BAB
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan, istilah higiene dan sanitasi mempunyai
tujuan yang sama dan erat kaitannya antara satu dengan lainnya yaitu melindungi,
memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan manusia (individu maupun masyarakat).
Tetapi dalam penerapannya, istilah higiene dan sanitasi memiliki perbedaan yaitu higiene
lebih mengarahkan aktivitasnya kepada manusia , sedangkan sanitasi lebih menitikberatkan
pada faktor-faktor lingkungan hidup manusia (Hammer, 1998).
Air merupakan kebutuhan yang sangat utama bagi kehidupan manusia, oleh karena
itu jika kebutuhan air belum terpenuhi baik secara kuantitas maupun kualitas, maka akan
menimbulkan dampak yang besar terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Dari
segi pemanfaatan, penggunaan air dapat dikatagorikan dalam 2 katagori, yaitu air rumah
tangga dan air industri yang masing-masing mempunyai persyaratan tertentu. Persyaratan
tersebut meliputi persyaratan fisik, kimia dan bakteriologis, ketiga persyaratan tersebut
merupakan suatu kesatuan, apabila yang tidak memenuhi syarat, maka air tidak layak untuk
digunakan (Marsidi, 2001).
Tingginya angka kejadian penyakit-penyakit yang berasal dari air di kalangan
masyarakat berpenghasilan rendah disebabkan peningkatan taraf kehidupan akibatnya
kegiatan untuk pengadaan sumber- sumber air baru setiap saat terus dilakukan seperti
mencari sumber air baru dalam bentuk air tanah air sungai air danau, mengolah atau
menawarkan air laut, mengolah dan menyehatkan kembali sumber air kotor yang telah
tercemar tetap menjadi halangan yang seringkali terjadi dalam upaya meningkatkan
kesehatan anak secara umum. Khususnya pada kalangan keluarga berpenghasilan rendah dan
penduduk di daerah kumuhtelah memperburuk situasi air bersih dan sanitasi di Indonesia.
Sanitasi yang buruk juga menjadi penyumbang signifikan dari polusi airyang menambah
biaya air yang aman bagi rumah tangga, dan menurunkan produksi perikanan di sungai dan
danau. Maka dapat disimpulkan indonesia mempunyai sanitasi yang buruk
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R
1.2
1.
2.
3.
4.
5.
20
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Sanitasi Air ?
Apa saja persyaratan mutu air yang baik dan bersih?
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi mutu Air Bersih ?
Bagaimana tahapan-tahapan dalam pemurnian/penjernian Air ?
Bagaimana proses pendapatan air yang memenuhi standart sanitasi ?
1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui pengertian Sanitasi Air
2. Agar mengetahui syarat-syarat mutu Air yang baik dan bersih
3. Agar mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mutu Air Bersih
4. Agar kita mengetahui tahapan-tahapan dalam pemurnian Air
5. Agar mengetahui proses pendapatan air yang memenuhi Standart Sanitasi.
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R
20 II
BAB
PEMBAHASAN
2.1
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Bahan berbahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia
atau biologis dari suatu penyakit terkait (Hastomo, 2011). Menurut Azwar (1986) Sanitasi
adalah suatu usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan berbagai
faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Menurut Suripin (2002), yang dimaksud air bersih yaitu air yang aman (sehat) dan
baik untuk diminum, tidak berwarna, tidak berbau, dengan rasa yang segar. Sedangkan
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/Menkes/Sk/XI/2002, bahwa air
bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi
persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang yang berlaku dapat
diminum apabila dimasak.
Menurut Hastomo (2011), terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan
penyediaan air, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan:
1) Kesehatan
Semua penyakit yang berhubungan dengan air sebenarnya berkaitan dengan
pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak benar. Memperbaiki yang satu
tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah tidak efektif.
2) Penggunaan air
Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan hingga 40%
dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter air
per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7 liter
per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk rumah tangga tanpa
mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang
memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga
70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan
hal tersebut juga bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar.
