Anda di halaman 1dari 19

20 I

BAB
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan, istilah higiene dan sanitasi mempunyai
tujuan yang sama dan erat kaitannya antara satu dengan lainnya yaitu melindungi,
memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan manusia (individu maupun masyarakat).
Tetapi dalam penerapannya, istilah higiene dan sanitasi memiliki perbedaan yaitu higiene
lebih mengarahkan aktivitasnya kepada manusia , sedangkan sanitasi lebih menitikberatkan
pada faktor-faktor lingkungan hidup manusia (Hammer, 1998).
Air merupakan kebutuhan yang sangat utama bagi kehidupan manusia, oleh karena
itu jika kebutuhan air belum terpenuhi baik secara kuantitas maupun kualitas, maka akan
menimbulkan dampak yang besar terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Dari
segi pemanfaatan, penggunaan air dapat dikatagorikan dalam 2 katagori, yaitu air rumah
tangga dan air industri yang masing-masing mempunyai persyaratan tertentu. Persyaratan
tersebut meliputi persyaratan fisik, kimia dan bakteriologis, ketiga persyaratan tersebut
merupakan suatu kesatuan, apabila yang tidak memenuhi syarat, maka air tidak layak untuk
digunakan (Marsidi, 2001).
Tingginya angka kejadian penyakit-penyakit yang berasal dari air di kalangan
masyarakat berpenghasilan rendah disebabkan peningkatan taraf kehidupan akibatnya
kegiatan untuk pengadaan sumber- sumber air baru setiap saat terus dilakukan seperti
mencari sumber air baru dalam bentuk air tanah air sungai air danau, mengolah atau
menawarkan air laut, mengolah dan menyehatkan kembali sumber air kotor yang telah
tercemar tetap menjadi halangan yang seringkali terjadi dalam upaya meningkatkan
kesehatan anak secara umum. Khususnya pada kalangan keluarga berpenghasilan rendah dan
penduduk di daerah kumuhtelah memperburuk situasi air bersih dan sanitasi di Indonesia.
Sanitasi yang buruk juga menjadi penyumbang signifikan dari polusi airyang menambah
biaya air yang aman bagi rumah tangga, dan menurunkan produksi perikanan di sungai dan
danau. Maka dapat disimpulkan indonesia mempunyai sanitasi yang buruk

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

1.2
1.
2.
3.
4.
5.

20
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Sanitasi Air ?
Apa saja persyaratan mutu air yang baik dan bersih?
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi mutu Air Bersih ?
Bagaimana tahapan-tahapan dalam pemurnian/penjernian Air ?
Bagaimana proses pendapatan air yang memenuhi standart sanitasi ?

1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui pengertian Sanitasi Air
2. Agar mengetahui syarat-syarat mutu Air yang baik dan bersih
3. Agar mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mutu Air Bersih
4. Agar kita mengetahui tahapan-tahapan dalam pemurnian Air
5. Agar mengetahui proses pendapatan air yang memenuhi Standart Sanitasi.

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

20 II
BAB
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Sanitasi Air


Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud

mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Bahan berbahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia
atau biologis dari suatu penyakit terkait (Hastomo, 2011). Menurut Azwar (1986) Sanitasi
adalah suatu usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan berbagai
faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Menurut Suripin (2002), yang dimaksud air bersih yaitu air yang aman (sehat) dan
baik untuk diminum, tidak berwarna, tidak berbau, dengan rasa yang segar. Sedangkan
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/Menkes/Sk/XI/2002, bahwa air
bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi
persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang yang berlaku dapat
diminum apabila dimasak.
Menurut Hastomo (2011), terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan
penyediaan air, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan:
1) Kesehatan
Semua penyakit yang berhubungan dengan air sebenarnya berkaitan dengan
pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak benar. Memperbaiki yang satu
tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah tidak efektif.
2) Penggunaan air
Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan hingga 40%
dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter air
per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7 liter
per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk rumah tangga tanpa
mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang
memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga
70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan
hal tersebut juga bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar.
3) Biaya dan Pemulihan Biaya
a. Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat begitu
konsumsi meningkat. Merencanakan hanya satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan
biaya sanitasi akan menyebabkan kota berhadapan dengan masalah lingkungan dan biaya
tinggi yang tak terantisipasi. Pada tahun 1980, Bank Dunia melaporkan bahwa dengan

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

menggunakan praktik-praktik konvesional, 20


untuk membuang air dibutuhkan biaya lima
sampai enam kali sebanyak biaya penyediaan.
b. Penggunaan ulang air. Jika sumber daya air tidak mencukupi, air limbah merupakan
sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai baik resmi disetujui atau tidak. Karena
itu peningkatan penyediaan air cenderung mengakibatkan peningkataan penggunaan air
limbah, penggunaan ulang ini tidak merusak kesehatan masyarakat.
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak,
mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO dinegara negara maju tiap
orang memerlukan air antara 60 120 liter per hari. Sedangkan dinegara negara
berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30 60 liter per hari. Air
yang kita perlukan adalah air yang memenuhi persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik,
kimia, bakteriologis dan radioaktif.
2.2

Syarat Mutu Air


Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas air

tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu :


1) Syarat fisik: air harus bersih dan tidak keruh, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa,
suhu antara 10o 25o C (sejuk).
2) Syarat kimiawi: tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun, tidak
menganggu kesehatan, tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan, cukup yodium,
pH air antara 6,5 9,2
3) Syarat bakteriologi: tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, kolera dan
bakteri patogen penyebab penyakit (Mulia, 2005).
Beberapa aspek yang dinilai sebagai acuan standar baku air tersebut meliputi unsurunsur antara lain :
1) Suhu. Kenaikan suhu menimbulkan beberapa akibat antara lain menurunnya jumlah oksigen
terlarut dalam air, meningkatkan kecepatan reaksi kimia serta terganggunya kehidupan ikan
dan hewan air lainnya. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air
lainnya mungkin akan mati.
2) pH.Nilai pH air yang normal antara 6 8, sedangkan pH air terpolusi misalnya air buangan,
berbeda-beda tergantungdari jenis buangannya.
3) Warna, bau dan rasa. Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya polusi.
Warna air dibedakan atas dua macam yaitu warna sejati (true colour) yang disebabkan oleh
bahan-bahan terlarut, dan warna semu (apparent colour), yang selain disebabkan adanya
bahan terlarut juga karena adanya bahan tersuspensi, termasuk di antaranya yang bersifat
koloid. Bau air tergantung dari sumber airnya. Timbulnya bau pada air secara mutlak dapat
dipakai sebagai salah satu indikator terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi. Air

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

yang normal sebenarnya tidak mempunyai 20


rasa. Apabila air mempunyai rasa (kecuali air
laut), hal itu berarti telah terjadi pelarutan garam.
4) Kesadahan. Standar kesadahan total adalah 500 mg/l, jika melebihi akan dapat menimbulkan
beberapa resiko seperti : a) mengurangi efektivitas sabun, b) terbentuknya lapisan kerak pada
alat dapur, c) kemungkinan terjadi ledakan pada boiler, d) sumbatan pada pipa air.
5) Besi (Fe). Dalam jumlah kecil zat besi dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan sel-sel
darah merah. Kandungan zat besi di dalam air yang melebihi batasan menimbulkan
gangguan. Standar kualitas ditetapkan 0,1 1.0 mg/l.
6) Mangaan (Mn). Tubuh manusia membutuhkan mangaan rata-rata 10 mg/l sehari yang dapat
dipenuhi dari makanan. Mangaan bersifat toksik terhadap organ pernafasan. Standar kualitas
ditetapkan 0,05 0,5 mg/l dalam air.
7) Nitrit (NO2) dan Nitrat (NO3). Jumlah nitrat yang besar dalam tubuh cenderung berubah
menjadi nitrit dan dapat membentuk methaemoglobin esehingga dapa tmenghambat
perjalanan oksigen dalam tubuh, halini dapat menyebabkan penyakit blue baby. Nitrit dalah
zat yang bersifat racunsehingga kehadiran bahan ini dalam air minum tidak diperbolehkan.
8) Cadmium (Cd). Cadmium merupakan zat beracun yang bersifat akumulasi dalam jaringan
tubuh sehingga dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan lambung, kerapuhan tulang,
mengurangi hemoglobin darah dan pigmentasi gigi. Selain itu cadmium juga bersifat
karsinogenik.
9) Timbal (Pb). Timbal sangat berbahaya bagi kesehatan karena cenderung terakumulasi dalam
tubuh, serta meracuni jaringan syaraf.
10) Kekeruhan. Dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain karena adanya bahan yang
tidak terlarut seperti debu, tanah liat, bahan organik atau inorganik, dan mikroorganisme air.
Akibatnya air menjadi kotor dan tidak jernih sehingga bakteri pathogen dapat berlindung di
dalam atau di sekitar bahan penyebab kekeruhan.
11) Bakteri coli. Organisme pathogen di perairan merupakan indikasi adanya pencemaran air.
Oleh karena itu organisme pathogen di perairan harus diketahui. Mengingat tidak mungkin
mengindikasikan berbagai macam organisme pathogen, maka pengukuran pengukurannya
menggunakan bakteri-col isebagai indikator organisme. Standar Coli pada air bersih
ditetapkan sebesar 10 coli/100 ml air.
2.3

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Air Bersih


Menurut Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 Kualitas air bersih meliputi kualitas

secara fisika, secara kimia, secara mikrobiologi dan kualitas secara radioaktivitas. Sedangkan
parameter-parameter yang harus terpenuhi meliputi :
a) Parameter fisika meliputi: Bau, Rasa, Warna, Zat padat terlarut dan Suhu.
b) Parameter kimia meliputi: kimia Anorganik seperti Air raksa, Arsen, Fluorida, Kadmium,
Kesadahan (Ca CO3), Khlorida, Kromium-Valensi-6, Mangan, Nitrat sebgai N, Nitrit

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

20 dan Timbal. Kimia Organik seperti Aldrin


sebagai N, pH, Selenium, Seng, Sianida, Sulfat
dan Dieldrin, Benzene, Benzo (a) pyrene, Chlordane (total isomer), Chloroform, 2,4 D,
DDT, Detergen, ,2 Dichloroethane, 1,2 Dichloroethane, 1,1 Dichloroethane, Heptachlor dan
heptachlor

epoxide,

Hexachlorbenzene,

Gamma-HCH

(Lindane),

Methoxychlor,

Pentachlorophenol, Pestisiotalda T, 3,4,6-Trichlorephenol, Zat Organik (KMnO4).


c) Parameter Mikrobiologi meliputi: Total Caliform (MPN).
d) Parameter Radioaktifitas meliputi: Aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity), Aktivitas Beta
(Gross Beta Activity).
2.4

Tahapan-tahapan Dalam Pemurnian Air


Menurut Hafni( 2012), Proses pengolahan untuk sumber air sungai dilakukan dengan

tiga tahap:
1. Tahap pengendapan alami (natural sedimentation)
2. Tahap penjernihan (clarification)
3. Tahap penyaringan (filtration).
Selain itu Teknik- teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut
secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan :
2.4.1

Pengolahan Secara Fisika


Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan,

diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau
bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih
merupakan cara

dahulu.

