Anda di halaman 1dari 43

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan limpahan rahmatNya Paper ini dapat tersusun tepat pada waktunya. Paper ini merupakan salah satu
prasyarat dalam rangka menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu
Kedokteran Forensik. Paper ini berjudul Keracunan Logam Berat.
Paper ini akan membahas mengenai beberapa jenis logam berat
diantaranya arsen, merkuri, timbal, kadmium, dan antimoni terkait sifat-sifat
logam berat, dosis toksisk, aspek farmakologis dan farmakodinamiknya beserta
ciri-ciri keracunan yang ditimbulkan dan pemeriksaan forensiknya secara umum
sesuai dengan tanda-tanda keracunan pada logam berat tersebut.
Kami mohon maaf jika dalam penulisan paper ini terdapat kesalahan.
Kritik

dan

saran

yang

membangun

sangat

diharapkan

untuk

dapat

memperbaikinya pada kesempatan mendatang. Semoga tulisan ini dapat


memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan memberikan
manfaat bagi masyarakat, khususnya dalam kaitannya dengan ilmu forensik
terkait keracunan logam berat.
Bukittinggi, 14 Mei 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unsur logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas (masa jenis)
lebih dari 5 gr/cm3. Hg mempunyai densitas 13,55 gr/cm3. Diantara semua unsur
logam berat, Hg menduduki urutan

pertama dalam hal sifat racunnya,

dibandingkan dengan logam berat lainnya, kemudian diikuti oleh logam berat
antara lain Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn. Kasus keracunan baik fatal maupun
non fatal hampir selalu dijumpai setiap tahunnya. Di Laboratorium/Instalasi Ilmu
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ RSU Dr.
Soetomo Surabaya, kasus keracunan walaupun tidak menempati urutan teratas
dari semua kasus forensik namun perlu mendapat cukup perhatian.
Logam berat terutama merkuri merupakan bahan cemaran yang perlu
diwaspadai karena dapat menimbulkan efek akumulatif seperti halnya penyakit
Minamata di Jepang. Pada daerah perairan yang berdampingan/berdekatan dengan
industri berat diduga tingkat pencemarannya lebih tinggi dibandingkan dengan
perairan yang tidak berdekatan dengan industri berat. Hal ini disebabkan senyawa
logam berat banyak digunakan dalam industri sebagai bahan baku, katalisator,
fungisida maupun bahan tambahan lainnya. Menurut FDA di dalam Anon (1998),
selain merkuri (Hg), jenis logam berat yang membahayakan kesehatan antara lain
timbal (Pb), kadmium (Cd), arsen (As), khromiun (Cr) dan nikel (Ni). Tidak
dipungkiri bahwa ada kaitan yang erat antara kemajuan teknologi yang demikian
pesatnya dewasa ini dengan masalah diatas baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kemajuan-kemajuan dibidang industri, di lapangan pertanian, dibidang
sosial ekonomi maupun budaya dan lain sebagainya tidak dapat luput dari dampak
negatif yang menyertai sehingga membawa akibat-akibat yang juga merugikan
bagi umat manusia.
Meningkat dan meluasnya pemakaian obat-obatan sebagai produk farmasi,
pemakaian insektisida, pemakaian bahan kimia sebagai bahan tambahan dalam
makanan dan lan sebagainya mendorong terjadinya kasus-kasus keracunan fatal
karena faktor kesengajaan ataupun kecelakaan, baik di lapangan industri,

pertanian maupun rumah tangga serta dibidang medis, terlebih lagi karena tidak
diimbangi dengan usaha-usaha pencegahan terhadap akibat-akibat merugikan
yang ditimbulkannya..
Toksikologi dewasa ini mengalami perkembangan sejalan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi sehingga bidang telaah toksikologi bukan
hanya meliputi pengetahuan tentang hal ihwal racun dalam arti sempit namun
menyangkut hal yang lebih luas lagi yaitu meliputi evaluasi terhadap semua
akibat-akibat yang berkaitan dengan produk farmasi, pestisida, bahan tambahan
pada makanan bahkan sampai pada polusi lingkungan, akibat radiasi serta efek
limbah kimia atau biologi.
Dalam hal-hal yang telah diuraikan diatas dapat diartikan sebagai
tantangan bagi kita semua untuk lebih mempersiapkan diri sebaik-baiknya,
sebagai dokter dalam menangani kasus-kasus keracunan fatal (ataupun kadangkadang pada kasus keracunan non fatal), terutama dalam penentuan sebab
kematian korban, karena pengambilan kesimpulan sebab kematian korban akibat
intoksikasi logam berat tidak dapat diambil tanpa melakukan analisa toksikologi
yang jelas-jelas akan menunjukkan adanya atau ditemukannya racun penyebab
kematian korban dalam jaringan atau cairan tubuh korban yang dianalisa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Arsen
Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna

metal (steel-grey). Senyawa arsen didalam alam berada dalam 3 bentuk: Arsen
trichlorida (AsCl3) berupa cairan berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen
putih) berupa kristal putih dan berupa gas arsine (AsH3). Lewisite, yang sering
disebut sebagai gas perang, merupakan salah satu turunan gas arsine. Pada
umumnya arsen tidak berbau, tetapi beberapa senyawanya dapat mengeluarkan
bau bawang putih. Racun arsen pada umumnya mudah larut dalam air, khususnya
dalam air panas.

Arsen merupakan unsur dari komponen obat sejak dahulu kala. Senyawa
arsen trioksida misalnya pernah digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis
3 x 1-2 mg. Dalam jangka panjang, penggunaan tonikum ini ternyata telah
menyebabkan timbulnya gejala intoksikasi arsen kronis. Arsen juga pernah
digunakan sebagai obat untuk berbagai infeksi parasit, seperti protozoa, cacing,
amoeba, spirocheta dan tripanosoma, tetapi kemudian tidak lagi digunakan karena
ditemukannya obat lain yang lebih aman. Arsen dalam dosis kecil sampai saat ini
juga masih digunakan sebagai obat pada resep homeopathi.
Bermacam-macam bentuk senyawa kimia dari arsen ini yaitu sebagai
berikut ;
1. Arsen triokasida (As2O3), ialah bentuk garam inorganic dan bentuk trivial
dari asam arsenat (H4AsO4) berwarna putih dan padat seperti gula.
2. Arsen pentaoksida (As2O5)
3. Arsenat (misalnya : PbHAsO4), ialah bentuk garam dari asam arsenat,
merupakan senyawa arsen yang banyak dijumpai di alam dan bersifat
kurang toksik.
4. Arsen organic, arsen berikatan kovalen dengan rantai karbon alifatik atau
struktur cincin,dimana arsen terikat dalam bentuk trivalent ataupun
pentavalen.Bentuk senyawa arsen ini kurang toksin dibandingkan denagn
bentuk senyawa arsen inorganic trivalent.
Bentuk senyawa arsen yang paling beracun ialah gas arsin (AsH 3),yang
terbentuk bila asam bereaksi dengan arsenat yang mengandung logam lain.Selain
dapat ditemukan di udara, air maupun makanan, arsen juga dapat ditemukan di
industri seperti industri pestisida, proses pengecoran logam maupun pusat tenaga
geotermal. Elemen yang mengandung arsen dalam jumlah sedikit atau komponen
arsen organik (biasanya ditemukan pada produk laut seperti ikan laut) biasanya
tidak beracun(tidak toksik).
Arsen dapat dalam bentuk inorganik bervalensi tiga dan bervalensi lima.
Bentuk in organik arsen bervalensi tiga adalah arsenik trioksid, sodium arsenik,
dan arsenik triklorida., sedangkan bentuk in organik arsen bervalensi lima adalah
arsenik pentosida, asam arsenik, dan arsenat (Pb arsenat, Ca arsenat). Arsen
bervalensi tiga (trioksid) merupakan bahan kimia yang cukup potensial untuk
menimbulkan terjadinya keracunan akut.

2.1.1. Sifat-Sifat
A. Karakteristik Arsen
Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan.
Arsen di air di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen
lain. Arsen secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan
sering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan
juga beracun. Ketika dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida
arsen, yang berbau seperti bau bawang putih. Arsen dan beberapa senyawa arsen
juga dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi
cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsen ditemukan dalam dua bentuk padat yang
berwarna kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.
B. Sifat Kimia Arsen
Arsen, Sb, dan Bi, terutama terdapat sebagai mineral sulfide seperti
mispickel,FeAsS, atau stibnite,Sb2S3. Arsen, Sb, dan Bi, diperoleh sebagai
logamnya.semuanya membentuk Kristal yang strukturnya mirip dengan fosfor
hitam. Namun ketiga unsure tersebut tampak mengkilat dan seperti logam, serta
mempunyai tahanan masing-masing 30, 40, dan 105 cm, yang bias
dibandingkan dengan logam-logam seperti Ti dan Mn (berturut-turut 42 dan 185
cm). melalui reduksi oksidasinya dengan karbon dan hydrogen. Logamnya
terbakar pada pemanasan dalam oksigen menghasilkan oksida.
Arsen trihalida mirip dengan trihalida fosfor. SbCl3 berbeda karena ia larut
dalam sejumlah air yang terbatas menghasilkan larutan jernih, yang dalam
pengenceran menghasilkan okso klorida yang tidak terlarut seperti SbOCl dan
Sb4O5Cl2. Tidak ada ion Sb3+ sederhana dalam larutan BiCl3, suatu padatan
Kristal putih, terhidrolisis oleh air menjadi BiOCl namun reaksi ini di
bolak=balik.
C. Sumber Pencemaran oleh Arsen
Keberadaan arsen di alam (meliputi keberadaan di batuan (tanah) dan
sedimen, udara, air dan biota), produksi arsen di dalam industri, penggunaan dan
sumber pencemaran arsen di lingkungan.
1. Keberadaan Arsen di Alam
4

a. Batuan (Tanah) dan Sedimen


Di batuan atau tanah, arsen (As) terdistribusi sebagai mineral. Kadar As
tertinggi dalam bentuk arsenida dari amalgam tembaga, timah hitam, perak dan
bentuk sulfida dari emas. Mineral lain yang mengandung arsen adalah
arsenopyrite (FeAsS), realgar (As4S4) dan orpiment (As2S3). Secara kasar
kandungan arsen di bumi antara 1,5-2 mglkg. Bentuk oksida arsen banyak
ditemukan pada deposit/sedimen dan akan stabil bila berada di lingkungan.
Tanah yang tidak terkontaminasi arsen ditemukan mengandung kadar As
antara 0,240 mg/kg, sedang yang terkontaminasi mengandung kadar As rata-rata
lebih dari 550 mg/kg. Secara alami kandungan arsen dalam sedimen biasanya di
bawah 10 mg/kg berat kering. Sedimen bagian bawah dapat terjadi karena
kontaminasi yang berasal dari sumber buatan kering ditemukan pada sedimen
bagian bawah yang dekat dengan buangan pelelehan tembaga.
b. Udara
Zat padat di udara (total suspended particulate = TSP) mengandung
senyawa arsen dalam bentuk anorganik dan organik. Crecelius (1974)
menunjukkan bahwa hanya 35% arsen anorganik terlarut dalam air hujan. Di
lokasi tercemar, kadar As di udara ambien kurang dari satu gram per meter kubik.
c. Air
Beberapa tempat di bumi mengandung arsen yang cukup tinggi sehingga
dapat merembes ke air tanah. Kebanyakan wilayah dengan kandungan arsen
tertinggi adalah daerah aluvial yang merupakan endapan lumpur sungai dan tanah
dengan kaya bahan organik. Arsenik dalam air tanah bersifat alami dan dilepaskan
dari sedimen ke dalam air tanah karena tidak adanya oksigen pada lapisan di
bawah permukaan tanah. Arsen terlarut dalam air dalam bentuk organik dan
anorganik. Jenis arsen bentuk organik adalah methylarsenic acid dan
methylarsenic acid, sedang anorganik dalam bentuk arsenit dan arsenat. Arsen
dapat ditemukan pada air permukaan, air sungai, air danau, air sumur dalam, air
mengalir, serta pada air di lokasi di mana terdapat aktivitas panas bumi
(geothermal).
b. Biota