3) Biaya dan Pemulihan Biaya
a. Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat begitu
konsumsi meningkat. Merencanakan hanya satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan
biaya sanitasi akan menyebabkan kota berhadapan dengan masalah lingkungan dan biaya
tinggi yang tak terantisipasi. Pada tahun 1980, Bank Dunia melaporkan bahwa dengan
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R
secara fisika, secara kimia, secara mikrobiologi dan kualitas secara radioaktivitas. Sedangkan
parameter-parameter yang harus terpenuhi meliputi :
a) Parameter fisika meliputi: Bau, Rasa, Warna, Zat padat terlarut dan Suhu.
b) Parameter kimia meliputi: kimia Anorganik seperti Air raksa, Arsen, Fluorida, Kadmium,
Kesadahan (Ca CO3), Khlorida, Kromium-Valensi-6, Mangan, Nitrat sebgai N, Nitrit
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R
epoxide,
Hexachlorbenzene,
Gamma-HCH
(Lindane),
Methoxychlor,
tiga tahap:
1. Tahap pengendapan alami (natural sedimentation)
2. Tahap penjernihan (clarification)
3. Tahap penyaringan (filtration).
Selain itu Teknik- teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut
secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan :
2.4.1
diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau
bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih
merupakan cara
dahulu.
Penyaringan (screening)
berukuran besar . Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah
dengan proses pengendapan . Cara penghilangan benda-benda tersuspensi ini dapat
dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap pertama adalah memisahkan padatan-padatan
berukuran besar dengan menggunakan saringan (kasar maupun halus). Tahap kedua dengan
menggumpalkan atau sedimentasi partikel-partikel yang belum terendapkan dengan bantuan
koagulan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan
mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap .
Proses
flotasi
proses
yang
pengolahan
berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi
(clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan
aliran udara ke atas (air flotation). Proses filtrasi air sudah tidak mengandung benda
benda tersuspensi berukuran besar, tetapi masih ada partike- partikel flok harus yang
tertinggal dan benda benda tersuspensi lain yang berubah sangat halus. Untuk
menghilangkan digunkan filter. Filter terdiri dari suatu alas penyangga dari benda benda
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R
mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosisnya , akan dilaksanakan untuk
menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu
proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa .
Proses adsorbsi biasanya dengan karbon aktif dilakukan untuk menyisihkan
senyawa
aromatik (misalnya : fenol ) dan senyawa organik terlarut lainnya terutama jika diinginkan
untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.
2.4.2
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor,
dan zat organik beracun dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
Penyisihan bahan- bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat
bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasikoagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi- reduksi, dan juga berlangsung sebagai
hasil reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan
membubuhkan elektrolit yang
koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat
diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan
larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam
tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air
> 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen , sebelum
diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr( OH) 3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom
trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO 4, SO2, atau Na2S2O5). Penyisihan bahanbahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan
dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen
peroksida. Pada dasarnya dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara
kimia tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena perlu bahan kimia.
2.4.3
pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R
dalam
reaktor
berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal
berlangsung dalam reaktor jenis ini . Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai
modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak stabilisasi. Dibandingkan dengan
proses lumpuraktif konvensional , oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan , yaitu
efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur
yang dihasilkan lebih sedikit . Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%- 95%), kontak
stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek
(4- 6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses
absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi
dengan pengolahan pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk
dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu
detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak
diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang
ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja. Di
dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung dengan
membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak
dikembangkan selama ini , antara lain trickling filter, cakram biologi, filter terendam,
reaktor fludisasi.
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi ,
proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis. Proses aerob , yang berlangsung dengan
hadirnya oksigen. Proses anaerob yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat
dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses
anaerob menjadi lebih ekonomis.
