718
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.10 Oktober 2015 (718-727) ISSN: 2337-6732
perencanaan
bangunan
ataupun
perhitungan
struktur
LANDASAN TEORI
Definisi Gedung Bertingkat
Bangunan bertingkat adalah bangunan yang
lantainya lebih dari satu lantai secara vetikal.
Gedung betingkat dibangun karena keterbatasan
lahan pada daerah perkotaan yang mahal.
Komponen Struktur Gedung Bertingkat
Pada struktur gedung bertingkat umumya
terbagi atas dua bagian utama yaiu struktur atas
dan struktur bawah. Dalam struktur atas gedung
bertingkat , komponen utamanya meliputi kolom,
balok, pelat, tangga, pengaku (dinding geser,
dll), dan konstruksi atap. Tetapi pada penelitian
ini konstruksi gedung yang akan kita tinjau
hanya sebatas pada kolom, balok, dan plat lantai
saja.
Struktur Kolom Menurut SNI
Kolom merupakan elemen struktur yag
dibebani dengan gaya aksial tekan yang
menumpu balok. SNI mendefinisikan kolom
sebagai komponen struktur bangunan dengan
rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecil
melebihi 3 yang digunakan terutama untuk
mendukung beban aksal tekan.dalam penggunaan
nya kolom tidak hanya menahan beban aksial
vertical, definisi kolom diperluas dengan
mencakup juga untuk menahan kombinasi beban
aksial dengan momen lentur akibat eksintrisitas
tertentu.
Struktur kolom Menurut SNI
Kolom merupakan elemen struktur yag
dibebani dengan gaya aksial tekan yang
menumpu balok. SNI mendefinisikan kolom
sebagai komponen struktur bangunan dengan
rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecil
melebihi 3 yang digunakan terutama untuk
mendukung beban aksal tekan.dalam penggunaan
nya kolom tidak hanya menahan beban aksial
vertical, definisi kolom diperluas dengan
mencakup juga untuk menahan kombinasi beban
aksial dengan momen lentur akibat eksintrisitas
tertentu.
Dengan fungsi tersebut, kolom memegang
peranan penting sebagai bagian struktur
bangunan. Kegagalan kolom dapat menyebabkan
keruntuhan meyeluruh suatu struktur bangunan.
Perencanaan
Standard
Kolom
Menurut
Bristish
719
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.10 Oktober 2015 (718-727) ISSN: 2337-6732
Keruntuhan Lentur
Jenis keruntuhan pada balok lentur
bergantung pada sifatsifat penampang balok.
Keruntuhan tersebut dibedakan menjadi 3 jenis,
sebagai berikut:
Keruntuhan Tekan (brittle failure)
Pada keadaan penampang beton dengan
keruntuhan tekan, beton hancur sebelum baja
tulangan leleh. Hal ini berarti regangan tekan
beton sudah melampaui regangan batas 0,003 (c'
= cu'), tetapi regangan tarik baja tulangan belum
mencapai leleh (s < y). Balok yang mengalami
keruntuhan seperti ini terjadi pada penampang
dengan rasio tulangan () yang besar, dan disebut
over-reinforced. Pada saat beton mulai hancur
baja tulangannya masih kuat sehingga lendutan
pada balok relative tetap. Jika di atas balok
ditambah beban yang besar, maka baja tulangan
akan meleleh dan dapat terjadi keruntuhan secara
mendadak tanpa ada tanda tanda/peringatan
tentang lendutan yang membesar pada balok.
720
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.10 Oktober 2015 (718-727) ISSN: 2337-6732
)
(
)+
721
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.10 Oktober 2015 (718-727) ISSN: 2337-6732
METODOLOGI PENELITIAN
Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Adapun tahapan-tahapan penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan (Literatur)
Literatur atau bahan acuan yang digunakan
dalam penyelesaiaan tugas akhir ini antara lain,
Persyaratan Beton Struktural untuk bangunan
gedung SNI 03-2847-2013, British Standard
8110 - 01 1997 Design and construction, SNI
1726:2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Gedung, Peraturan pembebaban
berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia
untuk rumah dan Gedung 1983, dan jurnal
jurnal dan buku buku yang berkaitan dengan
analisis perhitungan struktur bangunan gedung
bertingkat.