Penyaringan (screening)

yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang

berukuran besar . Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah
dengan proses pengendapan . Cara penghilangan benda-benda tersuspensi ini dapat
dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap pertama adalah memisahkan padatan-padatan
berukuran besar dengan menggunakan saringan (kasar maupun halus). Tahap kedua dengan
menggumpalkan atau sedimentasi partikel-partikel yang belum terendapkan dengan bantuan
koagulan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan
mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap .
Proses

flotasi

banyak digunakan untuk menyisihkan bahan- bahan

mengapung seperti minyak dan lemak

agar tidak mengganggu

proses

yang

pengolahan

berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi
(clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan
aliran udara ke atas (air flotation). Proses filtrasi air sudah tidak mengandung benda
benda tersuspensi berukuran besar, tetapi masih ada partike- partikel flok harus yang
tertinggal dan benda benda tersuspensi lain yang berubah sangat halus. Untuk
menghilangkan digunkan filter. Filter terdiri dari suatu alas penyangga dari benda benda

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

granular untuk menghilangkan benda-benda20padatan tersuspensi dari air, dan dilengkapi


dengan alat untuk memprtahankan kecepatan aliran yang uniform melalui alas tersebut serta
pembalikan arah aliran air secara periodic untuk mencuci padatan yang terakumulasi dari
medium filter.
Proses filtrasi di

dalam pengolahan air buangan , biasanya dilakukan untuk

mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosisnya , akan dilaksanakan untuk
menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu
proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa .
Proses adsorbsi biasanya dengan karbon aktif dilakukan untuk menyisihkan

senyawa

aromatik (misalnya : fenol ) dan senyawa organik terlarut lainnya terutama jika diinginkan
untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.
2.4.2

Pengolahan Secara Kimia


Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan

partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor,
dan zat organik beracun dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
Penyisihan bahan- bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat
bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasikoagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi- reduksi, dan juga berlangsung sebagai
hasil reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan
membubuhkan elektrolit yang

mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan

koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat
diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan
larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam
tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air
> 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen , sebelum
diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr( OH) 3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom
trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO 4, SO2, atau Na2S2O5). Penyisihan bahanbahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan
dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen
peroksida. Pada dasarnya dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara
kimia tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena perlu bahan kimia.
2.4.3

Pengolahan Secara Biologi


Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai

pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

20 berkembang berbagai metode pengolahan


murah efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah
biologi dengan segala modifikasinya. Pada dasarnya , reaktor pengolahan secara biologi
dapat dibedakan atas dua jenis , yaitu :

Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);


Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
Di

dalam

reaktor

pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan

berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal
berlangsung dalam reaktor jenis ini . Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai
modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak stabilisasi. Dibandingkan dengan
proses lumpuraktif konvensional , oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan , yaitu
efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur
yang dihasilkan lebih sedikit . Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%- 95%), kontak
stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek
(4- 6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses
absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi
dengan pengolahan pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk
dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu
detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak
diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang
ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja. Di
dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung dengan
membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak
dikembangkan selama ini , antara lain trickling filter, cakram biologi, filter terendam,
reaktor fludisasi.
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi ,
proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis. Proses aerob , yang berlangsung dengan
hadirnya oksigen. Proses anaerob yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat
dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses
anaerob menjadi lebih ekonomis.
Adapun Proses dan tahapan-tahapan pemurnian air bersih Menurut Hafni (2012),
dengan menggunakan Air sungai sebagai air yang akan disanitasi yaitu sebagai berikut :
1) Screning

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

20 air dengan limbah (sampah) dalam ukuran


Screning berfungsi untuk memisahkan
besar sampah dalam ukuran besar yang terbawa oleh aliran air. Screening ini berupa saringan
dari batang baja (round bar) yang dipasang pada saluran masuk bak pengumpul air.
2) Pengendapan alami ( Natural Sedimentation)
Pada tahapan ini terjadi proses pengendapan lumpur secara grafitasi, dimana air
dialirkan dengan tenang, sehingga lumpur yang mempunyai berat jenis tinggi dari berat dari
air akan mengendap. Hal ini bertujuan agar :
a) Memisahkan zat-zat pengotor yang mempunyai BJ lebih berat dari BJ air
b) Memudahkan kerja Pompa
3) Tangki Sedimentasi
Tangki sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran berupa lumpur
dan pasir. Pada tangki sedimentasi terdapat waktu tinggal. Ke dalam tangki sedimentasi
ini diinjeksikan klorin yang berfungsi sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator
klorin digunakan

untuk menghilangkan bau dan rasa pada air. Dari tangki ini air yang

sudah terpisah dari pasir dan lumpur dipompakan ke klarifier.


4) Klarifer ( Clearator )
Klarifer yang digunakan adalah modern clarifier, dimana kogulasi, flokulasi dan
sidimentasi terjadi pengendapan sebelum masuk ke klarifier di masukan larutan alum
(Al2(SO4)3 pada satu tempat Air yang dipompakan dari tangki Klarifier berfungsi sebagai
tempat pembentukan flok

dengan penambahan

larutan Alum (Al2(SO4) 3 sebagai bahan.

