Disusun Oleh:
Budi Prayitno, ST. MT
Staff Assisten Kristalografi & mineralogi
Gayuh Pramukti
(133610064)
Diterbitkan oleh :
Laboratorium Geologi Citra Pengindraan Jauuh
Prodi Teknik Geologi Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau
Jl. K.H Nasution no.133 KM 1 Perhentian Marpoyan Pekanbaru - Riau
KATA PENGANTAR
Penyusunan modul penuntun praktikum ini dimaksudkan untuk dapat digunakan sekedar
sebagai penuntun bagi para mahasiswa yang pertama kali mempelajari Geologi Citra Pengindraan
Jauh. Diharapkan para mahasiswa dapat mengenalsetiap bentuk kristal, baik penggambarannya
dalam 2 dimensi maupun 3 dimensi
Bahan-bahan yang dikemukakan disini merupakan kumpulan serta petikan dari berbagai
buku penerbitan lainnya yang telah dipilih dan menurut pendapat penyusun akan sesuai diberikan
bagi mahasiswa yang memang baru pertama kali mempelajari Geologi Citra Pengindraan Jauh..
Namun demikian para mahasiswa tetap diharapkan selalu membaca buku-buku Geologi Citra
Pengindraan Jauh. disamping buku pedoman kuliah.
Diakui modul ini masih jauh dari sempurna banyak dirasakan Kekurangannya untuk itu pada
masa-masa berkaia akan dilakukan perbaikan perbaikan dan penambahan. Kritik dan saran dari
pembaca masih tetap diharapkan
demi kesempumaan modul ini,
Akhirnya sangat diharapkan semoga modul ini dapat membantu praktikan dalam
melaksanakan praktikum.
Tim Penyusun
Peraturan/Tata Tertib
Peserta praktikum
1. Peserta praktikum harus sudah menyelesaikan administrasi laboraturium paling lambat 1
minggu sebelum kegiatan praktikum dimulai
2. Peserta praktikum dalam kondisi baik (sehat jasmani, sadar/tidak dalam kondisi mabuk)
pada saat kegiatan praktikum berlangsung
3. Peserta praktikum dilarang keras membawa obat-obatan terlarang dan jenis senjata tajam.
4. Peserta praktikum dilarang merokok dan makan pada saat kegiatan praktikum berlangsung
5. Peserta paktikum harus berpakaian rapi dan sopan selama kegiatan praktikum berlangsung,
tidak diperbolehkan memakai sandal, sepatu sandal dan kaos oblong
6. peserta praktikum sudah harus siap di laboratorium minimal 15 menit sebelum kegiatan
praktikum di mulai.
7. Setiap mahasiswa wajib melaksanakan seluruh kegiatan praktikum sesuai jadwal yang sudah
ditentukan
8. Peserta praktikum yang terlambat hadir 5 menit tidak diperbolehkan mengikuti kuis dan
diperbolehkan absen
9. Peserta praktikum yang terlambat hadir 10 menit tidak diperbolehkan mengikuti acara
praktikum pada hari tersebut
10. Jika 10 menit Asisten/Instruktur tidak hadir, peserta praktikum dipersilahkan pulang dan
berhak menentukan hari pengganti
11. Tidak dibenarkan pindah-pindah plug/kelompok
BAB I
Laboratorium Geologi Citra Pengindraan Jauh
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau
2016
STREOSKOP
1.1 Stereoskop Cermin dan Saku
1.1.1 Stereoskop Cermin
Stereoskop yang digunakan untuk melihat foto yang bertampalan yang berukuran lebih besar
daripada stereoskop saku. Bagian bagian dari stereoskop ini meliputi lensa cembung, sepasang
prisma/cermin, cermin perak, tiang penyangga, lensa binokuler. Kelebihan dari stereoskop ini
adalah dapat melakukan perbesaran dengan penambahan lensa binokuler, daerah yang diamati lebih
luas daripada stereoskop saku, dan dapat menampakkan satu lembar foto udara secara penuh.
