khas
serta
sesuai
dengan
selera
masyarakat
dari
cara
pembuatannya,
dendeng
dapat
sayat
mempunyai
rasa
yang
lebih
lezat
Proses
sehingga
pembuatan
tidak
ada
dendeng
standar
ini
tertentu.
belum
dibakukan,
Keadaan
tersebut
pisang,
masyarakat,
yang
untuk
akhir-akhir
mengurangi
banyak
beaya
dikerjakan
produksi
oleh
dendeng.
adalah
terjadinya
perubahan
pencoklatan
non
lainnya,
yang
bisa
mengakibatkan
terjadinya
golongan
makanan
setengah
basah
(Intermediate
pengaruh
menghambat
terhadap
makanan,
mikroorganisma
terutma
pembusuk
dapat
yang
dapat
menghambat
mikroorganisme
yang
tidak
mencegah berbagai
dari
gula
kelapa
dari
pohon
nira
yang
dapat
garam,
menghalangi
pertumbuhan
barat,
(Anonimus,
dan
2011
beragam
a
).
masakan
Oktaviani
(1999),
tradisional
lainnya
meneliti
tentang
Ketumbar 5 %
Bawang Putih 4 %
Lengkuas 2 %
Asam 2%
Garam 5 %
Gula 40 %
II.
III.
Perlakuan
pada
pembuatan
dendeng
adalah
Perlakuan
A
B
3
IV.
40
putih,
lengkuas,
asam,
gula
dan
garam,
dan
x 100 %
X
44
Mg{NO3).6H2O
53
NaCl
75
(NH4)2SO4
80
KCl
85
K2S04
97
2. Membuat larutan garam jenuh dari 5 macam garam tersebut, pada suhu
25 C (dalam penangas air/water bath), dan menyimpannya selama 24
jam sebelum digunakan
3. Mengukur ERH garam jenuh tersebut dengan Rotronic Higrokop dari ERH
terendah sampai tetinggi dan sebaliknya.
ERH sampel
sebenarnya.
7. Mengkonversikan
hasil
pengukuran
ERH
sampel
ke
dalam
Nama garam
ERH Terukur
ERH Tabel
1.
2.
3.
4.
5.
Grafik Interpolasi:
10
Analisa
Protein
dengan
Metode
Kjeldahl
(Sudarmadji, 1997)
1. Menimbang sampel (dendeng dipotong kecil-kecil) sebanyak 200300 mg, dimasukkan dalam labu Kjeldahl
2. Menambahkan tablet Kjeldahl 0,5 1 buah tablet sebagai
katalisator
3. Menambahkan 15 ml H2SO4 pekat, dan memanaskan dalam almari
asam sampai jernih
4. Setelah
cairan
tersebut
dingin,
diencerkan
dengan
50
ml
12
Timbang (Y gram)
11.
13
dan
dikeringkan
dengan
kertas
tissu.
Setelah
itu
E. PENGUKURAN TEKSTUR
14
Tujuan :
Mengetahui cara pengukuran tekstur dan cara menghitung nilai
tekstur daging.
Prosedur kerja :
Cara pengukuran tekstur daging dengan penetrometer PNR 6
adalah sebagai berikut:
1. Potong daging dengan ukuran sekitar (1 x 1 x 1) cm dan letakkan
pada tempat sampel yang ada pada alat penetrometer.
2. Stop kontak dihubungkan dengan sumber listrik.
3. Alat dihidupkan dengan menekan tombol power.
4. Cone dan plunger dipasang dengan menekan tombol release,
kemudian mengatur waktu
5. Jarum skala diputar pada posisi 0 dengan memutar piringan skala
6. Pemutar kasar diputar sehingga ujung cone hampir menyentuh
permukaan sampel.
7. Pemutar halus diputar sehingga cone tepat menyentuh permukaan
sampel
8. Tombol start ditekan dan ditunggu sesuai waktu yang telah diatur
(10 detik)
9. Skala dibaca dengan menekan tangkai di belakang piringan skala
10.
: waktu (det)
- 8,0 = X
0,0948
c.
d.
Mg H2O daging :
e.
WHC =
:
2
16
G.
PENGUKURAN
COOKING
LOSS
(Bouton,
Harris
dan
Shorthose, 1971)
Tujuan praktikum :
Mengetahui cara pengukuran cooking loss/susut masak dan
cara menghitung cooking loss daging
Prosedur kerja:
1. Diambil sampel daging (berat 20 25 g)
2. Ditimbang dan dimasukkan dalam plastik polietilen ukuran kg
3. Dijepit dan dimasukkan dalam waterbath suhu 80 oC selama 30
menit
4. Sampel dikeluarkan dalam air yang mengalir pada suhu kamar
sampai dingin
5. Sampel dikeluarkan dari dalam plastik dan dikeringkan dengan
kertas
tissue
pada
permukaannya
tanpa
memeras
atau
menekannya
6. Sampel kemudian ditimbang
7. Perhitungan cooking loss :
x
Berat sampel sebelum dimasak
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonimus, 1999. Nurient Database for Standart ReferencesRelease 13, United States Department of Agriculture,
Washington, D.C.
2. Anonimus, 2010. Daging Ayam Sumber Makanan Bergizi.
Kementrian Kesehatan Dan Kementrian Pertanian. Jakarta.
3. Blom, J. H., 1988. Chemical and Physical Water Quality Analysis.
A Report and Practical at Training in Faculty of Fisheries
Unibraw, Malang.
4. Buckle, K.A.,Edward R.A.,Fleet G.H.,and Wooton M., 1985. Ilmu
Pangan. Diterjemahkan oleh Hari Purnomo dan Adiono.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
5. Bouton, P.E., P.V. Harris dan W.R. Shorthose, 1971. Effect of
Ultimate pH upon The Water Holding Capacity and Tenderness
of Mutton. J. Food. Sci. 36 : 435-439.
6. Hamm, R, 1986. Functional Properties of the Myofibrilllar
System and Their Meauserement in Muscle as Food. Academic
Press. New York.
7. Heath, H.B., 1975. Herb dan Spices for Food Manucfature
Proceedings of Conference on Spices. London Tropical Product
Institute. London.
8. Oktaviani, 1999. Proses Pembuatan Dendeng Giling Campuran
Daging Kerbau dan Jerami Nangka Muda. Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB, Bogor.
9. Palupi, W.D.E., 1986. Tinjauan Literatur Pengolahan Daging.
Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, Jakarta.
10.
Purnomo, H., 1979. Investigation on Dendeng. Thesis The
University of New South Wales. Sydney.
11.
Purnomo, H., 1990. Teknologi Daging. Nuffic Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.
12.
Purnomo, H.,1995. Aktivitas Air dan Peranannya Dalam
Pengawetan Pangan. UI Press, Jakarta.
18
13.
Purnomo,
H.,1996.
Dasar-dasar
Pengolahan
dan
Liberty Yogyakarta.
16.
Widati, A.S., M. E. Sawitri, I. Thohari, 1997. Peningkatan
Daya Guna Daging Ayam Petelur Afkir Sebagai Produk Dendeng
di Kabupaten Blitar. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya, Malang.
17.
Winarno, F.G., dan Laksmi, B.S.J., 1983. Kerusakan Bahna
Pangan dan Pencegahannya. Ghalia Indonesia, Jakarta.
19
TUGAS-TUGAS
1. Jelaskan fungsi bumbu-bumbu
pembuatan dendeng
yang
digunakan
dalam
21