Pada klarifier terdapat mesin agitator yang berfungsi sebagai alat untuk mempercepat
pembentukan flok. Pada klarifier terjadi pemisahan antara air bersih dan air kotor. Air bersih
ini kemudian disalurkan dengan menggunakan pipa yang besar untuk kemudian dipompakan
ke filter. Klarifier terbuat dari beton yang

berbentuk

bulat

yang dilengkapi dengan

penyaring dan sekat. Dari inlet pipa klarifier, air masuk ke dalam primary reaction zone. Di
dalam prymari reaction. zone dan secondary reaction zone, air dan bahan kimia (Koagulan
yaitu tawas) diaduk dengan alat agitataor blade agar tercampur homogen. Maka koloid
akan membentuk butiran-butiran flokulasi.
Air yang telah bercampur dengan koagulan membentuk ikatan flokulasi, masuk
melalui return floc zone dialirkan ke clarification zone. Sedimen yang mengendap dalam
concentrator dibuang. Hal ini berlangsung secara otomatis yang akan terbuka setiap satu jam
sekali dalam waktu 1 menit. Air yang masuk ke dalam clarification zone sudah tidak
dipengaruhi oleh gaya putaran oleh agitator, sehingga lumpurnya mengendap. Air yang
berada dalam clarification zone adalah air yang sudah jernih
5) Sand Filter

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

20 sand fliter (filter saringan cepat). Sand filter


Penyaring yang digunakan adalah rapid
jenis ini berupa bak yang berisi pasir kwarsa yang berfungsi untuk menyaring flok halus dan
kotoran lain yang lolos dari klarifier (clearator). jumlah bak penyaringan 12 unit dengan
kemapuan kapasitas saringan 500 l/dt
Media penyaring biasanya lebih dari satu lapisan, yaitu pasir kwarsa dan batu
dengan mesh tertentu. Air mengalir ke bawah melalui media tersebut.Zat-zat padat yang
tidak larut akan melekat pada media, sedangkan air yang jernih akan terkumpul di bagian
dasar dan mengalir keluar melalui suatu pipa menuju reservoir.
6) Resevoir
Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang telah disaring
melalui filter Air yang dalam reservoir ini sebelum disalurkan ke konsumen di berikan
larutan kaporit untuk membunuh bakteri yang terkandung dalam air tersebut.
2.5

Proses pendapatan air yang memenuhi standart sanitasi


Menurut Sutrisno (2004), Proses filtrasi bertujuan untuk menahan zat-zat tersuspensi

(suspended matter) dalam suatu fluida dengan cara melewatkan fluida tersebut melalui suatu
lapisan yang berpori-pori, misalnya : pasir, kerikil, anthracite, karbon dan sebagainya. Fluida
dapat berupa cairan (zat-zat tersuspensi dalam cairan/slurry) atau gas. Zat-zat tersuspensi
dapat berukuran sangat halus atau kasar, kaku atau kenyal, berbentuk bulat atau sangat tidak
beraturan. Produk yang diinginkan dapat berupa filtrat atau padatan (cake). Filtrasi juga
digunakan setelah proses sedimentasi.

Ukuran Media Penyaring : Ukuran media penyaring ditentukan dari Uniformity


Coeficient (Koefisien keseragaman). Makin kecil koefisien ini makin seragam ukuran
media penyarimng tersebut.

2.5.1

Pasir
Menurut Sutrisno (2004), Pasir untuk filter harus mempunyai syarat bebas dari

kototran, kertas, bentuknya kwarsa, tidak boleh kehilangan berat lebih dari 5% sesudah
direndam dalam HCl pekat selama 24 jam. Ukuran pasir ditentukan oleh ukuran
efektifitasnya, yaitu ukuran ayakan dalam mm yang memungkinkan hanya 10% pasir
melaluinya. Keseragaman ukuran pasir ditentukan oleh koefisien keseragamannya yaitu
perbandingan antara ukuran ayakan yang dilalui 60% pasir dibandingkan dengan ukuran
efektifitasnya. Pasir kwarsa mempunyai ukuran 0,4-2 mm, pasir

medium mempunyai

ukuran 0,3-1,8 mm dan pasir halus 0,25-1,5 mm.


Pasir yang halus baik digunakan bila :

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

20 kurang baik
1. Pengolahan pendahuluan seperti sedimentasi
2. Diinginkan efisiensi penghilangan bakteri dan kekeruhan yang tinggi
3. Penghematan air pencuci bukan merupakan faktor yang dianggap penting
Pasir yang kasar dapat digunakan bila ;
1. Pengolahan pendahuluan yang bagus
2. Air yang diolah tidak terlalu kotor
3. Bila didinginkan jumlah air pencuci yang sedikit
2.5.2