Kekurangan stereoskop ini adalah ukurannya yang besar sehingga tidak praktis, harga relatif mahal,
jika ditambahkan dengan binokuler maka akan memperkecil daerah yang diamati.
Kelebihan dan kekurangan Stereoskop cermin:
a. Lebih besar dari stereoskop saku
b. Daerah yang dapat dilihat secara stereoskop lebih luas jika dibandingkan dengan menggunakan
stereoskop lensa
c. Karena bentuknya agak besar maka agak lebih sukar dibawa ke lapangan
BAB II
FOTOGRAMETRI
Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh
data dan informasi tentang suatu objek serta keadaan disekitarnya melalui suatu proses pencatatan,
pengukuran dan interpretasi bayangan fotografis (hasil pemotretan). Salah satu bagian dari
pekerjaan fotogrametri adalah interpretasi foto udara. Oleh karena itu dengan adanya praktikum
tentang interpretasi foto udara dan pembuatan peta tutupan lahan kali ini diharapkan mahasiswa
Program Studi Teknik Geodesi mampu melakukan interpretasi foto udara dengan menggunakan
prinsip-prinsip interpretasi yang benar serta dilanjutkan dengan pembuatan peta tutupan lahan.
Adapun prinsip yang digunakan dalam interpretasi foto terdiri dari 7 (tujuh) kunci interpretasi yang
meliputi : bentuk, ukuran, pola, rona, bayangan, tekstur, dan lokasi. Dengan beracuan pada 7 (tujuh)
kunci tersebut maka kita dapat mengidentifikasi dengan jelas objek yang sebenarnya.
Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara dengan maksud untuk
mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip interpretasi.
Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam pekerjaan fotogrametri yang ada sekarang ini.
Interpretasi foto termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek.
Dengan kata lain interpretasi foto merupakan kegiatan yang mempelajari bayangan foto secara
sistematis untuk tujuan identifikasi atau penafsiran objek.
Interpretasi foto biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas bentangan. Interpretasi akan
dilakukan berdasarkan kajian dari objek-objek yang tampak pada foto udara. Keberhasilan dalam
interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan latihan dan pengalaman penafsir, kondisi objek
yang diinterpretasi, dan kualitas foto yang digunakan. Penafsiran foto udara banyak digunakan oleh
berbagai disiplin ilmu dalam memperoleh informasi yang digunakan. Aplikasi fotogrametri sangat
bermanfaat diberbagai bidang Untuk memperoleh jenis-jenis informasi spasial diatas dilakukan
dengan teknik interpretasi foto/citra,sedang referensi geografinya
fotogrametri. Interpretasi foto/citra dapat dilakukan dengan cara konvensional atau dengan bantuan
komputer.Salah satu alat yang dapat digunakan dalam interpretasi konvensional adalah stereoskop
dan
alat
pengamatan
paralaks
yakni
paralaks
bar.
Didalam menginterpretasikan suatu foto udara diperlukan pertimbangan pada karakteristik dasar
citra foto udara.Dan dapat dilakukan dengan dua cara yakni cara visual atau manual dan pendekatan
Laboratorium Geologi Citra Pengindraan Jauh
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau
2016
digital.Keduanya mempunyai prinsip yang hampir sama. Pada cara digital hal yang diupayakan
antara lain agar interpretasi lebih pasti dengan memperlakukan data secara kuantitatif. Pendekatan
secara digital mendasarkan pada nilai spektral perpixel dimana tingkat abstraksinya lebih rendah
dibandingkan dengan cara manual. Dalam melakukan interpretasi suatu objek atau fenomena
digunakan sejumlah kunci dasar interpretasi atau elemen dasar interpretasi. Dengan karakteristik
dasar citra foto dapat membantu serta membedakan penafsiran objek objek yang tampak pada foto
udara. Berikut tujuh karakteristik dasar citra foto yaitu :
1. Bentuk
Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu objek individual. Bentuk
agaknya merupakan faktor tunggal yang paling penting dalam pengenalan objek pada citrta foto.