Adapun Proses dan tahapan-tahapan pemurnian air bersih Menurut Hafni (2012),
dengan menggunakan Air sungai sebagai air yang akan disanitasi yaitu sebagai berikut :
1) Screning
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R
untuk menghilangkan bau dan rasa pada air. Dari tangki ini air yang
dengan penambahan
Pada klarifier terdapat mesin agitator yang berfungsi sebagai alat untuk mempercepat
pembentukan flok. Pada klarifier terjadi pemisahan antara air bersih dan air kotor. Air bersih
ini kemudian disalurkan dengan menggunakan pipa yang besar untuk kemudian dipompakan
ke filter. Klarifier terbuat dari beton yang
berbentuk
bulat
penyaring dan sekat. Dari inlet pipa klarifier, air masuk ke dalam primary reaction zone. Di
dalam prymari reaction. zone dan secondary reaction zone, air dan bahan kimia (Koagulan
yaitu tawas) diaduk dengan alat agitataor blade agar tercampur homogen. Maka koloid
akan membentuk butiran-butiran flokulasi.
Air yang telah bercampur dengan koagulan membentuk ikatan flokulasi, masuk
melalui return floc zone dialirkan ke clarification zone. Sedimen yang mengendap dalam
concentrator dibuang. Hal ini berlangsung secara otomatis yang akan terbuka setiap satu jam
sekali dalam waktu 1 menit. Air yang masuk ke dalam clarification zone sudah tidak
dipengaruhi oleh gaya putaran oleh agitator, sehingga lumpurnya mengendap. Air yang
berada dalam clarification zone adalah air yang sudah jernih
5) Sand Filter
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R
(suspended matter) dalam suatu fluida dengan cara melewatkan fluida tersebut melalui suatu
lapisan yang berpori-pori, misalnya : pasir, kerikil, anthracite, karbon dan sebagainya. Fluida
dapat berupa cairan (zat-zat tersuspensi dalam cairan/slurry) atau gas. Zat-zat tersuspensi
dapat berukuran sangat halus atau kasar, kaku atau kenyal, berbentuk bulat atau sangat tidak
beraturan. Produk yang diinginkan dapat berupa filtrat atau padatan (cake). Filtrasi juga
digunakan setelah proses sedimentasi.
2.5.1
Pasir
Menurut Sutrisno (2004), Pasir untuk filter harus mempunyai syarat bebas dari
kototran, kertas, bentuknya kwarsa, tidak boleh kehilangan berat lebih dari 5% sesudah
direndam dalam HCl pekat selama 24 jam. Ukuran pasir ditentukan oleh ukuran
efektifitasnya, yaitu ukuran ayakan dalam mm yang memungkinkan hanya 10% pasir
melaluinya. Keseragaman ukuran pasir ditentukan oleh koefisien keseragamannya yaitu
perbandingan antara ukuran ayakan yang dilalui 60% pasir dibandingkan dengan ukuran
efektifitasnya. Pasir kwarsa mempunyai ukuran 0,4-2 mm, pasir
medium mempunyai
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R
20 kurang baik
1. Pengolahan pendahuluan seperti sedimentasi
2. Diinginkan efisiensi penghilangan bakteri dan kekeruhan yang tinggi
3. Penghematan air pencuci bukan merupakan faktor yang dianggap penting
Pasir yang kasar dapat digunakan bila ;
1. Pengolahan pendahuluan yang bagus
2. Air yang diolah tidak terlalu kotor
3. Bila didinginkan jumlah air pencuci yang sedikit
2.5.2
Kerikil
Menurut Sutrisno (2004), Kerikil digunakan untuk menopang pasir sehingga air
yang telah disaring dapat mengalir bebas, disamping itu juga untuk memungkinkan air
pencuci mengalir secara seragam ke atas. Kerikil yang dapat digunakan mempunyai syarat:
keras, tahan lama, berbentuk bulat, bebas dari pasir dan lumpur, bentuk pipih panjang.
Mekanisme penyaringan dnegan media pasir/ kerikil dapat dibedakan 4 kemungkinan yaitu :
1. Proses penyaringan mekanis, partikel-partikel halus di dalam air ditahan oleh butiranbutiran pasir selama air mengalir melalui sela-sela pasir
2. Proses flokulasi dan sedimentasi, partikel-partikel dalam air ditahan dalam ruang-ruang
kosong di antara pasir-pasir dalam bentuk zat gelatin. Zat gelatin ini akan menarik
partikel-partikel lainnya dan akan mengendap lebih efektif
3. Proses elektolitik, sejumlah tertentu bahan-bahan terlarut dalam air merupakan zat-zat
elektrolit. Didalam air akan terionkan, akibatnya beberapa partikel pasir akan
mengalami ionisasi sehingga bermuatan listrik yang memiliki kutub yang berlawanan.