Kerikil
Menurut Sutrisno (2004), Kerikil digunakan untuk menopang pasir sehingga air

yang telah disaring dapat mengalir bebas, disamping itu juga untuk memungkinkan air
pencuci mengalir secara seragam ke atas. Kerikil yang dapat digunakan mempunyai syarat:
keras, tahan lama, berbentuk bulat, bebas dari pasir dan lumpur, bentuk pipih panjang.
Mekanisme penyaringan dnegan media pasir/ kerikil dapat dibedakan 4 kemungkinan yaitu :
1. Proses penyaringan mekanis, partikel-partikel halus di dalam air ditahan oleh butiranbutiran pasir selama air mengalir melalui sela-sela pasir
2. Proses flokulasi dan sedimentasi, partikel-partikel dalam air ditahan dalam ruang-ruang
kosong di antara pasir-pasir dalam bentuk zat gelatin. Zat gelatin ini akan menarik
partikel-partikel lainnya dan akan mengendap lebih efektif
3. Proses elektolitik, sejumlah tertentu bahan-bahan terlarut dalam air merupakan zat-zat
elektrolit. Didalam air akan terionkan, akibatnya beberapa partikel pasir akan
mengalami ionisasi sehingga bermuatan listrik yang memiliki kutub yang berlawanan.
Maka bahan-bahan yang melayang dan yang terlarut akan menempel dan tertahan oleh
saringan pasir.
4. Proses penyaringan oleh kegiatan bakteri. Disini butir-butir pasir akan dilapisi oleh
lapisan tumbuh-tumbuhan renik yang berisi organisme-organisme hidup yang memakan
impuritas organik kemudian akan teikut air.
Pada kondisi tertentu, filtrasi dapat digunakan untuk proses penjernihan air dengan
cara penyaringan langsung terhadap air baku. Media penyaring (filter) dapat dioperasikan
dengan baik untuk jangka waktu tertentu. Jika pressure drop meningkat sampai batas yang
diijinkan, maka harus dilakukan pembersihan filter dengan cara cuci balik (backwashing).
Cuci-balik dilakukan dengan cara mengalirkan air secara berlawanan arah 5-10 menit.
Setelah itu dilakukan pembilasan.
Penggolongan filter dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan siklus
operasinya yaitu batch atau kontinu, produk yang diinginkan yaitu filtrat atau cake atau
berdasarkan gaya pendorongnya (driving force). Jenis filter yang dikenal berdasarkan gaya
pendorong yang digunakan antara lain jenis peressure filter dan gravity filter.
1. Gravity filter (Filter gravitasi) ada 2 jenis :
a. Saringan pasir lambat (Slow Sand Filter)

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

b. Saringan pasir cepat (Rapid sand Filter) 20


2. Pressure Filter (Saringan bertekanan)
Pressure Filter cukup banyak digunakan karena memiliki bebrapa keuntungan antara lain :
a. Sedikit memerlukan tempat
b. Pemasangannya mudah, murah dan cepat
c. Unit-unit lain mudah ditambah jika diperlukan
d. Mengurangi biaya pemompaan air untuk proses selanjutnya
Pressure Filter juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain;
a. Keadaan media penyaring sukar dilihat
b. Keadaan backwashing tidak dapat dilihat langsung
c. Kehilangan media penyaring tidak dapat dilihat langsung
Contoh jenis filter yang lain adalah upflow filter. Penamaan filter ini didasarkan
pada arah alirannya yaitu dari bawah ke atas.

Saringan Pasir Lambat


Saringan jenis ini adalah saringan yang pertama kali digunakan, tetapi sekarang ini
sudah jarang dipakai. Kecepatan filtrasinya amat rendah sekitar 55 juta liter/hari.Ha (untuk
jenis saringan cepat 1400 juta Lt/hari.Ha). Filter ini terdiri dari lapisan kerikil dan berjenis
ukuran dari pasir. Dilengkapi dengan under draining (sistem pengambilan air dari bawahdan
telah disaring). Karakteristik dari saringan pasir lambat ini ialah :
1. Adaptability, artinya bila tidak digunakan dapat digantikan dengan saringan pasir cepat.
Bisa digunakan baik untuk musim keirn maupun musim beku.
2. Mempunyai bentuk yang lebih sederhana. Operasinya juga sederhana, efisiensi
3.
4.
5.
6.
7.

penghilangan bakterinya juga tinggi.


Kecepatan filtrasinya sekitar 55 juta Lt/hari.Ha.
Efisiensi penghilangan bakteri sekitar 99%.
Kekeruhan air yang disaring terbatas, tidak bisa lebih dari 50 ppm
Tidak baik untuk mengolah air yang warnanya lebih dari 30 standar warna (Pt-Co)
Flexibilitynya kecil, artinya tidak dapat mengolah air yang kecepatannya berubah-ubah.

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

8. Susunan

lapisan

pasir

20

dan

kerikilnya
biasanya berbentuk segi empat dengn luas 0,1-0,4 Ha.
Susunan yang terjadi di dalam filter :
a. Kedalaman air yang belum disaring 0,9-1,5 m
b. Lapisan pasir 80-90 cm, terdiri dari 15 cm pasir halus, 60 cm pasir medium dan 15 cm
pasir kasar
c. Kerikil 30 cm, terdiri 15 cm kerikil besar dan 15 cm berupa pecahan-pecahan batu
Kedalaman total filter ini kira-kira 3 meter. Ukuran efektivitasnya harus dianatara 0,25-0,35
mm, jadi 90% air harus lolos dari filter. Koefisien keseragaman harus tidak kurang dari 3.
Sistem under drain merupakan sistem pengeluaran air yang telah diasring, diletakkan
di bagian bawah kerikil, gunanya untuk mengumpulkan dan menyalurkan air yang telah
disaring. Sitem under drain yang yang lengkap terdiri dari pipa-pipa yang ditempatkan
melintang sebagai saluran air.
Pencucian sebagian pasir lambat dilakukan bila sudah terjadi kekruhan pada air yang
telah diasring, biasanya 2-3 bulan sekali. Cara pencuciannya cukup sederhana, yaitu dengan
mengambil 5 cm lapisan pasir atas, kemudian mencuci bagian ini kemudian memasukkan
lagi ke tempatnya semula. Hal ini dianggap bahwa kekeruhan tidak dapat menembus lapisan
pasir setelah 5 cm teratas.
2.5.3