2. Ukuran
Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai denagn skala foto. Objek dapat disalahtafsirkan
apabila ukurannya tidak dinilai dengan cermat.
3. Pola
Pola berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau keterkaitan
merupakan karakteristik banyak objek, baik alamiah maupun buatan manusia, dan membentuk pola
objek yang dapat membantu penafsir foto dalam mengenalinya.
4. Rona
Rona mencerminkan warna atau tingkat kegelapan gambar pada foto.ini berkaitan dengan pantulan
sinar oleh objek.
5. Bayangan
Bayangan penting bagi penafsir foto karena bentuk atau kerangka bayangan menghasilkan suatu
profil pandangan objek yang dapat membantu dalam interpretasi, tetapi objek dalam bayangan
memantulkan sinar sedikit dan sukar untuk dikenali pada foto, yang bersifat menyulitkan dalam
interpretasi.
6. Tekstur
Tekstur ialah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur dihasilkan oleh susunan satuan
kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali secara individual dengan jelas pada foto.
Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola, bayangan dan rona individual. Apabila skala foto
diperkecil maka tekstur suatu objek menjadi semakin halus dan bahkan tidak tampak.
Laboratorium Geologi Citra Pengindraan Jauh
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau
2016
7. Lokasi
Lokasi objek dalam hubungannya dengan kenampakan lain sangat bermanfaat dalam identifikasi.
BAB III
POLA ALIRAN DAN STADIA GEOMORFOLOGI
Pola Aliran Dendritik
Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainyamenyerupai struktur pohon.
Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol olehlitologi batuan yang homogen. Pola aliran
dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatansungai yang dikontrol oleh jenis batuannya. Sebagai
contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resisten terhadap erosi akan
membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang resisten (seperti granit)
akanmembentuk tekstur kasar (renggang). Tekstur sungai didefinisikan sebagai panjangsungai per
satuan luas. Mengapa demikian ? Hal ini dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi
sangat berpengaruh pada proses pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten
cenderung akan lebih mudah dierosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu sistem pengaliran
sungai yang mengalir pada batuan yang tidak resisten akan membentuk pola jaringan sungai yang
rapat (tekstur halus), sedangkansebaliknya pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur
kasar.
2. Pola Aliran Radial
Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu
titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi atau bukit intrusi. Pola aliran radial juga
dijumpai pada bentuk-bentuk bentangalam kubah(domes) dan laccolith. Pada bentang alam ini pola
aliran sungainya kemungkinan akanmerupakan kombinasi dari pola radial dan annular
3. Pola Aliran Rectangular
Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadaperosinya mendekati
seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arahdengan sudut saling tegak lurus.
Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosisehingga memungkinkan air mengalir dan
berkembang melalui kekar-kekar membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya
lurus-lurus mengikutisistem kekar. Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya
terpatahkan.Sungai-sungainya mengikuti jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di
Laboratorium Geologi Citra Pengindraan Jauh
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau
2016
10
11
12
13
B. Stadia Geomorfologi
Ketika sungai terbentuk dan mulai mengalir menuju base level, sungai akanmemotong lembah,
mengairi channel sungai, dan membentuk morfologi yang dilewatinya (Tarbuck & Lutgens, 1984,
hal 225 226 ). Pembentukan stadia daerah juga dipengaruhi olehiklim daerah tersebut. Stadia
daerah pada daerah yang beriklim humid / basah berbeda denganstadia pada daerah arid / kering.
Daerah bertingkat erosi muda ditandai oleh
1.Relief bertambah dengan cepat,
2.Sungai-sungai belum berkembang luas
3. Sungai-sungai dipisahkan oleh divides yang luas.
Daerah bertingkat erosi dewasa ditandai oleh
1.Relief mencapai maksimum
2. Sungai-sungai mulai berkembang
3.Divides makin sempit.
Daerah bertingkat erosi tua ditandai oleh
1.Merendahnya puncak-puncak divides
2.Relief daerah menjadi bergelombang lemah (undulating). Permukaan bumi yangdemikian disebut
peneplain (hampirata).
