka panjang : tercegah dan terhambatnya
progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati.
1. Edukasi gaya hidup dan perilaku
2. Terapi gizi medis
Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan
dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan khususnya pada pengguna
obat penurun glukosa darah atau insulin.
3. Intervensi farmakologis
Farmakologis dilakukan jika pengendalian gaya hidup, diet, olahraga target
glukosa darah belum tercapai. Tindakan farmakologis untuk diabetes ada obat
-
(metformin),
komplikasi-komplikasi
19
feokromositoma,
koarktasioaorta,
hipertensi
yang
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula diotak. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norefinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor
(Corwin, 2001).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal, juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensi H, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskular. Semua faktor tersebut cenderung mencetus
keadaan hipertensi.
F. Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis meliputi lama menderita HT, indikasi adanya hipertensi
sekunder (keluarga dengan riwayat penyakit ginjal, adanya penyakit ginjal,
infeksi saluran kemih, hematuria, pengobatan obat-obat analgesik), faktorfaktor resiko (riwayat HT atau kardivaskular pada keluarga dan pasien,
riwayat hiperlipidemia pada pasien dan keluarga, riwayat diabetes mellitus
pada pasien atau keluarga, kebiasaan merokok, pola makan, kegemukan,
intensitas olahraga), gejala kerusakan organ, pengobatan anti hipertensi
sebelumnya.
Pemeriksaan fisik
Dilakukan pemeriksaan tekan darah (pengukuran darah rutin di tenaga
kesehatan, pengukuran sendiri oleh pasien). Disesuaikan dengan gejala fisik
yang timbul dan sesuai dengan kritesia JNC 8.
21
Klasifikasi
Tek. Darah
Sistolik
Tek. Darah
Diastolik
Normal
< 80 mmHg
Prahipertensi
80 89 mmHg
Hipertensi derajat 1
90 99 mmHg
Hipertensi derajat 2
160 mmHg
100 mmHg
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan:
1. Terapi nonfarmakologis
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan hipertensi. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat
menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk individu
yang obes atau gemuk, mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach
to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium, diet rendah
natrium, dan aktifitas fisik. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan
tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi,
mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari
menggunakan obat.
2. Terapi farmakologi
Ada 9 kelas obat antihipertensi. Diuretik, penyekat beta, penghambat
enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin
(ARB), dan antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama.
Berikut bagan obat kombinasi yang dapat disesuaikan pada HT dengan
atau tanpa penyakit penyerta lain :
22
H. Komplikasi
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah
ke daerah-daerah yang diprdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang
mengalami
arteriosklerosis
dapat
melemah
sehingga
meningkatkan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil kunjungan rumah ke pasien penderita DM tipe II tak terkontrol, Hipertensi
grade I dengan Obesitas grade I yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Kotagede II
Yogyakarta dapat diambil kesimpulan :
1. Pasien hidup bersama anak kedua dan ketiga beserta cucu pasien yan pertama.
Pasien tamatan sekolah pendidikan guru tetapi pemahaman pasien tentang
penyakit pasien kurang. Pasien sudah tidak bekerja lagi. Sebelumnya pasien
bekerja sebagai pedagang di Gembiraloka. Pasien pasrah dengan penyakit yang
dideritanya, serta menyerahkan semuanya kepada Allah swt hanya saja pasien
merasa jenuh dengan pengobatan penyakitnya yang terus menerus. Hubunga
pasien dengan mantan suami tidak baik begitu juga dengan anak pasien yang
kedua. Anak pasien merasa dendam dengan ayahnya karena sudah meninggalkan
ibunya dan membuat keluarga mereka sengsara. Fungsi keluarga pasien baik,
pasien sedang dalam tahapan keluarga yang tinggal dengan anak umur 13-20
tahun.
2. Dokter keluarga melalui institusi Puskesmas dapat berperan dalam menangani
kasus DM, Hipertensi dan obesitas yang mencakup promotif, preventif, kuratif
sampai rehabilitatif dan dapat merujuk ke pusat pelayanan kesehatan yang
berkompeten dalam menangani kasus tersebut. Pada peran sebagai dokter keluarga
24
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi (Hands Book of Pathophysiology). Jakarta:
EGC
John. MF Adam. Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus yang Baru. Cermin
Dunia Kedokteran. 2006
Kaplan, B.J., Sadock, V.A. 2007, Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry. 10th Edition.
National Institutes of health . 2003. Seventh Report of the Joint National Commitee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of high Blood Pressure (JNC8).
http://WWW.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/phycard.pdf
Rachmawati, A.M., Bahrun, U., Rusli, B., Hardjoeno. Tes Diabetes Melitus. Dalam
Hardjono dkk. Interpretasi Hasil Diagnostik Tes Laboratorium Diagnostik. Cetakan
3. Lembaga Pendidikan Universitas Hasanudin. Makasar. 2007
Sudoyo, Aru W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna
Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
25
LAMPIRAN
26
27
28