Klorinasi
Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai

oksidator dan desinfektan. Tujuan dari desinfeksi air adalah untuk menginaktifkan
organisme-organisme bakteri dan virus patogenik yang dapat dipindahkan melalui air.
Banyak bakteri dapat tahan pembekuan, bahkan selama 10 jam dalam hidrogen cair (250oC), ternyata tidak cukup untuk membunuh semua Escheria coli dan spora-spora Bacillus
anthrax. Bakteri cenderung tumbuh melalui kisaran pH yang relatif lebar yaitu 4-11, di
bawah pH 4 kecepatan desinfektan akan sangat meningkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi khlorinasi air termasuk adalah (a) jumlah
dan tipe/jenis khlorin yang ada (b) hubungan antara bentuk khlorin dalam air setelah
khlorinasi (c) jumlah khlorin yang dibutuhkan (d) lamanya waktu kontak antara khlorin dan
air (e) suhu (f) keasaman atau alkalinitas air
Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada
pengolahan air bersih. Untuk mengoksidasi Fe(II) dan Mn(II) yang banyak terkandung
dalam air tanah menjadi Fe(III) dan Mn(III). Yang dimaksud dengan klorin tidak hanya Cl 2
saja akan tetapi termasuk pula asam hipoklorit (HOCl) dan ion hipoklorit (OCl ), juga

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

20 (NH 2Cl) dan dikloramin (NHCl2) termasuk


beberapa jenis kloramin seperti monokloramin
di dalamnya. Klorin dapat diperoleh dari gas Cl 2 atau dari garam-garam NaOCl dan
Ca(OCl)2. Kloramin terbentuk karena adanya reaksi antara amoniak (NH 3) baik anorganik
maupun organik aminoak di dalam air dengan klorin Bentuk desinfektan yang ditambahkan
akan mempengaruhi kualitas yang didesinfeksi. Penambahan klorin dalam bentuk gas akan
menyebabkan turunnya pH air, karena terjadi pembentukan asam kuat. Akan tetapi
penambahan klorin dalam bentuk natrium hipoklorit akan menaikkan alkalinity air tersebut
sehingga pH akan lebih besar. Sedangkan kalsium hipoklorit akan menaikkan pH dan
kesadahan total air yang didesinfeksi. Bila khlorin ditambah dalam air, terjadi reaksi sebagai
berikut:
(1) Cl2 + H2O H O Cl + H Cl
(2) H O Cl H + O Cl
Reaksi (1) terjadi terutama pada pH rendah dan reaksi (2) pada pH tinggi. Ion OCl
bereaksi segera dengan ion-ion amonia yang terdapat dalam air, membentuk senyawasenyawa Choramin (residu klorin terikat). Setelah ammonia habis terdapat klorin bebas
dalam air yang lebih efektif sebagai senyawa bakterisidal daripada dalam bentuk/ senyawa
terikat. Untuk mreduksi sejumlah bakteri tertentu dibutuhkan senyawa klorin terikat
sebanyak 25 X senyawa klorin bebas.
Pada pH tinggi konsentrasi yang diperlukan lebih tinggi senyawa hipoklorit seperti : Ca
(OCl)2 dan NaOCl dalam air memberikan ion hipoklorin dan asam hipoklorit.
Ca (OCl)2 + 2H2O 2 HOCL + Ca(OH)2
NaOCl + H2O HOCl + NaOH
NH3 + HOCl NH2Cl + H2O (monokhloramin )
NH2Cl + HOCl NHCl2 H2O (dikloramin)
NHCl2 + HOCl NCl3 + H2O (trikhloramin )
Khlorin juga bereaksi dengan senyawa pereduksi yang termasuk Fe 2+, Mn2+, NO2,
H2s dan dengan senyawa-senyawa organic yang ada di dalam air. Pereaksi yang terjadi
terutama untuk mengkonsumsi klorin tanpa memberikan efek desinfeksi.
Mode penanganan
1. Khlorinasi sederhana ( dikenal juga sebagai : khlorinasi marginal)
Digunakan untuk air yang hanya engandung sejumlah kecil bahan organic dan senyawa
ammonia. Dosis khlorin kecil : 0.2 0.5 ppm Cl 2 biasanya cukup untuk memberikan residu
khloin bebas (HOCl atau OCl -) yang nyata dan tahan lama.
2. Anmonia- khlorin (khloraminasi)
Proses lambat dengan menambahkan ammonia (garam atau bentuk gas) ke dalam air
kemudian menambahkan gas khlorin terbentuk khoramin. Khloramin kurang efektif sebagai