Penyerapan ion arsenat dalam tanah oleh komponen besi dan aluminium,
sebagian besar merupakan kebalikan dari penyerapan arsen pada tanaman.
Kandungan arsen dalam tanaman yang tumbuh pada tanah yang tidak tercemari
pestisida bervariasi antara 0,01-5 mg/kg berat kering. Tanaman yang tumbuh pada
tanah yang terkontaminasi arsen selayaknya mengandung kadar arsen tinggi,
khususnya di bagian akar. Beberapa rerumputan yang mengandung kadar arsen
tinggi merupakan petunjuk/indikator kandungan arsen dalam tanah. Selain itu,
ganggang laut dan rumput laut juga umumnya mengandung sejumlah kecil arsen.
2. Produksi dalam Industri
Berdasarkan data yang digunakan dari Biro Pertambangan Amerika
Serikat, dapat diperkirakan bahwa total produksi senyawa arsen di dunia mulai
tahun 1975 sekitar 600.000 ton. Negara-negara produser utama adalah: China,
Peru, Swedia, USA dan USSR. Negara-negara tersebut mampu mencukupi sampai
90% produk dunia. Arsen trivalen adalah basis utama industri kimia arsen dan
merupakan produk samping dalam pelelehan bijih tembaga dan timah hitam.

3. Penggunaan Senyawa Arsen


Arsen banyak digunakan dalam berbagai bidang, yaitu salah satunya
dalam bidang pertanian. Di dalam pertanian, senyawa timah arsenat, tembaga
acetoarsenit, natrium arsenit, kalsium arsenat dan senyawa arsen organik
digunakan sebagai pestisida. Sebagian tembakau yang tumbuh di Amerika Serikat,
perlu diberi pestisida yang mengandung arsen untuk mengendalikan serangga
yang menjadi hama tanaman tersebut selama masa pertumbuhannya. Tembakau
ini akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok.
2.1.2. Dosis Toksik
Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik
tampaknya memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik
anorganik.. Penelitian telah menunjukkan bahwa arsenites (trivalen bentuk)
memiliki toksisitas akut yang lebih tinggi daripada arsenates (pentavalent bentuk).
Minimal dosis akut arsenik yang mematikan pada orang dewasa diperkirakan 70200 mg atau 1 mg/kg/hari. Sebagian besar melaporkan keracunan arsenik tidak

disebabkan oleh unsur arsenik, tapi oleh salah satu senyawa arsen, terutama
arsenik trioksida, yang sekitar 500 kali lebih beracun daripada arsenikum murni.
Gejalanya antara lain: sakit di daerah perut, produksi air liur berlebihan, muntah,
rasa haus dan kekakuan di tenggorokan, suara serak dan kesulitan berbicara,
masalah muntah (kehijauan atau kekuningan, kadang-kadang bernoda darah),
diare, tenesmus, sakit pada organ kemih, kejang-kejang dan kram, keringat basah,
lividity dari ekstremitas, wajah pucat, mata merah dan berair. Gejala keracunan
arsenik ringan mulai dengan sakit kepala dan dapat berkembang menjadi ringan
dan biasanya, jika tidak diobati, akan mengakibatkan kematian.
2.1.3. Aspek Farmakokinetik dan Farmakodinamik
Mekanisme Masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral,
dari makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung
dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah. Arsen adalah racun yang
bekerja dalam sel secara umum.Hal tersebut terjadi apabila arsen terikat dengan
gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam enzim.Salah satu system
enzim tersebut ialah kompleks.piruvat dehidrogenase yang berfungsi untuk
oksidasi dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO2 sebelum masuk dalam
siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut terdiri dari beberapa
enzim dan kofaktor.Reaksi tersebut melibatkan transasetilasi yang mengikat
koenzim A(CoA-SH) untuk membentuk asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang
mengandung dua gugus sulfhidril.Kelompok sulfhidril sangat berperan mengikat
arsen

trivial

yang

membentuk

kelat.kelat

dari

dihidrofil-arsenat

dapat

menghambat reoksidasi dari kelompok akibatnya bila arsen terikat dengan system
enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam darah.
Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua
dariglikolosis

dengan

jalan

berkompetisi

gliseraldehid

dehidrogenase.Dengan

dengan

adanya

fosfat

pengikatan

dalama

reaksi

arsenat

reaksi

gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya tidak terjadi proses enzimatik hidrolisis menjadi


3-fosfogliserat dan tidak memproduksi ATP.Selama Arsen bergabung dengan
gugus SH,maupun gugus SH yang terdapat dalam enzim,maka akan banyak
ikatan As dalam hati yang terikat sebagai enzim metabolic.Karena adanya protein
yang juga mengandung gugus SH terikat dengan As, maka hal inilah yang
7

meneyebbkan As juga ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang.Karena eratnya


As bergabung dengan gugus SH, maka arsen masih dapat terdeteksi dalam
rambut dan tulang bebrapa tahun kemudian.
Sekitar 90% arsen yang diabsorbsi dalam tubuh manusia tersimpan dalam
hati,ginjal,dinding saluaran pencernaan,limfa, dan paru.Juga tersimpan dalam
jumlah sedikit dalam rambut dan kuku serta dapat terdeteksi dalam waktu lama,
yaitu beberapa tahun setelah keracunan kronis.Di dalam darah yang normal
ditemukan arsen 0,2g/100ml. sedangkan pada kondisi keracunan ditemukan
10g/100ml dan pada oarng yang mati keracunan arsen ditemukan 6090g/100ml.
2.1.4. Manifestasi klinis dan Temuan pada Pemeriksaan Luar dan
Pemeriksaan Dalam
A. Toksisitas Akut
Toksisitas akut arsen biasanya memperlihatkan gejala sakit perut, gejala
tersebut disebabkan oleh adanya vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) yang
akan mengakibatkan terbentuknya vesikel (lepuh) pada lapisan submukose
lambung dan usus. Gangguan tersebut mengakibatkan rasa mual, muntah, diare
(kadang bercampur darah) dan sakit perut yang sangat. Bau napas seperti bawang
putih, diare profus menyebabkan banyak cairan tubuh keluar sehingga
menyebabkan gejala hipontesi. Terjadinya diare profus menyebabakan banyak
larutan protein terbuang keluar tubuh,sehingga mengakibatkan usus ridak
berfungsi normal (enteropati).
Arsen juga dapat menyebabkan peningkatan aktivitas mitotik pada sel hati.
Gas arsenik dapat mengakibatkan hemolisis dalam waktu 3-4 jam dan
mengakibatkan nekrosis tubulus ginjal akut sehingga terjadi kegagalan
ginjal.Tanda-tanda toksisitas As yang akut juga terlihat jelas ialah dengan
ditemukannya gejala rambut rontok kebotakan (alopesia) , tidak berfungsinya
saraf tepi yang ditandai dengan kelumpukan anggota gerak bagian bawah,kaki
lemas,persendian tangan lumpuh, dan daya reflex menurun
B. Toksisitas kronis
Terjadinya toksisitas kronis biasanya melibatkan sejumlah populasi
penduduk yang tinggal dalam suatu kawasan pencemarn lingkungan oleh arsen
dari limbah industri pestisida, pabrik kertas, bubur pulp dan sebagainya.

Epidemiologi penyakit toksisitas arsen kronis terjadi pada sebuah populasi


penduduk di Bangladesh yang mengonsumsi air tanah yang mengandung arsen.
Konsentrasi arsen dalam air tanah pada daerah tersebut dapat mencapai 10 sampai
1820 mg/l. Gejala akan timbul dalm waktu 2 sampai 8 minggu sejak penderita
mulai mengonsumsi air yang terkontaminasi tersebut. Gejala yang jelas terlihat
adalah adanya kelainan pada kulit dan kuku, terciri dengan adanya hyperkeratosis,
hiperpigmentasi, dermatitis dengan terkelupasnya kulit dan adanya warna putih
pada persambungan kulit dan kuku.
Toksisitas As kronik juga dapat meningkatkan penyebab risiko terjadinya
kanker pada kulit, paru-paru, hati (liver-angiosarkoma), kantung kencing, ginjal,
dan kolon. Beberapa kelompok peneliti menyatakan bahwa keracunan kronis A
dapat menyebabkan hepatotoksik hidroarsenicisme (karena mengonsumsi air
minum yang terkontaminasi As), hal tersebut terjadi setelah 1-15 tahun sejak
mengonsumsi air tersebut. Hepatomegali (pembesaran hati) terjadi pada 76,7%
dari 248 pasien yang dirawat karena kasus toksisitas kronis As ini. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan gejala kerusakan hati ditandai dengan
kolestasis, hiperbilirubinemia dan peningkatan aktivitas enzim alkaline fosfatase
yang disertai dengan tingginya konsentrasi arsenik dalam urine. Gangguan saraf
perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut.Saraf kaki akanlebih parah dari pada
saraf tangan, menyebabkan kulumpuhan pada saraf motorik dan sensorik.Terlihat
kecenderungan terjadinya ulcer (borok) dalam saluran pencernaan, hepatitis
kronis, dan sirosis.
Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pansitopeni (sel darah
berkurang), terutama neutropeni (sel darah putih menurun).produksi sel darah
merah berhenti dan adanya gambaran basophilic stippling.Anemia yang ada
hubungannya dengan defisiensi asam folat juga terlihat. Pada penelitian
epidemiologi, nyata hubungan antara toksisitas kronis dari arsen trivial dan arsen
pentavalen dengan ditemukannya kasus kanker paru,kanker limfa, dan kanker
kulit.
2.1.5. Penatalaksanaan
A. Pencegahan Terjadinya Paparan Arsen

Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum

adalah

pemakaian alat proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai potensi
terpapar oleh arsen. Alat proteksi diri tersebut misalnya :
-

Masker yang memadai


Sarung tangan yang memadai
Tutup kepala
Kacamata khusus

Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu


pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun.
Jika keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam
urine. Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang
berlebihan adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor), terutama
kadar arsen dalam patikel debu. Pemeriksaan kualitas udara tersebut setidaknya
dilakukan setiap tiga bulan. Ventilasi tempat kerja harus baik, agar sirkulasi udara
dapat lancar.
B. Cara Menanggulangi Toksisitas Arsen
Pada kasus keracunan akut, perlu segera diberi obat suportif dan
simptomatik untuk mencegah terjadinya gejala neuropati. Pengobatan dengan
pemberian khelasi spesifik yaitu BAL. Standar pemberian BAL ialah 3-5 mg/kg
yang diberikan setiap 4 jam selama 2 hari diikuti dengan pemberian 2,5 mg/kg
setiap 6 jam selama 2 hari. Kemudian diberikan 2,5 mg/kg setiap 12 jam selama 1
minggu. Pada periode pemberian pengobatan tersebut, sampel urine diperiksa
setiap 24 jam dan pengobatan segera dihentikan jika konsentrasi As dalam urine
kurang dari 50 mg. pengobatan BAL sering diikuti dengan pemberian penisilamin
yang diberikan setiap 6 jam selama 5 hari. Pada kasus keracunan kronis, tindakan
pertama yang dilakukan ialah menghilangkan sumber kontaminasi dari penderita.
Pengobatan sistem kelasi tidak dianjurkan, karena As mempunyai waktu paruh
biologik hanya sekitar 3-4 hari.
2.2.