Apabila kemudian terjadi epirogenesis atau orogenesis, maka daerah yang terangkatini akan tersayat
atau tertoreh lagi oleh sungai-sungai yang mengalir di daerah tersebutsehingga akan terjadi tingkat
erosi daerah muda lagi. Proses ini disebut peremajaan atau"rejuvenation" Untuk dapat mempelajari
sungai secara keseluruhan, kita harus mengetahuiklasifikasi sungai secara genetika. Menurut
Lobeck (1939, hal. 171) klasifikasi sungaitersebut terdiri atas :
Sungai konsekuen
Laboratorium Geologi Citra Pengindraan Jauh
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau
2016
14
Sungai yang mengalir searah dengan arah kemiringan lereng yang dilewatinya. Umumnyasungai
konsekuen ini terdapat pada daerah yang mengalami peristiwa tektonik, misalnyauplifted dome,
block mountain, dan daerah pesisir pantai.
Sungai subsekuen
sungai yang mengalir mengikuti arah strike batuan atau arah jurus perlapisan batuan pada daerah
dengan batuan yang kurang resisten, atau sungai yang mengalir mengikuti kekar kekar dan sesar
pada daerah dengan batuan yang kristalin.
Sungai obsekuen
Merupakan sungai yang arah alirannya berlawanan arah dengan arah kemiringan perlapisan batuan,
dan juga berlawanan arah dengan arah sungai konsekuen. Sungai obsekuenumumnya hanya pendek
dengan gradien sungai yang curam, umumnya berupa anak sungaiyang mengalir melewati tebing
gunung yang curam atau escarpments.
Sungai resekuen
sungai yang mengalir mengikuti arah jurus kemiringan batuan dan kemiringan lereng. Tetapi sungai
resekuen terbentuk belakangan dan pada ketinggian yang lebih rendahdengan besar kemiringan
batuan lebih kecil daripada sungai konsekuen. Sungai resekuenumumnya terdapat sebagai anak
sungai dari sungai subsekuen.
Sungai insekuen
Merupakan sungai yang arah alirannya tidak dikendalikan oleh struktur batuan, tidak mengalir
mengikuti arah kemiringan perlapisan batuan. Sungai insekuen mengalir ke semuaarah yang
mungkin untuk dilewati, dan hasilnya membentuk pola penyaluran dendritik.
Sungai anteseden
sungai yang telah ada sebelum perbukitan atau pegunungan terbentuk, sungaiini tetap
mempertahankan kedudukan selama proses uplifting berlangsung, akibatnya sungaimembentuk
water gap karena mengalir melewati punggungan atau perbukitan.
Sungai superimposed ( superposed )
Merupakan sungai yang mengalir sepanjang daerah yang tertutupi oleh dataranalluvial atau
sedimen yang dapat membentuk peneplain. Apabila telah mengalami rejuvinasi,sungai superposed
Laboratorium Geologi Citra Pengindraan Jauh
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau
2016
15
akan memotong lapisan penutupnya. Rejuvinasi dapat terjadi apabila peneplain mengalami
uplifting.
Sungai reversed/membalik
sungai yang tidak dapat mempertahankan kedudukannya ketika upliftingterjadi, hanya mengubah
arah alirannya mengikuti kelerengan daerahnya.Sungai compoundMerupakan sungai yang mengalir
melewati dua daerah atau lebih dengan umur geomorfologiyang berbeda.
Sungai composite
sungai yang mengalir melewati dua daerah atau lebih dengan struktur geologiyang berbeda.
16
C. Bentang Alam
1.Bentang Alam Denudasional
Bentangalam denudasional adalah bentuk bentangalam yang terbentuk akibat adanya proses
denudasi. Proses denudasi atau sering disebut juga proses penelanjangan merupakan proses yang
cenderung mengubah bentuk permukaan bumi menjadi bentukan lahan yanglebih rendah, dan
proses tersebut akan berhenti apabila permukaan bumi telah mencapailevel dasar yang sama dengan
permukaan di sekitarnya.Ciri-cirinya atau karakteristik yang terlihat di foto udara :
a.Umumnya topografi agak kasar sampai kasar tergantung tingkat denudasinya.