722
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.10 Oktober 2015 (718-727) ISSN: 2337-6732
Data Analisis
Metode Analisis dalam tugas akhir ini
meliputi penyusunan,
perhitungan, dan
penarikan kesimpulan beserta saran. Tahap-tahap
prosedur Studi komparasi Perhitungan Struktur
Bangunan Dengan Menggunakan
Metode
Perbandingan Antara SNI 03 2847 2013 dan
British Standard 8110 1- 1997 ini seperti pada
bagan berikut :
)(
As =
Dipakai tulangan diameter 25
Mn = 545592429 Nmm
Menghitung regangan
723
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.10 Oktober 2015 (718-727) ISSN: 2337-6732
= 1781,609 mm2
Kontrol regangan (
= 316,079 mm d/2
Tulangan tarik mungkin tidak leleh
= 250
= 490 , 95 kNm
d/2
=
645,65 mm
D Dmin
= 0,280
{
= 338,73
= 0,667 d = 333,33 mm
= 620,78 kNm
= 5429,36 mm2
Digunakan 5D36 = 5089,4 mm2 5429,36 mm2
724
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.10 Oktober 2015 (718-727) ISSN: 2337-6732
Mu = 7,6902 kNm
Penyelesaian
Perbandingan sisi panjang dengan sisi
pendek
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.10 Oktober 2015 (718-727) ISSN: 2337-6732
PENUTUP
Kesimpulan
1. Dari hasil Perhitungan didapat bahwa metode
SNI menghasilkan desain yang lebih
ekonomis dibandingkan dengan metode
Bristish Standard
2. Dari hasil perhitungan balok, kolom dan plat
diperoleh dimensi tulangan untuk balok,
kolom, dan juga Plat lantai yang berbeda baik
untuk SNI dan Untuk British Standar
= 475,796 mm
b. Arah panjang
Mx+= 0,059 . 8,03 . 3,52 = 5,803 kNm
= 0,0267 0,156
Z = 0,9 . d = 76,50 mm
= 363,92 mm
Dapat kita lihat dari hasil perhitungan di
atas bahwa SNI maupun British Standard
memiliki
beberapa
asumsi-asumsi
yang
Saran
Saran yang dapat diberikan melalui karya
tulis ini adalah sebagai berikut : Studi-studi
komparasi yang berkaitan dengan kode-kode
(Standar) perlu meninjau berbagai aspek yang
mendasari perhitungan untuk masing-masing
kode tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, A. 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
(SNI-03-2847-20013). Jakarta.
British Standard , 2002, BS 8110 - 01 1997 Design and Construction.
McCormac, J. C. 2000. Desain Beton Bertulang Jilid 1 edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.
Resmi, B. M. 2010. Modul Kuliah struktur Beton Bertulang 1. Universitas Mercu Buana.
Dipohusodo, istimawan 1994. Struktur Beton Bertulang. Gramedia pustaka utama.Jakarta
Pamudji, Ganjar, dkk. 2004. Diktat Kuliah Struktur Beton II .Universitas Jenderal Soedirman
McCormac, J. C. 2002. Desain Beton Bertulang. Erlangga, Jakarta
Sembiring, T. J. 2002. Beton Bertulang. Rekayasa Sains. Bandung.
726
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.10 Oktober 2015 (718-727) ISSN: 2337-6732
Priyosulistyo, HRC. Diktat Kuliah Perencanaan Struktur Beton . Universita Gadjah Mada.
Yogyakarta
Wee, Dan Yap Tin. Reiforced Concrete Design To BS 8110.
Extracts from British standards for students of structural design, BSI Education , PP 7312 2nd edition.
March. 1986
727