MERKURI
Merkuri (Hg) merupakan obat penting selama berabad-abad, yaitu sebagai

diuretika, antibakteri, sntiseptik, salep kulit dan laksan. Sekarang ini obat yang
lebih efektif dan spesifik telah menggantikan Hg, sehingga keracunan merkuri

10

dari obat berkurang, namun keracunan merkuri dari pencemaran lingkungan


semakin menonjol. Kadar merkuri diudara, tanah dan air telah meningkat karena
penggunaan bahan bakar fosil yang mengandung merkuri dalam jumlah besar dan
meningkatnya penggunaan merkuri dibidang industri dan pertanian.
2.2.1. Sifat-Sifat
Merkuri (Hg) adalah logam bentuk cairan kental, berat, sangat mudah
menyublim apabila dipanaskan. Pada dasarnya, merkuri/raksa (Hg) adalah unsur
logam yang sangat penting dalam teknologi di abad modern saat ini. Merkuri
adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA=80) serta mempunyai massa
molekul relatif (MR= 200,59). Merkuri diberikan simbol kimia Hg yang
merupakan singkatan yang berasal dari bahasa yunani Hydrargyricum yang berarti
cairan perak. Bentuk fisik dan kimianya dangat menguntungkan karena
merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair dalam temperatur kamar
(25oC), titik bekunya paling rendah (-39 oC), mempunyai kecendrungan menguap
lebih besar, mudah bercampur dengan logam-logam lain menjadi logam campuran
(Amalgam/Alloi), juga dapat mengalirkan arus listrik rendah.

Gambar 1. Merkuri
Merkuri oleh Clarkson (1976) dapat digolongkan sebagai merkuri organik
dan anorganik sebagai berikut:

11

Merkuri anorganik terdiri dari raksa unsur dan garam merkurous dan
merkuri yang dapat terurai. Merkuri yang bersifat molekul dan terikat dalam atom
karbon disebut merkuri organik. Rantai pendek merkuri alkil, aril, dan alkoksialkil
termasuk dalam kelompok ini. Ikatan merkuri karbon adalah stabil karena
aktivitas merkuri yang rendah terhadap oksigen. Bentuk kimia merkuri
mempunyai pengaruh terhadap pengendapannya. Secara umum ada tiga bentuk
merkuri yaitu uap Hg (unsur Hg), garam Hg, dan Hg organik. Berikut akan
dibahas mengenai tiga bentuk utama Hg tersebut:
a. Uap Hg (unsur Hg)
Unsur merkuri merupakan Hg anorganik yang paling mudah menguap.
Unsur merkuri mempunyai tekanan uap yang tinggi dan unsur larut di dalam air.
Pada suhu kamar kelarutannya kira-kira 60 mg/l dalam air dan antara 50 mg/l
dalam lipida. Bila ada oksigen, merkuri diasamkan langsung ke dalam bentuk
ionik. Uap merkuri wujud (hadir) dalam bentuk monoatom yang apabila terserap
ke dalam tubuh akan dibebaskan ke dasar alveolar.Pajanan manusia terhadap uap
Hg sudah lama dikenal dan sebagian besar disebabkan oleh jenis pekerjaan
seseorang. Pajanan kronis Hg dalam udara ialah akibat kontaminasi yang tidak
sengaja dalam ruangan berventilasi buruk, misalnya dalam laboratorium
penelitian.
b. Garam Hg terdapat dalam bentuk garam monovalen (Hg 2Cl2) dan
divalen (HgCl2).
Dianatara kedua tahapan pengoksidaan, Hg2+ adalah lebih reaktif. Ia dapat
membentuk kompleks dengan ligan organik, terutama golongan sulfurhidril
(contohnya HgCl2 sangat larut dalam air dan sangat toksik, sebaliknya HgCl tidak
larut dan kurang toksik). HgCl2 (sublimat) yang dahulu diindikasi sebagai obat
cacing, masih terdapat dalam sejumlah krim kulit sebagai antiseptik. Garam Hg

12

merupakan iritan dan racun yang sangat kuat dari logam tersebut. Hg (NO 2)2
merupakan bahaya umum dalam industri topi laken lebih dari 400 tahun silam.
Kelainan neurologis dan tingkah laku terjadi akibat pajanan ditempat kerja
tersebut. HgCl2, yang pernah digunakan sebagai antiseptik juga digunakan untuk
tujuan bunuh diri. Garam merkuri masih digunakan dalam industri dan limbah
industri ke sungai telah mencemari lingkungan hidup. Merkuri anorganik di
industri digunakan untuk memproduksi kloralkali dan alat elektronik, juga untuk
pembuatan plastik, fungisida, germisida dan tanaman formula amalgam dalam
kedokteran gigi.
c. Hg organik yang digunakan dewasa ini mengandung merkuri dengan
satu ikatan kovalen dengan atom karbon.
Ini merupakan suatu kelompok senyawa heterogen, dan masing-masing
mempunyai kemampuan yang berbeda untuk menghasilkan efek toksik. Garam
alkilmerkuri paling berbahaya dari kelompok senyawa ini, terutama metilmerkuri.
Garam ini digunakan sebagai fungisida dan dapat menimbulkan efek toksik pada
manusia.
Sediaan-sediaan merkuri yang sering menimbulkan keracunan adalah:
a. Metallic mercury (merkuri dalam bentuk logam) yang sering dijumpai
pada sediaan salep obat-obatan, kosmetika dan lain-lain. Logam
merkuri sendiri tidak beracun, namun dapat toksis apabila berada
dalam tubuh dalam jangka waktu cukup lama.
b. Senyawa merkuri anorganik dapat berupa senyawa mercuro (Hg +)
ataupun senyawa mercuri (Hg++), dimana mercuri/Hg++ biasanya
mudah larut dan sangat toksis, sedang bentuk mercuro/Hg + lebih
tidak/sukar larut dan relatif kurang toksis.
- Contoh senyawa Hg++:
Sublimat (mercuri chloride), mercuri cyanide, mercuri salicylate,
dan lain-lain.
- Contoh senyawa Hg+:
Calomel (mercuro choloride) dan lain-lain.
c. Senyawa merkuri diuretika, sering dipakai dalam pengobatan misal
sebagai diuretika, germisida, pengawet.
Contoh: mercuri benzoat, mercuri oxycyanide, mercurochrome,
salyargan, phenyl mercuri nitrat dan lain-lain.

13

Dari semua senyawa merkuri diatas maka diambil contoh keracunan yang
paling sering terjadi adalah akibat seblimat (mercuri chloride). Mercuri chloride
berbentuk kristal dan menyublim pada temperatur 180 oF. Sangat larut dalam air,
rasa pahit dan membentuk endapan dengan albumin. Dipakai sebagai antiseptik
atau desinfektansia. Jarang digunakan untuk tujuan pembunuhan.
2.2.2. Dosis Toksik
Dalam tubuh manusia mempunyai ketahanan hemostasis untuk mengontrol
logam berat. Walaupun begitu, dalam konsentrasi yang berlebihan ia akan
memberikan efek keracunan secara kronik atau akut. Beberapa logam toksik,
dalam hal ini logam merkuri, mempunyai separuh hayat biologi yang panjang dan
menyebabkan akumulasi di dalam tubuh.
Senyawa merkuri anorganik pada umumnya sangat tergantung pada
kelarutannya dalam cairan lambung, untuk menunjukkan toksisitasnya, makin
larut dalam cairan lambung senyawa tersebut makin toksis. Sedang senyawa
merkuri organik, toksisitasnya sangat bervariasi dan tidak selalu tergantung pada
kelarutannya dalam cairan lambung. Mercuri chloride dengan kadar 0,1 gram
sudah menyebabkan gejala-gejala keracunan serius. Dosis fatalnya sekitar 200500 mg.
Batas tertinggi merkuri dalam darah adalah 0,03-0,04 ppm. Kadar merkuri
dalam darah diatas 0,04 ppm harus dianggap abnormal pada orang dewasa.
Karena metilmerkuri terkumpul dalam eritrosit dan merkuri anorganik tidak, maka
distribusi merkuri total antara eritrosit dan plasma merupakan petunjuk yang
membedakan keracunan Hg anorganik atau organik. Hubungan anatara kadar Hg
anorganik dalam darah dan toksisitasnya tergantung dari bentuk pajanan.
Misalnya pajanan uap merkuri mengakibatkan kadar dalam otak kira-kira sepuluh
kali lebih tinggi daripada kadar akibat pajanan garam Hg anorganik dengan dosis
yang sama.
2.2.3. Aspek Farmakokinetik dan Farmakodinamik
Garam merkuri yang larut diabsorbsi dengan cepat melalui saluran
pencernaan makanan atau mukosa membran lain. Dapat diabsorbsi melalui kulit

14

yang intak dan tidak sampai menimbulkan keracunan akut karena absorbsinya
sangat lambat namun tidak jarang menyebabkan keracunan khronis. Dari deposit
mercuri dalam tubuh, reabsorbsi akan dipercepat dengan pemberian senyawa
jodida, karena asidosis atau karena trauma pada tempat suntikan sehingga
menyebabkan keadaan mercurialisme.
Adapun farmakokinetik dari tiga bentuk utama Hg adalah sebagai berikut:
a. Unsur merkuri
Unsur merkuri tidak toksik bila termakan karena absorpsi dari saluran
cerna sangat rendah dan Hg dalam bentuk ini tidak bereaksi dengan molekul
penting secara biologis. Uap merkuri yang terhirup diserap seluruhnya oleh paru
dan dioksidasi menjadi kation merkuri divalen oleh katalase dalam eritrosit.
Disposisi uap merkuri sama dengan garam Hg tetapi karena uap merkuri lebih
cepat melintasi membran maka sejumlah besar uap merkuri telah memasuki otak
sebelum dioksidasi sehingga toksisitasnya terhadap SSP lebih besar daripada
bentuk divalennya.
b. Garam merkuri anorganik
Garam merkuri yang larut (Hg2+) memasuki sirkulasi bila diberikan secara
oral. Absorbsi melalui usus kira-kira 10%, sejumlah besar Hg 2+ tetap berikatan
pada mukosa usus dan isi usus. Senyawa merkuri anorganik yang tidak dapat
larut, seperti kalomel (Hg2Cl2), bisa mengalami oksidasi menjadi senyawa yang
larut lebih mudah diabsorpsi. Distribusi merkuri anorganik sangat tidak beragam.
Kadar tinggi Hg2+ ditemukan pada ginjal dan bertahan lebih lama daripada
dijaringan lain. Kadar merkuri anorganik dalam darah sama tinggi dengan dalam
plasma. Hg anorganik sukar melewati sawar darah otak atau plasenta. Logam ini
diekskresi melalui urin dan tinja, tetapi ekskresi melalui tinja lebih penting. Masa
paruhnya pada manusia kira-kira 60 hari.
Efek toksisitas merkuri pada manusia bergantung pada bentuk komposisi
merkuri, jalan masuknya ke dalam tubuh, dan lamanya berkembang. Contohnya
adalah bentuk merkuri (HgCl2) lebih toksik daripada merkuro (HgCl). Hal ini
disebabkan karena bentuk divalen lebih mudah larut daripada bentuk monovalen.
Disamping itu, bentuk HgCl2 juga cepat dan mudah diabsorpsi sehingga daya
toksisitasnya lebih tinggi.
c. Merkuri organik
15