Laboratorium Geologi Citra Pengindraan Jauh
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau
2016
17
18
tersendiri, yaitu suatu bentukan gerakan. Beberapa hal yang penting dalam gletser diantaranya
adalah:
a.Keadaan daerah
b.Proses
c. Endapan yang terbentuk di tepi perbatasan
gletser (moraine)
Faktor faktor Pembentukan Glasial
Proses Pembentukan Gletser Snowfall terbentuk dari bubuk salju yang warnanya terang, dengan
udara yang terjebak diantara keenam sisinya (snowflakes). Snowflake akan mengendap pada suatu
tempatdan mengalami kompaksi karena berat jenisnya dan udara keluar. Sisi-sisi snowflakes
yang jumlahnya enam akan hancur dan berkonsolidasi menjadi salju yang berbentuk
granular (granular snow) lalu mengalami sementasi membentuk es g eltser (glacier ice). Transisi
dari bentuk salju menjadi gletser dinamakan firn.
Ada dua tipe bentang alam glasial, diantaranya yaitu:
a. Alpine Glaciation terbentuk pada daerah pegunungan.
b.Continental Glaciation bila suatu wilayah yang luas tertutup gletser.
3. Macam-Macam Bentuk Lahan Asal GlasianTipe- tipe gletser diantaranya:
1.Valley Glasier Merupakan gletser pada suatu lembah dan dapat mengalir dari tempat yang tinggi
ketempat yang rendah. Pada valley glacier juga terdapat ankak-anak sungai. Valley Glacier terdapat
pada alpine glaciation.
2.Ice Sheet
Merupakan massa es yang tidak mengalir pada valley glacier tetapi menutup dataran yangluas
biasanya > 50.000 kilometer persegi. Ice sheet terdapat pada continental glaciation
yaitu pada Greenland dan Antartika.
3. Ice cap Merupakan ice sheet yang lebih kecil, terdapat pada daerah pegunungan seperti
valley glacier contohnya di Laut Arktik, Canada, Rusia dan Siberia. Ice sheet dan ice cap
mengalir ke bawah dan keluar dari pusat (titik tertinggi)
19
4.Ice berg
Ice shet yang bergerak kebawah karena pengaruh gravitasi dan akhirnya hilang atauterbuang dalam
jumlah besar, bila mengenai tubuh air maka balok-balok es tersebut akan pecah dan mengapung
bebas di permukaan air, hal ini disebut ice berg.
2.2.Bentuklahan (Morfologi )
Bentukan Asal Proses Glasial
a. Bentang Alam Karena Proses ErosiBentang alam karena prose erosi yang berasosiasi dengan
alpine glaciations yaitu yangterbentuk pada daerah pegunungan.
Glacier valley berbentuk U karena proses glacial
berbentuk V karena erosi sungai.
Lembah terbentuk karena sungai mengalami pelurusan oleh aliran air akibat hantaman massaes
yang tidak fleksibel. Bentang alam akibat erosi yang terbentuk pada alpine glaciation
antara lain :
1. Hanging valley Ketika gletser tidak terlihat lagi, anak sungai yang tersisa menyisakan hanging
valleyyang tinggi diatas lembah utama. Meskipun proses glasial membentuk lembah menjadi
lurusdan memperhalus dinding lembah, es meyebabkan permukaan batuan dibawahnya
terpotongmenjadi beberapa bagian, tergantung resistensinya terhadap erosi
glasial.
2.Truncated Spurs merupakan bagian bawah tepi lembah yang terpotong triangular faced karena
erosi glasial.Makin tebal gletser makin besar erosi pada bagian bawah lantai lembah. Makin besar
erosimaka mengakibatkan pendalaman lembah dan anak sungainya sedikit
3.Cirques Merupakan sisi bagian dalam yang dilingkari glacier valley, berisi gletser dari
glacier valley
yang tumpah ke bawah. Terbenruk karena proses glasial, pelapukan dan erosi dindinglembah.