Maka bahan-bahan yang melayang dan yang terlarut akan menempel dan tertahan oleh
saringan pasir.
4. Proses penyaringan oleh kegiatan bakteri. Disini butir-butir pasir akan dilapisi oleh
lapisan tumbuh-tumbuhan renik yang berisi organisme-organisme hidup yang memakan
impuritas organik kemudian akan teikut air.
Pada kondisi tertentu, filtrasi dapat digunakan untuk proses penjernihan air dengan
cara penyaringan langsung terhadap air baku. Media penyaring (filter) dapat dioperasikan
dengan baik untuk jangka waktu tertentu. Jika pressure drop meningkat sampai batas yang
diijinkan, maka harus dilakukan pembersihan filter dengan cara cuci balik (backwashing).
Cuci-balik dilakukan dengan cara mengalirkan air secara berlawanan arah 5-10 menit.
Setelah itu dilakukan pembilasan.
Penggolongan filter dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan siklus
operasinya yaitu batch atau kontinu, produk yang diinginkan yaitu filtrat atau cake atau
berdasarkan gaya pendorongnya (driving force). Jenis filter yang dikenal berdasarkan gaya
pendorong yang digunakan antara lain jenis peressure filter dan gravity filter.
1. Gravity filter (Filter gravitasi) ada 2 jenis :
a. Saringan pasir lambat (Slow Sand Filter)
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R
8. Susunan
lapisan
pasir
20
dan
kerikilnya
biasanya berbentuk segi empat dengn luas 0,1-0,4 Ha.
Susunan yang terjadi di dalam filter :
a. Kedalaman air yang belum disaring 0,9-1,5 m
b. Lapisan pasir 80-90 cm, terdiri dari 15 cm pasir halus, 60 cm pasir medium dan 15 cm
pasir kasar
c. Kerikil 30 cm, terdiri 15 cm kerikil besar dan 15 cm berupa pecahan-pecahan batu
Kedalaman total filter ini kira-kira 3 meter. Ukuran efektivitasnya harus dianatara 0,25-0,35
mm, jadi 90% air harus lolos dari filter. Koefisien keseragaman harus tidak kurang dari 3.
Sistem under drain merupakan sistem pengeluaran air yang telah diasring, diletakkan
di bagian bawah kerikil, gunanya untuk mengumpulkan dan menyalurkan air yang telah
disaring. Sitem under drain yang yang lengkap terdiri dari pipa-pipa yang ditempatkan
melintang sebagai saluran air.
Pencucian sebagian pasir lambat dilakukan bila sudah terjadi kekruhan pada air yang
telah diasring, biasanya 2-3 bulan sekali. Cara pencuciannya cukup sederhana, yaitu dengan
mengambil 5 cm lapisan pasir atas, kemudian mencuci bagian ini kemudian memasukkan
lagi ke tempatnya semula. Hal ini dianggap bahwa kekeruhan tidak dapat menembus lapisan
pasir setelah 5 cm teratas.
2.5.3
Klorinasi
Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai
oksidator dan desinfektan. Tujuan dari desinfeksi air adalah untuk menginaktifkan
organisme-organisme bakteri dan virus patogenik yang dapat dipindahkan melalui air.