Hg organik diabsorpsi lebih lengkap melalui usus daripada garam


anorganik karena Hg organik lebih larut dalam lemak dan kurang korosif terhadap
mukosa usus. Lebih dari 90% metilmerkuri diabsorpsi melalui saluran cerna
manusia. Hg organik melintasi sawar darah otak dan plasenta sehingga efek
neurologis dan teratogenik lebih nyata daripada yang disebabkan oleh garam
anorganik. Hg organik didistribusi ke seluruh jaringan lebih merata daripada
garam anorganik. Sebagian besar Hg organik terdapat dalam eritrosit. Rasio kadar
Hg organik dalam eritrosit dengan kadar kadarnya dalam plasma berbeda
tergantung dari bentuk senyawa, untuk metilmerkuri ialah 20:1. Ikatan karbonmerkuri dari beberapa Hg organik terurai setelah diabsorpsi. Penguraian ini sangat
lambat pada metilmerkuri, dan Hg anorganik yang terbentuk tidak toksik.
Arilmerkuri, misalnya merkurofen mempunyai ikatan merkuri-karbon yang labil,
dan toksisitas senyawa ini serupa dengan toksisitas Hg anorganik. Ekskresi
metilmerkuri terutama melalui tinja; kurang dari 10% melalui urin. Waktu paruh
biologis metilmerkuri pada manusia kira-kira 65 hari.
Merkuri mudah membentuk ikatan kovalen dengan sulfur, dan sifat inilah
yang mendasari sebagian besar efek biologisnya. Apabila sulfur terdapat dalam
bentuk sulfhidril, maka merkuri divalen menggantikan atom hidrogen membentuk
merkaptida, X-Hg-SR dan Hg (SR)2; X menunjukkan suatu radikal elektronegatif
dan R ialah protein. Hg organik membentuk merkaptida tipe RHg-SR. Akibatnya
aktivitas enzim sulfidril terhambat sehingga metabolisme dan fungsi sel
terganggu.
2.2.4. Manifestasi klinis dan Temuan pada Pemeriksaan Luar
Dari semua senyawa merkuri diatas maka diambil contoh keracunan yang
paling sering terjadi adalah akibat seblimat (mercuri chloride). Mercuri chloride
berbentuk kristal dan menyublim pada temperatur 180 oF. Sangat larut dalam air,
rasa pahit dan membentuk endapan dengan albumin. Dipakai sebagai antiseptik
atau desinfektansia. Jarang digunakan untuk tujuan pembunuhan.
Cara kejadian keracunan:
a. Dahulu sering dipakai untuk tujuan bunuh diri (sublimat)
b. Sering akibat kecelakaan, misalnya:
- Dipakai sebagai vaginal douche

16

Terminum karena disangka obat


Akibat sampingan pada industri

yang

memakai

bahan

mengandung senyawa merkuri.


A. Manifestasi Klinis dan Temuan Pemeriksaan Luar pada Keracunan
Akut:
Keracunan akut (setelah beberapa menit sampai setengah jam setelah
keracunan peroral) penderita menunjukkan gejala acute gastrointestinal
inflamation dengan keluhan: rasa logam yang tajam pada mulut, rasa haus hebat,
rasa terbakar pada kerongkongan dan perut.
Gejala yang paling utama pada awal keracunan adalah mual, kemudian
muntah bercampur darah disertai rasa sakit pada abdomen. Selanjutnya keluhan
tenesmus serta diarrhea berdarah disertai dengan penurunan produksi urine,
uremia dan collaps. Pada beberapa kasus tampak adanya kelainan pada mulut dan
gigi berupa gingivitis dan juga stomatitis terutama pada keracunan peroral larutan
pekat merkuri khlorida.
Pada pemeriksaan luar: pada beberapa kasus tampak adanya kelainan pada
mulut dan gigi berupa gingivitis dan juga stomatitis terutama pada keracunan
peroral larutan pekat merkuri khlorida. Adanya garis kebiru-biruan pada gusi
mirip dengan pada keracunan bismuth, hanya saja dengan derajat yang lebih
ringan.
B. Manifestasi Klinis dan Temuan Pemeriksaan Luar pada Keracunan
Kronis:
Biasanya

terjadi karena kontak dengan uap merkuri, sehingga terjadi

absorbsi melalui saluran pernapasan, maupun karena pemakaian senyawa yang


mengandung merkuri pada jangka waktu lama. Gejala yang paling dini adalah
albuminuria hebat, gingivitis, salivasi dan rasa logam pada mulut. Gejala umum
lainnya adalah anorexia, berat badan turun, anemia, diare, cerebral excitability,
tremor halus pada muka dan ekstremitas, insomnia serta kelemahan otot-otot.
Temuan pada pemeriksaan luar: tanda yang paling khas adalah stomatitis
disertai dengan pelunakan gusi, salivasi, lidah membengkak, nafas berbau busuk,
mulut bernanah (luka), adanya garis biru kehitaman pada gusi dekat gigi. Tulang

17

rahang dapat mengalami nekrosis akibat dari proses diatas yang nantinya dapat
mengakibatkan fraktur spontan. Gingivitis diatas lebih jelas tampak pada
penderita yang kurang memiliki kesehatan dan kebersihan gigi.
2.2.5. Temuan pada Pemeriksaan Dalam
Sebab kematian:
a. Keracunan akut
Kematian berkisar antara 1 jam setelah keracunan akibat shock atau karena
depresi myocard. Dalam waktu 10 hari pertama akibat kegagalan ginjal. Dapat
pula diperpanjang sekitar 2-3 minggu setelah keracunan akibat toxemia,
kerusakan mukosa usus, hepatitis, colitis maupun karena gizi yang buruk
(starvation)
b. Keracunan kronis:
Keracunan kronis jarang menimbulkan kematian kecuali karena sudah
adanya efek yang sangat lanjut dari racun.
Perubahan post mortem
a. Pada mukosa mulut, pharynx dan oesophagus tampak luka etsa
keputihan dan dengan permukaan kasar
b. Mukosa lambung, mukosa mengalami nekrosis berwarna abu-abu
keperakan/putih keperakan, lambung mungkin kontraksi dan keriput,
kadang dapat berwarna hijau kekuningan akibat regurgitasi empedu ke
dalam lambung, apabila penderita tidak segera meninggal (beberapa
hari kemudian)
c. Colon mengalami inflamasi dengan derajat yang ringan (reddening)
sampai penebalan dan pembengkakan hebat dinding usus dengan
pseudomembrane berwarna hitam kehijauan dan abu kekuningan.
d. Ginjal membengkak dengan tanda-tanda spesifik:
e. Yang khas keracunan corrosive sublimate adalah tidak terpengaruhnya
glomeruli dan jaringan interstitial ginjal.
f. Sering dijumpai adanya peripheral neuritis.
2.2.6. Tes Kimia untuk Diagnosis Keracunan Merkuri
a. Reinsch test

18

Hnya sebagai test pendahuluan/preeliminary test karena dapat


memberi hasil positif untuk logam selain mercuri seperti arsen,
antimony, bismuth, perak dan lain-lain.
b. Mikro test terhadap hasil reinsch test
- Pembentukan aluminium amalgam
Metoda yang sangat sensitif dan spesifik untuk deteksi mercuri yang
didasarkan atas pembuatan aluminium amalgam yang segera membentuk
aluminium oksida pada suasana udara lembab, sehingga terbentuk selanjutnya
amalgam dari merkuri dengan aluminium bebas tadi, dan proses pembentukan
oksida terulang kembali. Aluminium yang terbebas tadi dideteksi dengan natrium
alizaria sulfomat.
c. Penentuan kuantitatif dengan metoda titrasi dithizone
d. Cara instrumentil (kuantitatif)
- Chromatography
- Spectrophotometry
2.2.7. Penatalaksanaan
Pada keracunan akut sublimat peroral:
a. Segera berikan albumin (putih telur) dan lakukan segera kumbah
lambung untuk mencegah reabsorbsi racun. Sebagai cairan cuci
lambung dipakai larutan 5-10% Na formaldehyde sulfoxylate dimana
akan merubah sublimat (Hg++) menjadi senyawa merkuro (Hg+) yang
tidak larut. Setelah itu segera berikan susu, putih telur atau bahan yang
mengandung protein.
b. Kadang lebih disukai memakai cairan cuci lambung dan sekaligus
sebagai emetic adalah larutan Na-bicarbonat hangat.
c. Berikan antidotum fisiologis B.A.L walau dikatakan hasilnya tidak
seefektif pada keracunan arsenikum, tetapi dengan pemberian secara
i.m larutan B.A.L dalam minyak dengan dosis mula-mula 300 mg
kemudian diikuti dengan dosis 150 mg i.m setelah 1-2 jam kemudian,
dan setelah 4-6 jam kemudian disusul dengan dosis 150 mg kembali.
Selanjutnya sebelum 12 jam terlampaui disusul lagi dengan dosis 150
mg. Dengan cara ini dapat menurunkan mortality rate dan
menghasilkan yang efektif.
d. Terapi simptomatis

19

Pada keracunan kronis:


a. Pemberian dimercaprol sebagaimana halnya dengan keracunan akut
b. Menjaga kesehatan mulut dan gigi untuk mencegah efek lanjut
gingivitis.
2.3.

TIMBAL
Keracunan timbal merupakan salah satu masalah lingkungan di dunia yang

bisa merusak kesehatan manusia. Manusia senantiasa dapat terpapar logam berat
di lingkungan kehidupannya sehari-hari. Dilingkungan yang kadar logam beratnya
cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan, air, dan udara dapat menyebabkan
keracunan. Timbal atau timah hitam (Pb/plubum) adalah satu unsur logam berat
yang lebih tersebar luas dibandingkan kebanyakan logam toksik lainnya. Kadar
dalam lingkungan meningkat karena penambangan, peleburan, dan berbagai
penggunaannya dalam industri. Timah hitam (Pb) tidak larut dalam air murni.
Makanan dan minuman yang bersifat asam, seperti air tomat, air buah, minuman
kola, air apel dan asinan dapat melarutkan Pb yang terdapat pada lapisan mangkuk
dan panci sehingga menyebabkan keracunan yang fatal pada manusia.
Timah hitam (Pb) digunakan juga dalam produksi baterei, produk-produk
yang digunakan untuk melindungi sinar-X, produksi plastik, karet, logam, korek
api, amunisi, kembang api, bahan peledak, zat warna, bahan celup, cat,
rodentisida, insektisida dan produk logam lainnya (pipa, solder, amunisi, pemberat
pancingan, alat-alat elektronik dan campuran dengan logam lainnya). Bagi
kebanyakan orang, sumber utama asupan Pb adalah makanan yang biasanya
menyumbang 100-300 g per hari.
2.3.1. Sifat-Sifat
Timbal (Pb) adalah unsur yang bersifat logam, dimana Pb memiliki sifat
khusus, yaitu:
-

Merupakan logam yang lunak sehingga mudah ditempat atau dapat


dipotong dengan menggunakan pisau atau tangan dan dapat dibentuk
dengan mudah

Merupakan logam yang tahan terhadap zat korosi atau karat

20

Memiliki titik lebur rendah hanya 327,5C

Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logamlogam, kecuali emas dan merkuri