4.Rock basin lake
Air meresap pada celah batuan, membeku dan memecah batuan sehingga lapisan batuankehilangan
bagiannya, digantikan es dan ketika meleleh kembali terbentuk
rock basinlake.
Laboratorium Geologi Citra Pengindraan Jauh
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau
2016
20
5.Bergschrund
Merupakan batuan yang telah pecah, berguling-guling dan jatuh ke valley glacier lalu jatuh ke
crevasse.
6. Aretes
Merupakan sisi dinding lembah yang mengalami pemotongan dan pendalaman sehingga bagian
tepinya menjadi tajam, karena proses frost wedging
7.Horn
Merupakan puncak yang tajam karena cirques yang terpotong atau ada bagian yang hilangkarena
erosi ke arah hulu pada beberapa sisinya.
8.Crevasses
Merupakan celah yang lebar (terbuka). Bila celah tertutup (sempit) disebut closedcrevasses)
b.Bentang Alam Karena Proses Pengendapan Gletser
1. Moraines
Merupakan till yang terbawa jauh glacier glacier menyusut. Material-material lepas yang jatuh dari
lereng yang terjal sepanjang valley glacier terakumulasi pada sepanjang sisi es.
Lateral Moraines Moraines yang tertimbun sepanjang sisi gletser.
Medial Moraines Gabungan anak -anak sungai yang dekat Lateral Moraines membawa gletser
turun sepanjang sisi till, dari atas tampak seperti multilane highway (lintasan-lintasan pada daerah
tinggi).
End Moraines Tepi till yang tertimbun sepanjang sisi es, merupakan terminus yang tersisayang
tetap selama beberapa tahun, mudah dilihat.
21
2.Till Merupakan batuan yang hancur dari dinding lembah yang terendapkan mengisi valley glacier,
berasal dari ice sheet membawa fragmen batuan yang terkikis (fragmennya lancip)karena
bertabrakan dan saling bergesek dengan batuan lain. Berukuran clay-boulder,unsorted.
3. Drumlin Merupakan ground moraines yang terbentuk kembali seperti alur-alur sungai lembah
till, bentuknya seperti sendok terbalik. Porosnya sejajar dengan arah gerakan es. Dihasilkan oleh
ice sheet yang tertransport jauh dan terbentuk kembali menjadi endapan till setelah melaluilereng
yang dangkal.
4.Erratic Merupakan es yang berukuran boulder yang kemudian tertransport oleh es yang berasal
darilapisan batuan yang jauh letaknya.
2.3 . Pertumbuhan bentuklahan (Morfologi) Glasial.
Pertumbuhan bentuk lahan pada tahap awal di yakini yaitu lembah tertutup oleh salju,kemudian
salju itu megalami pencairan, dimana setelah mencair, lembah kembali menjadidalam, beberapa
lembah menggantung masuk lembah utama, horn, dan cirque. Setelah itu,kemudian lembah terisi
oleh alluvium.Kemudian setelah fase tersebut lembah menjadi lebihrendah dari muka air laut,
sehingga pada saat pasang air akan masuk ke lembah. Untuk lebih jelasnya deijelaskan lewat
gambar sebagai berikut
4. Bentangalam vulkanik
Bentangalam vulkanik adalah bentangalam yang merupakan produk dari aktivitasgunungapi.