Banyak bakteri dapat tahan pembekuan, bahkan selama 10 jam dalam hidrogen cair (250oC), ternyata tidak cukup untuk membunuh semua Escheria coli dan spora-spora Bacillus
anthrax. Bakteri cenderung tumbuh melalui kisaran pH yang relatif lebar yaitu 4-11, di
bawah pH 4 kecepatan desinfektan akan sangat meningkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi khlorinasi air termasuk adalah (a) jumlah
dan tipe/jenis khlorin yang ada (b) hubungan antara bentuk khlorin dalam air setelah
khlorinasi (c) jumlah khlorin yang dibutuhkan (d) lamanya waktu kontak antara khlorin dan
air (e) suhu (f) keasaman atau alkalinitas air
Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada
pengolahan air bersih. Untuk mengoksidasi Fe(II) dan Mn(II) yang banyak terkandung
dalam air tanah menjadi Fe(III) dan Mn(III). Yang dimaksud dengan klorin tidak hanya Cl 2
saja akan tetapi termasuk pula asam hipoklorit (HOCl) dan ion hipoklorit (OCl ), juga
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R
20
pengoksidasi daripada HOCl dan OCl- mereduksi
jumlah oksidasi bahan organic dan
mempertahankan beberapa rasa dan bau yang terbentuk dari khlorinasi sederhana.
Keuntungan residu lebih tahan lama dengan adanya bahan organic, tetapi aktif bakterisida
menurun dan membutuhkan waktu kontak lebih lama 1-2 jam.
3. Superkhlorinasi diikuti dekhlorinasi
Khlorin berlebihan ditambah air, kosentrasi residu khlorin bebas tinggi selama paling sedikit
30o . Konsentrasi khlorin dikurangi dengan sulphur dioksida atau Na 2S2O3 atau dengan
melewatkan air melalui filter arang aktif. Bila khloraminasi tidak efektif dalam mengurangi
rasa atau bau yang sudah terdapat dalam air mentah, superkhorinasi berguna dalam
menghilangkan rasa dan bau musty ( bau jamur). Juga digunakan untuk mencapai
desinfeksi efektif suplai air dalam skala kecil yang mungkin mengandung amuba. Pada
superkhlorinasi diperlukan konsentrasi residu 5-10 ppm untuk beberapa jam.
Contohnya untuk menghilangkan rasa dan bau, air keruh akan mengandung bahan
organic, kemungkinan terdapat E. histolytica penyebab disentri amuba, digunakan khlorin
sebanyak 5 15 mg/l. Pada akhirnya waktu kontak, kelebihan khlorin dihilangkan dengan
penamahan senyawa dekhlorinasi seperti Na 2SsO3 atau SO2 atau karbon aktif. Jumlah khlorin
yang terserap secara teoritis adalah 12 kalii berat karbon murni, tetapi di dalam praktek
hanya 11/2 hingga 6 kali. Setelah dekhlorinasi, tidak ada khlorin dalam air, sehingga perlu
khlorinasi secukupnya untuk mencegah rekontaminasi.
4. Breakpoint chlorination.
Tahap 4 (penyebab penurunan Cl2) : Pemecahan kloramin dan senyawa komplek kloroorganik
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R
20
Tahap-tahap Pemanfaatan Klorin ke dalam air
Keterangan
O-A
: klorin
B-C
N2O + 4HCl
N2 + N2O + 10 HCl
2 NH2Cl + HOCl
N2 + H2O + 3HCl
NH2Cl + NHCl2
N2 + 3 HCl
: Break Point Chlorination. Jumlah penambahan klorin pada titik ini tergantung
kualitas air. Untuk air minum pada umumnya berkisar 4-10 mg/l
C-D
: penambahan klorin setelah break point, kenaikan free available clorine (hipoklorit
yang tidak bereaksi)
BPC adalah konsentrasi klor aktif yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan
organik, bahan anorganik (amoniak) dan bahan lain yang dapat dioksidasi serta membunuh
mikroorganisme jika masih ada sisa klor aktif pada konsentrasi tersebut. BPC akan diikuti
dengan pembentukan gas N2 akibat paparan klor aktif yang berlebih pada kloramin. Hal ini
menyebabkan penurunan jumlah klor bebas dan masih ada residu klor aktif yang
konsentrasinya dianggap perlu sebagai desinfektan sekunder. Dengan kata lain, jumlah klor
yang dibutuhkan untuk membunuh bakteri koliform adalah jumlah residu klor aktif setelah
trjadi BPC (Alaert dan Sumestri, 1987 dan bBrooks, 1999).