Merupakan penghantar listrik yang kurang baik

2.3.2. Dosis Toksik


Pada anak dan orang dewasa normal, nilai Pb darah berkisar antara 0,100,40 ppm, pasien dengan kadar Pb darah 0,40 0,60 ppm tidak memperlihatkan
gejala keracunan, namun mungkin memperlihatkan penurunan aktivitas d-ALA
dehidratase yang nyata dan sedikit peningkatan ekskresi d-ALA dalam urin.
Gejala keracunan Pb jelas terlihat bila kadar Pb darah melebihi 0,8 ppm dan lead
enchelopathy terlihat jelas bila Pb darah lebih dari 1,2 ppm. Kebanyakan pasien
dengan keracunan Pb yang nyata memperlihatkan kadar Pb 150-300 g/L urin.
Permulaan keracunan Pb biasanya tidak jelas, sehingga perlu pengukuran
kandungan Pb dalam tubuh orang yang terpajan. Uji mobilisasi dengan
CaNa2EDTA membantu menentukan terdapatnya peningkatakn kandungan Pb
dalam tubuh orang yang terpajan. Uji mobilisasi ini tidak pada pasien dengan
gejala keracunan Pb yang nyata, uji ini dilaksanakan dengan infuse 1 g
CaNa2EDTA dalam 250 mL larutan dekstrosa 5% selama satu jam. Kemudian
produksi urin selama 4 hari dikumpulkan. Batas tertinggi ekskresi Pb orang
dewasa normal ialah 600g.
2.3.3. Aspek Farmakokinetik dan Farmakodinamik
A. Aspek Farmakokinetik
Timah hitam dapat diabsorpsi melalui berbagai cara, terutama melalui
saluran cerna dan saluran napas. Saluran cerna terutama usus halus mengabsorbsi
Pb sebanyak 5-10% dari Pb yang ditelan, sedangkan lambung tidak mengabsorbsi.
Absorpsi melalui usus pada orang dewasa kira-kira 10%, pada anak kira-kira
40%. Ada dugaan bahwa Pb dan kalsium berkompetisi dalam transpor lewat
mukosa usus karena ada suatu hubungan timbal balik antara kadar kalsium
makanan dan absorpsi Pb. Kekurangan zat besi dilaporkan meningkatkan absorpsi
Pb melalui saluran cerna. Absorpsi Pb yang dihirup berbeda-beda tergantung dari

21

bentuk (uap atau pertikel). Kira-kira 90% partikel Pb di udara diabsorpsi melalui
saluran napas. Pb anorganik mula-mula terdistribusi di jaringan lemak terutama
ginjal dan hati. Kemudian Pb mengalami redistribusi ke dalam jaringan keras
yaitu tulang panjang dan gepeng, gigi dan rambut, sedangkan didalam darah
hanya tersisia kira-kira 1%.
Sejumlah kecil Pb anorganik ditimbun dalam otak, sebagian besar dari
jumlah tersebut pada substansia grissea dan ganglia basal. Hampir semua Pb
anorganik terikat dengan eritrosit dalam sirkulasi. Bila kadar Pb relatif tinggi
dalam sirkulasi, barulah ditemukan Pb dalam plasma. Akumulasi Pb dalam tulang
mirip dengan akumulasi kalsium, tetapi sebagian Pb fosfat tersier, garam Pb di
tulang (fosfat, karbonat) tidak menyebabkan efek toksik. Pada pajanan yang baru
terjadi, kadar Pb lebih tinggi dalam tulang pipih daripada dalam tulang panjang,
meskipun secara keseluruhan tulang panjang mengandung lebih banyak Pb.
Dalam masa awal, deposisi kadar paling tinggi dalam epifisis tulang panjang.
Faktor yang mempengaruhi distribusi kalsium juga mempengaruhi distribusi Pb.
Asupan fosfat tinggi mempermudah penimbunan Pb dalam tulang dan
mengurangi kadar Pb dalam jaringan lunak.
Pb disimpan dalam bentuk tri-lead-phosphate yang inaktif sehingga
merupakan detoksikasi temporer, meskipun masih selalu ada pertukaran kecil
antara tulang dan jaringan lunak, 90 % Pb terdapat pad atulang, tetapi pada
keadaan tertentu, seperti infeksi saluran nafas bagian atas, stress fisik dna psikis,
minuman alkohol, dan asidosis, akan terjadi mobilisasi yang lebih besar. Pb
dilepas ke dalam darah sehingga timbul gejala-gejala. Hal inilah yang
menjelaskan mengapa pada keracunan kronik gejalanya hilang timbul.
Pada manusia eksresi urin lebih penting dan kadar Pb dalam urin
berbanding langsung dengan kadarnya dalam plasma. Waktu paruh Pb dalam
darah ialah 1-2 bulan, kadar mantap dicapai dalam waktu kira-kira 6 bulan.
Asupan Pb normal per hari kira-kira 0,3 mg, sementara orang normal dengan
asupan 0,6 mg per hari dalam jangka sangat lama dapat menderita keracunan.
Asupan Pb yang lebih besar misalnya dengan asupan Pb 2,5 mg/hari keracunan
terjadi setelah 4 tahun, sedangkan asupan 3,5 mg/ hari hanya memerlukan waktu
beberapa bulan.

22

B. Aspek Farmakodinamik
Penelanan Pb karbonat 20 g atau Pb asetat 20-30 g akan mengakibatkan
keracunan akut. Sedangkan jika menelan 2 mg sehari selama beberapa minggu
akan terjadi keracunan kronik (rata-rata hanya diserap 350 g). dalam air minum,
maksimum hanya boleh terdapat 0,1ppm dalam makan maksimum 7 ppm, dalam
udara maksimum 0,2 ppm. Keracunan akan menyebabkan spasme arteriol, maka
akan pucat. Gangguan spasme otot polos usus akan menimbulkan kolik, demikian
pula dengan ureter. Anemia akan timbul karena gangguan pembentukan heme, hal
ini karena Pb mempunyai afinitas yang kuat untuk mengikat S, sehingga akan
meningkatkan diri pada gugus SH yaitu enzim-enzim yang berepran pada
pembentukan heme seperti d-amino asam levulinat dehidratase, dan heme
sintetase. Pembentukan heme terganggu menyebabkan timbulnya anemia
hipokromik mikrositik. Selain itu, d-ALA dalam darah dan urin meningkat.
Koproporfirin III dan porfobilinogen dapat meningkat juga.
Pb juga mengurangi umur eritrosit, dengan menghambat ATP-ase yang
bereperan dalam pengaturan keseimbangan kation intra dan ekstra seluler. Syarat
agar eritrosit dapat bertahan lama ialah banyak ion K+ dan seidkit Na+ di dalam
eritrosit. Untuk menahan K+ diperlukan oksidasi fosforilasi yang memerlukan
ATP-ase. Pada keracunan hebat dapat terjadi hemolisis.
Dalam ginjal terjadi gangguan reabsorpsi pada tubuli sehingga timbul
glukosuri, asama-amino-uri, fosfaturi. Gangguan ini timbul melalui hambatan
ATP-ase. Pada SSP terjadi gangguan terhadapa MAO sehingga timbul edema
serebri difus, edema perivaskuler, perdarahan, nekrosis kecil-kecilm degenerasi
sel saraf, dan pembengkakan sel endotel.dapat pula timbul ensefalopati Pb yang
ireversibel.
2.3.4. Manifestasi klinis
Keracunan suatu zat ditentukan oleh kadar dan lamanya paparan.
Keracunan dibedakan menjadi keracunan akut dan kronis.
A. Keracunan Akut
Keracunan Pb akut ditandai dengan kadar lebih dari 0, 72 ppm dalam
darah, jarang terjadi. Keracunan yang biasanya disebabkan oleh masuknya

23

senyawa Pb yang larut dalam asam atau inhalasi uap Pb. Gejala lain yang sering
timbul ialah mual, muntah dengan muntahan menyerupai susu karena Pb klorida
dan sakit perut hebat. Tinja warna hitam karena Pb sulfida, dapat disertai diare
dan konstipasi. Pb yang diserap dengan cepat dapat menyebabkan sindrom syok
yang juga disebabkan oleh kehilangan cairan lewat saluran cerna. Terhadap
susunan saraf, Pb anorganik menyebabkan paresthesia, nyeri dan kelemahan otot.
Anemia berat dan hemoglobinuria terjadi karena hemolisis darah. Jika keracunan
akut dapat teratasi, umumnya terlihat gejala keracunan Pb kronis.
B. Keracunan Kronis
Gejala keracunan Pb kronis dapat dibedakan atas enam macam sindrom
yaitu sindrom abdominal, neuromuskular, SSP, hematologi, renal dan sindrom
lain. Sindrom abdominal dimulai dengan mual, malaise, sakit kepala. Konstipasi
biasanya merupakan gejala awal paa orang dewasa, kadang-kadang terjadi diare.
Rasa logam yang menetap merupakan gejala dini dari sindrom ini. Dengan
memberatnya intoksikasi, anoreksia dan konstipasi menghebat. Spasme intestinal
yang menyebabkan nyeri abdominal (Kolik Pb) merupakan gejala abdominal
lanjut

yang paling mengganggu dan berat. Serangannya bersifat paroksismal

berupa kaku otot perut dan nyeri tekan daerah pusar.


Sindrom neuromuskular (lead palsy) lebih jarang terlihat, gejala ini
merupakan gejala keracunan subakut lanjut. Gejala patognominis ialah wrist drop
dan kadang-kadang foot drop karena yang terserang ialah oto aktif, terutama
bagian ekstensor lengan bawah, pergelanhan jari tangan, jari, serta otot
ekstraokular. Kelemahan otot tidak terjadi kecuali setelah aktivitas otot
berlebihan.
Sindrom Hematologi antara lain berupa basophilic stippling akibat
agregasi asam ribonukleat pada eritrosit, yang terjadi bila kadar Pb darah 0,80
ppm atau lebih. Hal ini dianggap merupakan akibat penghambatan enzim
pirimidin-5-nukleotidase oleh Pb, tetapi basophilic stippling bukan tanda
patognomonik keracunan Pb. Gambaran hematologi intoksikasi Pb kronis yang
sering timbul pada anak ialah anemia hipokrom mikrositer, anemia ini mirip
anemia defisiensi besi dan dianggap disebabkan oleh dua faktor yaitu menurunnya
umur eritrosit dan hambatan sintesis heme.
24