Gunung api terbentuk sebagai salah satu pekerjaan tenaga endogen.Ciri-cirinya :
a.Terdapat pada lingkup wilayah gunung api.
b.Hasil vulkanisme aktivitas gunung api
5.Bentang Alam Marine
Bentangalam marine adalah bentangalam yang terjadi sebagai akibat dari aktivitas air laut yang
berada di wilayah pantai.Ciri-ciri :
a.Terdapat di wilayah pesisir.
b.Gelombang dan arus merupakan faktor pembentuk utamanya.
c.Terdapat terumbu karang.
d.Sejajar dengan garis pantai
Laboratorium Geologi Citra Pengindraan Jauh
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau
2016
22
23
24
Geomorfologi
dilakukan
dengan
mengidentifikasi
karakteristik
bentuklahan
BAB V
Laboratorium Geologi Citra Pengindraan Jauh
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau
2016
25
CITRA RADAR
Interpretasi Geologi Berdasarkan Citra Non Foto Landsat ETM Tahapan dalam interpretasi geologi
berdasarkan citra non foto Landsat ETM terdiri atas empat tahapan. Tahapan yang pertama adalah
pengolahan citra non foto. Tahapan kedua adalah deliniasi kenampakan morfologi pada citra non
foto. Tahapan selanjutnya yaitu tahapan ketiga adalah interpretasi bentuklahan dan kompilasi peta
geomorfologi tentatif. Tahapan terakhir adalah interpretasi geologi dan kompilasi peta geologi
tentatif.
1) Pengolahan Citra Non Foto
Citra non foto pada umumnya tidak langsung diinterpretasi melainkan dilakukan pengolahan citra
terlebih dahulu sesuai tujuan interpretasi. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah interpretasi
karena pengolahan citra dapat membantu membedakan obyek pada citra dengan lebih mudah,
mempertajam kenampakan obyek pada citra, menonjolkan kesan kenampakan tiga dimensi dari
obyek pada citra, dan memperbesar resolusi spasial citra.
Obyek pada citra terdiri dari obyek alami dan obyek artifisial. Obyek alami meliputi tubuh perairan
(laut, danau, lautan), sungai, vegetasi hutan, serta tanah dan batuan. Obyek artifisial meliputi
seluruh penggunaan lahan untuk kepentingan manusia yang meliputi permukiman, jalan raya,
persawahan, kebun, waduk, kolam, dan lain sebagainya. Secara umum obyek pada citra
dilompokkan dalam tubuh perairan, vegetasi, tanah dan batuan, serta permukiman. Masing-masing
obyek tersebut memiliki karakteristik reflektansi spektral yang berbeda misalnya tubuh perairan
memiliki karakteristik reflektansi spektral yang kuat pada spektrum biru, sementara tanah memiliki
karakteristik reflektansi spektral yang kuat pada spektrum merah. Berdasarkan karakteristik
reflektansi spektral obyek-obyek pada citra, maka dapat dibuat citra yang dapat menonjolkan
obyek-obyek tertentu sesuai dengan tujuan interpretasi. Penonjolan obyek tertentu tersebut
dilakukan untuk memudahkan membedakan obyek. Penonjolan obyek pada citra non foto dilakukan
dengan perekayasaan warna pada citra. Citra non foto pada dasarnya miliki kenampakan obyek di
permukaan Bumi dengan warna sesuai dengan kenampakan sebenarnya. Citra non foto tersebut
disebut dengan true
colour composite image yang memiliki kode 321. Kode tersebut menunjukkan susunan spektrum
warna (band) yang dimasukkan dalam saluran RGB atau Red Green Blue. Spektrum warna pada
Landsat terdiri dari 7 spektrum warna yaitu spektrum warna biru dengan kode 1,
spektrum warna hijau dengan kode 2, spektrum warna merah dengan kode 3, spektrum warna infra
merah terpantul dengan kode 4, 5, 7, dan infra merah termal dengan kode 6. Jika spektrum warna
Laboratorium Geologi Citra Pengindraan Jauh
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau
2016
26
tidak dimasukkan sesuai salurannya maka akan dihasilkan false colour composite image misalnya
jika saluran spektrum warna biru dimasukkan dalam saluran merah maka pada citra tubuh perairan
akan berwarna merah. Kombinasi spektrum warna yang dimasukkan dalam saluran RGB akan
menghasilkan citra yang menonjolkan obyek tertentu yang disebut sebagai citra komposit
BAB VI
Laboratorium Geologi Citra Pengindraan Jauh
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau
2016
27
CITRA LANDSAT
Dalam interprstasi citra dapat memperoleh batas penyebaran satuan batuan, struktur geologi dan
geomorfologi secara garis besar, kondisi geologi yang detail baru dapat diketahui setelah melakukan
pekerjaan lapangan.