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

20
pengoksidasi daripada HOCl dan OCl- mereduksi
jumlah oksidasi bahan organic dan
mempertahankan beberapa rasa dan bau yang terbentuk dari khlorinasi sederhana.
Keuntungan residu lebih tahan lama dengan adanya bahan organic, tetapi aktif bakterisida
menurun dan membutuhkan waktu kontak lebih lama 1-2 jam.
3. Superkhlorinasi diikuti dekhlorinasi
Khlorin berlebihan ditambah air, kosentrasi residu khlorin bebas tinggi selama paling sedikit
30o . Konsentrasi khlorin dikurangi dengan sulphur dioksida atau Na 2S2O3 atau dengan
melewatkan air melalui filter arang aktif. Bila khloraminasi tidak efektif dalam mengurangi
rasa atau bau yang sudah terdapat dalam air mentah, superkhorinasi berguna dalam
menghilangkan rasa dan bau musty ( bau jamur). Juga digunakan untuk mencapai
desinfeksi efektif suplai air dalam skala kecil yang mungkin mengandung amuba. Pada
superkhlorinasi diperlukan konsentrasi residu 5-10 ppm untuk beberapa jam.
Contohnya untuk menghilangkan rasa dan bau, air keruh akan mengandung bahan
organic, kemungkinan terdapat E. histolytica penyebab disentri amuba, digunakan khlorin
sebanyak 5 15 mg/l. Pada akhirnya waktu kontak, kelebihan khlorin dihilangkan dengan
penamahan senyawa dekhlorinasi seperti Na 2SsO3 atau SO2 atau karbon aktif. Jumlah khlorin
yang terserap secara teoritis adalah 12 kalii berat karbon murni, tetapi di dalam praktek
hanya 11/2 hingga 6 kali. Setelah dekhlorinasi, tidak ada khlorin dalam air, sehingga perlu
khlorinasi secukupnya untuk mencegah rekontaminasi.
4. Breakpoint chlorination.

Tahap 1 : Terjadi pemecahan klorin oleh senyawa pereduksi

Tahap 2 : Terbentuk komplek kloro-organik

Tahap 3 : Terjadi reaksi amonia dengan klorin

Tahap 4 (penyebab penurunan Cl2) : Pemecahan kloramin dan senyawa komplek kloroorganik

Tahap 5 : Terbentuk klorin bebas


Keseluruhan nasib klorin pada tiap tahap pemanbahannya kedalam air tersaji pada
gambar berikut

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

20
Tahap-tahap Pemanfaatan Klorin ke dalam air
Keterangan
O-A

: klorin

yang ditambahkan digunakan untuk oksida zat-zat yang mudah

teroksidasi seperti Fe2+ dan Mn 2+ menjadi Fe3+dan Mn4+


A-B

: klorin bereaksi dengan amonia membentuk kloramin. Disamping itu juga


membentuk senyawa trihalometana.

B-C

: kloramin diubah menjadi nitrogentrikhlorida (NCl3), N2O dan N2


NH2Cl + NHCl2 +HOCl

N2O + 4HCl

4NH2Cl + 3Cl2 + H2O

N2 + N2O + 10 HCl

2 NH2Cl + HOCl

N2 + H2O + 3HCl

NH2Cl + NHCl2

N2 + 3 HCl

: Break Point Chlorination. Jumlah penambahan klorin pada titik ini tergantung
kualitas air. Untuk air minum pada umumnya berkisar 4-10 mg/l

C-D

: penambahan klorin setelah break point, kenaikan free available clorine (hipoklorit
yang tidak bereaksi)
BPC adalah konsentrasi klor aktif yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan

organik, bahan anorganik (amoniak) dan bahan lain yang dapat dioksidasi serta membunuh
mikroorganisme jika masih ada sisa klor aktif pada konsentrasi tersebut. BPC akan diikuti
dengan pembentukan gas N2 akibat paparan klor aktif yang berlebih pada kloramin. Hal ini
menyebabkan penurunan jumlah klor bebas dan masih ada residu klor aktif yang
konsentrasinya dianggap perlu sebagai desinfektan sekunder. Dengan kata lain, jumlah klor
yang dibutuhkan untuk membunuh bakteri koliform adalah jumlah residu klor aktif setelah
trjadi BPC (Alaert dan Sumestri, 1987 dan bBrooks, 1999).
Aplikasi
Khlorin adalah gas bewarna kuning kehijauan, bila ditekan menajdi cair. Khlorin
menyebabkan iritasi terhadap paru-paru, membrane-membran hidung dan tenggorokan,
konsentrasi 1 bagian khlorin dalam 100.000 bagian air dapat teramati. Satu bagian dalam
50.000 menimbulkan rasa tidak enak, satu bagian dalam 1.000 menyebabkan kematian
setelah 5 menit . Alat aplikasi disebut khlorinator. Hipokhlorit dalam bentuk Ca (OCl2 ) atau
NaOCL. Available Chlorine adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan daya
oksidasi total dari hipokhlorine . Nilai ini sebanding dengan nilai OCL dari senyawa
tersebut atau dua kali lipat yang ada sebagai OCl- dalam senyawa.
Penggunaan khloramin (khlorin dan ammonia) pada beberapa kondisi tertentu
menguntungkan. Ammonia di tambahakan pada air sebelum khlori. Penggunaan residu