Sindrom SSP yang disebut juga enselopati timbal (lead encephalopathy)


lebih sering terjadi pada anak-anak. Gejala permulaan berupa kekakuan, ataksia,
vertigo, insomnia, gelisah dan iritabilitas. Dengan memberatnya enselopati pasien
akan terangsang dan bingung, delirium disertai konvulsi tonik-klonik, letargi dan
disusul koma.
TOKSISITAS
A. Toksisitas Pb pada Anak
Pada kebanyakan negara, toksisitas Pb terjadi pada anak yang belum
sekolah (umur sekitar 3 tahun) yang tinggal di kawasan kumuh dan di bawah
standar hidup layak, sehingga kurang kecukupan kebutuhan nilai nutrisinya. Anak
yang hidup dalam lingkungan yang demikian cenderung mempunyai kebiasaan
makan sembarangan, makan, dan minum bahan yang terkontaminasi Pb.
Gejala keracunan akut Pb pada anak dimulai dengan hilangnya nafsu
makan (anoreksia), kemudian diikuti dengan rasa sakit perut dan muntah, tidak
berkeinginan

untuk

bermain,

berjalan

sempoyongan,

sulit

berkata-kata,

ensepalopati dan akhirnya koma. Pada waktu 1-6 minggu setelah mengkonsumsi
tidak terlihat gejala tapi segera setelah 6 minggu timbul gejala seperti di atas.
Gejalanya juga adalah penurunan tingkat kecerdasan (IQ) dan pada anak yang
lahir dari ibu yang berkadar Pb nya tinggi dalam darah menyebabkan bobot bayi
yang dilahirkan lebih rendah daripada yang normal.
B. Toksisitas Pb pada Orang Dewasa
Keracunan Pb pada orang dewasa kebanyakan terjadi di tempat mereka
bekerja. Prevalensi kejadiannya bervariasi untuk setiap jenis pekerjaannya. Gejala
yang terlihat ialah penderita terlihat pucat, sakit perut, konstipasi, muntah, anemia,
dan sering terlihat adanya garis biru tepat di daerah gusi di atas gigi. Pada
pemeriksaan psikologi dan neuropsikologi ditemukan adanya gejala sulit
mengingat-ingat (sistem memori sangat berkurang), konsentrasi menurun, kurang
lancar berbicara, dan gejala saraf lainnya. Resiko terjadinya toksisitas Pb pada
orang dewasa bergantung pada pekerjaannya yang biasanya bersifat kronis. Pada

25

pemeriksaan darah para pekerja terhadap konsentrasi Pb akan diketahui seberapa


jauh derajat toksisitas kronis Pb tersebut (Damono, 2006).
2.3.5. Pemeriksaan Kedokteran Forensik
A. Pemeriksaan Luar
Diagnosis keracunan Pb pada orang hidup ditegakan dengan melihat
adanya gejala keracunan dan pemeriksaan kadar Pb darah dan urin. Jika orang
meninggal karena keracunan kronik, maka didapatkan tubuh sangat kurus, pucat,
terdapat garis Pb, ikterik, atrofi otot lengan dan tungkai juga sering dijumpai.
B. Pemeriksaan Dalam
Kadar tertinggi Pb terdapat dalam tulang, ginjal, hati, dan otak sehingga
bahan pemeriksaan diambil dari organ-organ tersebut, pada pemeriksaan dalam
kedokteran forensik oleh karen intoksikasi atau keracunan timbal, maka dalam
hasil pemeriksaan didapatkan :
-

Otak :

Bila terdapat enselopati, dijumpai edema otak dan titik-titik

perdarahan.
Lambung : Terdapat tanda-tanda dehidrasi, lambung mengerut (spastis),
hiperemi, isi lambung berwarna putih, usus spastik dan feses berwarna

hitam.
Usus : Jika karena keracunan kronik, biasanya didapatkan bercak hitam.
Ginjal : Menunjukan tanda tubular nekrosis, korteks menebal, dan
hiperemi. Mikroskopik terlihat sel tubuli menunjukan degenerasi

sitoplasma.
Tulang panjang : Bila dipotong tampak garis Pb yang lebih pucat dari
sekiatrnya.
C. Pemeriksaan Penunjang
Normal kadar Pb dalam darah kurang dari 60 g/100ml. bila lebih dari

70 g/100ml berarti ada pemaparan abnormal. Bila lebih dari 100 g/100ml
berarti telah terjadi keracunan. Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan Pb
dalam urin dapat dengan cara, dalam urin ditambahkan H 2SO4 encer sehingga
terbentuk endapan PbSO4 berwarna putih, lalu disaring. Endapan ini tak alrut
dalam HNO3 tapi alrut dalam HCl atau NH 4-asetat. Untuk pemeriksaan Pb dalam
urin sebaiknya digunakan urin 24 jam. Dalam urin kadar Pb normal 0,5 g/100ml.
26

pemaparan abnormal bila sama atau lebih besar dari 8 g/100ml, sedangkan
keracunan bila sama atau lebih besar dari 20 g/100ml. pada keracunan
didapatkan pula kadar koproporfirin 80 g/100ml kreatinin, dan d-ALA
2mg/100mg kreatinin.
2.3.6. Penatalaksanaan
Pengobatan awal fase akut intoksikasi Pb ialah secara suportif, dan
selanjutnya harus dicegah pajanan lebih jauh. Serangan kejang diobati dengan
diazepam; keseimbangan cairan dan elektrolit harus dipertahankan; edema otak
diatasi dengan manitol dna deksametason. Kadar Pb dalam darah harus ditentukan
sebelum pengobatan dengan kelator. Kelator harus diberikan pada pasien dengan
gejala atau kadar Pb darah melebihi 0,5-0,6 ppm. Ada tiga kelator yang biasanya
digunakan dalam pengobatan intoksikasi Pb, yaitu:
1. Kalsium disodium edetat (CaNa2EDTA) diberikan dengan dosis 50-75
mg/kgBB/IM per hari dibagi dalam dua kali pemberian atau sebagai infuse
selama 5 hari. Interval antara pemberian CaNa2EDTA dan pemberian BAL
pertama ialah 4 jam. Pengulangan pemberian CaNa 2EDTA bisa diberikan
setelah pengobatan dihentikan 2 hari. Setiap rejimen CaNa 2EDTA tidak
boleh melebihi jumlah dosis 500mg/kgBB.
2. Dimerkaprol (British antilewisite; BAL) diberikan dengan dosis
4mg/kgBB/IM setiap 4 jam selama 48 jam, kemudian 6 jam selama 48
jam, dan akhirnya setiap 6-12 jam selama 17 hari terakhir.
3. D-penisilamin, efektif secara peroral dengan dosis 4x250 mg sehari selama
5 hari. Pada terapi jangka panjang, dosis tidak boleh melebihi 40
mg/kgBB/hari.

2.4.

KADMIUM
Kadmium merupakan logam toksik yang penting saat ini. Dalam alam,

cadmium tercampur dengan seng dan Pb; ekskresi serta pengolahan kedua logam
terakhir ini sering menyebabkan pencemaran lingkungan oleh kadmium. Unsur
cadmium ditemukan pada tahun 1817, tetapi baru digunakan kira-kia 50 tahun
yang lalu. Resistensi yang tinggi terhadap korosi, sifat elektrokimiawi yang

27

berharga, dan sifat kimiawi yang bermanfaat lainnya menyebabkan cadmium


digunakan secara luas dalam electroplating dan galvanisasi, dalam pembuatan
plastik, warna cat (kuning) dan baterai nikel-kadmium.
Pencemaran lingkungan dengan kadmium akan bertambah karena hanya
kurang dari 5% cadmium yang mengalami daur ulang. Batu bara dan bahan bakar
fosil lainnya mengandung cadmium, dan pembakaran benda ini melepaskan
unsure cadmium ke dalam lingkungan. Pekerja pada tempat peleburan dan pabrik
pengolahan logam lainnya dapat terpajan cadmium kadar tinggi diudara; namun
bagi kebanyakan penduduk, yang paling utama adalah pada kontaminasi makanan.
Bahan makanan yang tidak tercemar mengandung cadmium kurang dari
0,05 g pergram berat basah, dan jumlah asupan rata-rata perhari kira-kira 50 g.
Air minum biasanya tidak memberikan tambahan yang berarti dalam kadmium,
tetapi, tetapi rokok sebaliknya. Setiap batang rokok mengandung 1 sampai 2 g
kadmium. Walaupun absopsi cadmium melalui paru 10%, menghisap satu
bungkus rokok perhari berarti mengkonsumsi kira-kira 1mg cadmium pertahun.
Kerang serta hati dan ginjal hewan merupakan bahan makanan yang
mengandung cadmium melebihi 0,05 g/g. bila beras dan gandum terkontaminasi
cadmium dalam tanah dan air, maka kadar cadmium bisa meningkat secara
mencolok (1 g/g). Di Fuchu, Jepang setelah perang dunia II, sejumlah besar
orang menderita nyeri reumatik dan otot, penyakit tersebut diberi nama itai-itai.
Kemudian diketahui bahwa cadmium yang berasal dari limbah sebuah pabrik
pengolahan Pb-Seng telah mencemari sawah setempat.
Rekomendasi pemasukan Cd menurut gabungan FAO/WHO dengan batas
toleransi tiap minggunya adalah 420 ug untuk orang dewasa dengan berat badan
60 kg. Pemasukan Cd rata-rata pada tubuh manusia ialah 10-20 % dari batas yang
telah direkomendasikan. Unsur ini dapat terlarut dalam larutan tanah, diserap oleh
permukaan koloid organik maupun anorganik, terikat kuat dalam mineral-mineral
tanah, diendapkan oleh senyawa-senyawa yang berada di dalam tanah dan
terkandung di dalam bahan hidup.
2.4.1. Sifat-Sifat
A. Sifat Fisik
- Logam berwarna putih keperakan
28

Mengkilat
Lunak/Mudah ditempa dan ditarik
Titik lebur rendah
Akan kehilangan kilapnya jika berada dalam udara yang basah
atau lembab dan akan mengalami kerusakan bila terkena uap

amonia dan sulfur hidroksida


B. Sifat Kimia
- Cd tidak larut dalam basa
- Larut dalam H2SO4 encer dan HCl encer Cd
- Cd tidak menunjukkan sifat amfoter
- Bereaksi dengan halogen dan nonlogam seperti S, Se, P
- Cd adalah logam yang cukup aktif
- Dalam udara terbuka, jika dipanaskan akan membentuk asap
-

coklat CdO
Memiliki ketahanan korosi yang tinggi
CdI2 larut dalam alcohol

Sumber-sumber dan bahan polutan


Logam kadmium mempunyai penyebaran sangat luas di alam, hanya ada
satu jenis mineral kadmium di alam yaitu greennockite (CdS) yang selalu
ditemukan bersamaan dengan mineral spalerite (ZnS). Mineral greennockite ini
sangat jarang ditemukan di alam, sehingga dalam eksploitasi logam Cd biasanya
merupakan produksi sampingan dari peristiwa peleburan bijih-bijih seng (Zn).
Biasanya pada konsentrat bijih Zn didapatkan 0,2 sampai 0,3 % logam Cd. Di
samping itu, Cd juga diproduksi dalam peleburan bijih-bijih logam Pb(timah
hitam) dan Cu(tembaga). Namun demikian, Zn merupakan sumber utama dari
logam Cd, sehingga produksi dari logam tersebut sangat dipengaruhi oleh Zn.
Dalam lingkungan,menurut Clark (1986) sumber kadmium yang masuk ke
perairan berasal dari:
1
2
3

Uap, debu dan limbah dari pertambangan timah dan seng.


Air bilasan dari elektroplating.
Besi, tembaga dan industri logam non ferrous yang menghasilkan abu

dan uap serta air limbah dan endapan yang mengandung kadmium.
Seng yang digunakan untuk melapisi logam mengandung kira-kira 0,2
% Cd sebagai bahan ikutan (impurity); semua Cd ini akan masuk ke

perairan melalui proses korosi dalam kurun waktu 4-12 tahun.