1.
a)
Rona (tone)
Tekstur (texture)
Pola (pattern)
Hubungan dengan keadaan sekitar (relation to the surroundings)
Bentuk (shape)
Ukuran (size)
Bayangan (shadow)
Rona (tone)
Rona adalah cerah gelapnya citra yang mencerminkan ukuran banyaknya cahaya yang
dipantulkan oleh obyek dan dicatat pada citra hitam-putih.
Rona dipengaruhi oleh :
b)
Tekstur (texture) : Tekstur didefinisikan sebagai frekwensi perubahan rona dalam citra dan
dihasilkan oleh suatu kelompok satuan kenampakan yang terlampau kecil untuk dibedakan masingmasing secara jelas pada foto.
Tekstur dibagi menjadi :
c)
Pola (pattern) : Pola adalah susunan meruang yang teratur mengenai kenampakan geologi
topografi vegelasi.
d)
28
e)
Bentuk (shape) : Bentuk sebagai suatu unsure pengenalan dalam interprestasi geologi sangat
berarti terutama dalam pengertian yang lebih luas yang meliputi relief atau topografi.
f)
Ukuran (size) : Ukuran dapat pula membantu dalam interprestasi. Ukuran meliputi luas, panjang,
lebar, tinggi, dan volume suatu benda.
g)
Bayangan (shadow) : Bayangan sebagai unsure dasar pengenalan berguna untuk mengenal bentuk
bendanya. Karena foto udara vertical biasa dipergunakan untuk interprestasi, maka bayangan dapat
dipergunakan untuk mengenal pandangan samping dari suatu obyek.
2.
1.
Relief
Relief yaitu beda tinggi rendah dari suatu tempat dengan tempat lainnya pada suatu daerah dan juga
curam landainya lereng-lereng yang ada. Termasuk dalam pengertian relief ini adalah bentukbentuk bukit, lembah, dataran, gunung dan sebagainya.
2.
3.
Kebudayaan (culture)
Kebudayaan kerapkali dapat dipergunakan untuk interprestasi geologi Sawah biasanya diolah oleh
manusia didataran alluvial atau tanah residual hasil pelaukan batuan, biasanya dikaki gunung api.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan. A. 2014. Interpretasi Geologi Sebagian Daerah Kulonprogo, Yogyakartaberdasarkan
Citra Penginderaan Jauh Foto Dan Non Foto.
29
Barnes, J. W., & R. J. Lisle. (2004). Basic Geological Mapping, 4th Edition. West
Sussex: John Wiley & Sons.
Dirik, K. (2005). Advanced Photogeology. Hacettepe: Hacettepe University.
Goudie, A. S. (2004). Encyclopedia of Geomorphology. New York: Routledge.
Hugget, R. (2007). Fundamentals of Geomorphology. Taylor & Francis.
Lillesand, T. M., & R. W. Kiefer. (1979). Remote Sensing and Image Interpretation. New York:
John Wiley. Ray, R. G. (1956). Photogeologic Procedures in Geologic Interpretation and Mapping,
Procedures and Studies in Photogeology. Washington: US Government Printing Office.
Schetselaar, E. M., & M. Tiainen, T. Woldai. (2008). Integrated Geological Interpretation of
Remotely Sensed Data to Support Geological Mapping in Mozambique. Geological Survey of
Finland Special Paper, 48, p. 35-63.
Sheriff, R. E. (2002). Encyclopedic Dictionary of Applied Geophysics, 4th Edition. Society of
Exploration Geophysicists.
Soetoto. (2011). Manfaat Citra Penginderaan Jauh dalam Penelitian Geologi. Seminar Nasional
dalam Rangka Dies Natalis Ke-49 Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
30