Kebisingan Getaran 176 TAHUN 2003 PDF
Kebisingan Getaran 176 TAHUN 2003 PDF
Mengingat
Daerah
Propinsi
Daerah
MEMUTUSKAN
Menetapkan
(1)
(2)
Pasal 3
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
HAMENGKU BUWONO X
Diundangkan di Yogyakarta
Pada Tanggal 30 Desember 2003
SEKRETARIS DAERAH
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BAMBANG S. PRIYOHADI
NIP. 110021674
LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
TAHUN 2003 NOMOR 44 SERI : E
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR
176 TAHUN 2003
TANGGAL
30 DESEMBER 2003
BAKU TINGKAT GETARAN UNTUK KENYAMANAN DAN KESEHATAN
DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Frekuensi
(Hz)
4
5
6,3
8
10
12,5
16
20
25
31,5
40
50
63
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
HAMENGKU BUWONO X
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR
TANGGAL
Leq
[ dB (A)]
45
55
50
55
55
60
60
70
70
70
Lmax
Cepat
[dB(A)]
50
60
60
60
60
70
70
110
110
110
70
120
Stasiun KA
70
100
Pelabuhan Laut
70
90
Cagar Budaya
60
70
Terminal Bis
70
90
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
HAMENGKU BUWONO X
LAMPIRAN III
KEPUTUSAN GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR
176 TAHUN 2003
TANGGAL
30 DESEMBER 2003
BAKU TINGKAT KEBAUAN DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DAN METODE PENGUKURANNYA
Parameter
Amoniak (NH3)
Metil merkaptan (CH3SH)
Hidrogen sulfida (H2S)
Metil Sulfida ((CH 3)2)5
Stiren (C6H5CHCH2)
Eter (CH3COCH3 )
Asetaldehid (CH3COH)
Batas Maksimum
(ppm)
1,500
0,002
0,010
0,010
0,100
2,000
0,050
Metode
Pengukuran
Spektrometri
Kromatografi
Spektrometri
Kromatografi
Kromatografi
Kromatografi
Kromatografi
Peralatan
Spektrometer
Gas Kromatograf
Spektrometer
Gas Kromatografi
Gas Kromatografi
Gas Kromatografi
Gas Kromatografi
Parameter
Permukiman
Kawasan Industri
Batas Maksimum
(ppm)
2,0
7,0
Metode
Pengukuran
Olfactometri
Olfactometri
Peralatan
Olfactometer
Olfactometer
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
HAMENGKU BUWONO X
LAMPIRAN IV
KEPUTUSAN GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR
176 TAHUN 2003
TANGGAL
30 DESEMBER 2003
METODE PENGUKURAN DAN ANALISIS TINGKAT GETARAN
A. Peralatan
Peralatan yang dipakai :
1. Alat penangkap getaran (accelerometer atau seismometer)
2. Alat ukur atau alat analisis getaran (vibration meter atau vibration analyser)
3. Tapis 1/3 oktaf atau pita sempit (filter 1/3 oktaf atau Narrow Band)
4. Pencatat tingkat getaran (Level atau X Y recoder)
5. Alat analisis pengukuran tingkat getaran (FFT Analyser)
B. Cara Pengukuran
Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan
1. Alat penangkap getaran diletakkan pada lantai atau permukaan yang bergetar,
dan disambungkan ke alat ukur getaran yang dilengkapi dengan filter.
2. Alat ukur dipasang pada besaran simpangan puncak (Peak Displacemen)
apabila alat yang dipakai tidak dilengkapi dengan fasilitas itu, dapat digunakan
konversi besaran.
3. Pembacaan dan pencatatan dilakukan untuk setiap frekuensi 4 63 Hz atau
dengan sapuan oleh alat pencatat getaran.
4. Hasil pengukuran sebanyak 13 data digambarkan pada grafik lampiran.
C. Cara Evaluasi
Ke-13 data yang digambarkan pada grafik lampiran dibandingkan terhadap batasbatas baku tingkat getaran. Getaran disebut melampaui baku tingkat getaran
apabila getaran pada salah satu frekuensi sudah melampaui nilai baku getaran
yang ditetapkan.
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
HAMENGKU BUWONO X
LAMPIRAN V
KEPUTUSAN GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR
176 TAHUN 2003
TANGGAL
30 DESEMBER 2003
METODE PENGUKURAN DAN ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN
1. ALAT UKUR
Pengukuran dilakukan dengan memakai Sound Level Meter atau Integrating Sound
Level Meter. Pengukuran dilakukan pada A-Weighting network dan Fast response.
2. POSISI PENGUKURAN
a. Pengukuran di luar
Untuk mengurangi pengaruh pantulan suara, pengukuran dilakukan pada jarak
minimal 3,5m dari dinding, bangunan, atau struktur lain yang dapat memantulkan
bunyi. Alat ukur dipasang pada ketinggian 1,2m 1,5m di atas tanah.
b. Pengukuran di luar, dekat gedung
Pengukuran ini dilakukan apabila sebuah gedung mengalami gangguan bising.
Pengukuran dilakukan pada jarak 1 2m dari facade dengan ketinggian 1,2
1,5m diatas tanah. Bila mungkin pengukuran dilakukan pada jarak 3,5m dari
dinding atau 0,5m dari jendela terbuka.
3. METEOROLOGI
Pengukuran dilakukan dengan memperhatikan kondisi meteorologi lain :
a. arah angin + 45o dari sumbu utama sumber bunyi terhadap penerima bunyi.
b. Kecepatan angin 1 5 m/s, diukur pada ketinggian 3 11m diatas tanah.
c. Tidak hujan.
4. PROSEDUR PENGUKURAN
a. Bising berfluktuasi (contoh : di jalan raya)
Pembacaan dilakukan setiap ?t selama rentang waktu (t2 t1)
Harga Tingkat Kebisingan sinambung Setara :
L eq
1 N
dengan
= jumlah sampel =
i
Li
= nomor sampel
= SPL ke-i, dB(A)]
- dB (A)
- dB (A)
II
t 2 t1
t
Atau
1 n
0 ,1L i
L eq = 10 log
f
x
10
1
100 i=1
dengan
N
i
= Jumlah sampel =
[n ]
i =1
ni
fi
ni
X100%
N
b. Bising steady
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Sound Level Meter dengan A
Weighting network dan slow response.
1 N
L eq = 10 log n1x100,1Li
T i=1
- dB (A)
dengan
T
ti
i
Li
[T ] , sekon
i =1
5. RATING LEVEL
Rating level merupakan harga Leq ditambah dengan faktor karakteristik sumber
bising.
L eq.r = L eq + K1 + K2
Dengan K1 = koreksi karena adanya karakteristik tone sebesar 2-3 dB(A)
K2 = koreksi karena adanya karakteristik impulsif sebesar 2-3 dB (A)
6. TINGKAT KEBISINGAN RATA-RATA
Bila terdapat lebih dari satu data
L eqrerata
1 N 0,1(1eq .r )1
= 10 log 10
N i=1
- dB (A)
L eqrerata
dengan
1 n 0,1(1eq.r )1
= 10 log 10
N i=1
- dB (A)
II
N
= jumlah kelompok sampel
(Leq )i = Leq sampel ke-i
(Leq.r )i = Leq rating sampel ke-i
7. HASIL PENGUKURAN
Hasil pengukuran tingkat kebisingan dikatakan melampui baku tingkat kebisingan
apabila melampaui salah satu dari Leq atau Lmax atau kedua-duanya.
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
HAMENGKU BUWONO X