Aplikasi
Khlorin adalah gas bewarna kuning kehijauan, bila ditekan menajdi cair. Khlorin
menyebabkan iritasi terhadap paru-paru, membrane-membran hidung dan tenggorokan,
konsentrasi 1 bagian khlorin dalam 100.000 bagian air dapat teramati. Satu bagian dalam
50.000 menimbulkan rasa tidak enak, satu bagian dalam 1.000 menyebabkan kematian
setelah 5 menit . Alat aplikasi disebut khlorinator. Hipokhlorit dalam bentuk Ca (OCl2 ) atau
NaOCL. Available Chlorine adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan daya
oksidasi total dari hipokhlorine . Nilai ini sebanding dengan nilai OCL dari senyawa
tersebut atau dua kali lipat yang ada sebagai OCl- dalam senyawa.
Penggunaan khloramin (khlorin dan ammonia) pada beberapa kondisi tertentu
menguntungkan. Ammonia di tambahakan pada air sebelum khlori. Penggunaan residu
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R
Dosis Khlorin
20 mg/lt
Waktu
2 jam
Residu : 3 mg/lt
Residukhlorin : 4 ppm
30 menit
15 menit
5 ppm
Residukhlorin : 0,05 mg/lt
4 jam
Ph: 6,85-7,4
Residubebas: 3 mg/lt, ph 7,0
Tuberculosis bakteri
Virus
10 menit
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R
20III
BAB
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan
berbahaya. Dimana sanitasi lebih mengutamakan usaha pencegahan terhadap berbagai
sehingga kita perlu memenuhinya dalam jumlah dan kualitas yang memadai.
Syarart mutu air bersih meliputi beberapa pesyarat yaitu : syarat secara fisik, syarat
penyaringan (filtration).
Proses pendapatan air yang memenuhi standart sanitasi pada filter pasir, kerikil, dan
dimana filter dapat digolongkan menjadi beberapa jenis termasuk dari Gravity filter
yaitu jenisnya saringan pasir lambat.
3.2.
Saran
Saran yang dapat diambil dari makalah ini adalah Bahwa perlu adanya penanganan
air bersih terhadap proses sanitasi air . Air bersih yang baik dan sehat meliputi beberapa
syarat secara fisik , kimiawi dan bakteriologi.Sehingga diharapkan kedepannya
lebih jeli
atau lebih teliti dalam penggunaan air secara sanitasi agar terhindar dari beberapa penyakit.
Serta air yang baik dari Sanitasi yang baik akan mesejahterkan dan memenuhi kebutuhan
masyarakat Indonesia.
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R
20 PUSTAKA
DAFTAR
Alaerts, G., dan Sumestri, S., 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.
Azwar, A. 1986. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Ehler. M V, Steel. WE. 1958. Municipal and Rural Sanitation.Mc Graw Hill. New York.
Hafni.2012. Proses Pengolahan Air Bersih Pada PDAM Padang . Jurnal Momentum Vol.13
No.2. Agustus 2012. ISSN : 1693-752X. Institut Teknologi Padang.Sumatera Barat
Hammer, Mark J. 1998. Water and Wastewater Technology. New Dehli. Prentice Hall of
India Private Limited
Hastomo.2011. Sanitasi Sebagai Akses Menuju Kesehatan Masyarakat. Hastm.inc
Hopkins, W.G.2004. Introduction to plant physiology. 3nd. Hunner NPA. USA : Jhon wiley
and sons.
Kondoatie, Robert J dan Sjarief, Roestam. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Yogyakarta:
Penerbit ANDI.
Marsidi, R. 2001. Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal Teknologi Lingkungan,
Vol.2, No. 1, Januari 2001 : 1-10
Mulia, Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 , 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta.
Sugiharto.1987. Dasar Dasar Pengolahan Air Limbah. Air Limbah Manajemen. UI-Press.
Jakarta.
Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Terjemahan Djoko Sasongko.
Erlangga, Jakarta.
Sutrisno, Totok C, Eni Suciastuti. 1991. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.
Widiyanti, Ni Luh Putu Manik., Ni Putu Ristiati. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform
pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Sin garaja Bali. Jurnal Ekologi
Kesehatan, 3(1): 64-73
M a k a l a h | SAN I T AS I AI R