Pupuk phosfat dan endapan sampah

29

Sumber kadmium terutama dari biji seng, timbal-seng, dan timbaltembaga-seng. Kandungan logam Cd bersumber dari makanan dan lingkungan
perairan yang sudah terkontaminasi oleh logam berat. Kontaminasi makanan dan
lingkungan perairan tidak terlepas dari aktivitas manusia didarat maupun pada
perairan. Sifat logam Cd yang akumulatif pada suatu jaringan organisme serta
sulit terurai. Kadmium dalam air juga berasal dari pembuangan industri dan
limbah pertambangan. Logam ini sering digunakan sebagai pigmen pada keramik,
dalam penyepuhan listrik, pada pembuatan alloy, dan baterai alkali.
Bahan bakar dan minyak pelumas mengandung Cd sampai 0,5 ppm,
batubara mengandung Cd sampai 2 ppm, pupuk superpospat juga mengandung Cd
bahkan ada yang sampai 170 ppm. Limbah cair dari industri dan pembuangan
minyak pelumas bekas yang mengandung Cd masuk ke dalam perairan laut serta
sisa-sisa pembakaran bahan bakar yang terlepas ke atmosfir dan selanjutnya jatuh
masuk ke laut.
2.4.2. Dosis Toksik
Uap kadmium sangat toksik dengan letal dosis melalui pernapasan
diperkirakan 10 menit terpapar sampai dengan 190 mg/m3 selama 240 menit akan
dapat menimbulkan kematian. Perkiraan dosis mematikan akut adalah sekitar 500
mg/kg untuk dewasa, dan efek dosis akan nampak bila terabsarpsi 0,043
mg/kg/hari.
2.4.3. Aspek Farmakokinetik dan Farmakodinamik
Cadmium sukar diabsorpsi dari saluran cerna. Absorpsinya pada hewan
coba kira-kira 1,5% dan pada manusia kira-kira 5%. Absorpsi cadmium melalui
saluran napas para perokok antara 10-40%. Selanjutnya cadmium diangkut dalam
darah, sebagian besar terikat pada eritrosit dan albumin. Setelah distribusi, kirakira 50% dari jumlah cadmium dalam tubuh ditemukan pada hati dan ginjal.
Waktu paruh cadmium dalam tubuh berkisar antara 10-30 tahun. Eliminasi
cadmium melalui feses secara kuantitatif lebih penting daripada melalui urin.
Interaksi Kadmium dengan unsur nutrisi lain
Beberapa unsur nutrisi yang berpengaruh terhadap hadirnya Cd dalam
tubuh ialah seng,besi,tembaga,selenium,kalsium,piridoksin,asam askorbat dan
30

protein yang interaksinya bersifat antagonisme. Kebanyakan toksisitas Cd terjadi


karena adanya defisiensi unsur tersebut diatas yang mengakibatkan meningkatnya
absorpsi Cd. Pada umumnya rendahnya intake unsur nutrisi esensial
mengakibatkan bertambah parahnya toksisitas Cd, sedangkan intake yang tinggi
dari unsur nutrisi esensial mengakibatkan berkurangnya efek toksisitas Cd.
Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa

ada

hubungannya antara absorpsi Cd dengan cadangan Fe dalam tubuh. Percobaan


pada orang(pria dan wanita sukarelawan) yang diberi sarapan pagi mengandung
25 microgram Cd dalam bentuk CdCl2, menunjukkan bahwa 8,9% orang terlihat
gejala adanya deposit Fe yang rendah, yang pada analisi serum feritin ditemukan
kurang dari normal(<20 microgram/ml). Pada penelitian lain, menunjukkan baha
pemberian suplemen asam askorbat(0,5% dalam diet) dan substansi Fe dapat
menurunkan konsentrasi Cd dalam hati atau ginjal.
2.4.3. Manifestasi klinis dan Temuan pada Pemeriksaan Luar
1

Keracunan Kadmium Akut

Keracunan akut biasanya terjadi karena menghirup debu dan asap yang
mengandung cadmium (cadmium oksida), dan garam cadmium yang termakan.
Efek toksik dini disebabkan oleh peradangan setempat. Cadmium yang termakan
akan menimbulkan mual, muntah, salivasi, diare dan kejang perut. Secara akut,
cadmium lebih toksik bila dihirup. Tanda dan gejala yang timbul dalam waktu
beberapa jam meliputi peradangan saluran napas atas, sakit dada, mual, pusing,
dan diare. Toksisitas bisa berkembang menjadi edema paru atau emfisema residual
dengan fibrosis peribronkial dan perivaskular.
2

Keracunan Kadmium Kronis

Efek toksik pajanan kronis cadmium agak berbeda,, tergantung dari


caranya masuk tubuh. Ginjal terkena akibat pajanan melalui paru atau saluran
cerna. Efek yang berarti pada paru hanya terlihat setelah adanya pajanan lewat
jalan napas.
a

Ginjal

Kadar cadmium 200 g/g ginjal, akan menyebabkan cedera ginjal; ada
kemungkinan bahwa metalotienien sebagai pengikat cadmium, melindungi ginjal
pada kadar cadmium yang lebih rendah. Proteinuria disebabkan oleh cedera tubuli
31

proksimal. Pengukuran 2-mikroglobulin dalam urin merupakan petunjuk paling


peka terhadap nefrotoksisitas cadmium. Pada pajanan cadmium berat, terjadi
cedera glomeruli, berkurangnya filtrasi serta timbulnya aminoasiduria, glikosuria,
dan proteinuria. Sifat cedera glomeruli tersebut tidak diketahui tetapi mungkin
melibatkan suatu komponen autoimun.
b Paru
Sesak napas merupakan keluhan yang paling sering terjadi karena
eemfisema dan fibrosis paru. Patogenesisnya tidak diketahui, namun secara
spesifik cadmium menghambat sintesis 1- antitripsinplasma; dan terdapat asosiasi
antara defisiensi 1- antitrypsin bawaan yang berat dengan emfisima pada
manusia.
c

Sistem kardiovaskular

Peran kadmium dalam menyebabkan hipertensi sangat kontroversial.


Penelitian yang bersifat epidemologis memperlihatkan bahwa orang yang
meninggal karena hipertensi mengandung cadmium lebih tinggi dan rasio
cadmium seng lebih tinggi dalam ginjal dibandingkan dengan orang yang
meninggal karena sebab lain. Namun demikian, hipertensi tidak menonjol pada
keracunan cadmium dalam industri. Efek hipertensi yang ditimbulkan cadmium
pada manusia masih belum jelas.
d Tulang
Salah satu tanda utama penyakit itai-itai ialah osteomalasia. Tetapi
penelitian di swedia dan inggris tidak menyokong hal ini. Jumlah asupan kalsium
dan vitamin larut-lemak seperti vitamin D jauh lebih tinggi dinegara ini dari pada
di jepang. Korban dijepang kebanyakan terdiri dari wanita multipara dan
pascamenopause. Jadi, mungkin terdapat suatu interaksi antara cadmium, gizi dan
penyakit tulang. Penyimpanan kalsium dalam tulang menurun pada orang yang
terpajan cadmium. Efek cadmium ini bisa disebabkan oleh gangguan terhadap
pengaturan ginjal atas keseimbangan kalsium dan fosfat.
e

Testis

Nekrosis testicular terjadi pada hewan coba dengan pajanan akut


cadmium; tetapi hal ini tidak ditemukan pada manusia.

32

2.4.4. Temuan pada Pemeriksaan Dalam


Hasil otopsi di USA menunjukkan bahwa absorpsi kadmium dalam tubuh
masyarakat umum secara rata-rata 30 mg, yang didistribusikan dalam ginjal 33%,
hati 14%, paruparu 2% dan pankreas 0,3%, sisanya diekskresikan melalui saluran
pencernaan. Efek toksik kadmium ginjal dapat berupa degenerasi sel-sel tubulus
ginjal. Tingkat akumulasi kadmium tergantung pada jumlah dosis yang diberikan
dan lama mengkonsumsi. Gejala klinis keracunan kadmium kronis sangat mirip
dengan penyakit glomerulo-nephritis. Oleh karena itu gejala keracunan kadmium
ini selalu disertai dengan proteinuria, glukosuria, kadar kalsium dan asam-amino
dalam urine juga meningkat.

Gambar : Gambaran Histopatologik yang menunjukkan degenerasi tubulus dan


glomerulus
2.4.5. Penatalaksanaan
Terapi efektif untuk keracunan cadmium sukar dilakukan. Setelah
penghirupan akut, pasien harus dipindahkan dari sumber cadmium dan ventilasi
paru harus dipantau dengan cermat. Napas buatan dan terapi kelasi dengan
CaNa2EDTA umumnya

diberikan,

meskipun

tidak

terbukti

bermanfaat.

Dimerkaprol dikontraindikasi karena obat inimeningkatkan nefrotoksisitas. Hal


tersebut mungkin karena cadmium didistribusi ketempat yang sukar dicapai oleh
kelator.

33

2.5.

ANTIMONI

2.5.1. Sifat-Sifat
Antimon adalah suatu unsur metaloid kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang Sb dan nomor atom 51. Lambangnya diambil dari bahasa Latin
Stibium. Antimon merupakan metaloid dan mempunyai empatalotropi bentuk.
Bentuk stabil antimon adalah logam biru-putih. Antimoni kuning dan hitam
adalah logam tak stabil. Antimon digunakan sebagai bahan tahan api, cat,
keramik, elektronik dan karet.
Antimon merupakan unsur dengan warna putih keperakan, berbentuk
kristal padat yang rapuh. Daya hantar listrik (konduktivitas) dan panasnya lemah.
Zat ini menyublim (menguap dari fasa padat) pada suhu rendah. Sebagai sebuah
metaloid, antimon menyerupai logam dari penampilan fisiknya tetapi secara kimia
ia bereaksi berbeda dari logam sejati.
Sifat Kimia Antimon
1. Reaksi dengan air
Ketika antimon panas merah akan bereaksi dengan air untuk
membentuk antimon (III) trioksida.
2Sb (s) + 3H2O (g)

Sb2O3 (s) + 3H2 (g)

2. Reaksi dengan udara


Ketika antimon dipanaskan akan bereaksi dengan oksigen di udara
untuk formulir trioksida antimon (III).
4Sb (s) + 3O2 (g)

2Sb2O3 (s)

3. Reaksi dengan halogen


Antimon bereaksi dalam kondisi yang terkendali dengan semua
halogen untuk membentuk antimon (III) dihalides.
2Sb (s) + 3F2 (g)

2SbF3 (s)

2Sb (s) + 3Cl2 (g)

2SbCl3 (s)

2Sb (s) + 3Br2 (g)

2SbBr3 (s)

2Sb (s) + 3I2 (g)

2SbI3 (s)

4. Reaksi dengan asam


Antimon larut dalam asam sulfat pekat panas atau asam nitrat, untuk
membentuk solusi yang mengandung Sb (III). Reaksi asam sulfat
34

menghasilkan sulfur (IV) gas dioksida. Antimon tidak bereaksi dengan


asam klorida dalam ketiadaan oksigen.
2.5.2. Dosis Toksik
A. Dosis Toksik :
100.200
B. Toksisitas :
-

Data pada manusia


TCLo inhalasi:73 mg/kg
Data pada hewan
LD50 oral-tikus (rat) 525 mg/kg ; LD50 intraperitoneal-tikus (mouse) 13
mg/kg; LD50 oral-marmut (guinea pig) 574 mg/kg; LD50 oral tikus
(mouse) 700 mg/kg; LD50 dermal-kelinci (rabbit) 1120 mg/kg; TDLo
oral-marmot (guinea pig) 22282 mg/kg/9W-I; TDLo oral-marmot (guinea
pig) 8518 mg/kg/26W-I; TDLo oral-tikus (rat) 44 mg/kg; Pasangan

kromatida paru-paru hamster 2500 ug/L.


Data Karsinogenik
IARC : Tidak ada komponen pada bahan ini keberadaannya mempunyai
tingkat lebih atau sama dengan 0,1% yang diidentifikasikan sebagai
karsinogen atau berpotensi sebagai karsinogen.