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

khlorin terikat menggunakan bila terdapat20


fenol dalam air. Reaksi fenol dan khlorin
menimbulkan rasa tidak enak, sedangkan fenol ditambah khlorin dan ammonia tdak
menimbulkan rasa.
Senyawa kimia lain untuk desinfeksi
Khlorin dioksida (ClO2) sebanyak 0.5 1.5 mg/l, efektif untuk menghilangkan rasa
dan bau. Perubahan pH 6 10, khlorin dioksida tetap efektif sehingga baik untuk air dengan
alkali tinggi, tetapi terbatas untuk air yang tidak terpolusi karena cepat bereaksi dengan zat
organic. Sinar ultraviolet dapat juga digunakan, tetapi efisilusinya berkurang dengan kadar
organic dan kekeruhan. Dapat juga digunakan antara lain adalah yodium, bromelin (kolam
renang) dalam bentuk aktif HOBr, tetapi tidak begitu efektif.
Ozon (O3) disbanding khlorin lebih efektif dalam menginaktifvasi virus, kecepata
desinfeksi lebih besar, tidak ada limbah toksik, tetapi harganya tia kali lebih mahal, dan tidak
ada proteksi terhadap pertumbuhan kembali mikroorganisme. COD berlebihan hingga pH
meningkat melebihi 9.5 akan mereduksi bakteri tetapi tidak membunuh dengan sempurna.
Keuntungan dan Kerugian penggunaan Khlorin sebagai desinfektan
Khlorin efektif sebagai bakterisida pada konsentrasi rendah. Kecepatan desinfeksi
khlorin memuaskan, terutama dalam penanganan air, dimana produk air disimpan selama
antara beberapa jam hingga beberapa jam hingga hari. Residu khlorin dapat dipertahankan
dalam air yang sudah dibersihkan. Hal ini menambah keamanan air dengan mencegah
pertumbuhan kembali bakteri.
Kerugian adalah : khlorin beracun, keamanan/bahaya penggunaan terhadap
kesehatan masyarakat yang nyata. Orang yang menangani harus terlindung dari bahaya
kecelakaan terutama bila transportasi khlorin dalam jumlah besar. Hidokarbon terkhlorinasi
juga dihasilkan bila air yang mengandung bahan organic dikhlorinasi juga dihasilkan bila air
yang mengandung bahan organic dikhlorinasi produk-produk ini banyak yang diketahui atau
dicurigai karsinogen.
Tabel 1. dosis khlorin dan waktu yang dibutuhkan untuk mematikan mikroba pathogen
Jenis Mikroorganisme

Dosis Khlorin
20 mg/lt

Waktu
2 jam

Residu : 3 mg/lt
Residukhlorin : 4 ppm

30 menit
15 menit

5 ppm
Residukhlorin : 0,05 mg/lt

4 jam

Virus poliomyelitis murnidalam


air
Disentri amoeba

Ph: 6,85-7,4
Residubebas: 3 mg/lt, ph 7,0

Tuberculosis bakteri
Virus

10 menit

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

20III
BAB
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan
berbahaya. Dimana sanitasi lebih mengutamakan usaha pencegahan terhadap berbagai

faktor lingkungan, sehingga munculnya penyakit dapat dihindari.


Air bersih memiliki beberapa syarat yaitu syarat fisik, kimia, bakteorologis, radio aktif.
Air bersih dalam kehidupan manusia merupakan salah satu kebutuhan paling esensial,

sehingga kita perlu memenuhinya dalam jumlah dan kualitas yang memadai.
Syarart mutu air bersih meliputi beberapa pesyarat yaitu : syarat secara fisik, syarat

secara kimiawi dan syarat secara Bakteriologi


Faktor-faktor kualitas air bersih meliputi parameter-parameter diantaranya : Parameter
fisika,Parameter kimia dan Parameter Mikrobiologi. Warna, Kekeruhan, Padatan

Tersuspensi, Kadar Mineral, Mikroorganisme.


Tahapan-tahapan dalam permurnian air secara garis besar yaitu terdiri dari : Tahap
pengendapan alami (natural sedimentation) , Tahap penjernihan (clarification), Tahap

penyaringan (filtration).
Proses pendapatan air yang memenuhi standart sanitasi pada filter pasir, kerikil, dan
dimana filter dapat digolongkan menjadi beberapa jenis termasuk dari Gravity filter
yaitu jenisnya saringan pasir lambat.

3.2.

Saran
Saran yang dapat diambil dari makalah ini adalah Bahwa perlu adanya penanganan

air bersih terhadap proses sanitasi air . Air bersih yang baik dan sehat meliputi beberapa
syarat secara fisik , kimiawi dan bakteriologi.Sehingga diharapkan kedepannya

lebih jeli

atau lebih teliti dalam penggunaan air secara sanitasi agar terhindar dari beberapa penyakit.
Serta air yang baik dari Sanitasi yang baik akan mesejahterkan dan memenuhi kebutuhan
masyarakat Indonesia.

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

20 PUSTAKA
DAFTAR
Alaerts, G., dan Sumestri, S., 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.
Azwar, A. 1986. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Ehler. M V, Steel. WE. 1958. Municipal and Rural Sanitation.Mc Graw Hill. New York.
Hafni.2012. Proses Pengolahan Air Bersih Pada PDAM Padang . Jurnal Momentum Vol.13
No.2. Agustus 2012. ISSN : 1693-752X. Institut Teknologi Padang.Sumatera Barat
Hammer, Mark J. 1998. Water and Wastewater Technology. New Dehli. Prentice Hall of
India Private Limited
Hastomo.2011. Sanitasi Sebagai Akses Menuju Kesehatan Masyarakat. Hastm.inc
Hopkins, W.G.2004. Introduction to plant physiology. 3nd. Hunner NPA. USA : Jhon wiley
and sons.
Kondoatie, Robert J dan Sjarief, Roestam. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Yogyakarta:

Penerbit ANDI.

Marsidi, R. 2001. Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal Teknologi Lingkungan,
Vol.2, No. 1, Januari 2001 : 1-10
Mulia, Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 , 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta.
Sugiharto.1987. Dasar Dasar Pengolahan Air Limbah. Air Limbah Manajemen. UI-Press.
Jakarta.
Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Terjemahan Djoko Sasongko.
Erlangga, Jakarta.
Sutrisno, Totok C, Eni Suciastuti. 1991. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.
Widiyanti, Ni Luh Putu Manik., Ni Putu Ristiati. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform
pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Sin garaja Bali. Jurnal Ekologi
Kesehatan, 3(1): 64-73

M a k a l a h | SAN I T AS I AI R

Anda mungkin juga menyukai