2.5.3. Aspek Farmakokinetik dan dan Farmakodinamik


Absorpsi antimoni melalui usus bervariasi. Distribusinya tergantung dari
lama pemberian. Sebagian besar antimoni disimpan dalam hati, ginjal, jantung
dan paru. Antimoni diendapakan dalam rambut dan kuku dalam waktu yang cukup
lama. Selain itu juga diendapkan dalam tulang dan gigi. Antimoni dieliminasi
melalui tinja, urin, keringat, ASI, rambut, kulit, dan paru. Pada manusia, sebagian
besar antimoni dikeluarkan melalui urin. Masa paruh untuk ekskresi antimoni
dalam urin adalah 3-5 hari.
2.5.4. Manifestasi klinis
A. Terhirup
Berbahaya jika terhirup, dapat menimbulkan gejala: sakit tenggorokan,
batuk, dan sesak napas.

35

B. Kontak dengan kulit


Berbahaya jika terabsorbsi melalui kulit. Dapat menimbulkan iritasi kulit
C. Kontak dengan mata
Dapat menyebabkan erosi kornea atau kehilangan penglihatan.Dapat
meyebabkan iritasi mata. Dapat gejala kemerahan, nyeri dan luka
parah.
D. Tertelan
Dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, dan diare serta Iritasi
saluran pencernaan.
E. Terhirup
Mual, muntah, sakit kepala, hemolisis
F. Kontak dengan kulit
Dapat menyebabkan kulit menjadi tipis, menghitam, atau pecah- pecah.
2.5.5. Temuan pada Pemeriksaan Luar
Pada keracuan antimoni kronik tampak dari luar terlihat kelainan yang
merata dipermukaan kulit yang ditandai dengan kekeringan pada kulit, ketombe,
permukaan yang hyperkeratosis. Secara klinis terlihat Rain Drop/ pigmentasi
punctata, tapi hal ini tidak terdapat setelah meningggal kecuali bila keadaan sudah
berat. Hal ini lebih sering terjadi pada lipatan-lipatan kulit, dahi dan leher.
Kerontokan rambut mungkin timbul, dapat terjadi penebalan dan edema dari
wajah dan curiga terdapat myxedema.
2.5.6. Temuan pada Pemeriksaan Dalam
Saat otopsi bila tertelan kristal putih maka akan timbul efek pemutihan
mukosa mulut, faring dan esofagus walau perdarahan lokal juga bisa terjadi.
Diperut juga terjadi kerusakan mukosa dan warnanya menjadi cokelat tua atau
hitam yang berasal dari asam hematin, dindingnya erosi. Kristal kalsium oksalat
bisa terlihat pada isi perut atau dinding mukosa. Kematian pada korban yang telah
melewati fase akut disebabkan karena kelainan fungsi otot (termasuk kelainan
myocardium) karena hipokalemi akibat presipitasi kalsium tubuh. Kematian
terjadi sertelah 2-10 hari.

36

Pada keracunan akut temuan mungkin hanya sedikit. Pada kematian yang
terjadi 1 jam. Mungkin bisa ditemukan iritasi minimal pada GIT bagian atas
seperti tanda kemerahan pada mukosa gaster terutama sepanjang tepi atas dari
rugae. Gambaran red velvet ditemukan pada beberapa lapisan diperut. Pada
keracunan akut mungkin terdapat lapisan mucus dan granule dari agen beracun
yang terperangkap pada lapisan tersebut. Usus halus biasanya normal pada
keracunan akut.
Lesi lain yang mungkin ditemukan adalah subendokardial hemorragi pada
dinding ventrikel kiri. Hal ini tentu saja temuan yang umum pada kondisi shock
yang berat ketika hipotensi timbul tiba-tiba. Hal ini terlihat pada luka-luka yang
banyak, yang kehilangan banyak darah, penurunan tekanan darah dan shock
neurogenik.
Perdarahan terletak dibagian atas septum interventrikulare dan pada otot
papillary yang berlawanan. Pada kasus keracuan kronik antimoni, gambaran agak
berbeda dengan yang akut, meskipun sedikitnya ada kejadian yang mendukung
atau kejadian yang tidak langsung, diagnosis mungkin saja masih sulit untuk
ditentukan. Pada pemeriksaan dalam, lambung normal atau dapat juga
menunjukan gastritis kronis dengan disertai penebalan mukosa dan lapisan
suserous dapat terlihat adanya mucus dan kemerahan akibat inlamasi dari ruggae,
kadang-kadang didaptkan gastritis hemoragik dengan erosi akut atau kronis.
Pada usus kecil berdilatasi dan merah merata, dengan mukosa yang
menebal dan gambaran keseluruhannya edema kongestif yang non-spesifik yang
umum ditemukan pada penyakit enteritis. Jarang terjadi ulcerasi pada mukosa, isi
dari usus sendiri dapat berlebihan atau berupa cairan dengan gambaran seperti air
perasan beras. Usus besar juga menunjukan perubahan yang minimal atau dapat
juga normal, isi nya dapat cair dan sama seperti usus kecil. Pada hepar
menunjukkan perlemakan hati/ nekrosis yang berat, kadang dapat ditemukan pada
lobus perifer. Kerusakan hati yang berat ditandai dengan terlihatnya warna kuning
pada tubuh. Ginjal pada keracunan antimoni menjadi rusak akibat terjadi nekrosis
tubular. Myokardium menunjukkan erusakan myofibril, kumpulan sel interstitial
dan degenerasi lemak.

37

2.5.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk
menjamin

pertukaran

udara.

Penatalaksanaan

fungsi

pernafasan

untuk

memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk


menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah. Jika
ada kejang, beri diazepam dengan dosis: Dewasa: 10-20 mg IV dengan kecepatan
2,5 mg/30 detik atau 0,5 mL/30 menit, jika perlu dosis ini dapat diulang setelah
30-60 menit. Mungkin diperlukan infus kontinyu sampai maksimal 3 mg/kg
BB/24 jam. Anak-anak: 200-300 g/kg BB.

2.6 Tembaga
2.6.1 Sifat-sifat
Tembaga dengan nama kimia cuprum dilambangkan dengan Cu, berbentuk
kristal dengan warna kemerahan dan di alam dapat ditemukan dalam bentuk
logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan
atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral. Dalam tabel periodik unsurunsur kimia tembaga menempati posisi dengan nomor atom 29 dan mempunyai
bobot 63.456. Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa, liat,
dan melebur pada suhu 1038C. Senyawa-senyawa yang dibentuk oleh logam
tembaga mempu-nyai bilangan valensi yang dibawanya.
Logam tembaga juga dinamakan cupro untuk yang bervalensi +1 dan cupri
yang bervalensi +2. Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik
dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air. Logam tembaga dan
beberapa bentuk persenyawaanya seperti CuO, CuCO3, Cu(OH)2, dan Cu(CN)2
tidak dapat larut dalam air dingin atau air panas, tetapi dapat dilarutkan dalam
asam. Logam tembaga itu sendiri dapat dilarutkan dalam senyawa asam sulfat
panas, dan dalam larutan basa NH4OH.

2.6.2 Dosis Toksik

38

Bentuk tembaga yang paling beracun berupa debu-debu Cu yang dapat


mengakibatkan kematian pada dosis 3,5mg/kg. Pada manusia, efek keracunan
utama ditimbulkan akibat terpapar oleh debu atau uap logam Cu. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan pada jalur pernafasan sebelah atas, juga
kerusakan atropik pada selaput lendir yang berhubungan dengan hidung.
Kerusakan itu merupakan akibat dari gabungan sifat iritatif yang dimiliki oleh
debu atau uap Cu tersebut.
2.6.3 Efek farmakologi
2.6.4 Manifestasi Klinis
Sesuai dengan sifatnya sebagai logam berat beracun, Cu dapat
mengakibatkan keracunan akut dan kronis. Terjadinya keracunan akut dan kronis
ini ditentukan oleh besarnya dosis yang masuk dan kemampuan organisme untuk
menetralisir dosis tersebut.
Keracunan Akut
Gejala-gejala yang dapat dideteksi sebagai akibat keracunan akut tersebut
diantaranya:
1. Adanya rasa logam pada pernafasan penderita
2. Adanya rasa terbakar pada epigastrum dan muntah yang terjadi secara
berulang-ulang.
Keracunan Kronis
Pada manusia, keracunan Cu secara kronis dapat dilihat dengan timbulnya
penyakit Wilson dan kinsky. Gejala dari penyakit Wilson ini terjadinya hepatic
cirrhosis, kerusakan pada otak dan demyelinasi, serta terjadinya penurunan kerja
ginjal dan pengendapan Cu dalam kornea mata. Penyakit kinsky dapat diketahui
dengan terbentuknya rambut yang kaku dan berwarna kemerahan pada penderita.
Sementara pada hewan seperti kerang, bila dalam tubuhnya telah terakumulasi

39

dalam jumlah tinggi, maka bagian otot tubuhnya akan memperlihatkan warna
kehijauan. Hal itu dapat menjadi petunjuk apakah kerang tersebut masih bisa
dikonsumsi oleh manusia.
2.7 Timah
BAB III
SIMPULAN
3.1

Simpulan
Dari penjabaran yang telah disebutkan sebelumnya, dapat kami simpulkan

bahwa pada intoksikasi logam berat, logam berat dapat menimbulkan gangguan
pada faal tubuh organisme oleh karena daya kerja yang umumnya melalui
mekanisme penghambatan suatu sistem enzim tertentu, seperti halnya pada
merkuri (Hg) dan Arsen (As) akan menghambat gugus sulfhydryl (-SH group)
dari suatu sistem enzym. Intoksikasi logam berat

memiliki ciri tertentu dan

dengan pemeriksaan forensik serta pemeriksaan penunjang dapat dibedakan dari


keracunan pada zat atau logam berat lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

40

Alfian, Zul. 2006. Merkuri Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi
Kesehatan

Manusia

dan

Lingkungan.

Available

at

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/708/1/08E00123.pdf
[Accessed at: March, 8th 2014 ]
Badan POM RI. 2010. Antimony Triklorida Sentra Informasi Keracunan Nasional
(SIKERNAS), Pusat Informasi Obat dan Makanan. Available at:
http://www.google.com/url?
q=http://ik.pom.go.id/v2012/katalog/ANTIMONY
%2520TRIKLORIDA.pdf&sa=U&ei=IdUmU_H5LI2TigfUq4G4Bw&ved=
0CCcQFjAD&sig2=gkMfcOB-Mh97R1iqwCrTrA&usg=AFQjCNGMqu4P6WZp6wvZKnygzCYQBIcTg [Accessed at: March, 10th 2014]
Budiyanto, Arif., dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Penerbit Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Darmono. (2006).Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI-Press:
Jakarta
Department of Sustainability, Environment, Water, Population and Communities
of australian Goverment. 2001. Air toxics and indoor air quality in
Australia.

Available

at:

http://www.environment.gov.au/atmosphere/airquality/publications/sok/lead.
html [Accessed at: March, 10th 2014]
Kusuma, Soekry Erfan., dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal. Edisi 3. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
FK Unair: Surabaya
Subakti,

P.

2011.

Analisis

Logam

Berat.

http://www.respiratory.usu.ac.id/bitstream/4/chapterII/pdf

Available
[Accessed

at:
at:

March, 14th 2014]


Tim Farmakologi FK UI. 2008. Farmakologi dan Terapi. Balai Penerbit FK UI:
Jakarta

41

42

Anda mungkin juga menyukai